Akuntansi Biaya Bahan Baku-Meet III
Akuntansi Biaya Bahan Baku-Meet III
BAHAN BAKU
Definisi
Bahan baku adalah sumber daya yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan barang
dan jasa untuk tujuan dijual kembali. Bahan baku secara garis besar dapat dikategorikan
menjadi dua kategori, yaitu bahan langsung dan bahan tidak langsung. Sejauh bahan langsung
yang bersangkutan, mereka digunakan dalam produk akhir.
Tanpa bahan langsung, produk akhir yang dihasilkan perusahaan tidak dapat diproduksi atau
dijual selanjutnya.
Di sisi lain, dapat dilihat bahwa bahan tidak langsung terutama digunakan di seluruh proses
produksi, tetapi mereka tidak terlibat langsung dengan proses produksi. Dengan kata lain,
mereka bukan merupakan bahan utama dari produk akhir.
Contoh bahan baku langsung adalah kain, yang diperlukan untuk pembuatan jas tertentu. Bahan
baku tidak langsung, dalam hal ini, dapat berupa pelumas yang diperlukan untuk menjamin
kelancaran fungsi mesin jahit.
Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang akuntansi bahan baku, khususnya pada
pengakuan, pencatatan, seperti bagaimana hal itu disajikan dalam laporan keuangan entitas.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, dapat dilihat bahwa bahan baku terutama merupakan input dan bahan
yang diperlukan untuk proses produksi. Faktanya, dapat dilihat bahwa input ini diperlukan
untuk kegiatan inti bisnis, di mana barang dan jasa terutama diproduksi untuk tujuan dijual
kembali.
Tergantung pada klasifikasi mereka sebagai bahan baku langsung atau tidak langsung, mereka
selanjutnya diperlakukan untuk mencerminkan penggunaannya dalam pembukuan.
Akan tetapi, pembelian bahan baku berbeda dengan pembelian barang dan jasa lainnya,
terutama karena alasan bahwa bahan tersebut dibeli dengan tujuan untuk diolah dan
diproduksi untuk dijual kembali (dalam hal bahan baku langsung).
Ada 3 unsur penting dalam biaya produksi yakni biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik. Ketiga biaya tersebut adalah bagian penting bagi perusahaan
manufaktur. Pengelolaan biaya ini juga penting karena akan mempengarui harga produk yang
Saat ini kita akan membahas mengenai biaya bahan baku. Jadi apa sih biaya bahan baku itu? Dan
Bahan baku adalah seluruh bahan yang digunakan dalam proses produksi suatu produk. Bahan
baku ini mencakup seluruh bahan yang terkandung di dalam produk. Contohnya dalam
memproduksi sebuah baju, maka biaya bahan bakunya seperti kain, benang, seleting, dan
lainnya. Selain itu juga biaya pada lainnya seperti biaya angkut, penyimpanan dan operasional
Selain penjelasan umum sebelumnya, ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai bahan
– Wikipedia
Bahan baku adalah bahan yang digunakan dalam membuat produk. Sedangkan biaya bahan
baku adalah seluruh biaya untuk memperoleh sampai dengan bahan siap untuk digunakan yang
– Sofjan Assauri
Bahan baku adalah Semua Bahan Baku meliputi semua bahan yang dipergunakan dalam
perusahaan pabrik, kecuali terhadap bahan-bahan yang secara fisik akan digabungkan dengan
– Hanggana
Bahan baku adalah sesuatu yang digunakan untuk membuat barang jadi, bahan pasti menempel
menjadi satu dengan barang jadi. Dalam sebuah perusahaan bahan baku dan bahan penolong
memiliki arti yang sangat penting, karena menjadi modal terjadinya proses produksi sampai
hasil produksi.
Berdasarkan pendapat menurut para ahli yang sudah disebutkan, bisa dikatakan bahwa bahan
baku merupakan sebagai bahan utama yang sangat dibutuhkan dalam membuat suatu proses
Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1985) jenis bahan baku ada 2 adalah yaitu
sebagai berikut :
Yaitu bahan pokok utama ini dapat dikatakan direct material atau bahan baku langsung.
