Anda di halaman 1dari 18

 

HEPATITIS

A. Definisi
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin
seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan
pada anak, 2002; 131)
Hepatitis virus akut meupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas
dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati dgn
memberikan gambaran klinis yang mirip yang dapat berfariasi dari keadaan
subklinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang fatal. (Sylvia A.
price, 1995; 439).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan yang
dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-
obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).

B. Epidemiologi

Secara global, lebih dari 350 juta orang terinfeksi virus hepatitis B.
Diperkirakan bahwa lebih dari sepertiga penduduk dunia telah terinfesksi
virus hepatitis B. Sekitar 5% dari populasi adalah carrier dapat mengalami
penyakit hati yang lebih parah seperti hepatitis kronis, sirosis, dan karnisoma
hepatoseluler primer. Prevalensi nasional di tiap negara di dunia berkisar
antara 0,5% di AS dan Eropa Utara sampai 10% di Asia. Infeksi HBV
menyebabkan lebih dari satu juta kematian setiap tahun.

Pada tahun 2010, prevalensi penyakit infeksi virus hepatitis A


mencapai angka 9,3% dari total penduduk 237.6 juta jiwa. Di Sumatera
Selatan tahun 2007 dengan jumlah penduduk 7.019.964 jiwa, prevalensi
hepatitis A adalah 0,2-1,9%. Indonesia adalah negara dengan prevalensi
hepatitis B dengan tingkat endemisitas tinggi yaitu lebih dari 8% yang
sebanyak 1,5 juta orang Indonesia berpotensi mengidap kanker hati. Selama
periode itu telah terkumpul 5.870 kasus hepatitis di Indonesia. Dari
pendataan itu, Depkes memperoleh data kasus hepatitis C di Indonesia
yang menjadi proyek percontohan menurut umur, yaitu terbanyak pada usia
30-39 tahun dengan puncak pada usia 30-39 tahun yang berjumlah 1.980
kasus.

C. Etiologi
1. Virus.
2. Bakteri (salmonella typhi).
3. Obat-obatan.
4. Racun (hepatotoxic).
5. Alcohol.

D. Manifestasi Klinis

Terdapat tiga stadium :


1. Stadium pre ikterik
Berlangsung selama 4 – 7 hari, pasien mengeluh sakit kepala, lemah,
anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri otot, dan nyeri perut kanan atas,
urine lebih coklat.
2. Stadium ikterik, yang berlangsung selama 3 – 6 minggu. Ikterus mula-
mula terlihat pada sclera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan
berkurang tetapi pasien masih lemah, anoreksia dan muntah, tinja
mungkin berwarna kelabu atau kuning muda, hati membesar dan nyeri
tekan.
3. Stadium pasca ikterik (rekonvalensensi)
Ikterus mereda, warna urine dan tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan
pada anak-anak lebih cepat daripada orang dewasa, yaitu pada akhir
bulan kedua. Karena penyebab yang biasa berbeda.
E. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh
infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan
kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang
dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis
sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu
timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah
billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut
didalam hati. Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya
billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi
retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu
belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak
pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin
dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan
kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat
disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.

