Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PANCASILA

Nama: Michael
Nim: 213030503153
Kls : (B)
Jurusan : Tek.informatka
Dosen : Neny fidayanti,ST.M.SI

Berikut beberapa kebijakan pemerintah dalam perekonomian :


1. Surat Keputusan (SK) Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan (Menkopolhukam) Nomor 38 tahun 2019 tentang
Tim Asistensi Hukum.
2.
2. Penggunaan pasal makar oleh kepolisian secara sembarangan.
3. Hak tidak memilih atau golongan putih (Golput) dapat dijerat dengan
UU Terorisme, UU ITE dan KUHP.

4. Rencana Pembentukan Dewan Kerukunan Nasional.


5. Memasukkan pasal makar, penghinaan pada presiden, dan
penodaan agama dalam Rancangan KUHP.

6. Perluasan penempatan militer di kementerian, serta upaya


memasukkan dalam revisi UU TNI.

7. UU Nomor 5 tahun 2018 tentang Perubahan atas UU Nomor 15 tahun


2003 tentang Penetapan Perpu Nomor 1 tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme menjadi UU mengkaburkan
batasan peran TNI dalam urusan pertahanan.

8. Upaya penghambatan, pembubaran, bahkan kekerasan dan


penangkapan terhadap aksi-aksi damai warga negara seperti aksi May
Day kemarin.

9. Nota kesepahaman (MoU) instasi kementerian atau badan usaha


dengan TNI.

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 3 tahun 2018


tentang Penerbitan Surat Keterangan Penelitian (SKP).
11. UU Nomor 16 tahun 2017 tentang Pengesahan Perpu Nomor 2
tahun 2017 tentang perubahan atas UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Organisasi Kemasyarakatan menjadi UU, posisi pemerintah untuk
rancangan KUHP memasukkan pasal makar dan penghinaan terhadap
presiden.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) memberikan


catatan khusus terhadap sejumlah kebijakan yang
dikeluarkan pemerintahan Jokowi-JK. Lembaga yang digagas oleh
Adnan Buyung Nasution itu menilai, beberapa kebijakan tersebut dapat
membahayakan demokrasi dan meruntuhkan substansi hukum.
Ketua Umum Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia,
Asfinawati mengatakan pihaknya telah menganalisis sejumlah kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Dari analisis tersebut, pihaknya
mendapati ada 11 kebijakan pemerintah yang dapat mengancam nilai-
nilai demokrasi.

Asfinawati menilai, 11 kebijakan tersebut memiliki beberapa pola dan


karakter yang sama untuk menekan kebebasan berdemokrasi dan
supremasi hukum. Imbas dari kebijakan-kebijakan
tersebut, menghambat kebebasan sipil dalam berpikir, berkumpul,
berpendapat, berekspresi, dan berkeyakinan.
Berikutnya, mengabaikan hukum yang berlaku baik konstitusi, TAP MPR
maupun undang-undang (UU). Terakhir, memiliki watak yang represif
karena mengedepankan pendekatan keamanan dan melihat kritik
sebagai ancaman.

"Dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945


menyebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilaksanakan menurut UUD, sedangkan ayat berikutnya mengatakan
bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum di
antaranya ditandai dengan supremasi hukum (bukan kekuasaan)," kata
Asfinawati, di Gedung YLBHI, Jakarta Pusat, Selasa (14/5).
Lebih lanjut, Asfinawati memperingatkan pemerintah bahwa Indonesia
adalah negara hukum. Pemerintahan pun terikat pada konstitusi.
Karena itu, pihaknya mendesak agar pemerintah  mencabut kebijakan
yang tidak sesuai dengan hukum dan rule of law.
"YLBHI juga meminta kebijakan-kebijakan yang melawan hukum,
bertentangan dengan rule of law dan merusak demokrasi tidak Iagi
dikeluarkan," ujar Asfinawati.
Perumusan kebijakan dalam pancasila dengan menibangkan
pemasukan Nilai Nilai pancasila dalam kebijakan tersebut

Anda mungkin juga menyukai