Bahkan, pengertian lainnya merupakan suatu bahan pokok utama yang merupakan bagian
terpenting dari suatu produk barang jadi yang dihasilkan perusahaan. Walaupun, biaya yang
sudah di keluarkan dalam hal membeli bahan pokok langsung akan sangat berkaitan erat
Yaitu ialah suatu nama lain dari bahan pokok pendamping pada jenis bahan baku ini. Namun,
pengertian lainnya yang dapat diketahui merupakan suatu bahan yang ikut berperan kedalam
bahan utama pada saat kegiatan proses produksi tetapi bahan ini tidak secara langsung terlihat
Ada dua macam metode pencatatan biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi.
Metode pencatatan biaya bahan baku di mana hanya tambahan persediaan bahan baku dari
Untuk mengetahui berapa biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi, harus dilakukan
dengan cara menghitung sisa persediaan bahan baku yang masih ada di gudang pada akhir
periode akuntansi.
Harga pokok persediaan awal bahan baku ditambah dengan harga pokok bahan baku yang
Dikurangi dengan harga pokok persediaan harga pokok persediaan bahan baku yang masih ada
pada akhir periode adalah biaya bahan baku yang dipakai dalam produksi selama periode yang
bersangkutan.
Metode persediaan fisik adalah cocok digunakan dalam penentuan biaya bahan baku dalam
perusahaan yang harga pokok produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses.
Metode mutasi persediaan adalah cocok digunakan dalam perusahaan yang harga pokok
Dalam metode ini, setiap jenis bahan baku yang ada di gudang harus diberi tanda pada harga
Setiap pembelian bahan baku yang harga per satuannya berbeda dengan harga per satuan
bahan baku yang sudah ada di gudang, harus dipisahkan penyimpanannya dan diberi tanda
Dalam metode ini, tiap-tiap jenis bahan baku yang ada digudang jelas identitas harga pokoknya.
Sehingga setiap pemakaian bahan baku dapat diketahui harga pokok per satuannya secara
tepat.
B: Metode Masuk Pertama Keluar Pertama
Metode masuk pertama keluar pertama atau First in First Out (FIFO) adalah metode untuk
Dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang pertama masuk dalam
gudang, digunakan untuk menentukan harga bahan baku yang pertama kali dipakai.
Perlu ditekankan bahwa untuk menentukan biaya bahan baku, anggapan aliran biaya tidak
Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pembelian dicatat dalam jurnal
pembelian bahan baku tersebut dicatat juga dalam kartu persediaan (sebagai buku pembantu
Mutasi persediaan bahan baku yang terjadi karena transaksi pemakaian bahan baku dicatat
dalam jurnal umum (atau jurnal pemakaian bahan baku) dengan jurnal sebagai berikut:
Pemakaian bahan baku ini dicatat juga dalam kartu persediaan pada kolom “pemakaian”.
Metode masuk terakhir, keluar pertama atau Last in First Out (LIFO) adalah cara menentukan
Dengan anggapan bahwa harga pokok per satuan bahan baku yang terakhir masuk dalam
persediaan gudang, dipakai untuk menentukan harga pokok bahan baku yang pertama kali
Metode rata-rata bergerak adalah cara untuk menentukan harga pokok bahan baku dengan
menghitung harga pokok rata-rata persediaan bahan baku yang ada di gudang.
Caranya adalah dengan membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya.
Setiap kali terjadi pembelian yang harga pokok satuannya berbeda dengan harga pokok rata-
rata persediaan yang ada di gudang, harus dilakukan perhitungan harga pokok rata-rata per
Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dihitung harga pokoknya dengan mengalikan
jumlah satuan bahan baku yang dipakai dengan harga pokok rata-rata per satuan bahan baku
Karena dalam menghitung rata-rata harga pokok persediaan bahan baku menggunakan
Pengertian metode biaya standar adalah metode penentuan harga pokok bahan baku dengan
cara mencatat bahan baku yang dibeli dalam kartu persediaan sebesar harga standar (standard
price).