F. Pemeriksaan Diagnostik

1. Laboratorium

a. Pemeriksaan pigmen

1) Urobilirubin direk

2) bilirubun serum total

3) bilirubin urine

4) urobilinogen urine
5) urobilinogen feses

b. Pemeriksaan protein

1) protein totel serum

2) albumin serum

3) globulin serum

4) HbsAG

c. Waktu protombin

1) Respon waktu protombin terhadap vitamin K

2) Pemeriksaan serum transferase dan transaminase

3) AST atau SGOT

4) ALT atau SGPT

5) LDH

6) Amonia serum

d. Radiologi

1) foto rontgen abdomen

2) pemindahan hati denagn preparat technetium, emas, atau rose


bengal yang berlabel radioaktif

3) kolestogram dan kalangiogram

4) arteriografi pembuluh darah seliaka

e. .Pemeriksaan tambahan

1) Laparoskopi
2) biopsi hati

G. Komplikasi
Komplikasi hepatitis virus yang paling sering dijumpai adalah perjalanan
penyakit yang memanjang hingga 4 sampai 8 bulan. Keadaan ini dikenal
sebagai hepatitis kronis persisten. Sekitar 5 % dari pasien hepatitis virus
akan mengalami kekambuhan setelah serangan awal yang dapat
dihubungkan dengan alkohol atau aktivitas fisik yang berlebihan setelah
hepatitis virus akut sejumlah kecil pasien akan mengalami hepatitis agresif
atau kronik aktif dimana terjadi kerusakan hati seperti digerogoti (picce
meal). Akhirnya satu komplikasi lanjut dari hepatitis yang cukup bermakna
adalah perkembangan karsinoma hepatoseluler.
Penyakit hepatitis kadang-kadang dapat timbul sebagai komplikasi
leptospirosis, sifilis, tuberculosis, toksoplasmosis, dan amebiasis, yang
kesemuanya peka terhadap pengobatan khusus. Penyebab noninfeksiosa
meliputi penyumbatan empedu, sirosis empedu primer, keracunan obat, dan
reaksi hipersensitivitas obat. Komplikasi akibat hepatitis A hampir tidak ada,
keculai pada para lansia atau seseorang yang memang sudah mengidap
penyakit kronis hati atau sirosis.
Ensefalopati hepatic terjadi pada kegagalan hati berat yang disebabkan
oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut
ensefalopati hepatik. Kerusakan jaringan paremkin hati yang meluas akan
menyebabkan sirosis hepatis, penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
alkoholik.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Perawatan Suportif
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan dignosa medis.
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama,
alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit
kepala, batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah,
demam, nyeri perut kanan atas
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah
diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk
keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta
perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
4. Data Dasar Pengkajian pada Pasien dengan Penyakit Hepatitis
a) Aktifitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b) Sirkulasi
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

c) Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat

d) Makanan dan Cairan


1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Asites

e) Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis

f) Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )

g) Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior

h) Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan
hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan
dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam
garam empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat
menular dari agent virus

C. Intervensi dan Rasional


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk
memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam  nutrisi
pasien terpennuhi.
 Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
No Intervensi Rasional
1. Ajarkan dan bantu klien untuk Keletihan berlanjut menurunkan
istirahat sebelum makan keinginan untuk makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah adanya pembesaran hepar dapat
kalori, tawarkan makan sedikit menekan saluran gastro intestinal
tapi sering dan tawarkan pagi dan menurunkan kapasitasnya.
paling sering
3. Pertahankan hygiene mulut akumulasi partikel makanan di
yang baik sebelum makan dan mulut dapat menambah baru dan
sesudah makan rasa tak sedap yang menurunkan
nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi menurunkan rasa penuh pada
duduk tegak abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah glukosa dalam karbohidrat cukup
lemak efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga
akan membebani hepar.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan


hepar yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri
pasien berkurang atau teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam
nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)

No Intervensi Rasional
.
1. Kolaborasi dengan individu nyeri yang berhubungan dengan
untuk menentukan metode hepatitis sangat tidak nyaman,
yang dapat digunakan untuk oleh karena terdapat
intensitas nyeri peregangan secara kapsula hati,
melalui pendekatan kepada
individu yang mengalami
perubahan kenyamanan nyeri
diharapkan lebih efektif
mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pada klien klienlah yang harus mencoba
penerimaan tentang respon meyakinkan pemberi pelayanan
klien terhadap nyeri kesehatan bahwa ia mengalami
nyeri
3. Berikan informasi akurat dan klien yang disiapkan untuk
jelaskan penyebab nyeri, mengalami nyeri melalui
tunjukkan berapa lama nyeri penjelasan nyeri yang
akan berakhir, bila diketahui sesungguhnya akan dirasakan
(cenderung lebih tenang
dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat
penjelasan)
4. Bahas dengan dokter kemungkinan nyeri sudah tak
penggunaan analgetik yang tak bisa dibatasi dengan teknik
mengandung efek hepatotoksi untuk mengurangi nyeri.

3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah


sekunder terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu
badan pasien normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
No. Intervensi Rasional
1. Monitor tanda vital : suhu badan sebagai indikator untuk
mengetahui status hypertermi
2. Ajarkan klien pentingnya dalam kondisi demam terjadi
mempertahankan cairan yang peningkatan evaporasi yang
adekuat (sedikitnya 2000 l/hari) memicu timbulnya dehidrasi
untuk mencegah dehidrasi,
misalnya sari buah 2,5-3
liter/hari.
3. Berikan kompres hangat pada menghambat pusat simpatis di
lipatan ketiak dan femur hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat
untuk mengurangi panas tubuh
melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai kondisi kulit yang mengalami
pakaian yang menyerap lembab memicu timbulnya
keringat pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.

4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder


terhadap hepatitis
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam keletihan
pasien berkurang
Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan
No. Intervensi Rasional
1. Jelaskan sebab-sebab keletihan dengan penjelasan sebab-sebab
individu keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang
2. Sarankan klien untuk tirah tirah baring akan meminimalkan
baring energi yang dikeluarkan
sehingga metabolisme dapat
digunakan untuk penyembuhan
penyakit.
3. Bantu individu untuk memungkinkan klien dapat
mengidentifikasi kekuatan- memprioritaskan kegiatan-
kekuatan, kemampuan- kegiatan yang sangat penting
kemampuan dan meminimalkan pengeluaran
energi untuk kegiatan yang
kurang penting
4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan dapat segera
keletihan selama 24 jam diminimalkan dengan
meliputi waktu puncak energi, mengurangi kegiatan yang dapat
waktu kelelahan, aktivitas yang menimbulkan keletihan
berhubungan dengan keletihan
5. Bantu untuk belajar tentang untuk mengurangi keletihan baik
keterampilan koping yang efektif fisik maupun psikologis
(bersikap asertif, teknik
relaksasi)