Yaitu harga taksiran yang mencerminkan harga yang diharapkan akan terjadi di masa yang akan
datang.
Pada saat dipakai, bahan baku dibebankan pada produk di harga standar tersebut.
Dalam metode ini pada tiap akhir bulan dilakukan penghitungan harga pokok rata-rata per
Harga pokok rata-rata per satuan ini kemudaian digunakan untuk menghitung harga pokok
aplikasi Finata.id dan berbagai fitur yang ada didalamnya. Selain berfungsi untuk menyusun
laporan, aplikasi ini juga bisa membantu anda untuk mengelola bisnis atau usaha yang sedang
anda jalani.
Di jaman yang serba cepat dan modern ini, sudah saatnya bagi anda untuk mengganti cara-cara
Metode pencatatan persediaan merupakan salah satu cara untuk mengelola persediaan secara
benar bagi perusahaan ritel. Metode pencatatan persediaan menjadi salah satu unsur penting
dalam sistem manajemen inventory. Perusahaan ritel harus menerapkan metode ini agar data
persediaan selalu sesuai dengan keberadaan fisik persediaan di dalam gudang. Secara lebih
lanjut, metode pencatatan persediaan bisa untuk tujuan penilaian agar aset perusahaan dapat
Metode persediaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan ritel ada 2 macam, yaitu dengan
Dengan menerapkan salah satu dari 2 metode persediaan, perusahaan akan dengan mudah
mendeteksi pergerakan persediaan secara lebih cepat dan juga akan mengurangi risiko
Metode persediaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan ritel ada 2 macam, yaitu dengan
metode periodik atau dengan metode perpetual. Berikut ini, pembahasan mengenai pengertian
persediaan yang mengharuskan adanya perhitungan persediaan yang masih ada pada tanggal
penyusunan laporan keuangan. Metode periodik disusun dengan indikator penting untuk
menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP) dari stok opname yang masih ada. Dengan metode
ini, perusahaan akan memiliki data mengenai mutasi persediaan secara akurat dan sesuai
Baca Juga : Penerapan dan Perbedaan Metode Persediaan FIFO, LIFO, dan Average
akuntansi. Namun, pada dasarnya setiap setiap pembelian atas persediaan harus dicatat dalam
rekening pembelian. Mutasi persediaan merupakan syarat wajib untuk mengetahui Harga
Pokok Penjualan (HPP), yang hanya dapat dihitung setelah persediaan akhir diketahui.
Penerapan metode periodik untuk mengetahui Harga Pokok Penjualan (HPP) bisa dilakukan
Metode Perpetual
Pengertian metode perpetual merupakan metode pencatatan persediaan perusahaan ritel yang
dilakukan dengan cara membuat akun-akun secara terpisah untuk setiap jenis persediaan.
Metode perpetual bisa juga disebut sebagai metode buku pembantu persediaan. Keunggulan
dari metode ini adalah lebih muda melakukan kontrol persediaan dan menentukan HPP dari
Akun-akun yang digunakan dalam pencatatan persediaan disajikan dalam beberapa kolom yang
meliputi akun pembelian, penjualan, dan saldo persediaan. Setiap perubahan yang terjadi akan
diikuti dengan pencatatan dalam akun persediaan sehingga jika terjadi perubahan jumlah
persediaan akan segera diketahui melalui kolom saldo. Selanjutnya, masing-masing kolom akan
Penggunaan metode perpetual akan lebih memudahkan dalam menyusun neraca dan laporan
laba rugi jangka pendek karena perhitungan fisik untuk mengetahui jumlah persediaan akhir
tidak perlu lagi dilakukan. Penyusunan metode perpetual bisa dilihat seperti contoh berikut ini:
Jika dibandingkan dengan metode fisik atau periodik, maka metode perpetual sangat optimal
untuk mencatat persediaan karena dapat memudahkan dalam menyusun neraca dan laporan
laba rugi.
Selain itu, metode perpetual juga dapat digunakan untuk mengawasi setiap persediaan di dalam
gudang dengan lebih akurat. Perbedaan perpetual dan periodik sebagai metode pencatatan
Dalam metode perpetual nilai HPP yang diperoleh hanya untuk menunjukkan harga pokok atas
Metode pencatatan persediaan sangat penting untuk Anda terapkan, khususnya jika Anda
menjalankan bisnis ritel. Anda bisa menggunakan salah satu dari kedua metode tersebut. Selain
itu, yang tidak kalah penting untuk usaha Anda adalah software akuntansi untuk membuat
Definisi :
Semua biaya yang dikeluarkan bersama untuk proyek, produk, atau aktivitas bisnis yang
berbeda dan tidak dapat dengan mudah dibagi untuk proyek, produk, atau aktivitas individual
disebut biaya tidak langsung. Kita juga dapat mengatakan bahwa semua biaya yang tidak dapat
dialokasikan ke biaya langsung adalah biaya tidak langsung.
Biaya tidak langsung juga dicatat dalam laporan laba rugi perusahaan seperti biaya langsung
yang biasanya dalam harga pokok penjualan sedangkan biaya tidak langsung biasanya dicatat
dalam beban umum dan administrasi.
Penjelasan :
Dari definisi tersebut, kita dapat mengatakan bahwa biaya tidak langsung tidak dapat
berbanding lurus dengan objek biaya. Pengeluaran ini bersifat umum dan tidak terkait dengan
produk atau aktivitas tertentu.
Biaya tidak langsung tidak layak untuk dialokasikan ke setiap unit produk atau jasa karena
biaya ini digunakan dalam beberapa aktivitas manufaktur dan tidak dapat dibebankan ke satu
unit.
Misalnya, rumah sakit tidak dapat melacak tagihan utilitas kembali ke layanan atau objek biaya
tertentu karena akan digunakan oleh semua departemen rumah sakit, sehingga akan
dibebankan secara keseluruhan daripada dibebankan ke departemen tertentu.
Namun biaya ini dikaitkan dengan setiap unit akuntansi bahkan setelah menghadapi kesulitan
yang melekat melalui metode berikut:
Klasifikasi Biaya Tetap
Alokasi Proporsional
Alokasi Biaya Berbasis Aktivitas
Perhitungan Tarif Biaya
Sifat biaya tidak langsung terkadang variabel dan terkadang tetap. Biaya variabel tidak langsung
tidak terkait langsung atau dapat dilacak ke setiap unit produk tetapi bervariasi sesuai output,
misalnya tagihan listrik di industri manufaktur.
Demikian pula, biaya tetap tidak langsung tidak dapat dilacak atau berhubungan langsung
dengan setiap unit produk dan juga tidak bervariasi sesuai dengan output, misalnya gaji
penjaga.
Biaya tidak langsung juga disebut sebagai biaya overhead, biaya administrasi atau biaya
fasilitas. Semua terminologi ini sinonim dan sebagian besar digunakan untuk menggantikan
satu sama lain.
Biaya tidak langsung mungkin berbeda untuk industri yang berbeda. Ada juga kemungkinan
bahwa satu jenis biaya dalam organisasi yang sama dapat dianggap sebagai biaya
langsung untuk satu produk sementara pada saat yang sama dapat dianggap sebagai biaya tidak
langsung untuk departemen atau produk lain.
Biasanya, manajemen memiliki sedikit kendali atas biaya tidak langsung dibandingkan
dengan biaya langsung yang dapat diminimalkan dengan manajemen yang efisien.
Journal Entries:
How does the indirect costs are records in the company financial statements?
As we describe the types of indirect costs above, they are commonly the general administrative
expense. Therefore, the double entries of indirect cost or indirect expenses in the income
statement are the same like others expenses.
The entries are:
Dr Indirect Expenses (Cost)
Cr Cash/bank
For example, if the indirect cost are related to travel expenses with amount $1,000, then the
entries are:
Dr Indirect Expenses (Cost) $1,000
Cr Cash/bank $1,000
Biaya Bahan Baku (BBB)
November 17, 2020
Biaya bahan baku (BBB) adalah salah satu unsur biaya yang penting dalam perusahaan industri
atau manufaktur selain biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya tersebut penting dikarenakan merupakan unsur utama dalam membuat suatu produk di
perusahaan manufaktur.