5.   Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan


dengan pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam
garam empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak
terjadi kerusakan intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan kebersihan tanpa kekeringan meningkatkan
menyebabkan kulit kering sensitifitas kulit dengan
merangsang ujung syaraf

2. Cegah penghangatan yang penghangatan yang berlebih


berlebihan dengan pertahankan menambah pruritus dengan
suhu ruangan dingin dan meningkatkan sensitivitas
kelembaban rendah, hindari melalui vasodilatasi
pakaian terlalu tebal
3. Anjurkan tidak menggaruk, penggantian merangsang
instruksikan klien untuk pelepasan hidtamin,
memberikan tekanan kuat pada menghasilkan lebih banyak
area pruritus untuk tujuan pruritus
menggaruk
4. Pertahankan kelembaban pendinginan akan menurunkan
ruangan pada 30%-40% dan vasodilatasi dan kelembaban
dingin kekeringan

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan


intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien
tidak mengalami gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
No. Intervensi Rasional
1. Awasi frekwensi , kedalaman pernafasan dangkal/cepat
dan upaya pernafasan kemungkinan terdapat hipoksia
atau akumulasi cairan dalam
abdomen
2. Auskultasi bunyi nafas kemungkinan menunjukkan
tambahan adanya akumulasi cairan
3. Berikan posisi semi fowler memudahkan pernafasan
dengan menurunkan tekanan
pada diafragma dan
meminimalkan ukuran sekret
4. Berikan latihan nafas dalam dan membantu ekspansi paru dan
batuk efektif mengeluarkan secret
5. Berikan oksigen sesuai mungkin perlu untuk mencegah
kebutuhan hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat
menular dari agent virus.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak
terjadi infeksi pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

No. Intervensi Rasional


1. Gunakan kewaspadaan umum pencegahan tersebut dapat
terhadap substansi tubuh yang memutuskan metode transmisi
tepat untuk menangani semua virus hepatitis
cairan tubuh
a. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan semua klien
atau spesimen
b. Gunakan sarung
tangan untuk kontak
dengan darah dan
cairan tubuh
c. Tempatkan spuit yang
telah digunakan dengan
segera pada wadah
yang tepat, jangan
menutup kembali atau
memanipulasi jarum
dengan cara apapun

2. Gunakan teknik pembuangan teknik ini membantu


sampah infeksius, linen dan melindungi orang lain dari
cairan tubuh dengan tepat kontak dengan materi infeksius
untuk membersihkan dan mencegah transmisi
peralatan-peralatan dan penyakit
permukaan yang
terkontaminasi
3. Jelaskan pentingnya mencuci mencuci tangan
tangan dengan sering pada menghilangkan organisme
klien, keluarga dan yang merusak rantai transmisi
pengunjung lain dan petugas infeksi
pelayanan kesehatan.

4. Rujuk ke petugas pengontrol rujukan tersebut perlu untuk


infeksi untuk evaluasi mengidentifikasikan sumber
departemen kesehatan yang pemajanan dan kemungkinan
tepat orang lain terinfeksi

D. Implementasi
1. Diagnosa 1:
a) Mengajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
Memberikan snack atau makanan yang mengundang selera pasien
b) Mengawasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit
tapi sering dan tawarkan pagi paling sering
c) Mempertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan
sesudah makan
d) Menganjurkan makan pada posisi duduk tegak
e) Memberikan diit tinggi kalori, rendah lemak
2. Diagnosa 2:
a) Menunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap
nyeri
b) Memberikan informasi dari penyebab nyeri
c) Membahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak
mengandung efek hepatotoksi
d) Berkolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri
3. Diagnosa 3 :
a) Memonitor tanda vital : suhu badan
b) Mengajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah
2,5-3 liter/hari.
c) Memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
d) Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
4. Diagnosa 4 :
a) Menjelaskan sebab-sebab keletihan individu
b) Menyarankan klien untuk tirah baring
c) Membantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan,
kemampuan-kemampuan dan minat-minat
d) Menganalisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi
waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan
dengan keletihan
e) Membantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif
(bersikap asertif, teknik relaksasi)
5. Diagnosa 5 :
a) Mempertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
b) Mencegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu
ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
c) Menganjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
d) Mempertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
6. Diagnosa 6 :
a) Mengawasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
b) Mengauskultasi bunyi nafas tambahan
c) Memberikan posisi semi fowler
d) Memberikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
e) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
7. Diagnosa 7 :
a) Menggunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang
tepat untuk menangani semua cairan tubuh
b) Menggunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan
tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan
permukaan yang terkontaminasi
c) Menjelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,
keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
d) Merujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen
kesehatan yang tepat

E. Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
3. Tidak terjadi peningkatan suhu
4. Tidak terjadi keletihan
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

Anda mungkin juga menyukai