Hal tersebut nantinya akan mempengaruhi juga harga jual dari produk tersebut, yang kaitannya
nanti dengan keuntungan yang didapatkan.
Nah, untuk lebih jelasnya Yuk simak pembahasannya dalam artikel ini dengan seksama!!
Daftar Isi Lihat
Sedangkan biaya bahan baku adalah suatu biaya yang ditanggung atau dikeluarkan untuk
mendapatkan bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
Perlu diketahui bahwa harga pokok bahan baku ini terdiri dari:
Harga beli
Biaya angkut
Dan berbagai biaya lainnya yang dikeluarkan dalam mempersiapkan bahan baku untuk
siap digunakan dalam proses produksi.
Sehingga harga pokok bahan baku bukan hanya harga yang terdapat di dalam faktur pembelian
atau harga beli saja.
Berbagai biaya lainnya yang pada umumnya ikut dalam perhitungan sebagai biaya bahan baku
selain harga beli dan biaya angkut adalah sebagai berikut.
Biaya pesan
Biaya penerimaan
Biaya pembongkaran
Biaya pemeriksaan
Biaya asuransi
Dan biaya pergudangan
BBB dicatat hanya sebesar harga beli berdasarkan faktur pembelian. Hal tersebut dikarenakan
berbagai biaya lainnya yang terjadi selain harga beli sulit untuk dapat diperhitungkan kepada
harga pokok bahan baku yang dibeli.
Berbagai biaya lainnya tersebut diperhitungkan sebagai biaya overhead pabrik. Berbagai biaya
lainnya tersebut disebut juga sebagai biaya bahan pembantu atau sebagai bahan penolong.
Transaksi pembelian pembelian yang dilakukan di dalam negeri atau lokal melibatkan berbagai
bagian, yaitu bagian produksi, gudang, pembelian, penerimaan barang, dan akuntansi.
Beberapa dokumen sumber dan juga pendukung yang dibuat dalam transaksi pembelian lokal
adalah sebagai berikut.
1. Surat permintaan pembelian.
2. Surat order pembelian.
3. Laporan penerimaan barang.
4. Faktur yang berasal dari penjual.
Sistem pembelian lokal bahan baku ini terdiri dari beberapa prosedur, diantaranya sebagai
berikut.
2.
Prosedur Order Pembelian
Pada bagian pembelian akan dilakukan pembelian berdasarkan surat permintaan pembelian
yang berasal dari bagian gudang.Untuk pemilihan supplier, maka bagian pembelian akan
mengirimkan surat permintaan penawaran harga atau purchase price quotation kepada para
calon supplier.Surat tersebut berisikan permintaan informasi harga dan berbagai syarat
pembelian dari setiap supplier tersebut.Kemudian setelah supplier yang dianggap baik sudah
terpilih, maka bagian pembelian akan membuat surat order pembelian.Surat order pembelian
tersebut akan dikirimkan kepada supplier yang sudah dipilih. Berikut ini adalah contoh dari
surat order pembelian.
3. Prosedur Penerimaan Bahan BakuSupplier akan mengirimkan bahan baku kepada
perusahaan sesuai dengan yang terdapat di dalam surat order pembelian yang
diterimanya.Bagian penerimaan barang mempunyai tugas dalam melakukan
penerimaan barang, memeriksa kualitas, kuantitas, jenis dan juga spesifikasi bahan baku
yang diterima oleh supplier dengan tebusan surat order pembelian.Jika bahan baku yang
diterima sudah sesuai dengan apa yang dipesan atau sesuai dengan yang ada di dalam
surat order pembelian, maka bagian penerimaan barang akan membuat laporan
penerimaan barang.Laporan tersebut untuk dikirimkan kepada bagian akuntansi.
Berikut ini adalah contoh dari laporan penerimaan barang.
4. Pros
edur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang
Bagian penerimaan kemudian menyerahkan bahan baku yang sudah diterima dari supplier
kepada bagian gudang.Bagian gudang bertugas untuk menyimpan bahan baku tersebut dan
mencatat jumlah dari bahan baku yang diterima dari bagian penerimaan barang dalam kartu
gudang atau stock card pada kolom “masuk”.
Stock card ini dipakai oleh bagian gudang untuk melakukan pencatatan mutasi setiap jenis
barang yang ada di dalam gudang.
Stock card hanya berisikan berbagai informasi tentang harga barang yang tersimpan di dalam
gudang.
Catatan yang ada di dalam stock card tersebut diawasi atau di-pantau dengan catatan yang
diselenggarakan oleh bagian akuntansi yang berupa kartu persediaan atau inventory
card sebagai akun pembantu persediaan.
Selain melakukan pencatatan mutasi barang gudang dalam stock card, bagian gudang juga
mencatat barang dalam kartu barang atau inventory tag.
Kartu baran tersebut akan digantungkan atau ditempel-kan pada tempat penyimpanan setiap
jenis barang. Berikut ini adalah contoh dari kartu gudang dan kartu barang.
5.
Prosedur Pencatatan Utang
Dalam proses ini bagian pembelian akan menerima faktur pembelian dari supplier. Selanjutnya
bagian pembelian akan memberikan tanda tangan di atas faktur pembelian.
Tanda tangan tersebut sebagai bukti persetujuan bahwa faktur bisa dibayar, karena supplier
sudah memenuhi berbagai syarat pembelian yang sudah ditentukan oleh perusahaan.
Faktur pembelian yang sudah ditandatangani oleh bagian pembelian tersebut kemudian akan
diserahkan kepada bagian akuntansi.
Setelah bagian akuntansi menerima faktur pembelian bahan baku tersebut, maka bagian
akuntansi akan langsung melakukan pemeriksaan terhadap ketelitian perhitungan yang ada di
dalam faktur pembelian.
Selain itu bagian akuntansi juga akan mencocokkan faktur pembelian dengan informasi atau
data yang ada di dalam tembusan surat order pembelian yang diterima dari bagian pembelian
dan laporan penerimaan barang yang diterima dari bagian penerimaan barang.
Faktur pembelian tersebut yang dilampirkan dengan tembusan surat order pembelian dan
laporan penerimaan barang akan dimasukkan atau dicatat di dalam jurnal pembelian oleh
bagian akuntansi.
Kemudian setelah dicatat dalam jurnal pembelian, maka faktur pembelian dan juga dokumen
pendukungnya akan dicatat di dalam kartu persediaan pada kolom “masuk”.
Kartu persediaan ini digunakan sebagai pembantu untuk mencatat persediaan bahan baku.
Berikut ini adalah contoh dari kartu persediaan.
Sehingga, harga pokok bahan baku tidak hanya berupa harga yang terdapat di dalam faktur
pembelian saja.
Harga pokok bahan baku ini terdiri dari harga beli (harga yang ada di dalam faktur pembelian)
ditambah dengan berbagai macam biaya pembelian dan berbagai biaya untuk menyiapkan
bahan baku tersebut dalam kondisi siap digunakan.
Harga beli dan juga biaya angkut adalah suatu unsur yang mudah untuk diperhitungkan sebagai
harga pokok bahan baku.
Sedangkan untuk berbagai macam biaya pesan atau order cost, biaya penerimaan, pemeriksaan,
pembongkaran, pergudangan, dan asuransi, dan biaya akuntansi bahan baku adalah berbagai
macam unsur biaya yang sulit untuk diperhitungkan pada harga pokok bahan baku yang dibeli.
Dalam praktiknya, harga pokok bahan baku hanya dicatat sebesar harga beli berdasarkan faktur
pembelian dari supplier.
Hal tersebut dilakukan karena pembagian biaya pembelian kepada setiap jenis bahan baku
membutuhkan biaya akuntansi yang mungkin lebih besar jika dibandingkan dengan manfaat
ketelitian perhitungan harga pokok yang didapatkan.
Oleh karena hal tersebutlah, maka berbagai biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan bahan
baku dan untuk menjadikan bahan baku dalam kondisi siap digunakan, pada umumnya akan
dimasukkan atau diperhitungkan sebagai unsur biaya overhead pabrik.
Jika dalam pembelian bahan baku, supplier memberikan potongan harga (cash discount),
maka cash discount tersebut akan diperlakukan sebagai pengurang harga pokok bahan baku
yang dibeli.
Pada umumnya dalam melakukan pembelian bahan baku, suatu perusahaan akan membayar
biaya angkut untuk berbagai jenis bahan bak yang dibeli.
Nah, hal tersebut menjadi masalah tentang pengalokasian biaya angkut pada setiap jenis bahan
baku yang diangkut. Oleh karena itu diperlakukan yang tepat pada biaya angkut tersebut.
Perbandingan kuantitas.
Perbandingan harga faktur.
Tarif yang ditentukan di-muka.
Catatan:
Dalam pengalokasian biaya angkut berdasarkan tarif yang ditentukan di-muka, jika pada akhir
periode akuntansi dalam akun biaya angkut terdapat selisih antara biaya angkut yang
dibebankan dengan biaya angkut yang sesungguhnya dan jumlah selisihnya material, maka
selisih tersebut akan dibagikan ke beberapa akun, yaitu:
Namun, jika selisih antara biaya angkut yang dibebankan dengan biaya angkut sesungguhnya
tidak material, maka selisih tersebut dapat langsung ditutup ke dalam akun harga pokok
penjualan.
Contoh Soal 1
PT Mastah Bisnis dalam melakukan aktivitas produksinya membutuhkan 3 jenis bahan baku
yaitu X, Y, dan Z. Pada tanggal 5 Febuari 2021 melakukan pembelian bahan baku sebagai
berikut.
Biaya angkut yang dibayarkan untuk mengangkut ke-3 jenis bahan baku tersebut adalah Rp.
375.000.
Dari data tersebut buatlah suatu alokasi biaya angkut pada setiap jenis bahan jika pembebanan
biaya angkut pembelian berdasarkan atas:
1. Perbandingan kuantitas
2. Perbandingan harga faktur
Jawab:
Perbandingan kuantitas
Contoh Soal 2
Biaya angkut yang diperkirakan akan ditanggung pada tahun 20×1 yaitu sebesar Rp.2.500.000,
dan jumlah bahan baku yang diangkut diperkirakan sebanyak 50.000 kg.
Tarif biaya angkut pada tahun 20×1 adalah sebesar Rp.50/kg. Berikut ini adalah jumlah bahan
baku yang dibeli dan juga alokasi biaya angkutan atas dasar tarif pada tahun 20×1.
Jawab:
Biaya Harga Pokok
Angkut Bahan Baku
yang
Dibebankan
Unit Harga Faktur atas Dasar
Nama Tarif
Barang
Apabila biaya angkut sesungguhnya yang dibayar pada tahun 20×1 adalah sebesar
Rp.2.400.000, maka jurnal yang bisa dibuat pada tahun 20×1 untuk mencatat bahan baku yang
dibeli adalah sebagai berikut.
Debet Kredit
Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref
(Rp) (Rp)
13.500.0
Persediaan bahan baku
00
13.500.0
Utang dagang
00
Debet Kredit
Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref
(Rp) (Rp)
2.400.00
Biaya angkut
0
Kas 2.400.000
Jurnal penutupan saldo akun biaya angkut ke akun harga pokok penjualan
2. Sebagai Tambahan Harga Pokok Bahan Baku, Tapi Sebagai Unsur BOP
Dengan memakai cara ini, biaya angkut tidak diperhitungkan sebagai tambahan harga pokok
bahan baku, tapi sebagai unsur dari biaya overhead pabrik.
Pada saat awal tahun anggaran, jumlah dari biaya angkut yang dikeluarkan selama 1 tahun akan
diperkirakan atau ditaksir.
Jumlah taksiran biaya angkut tersebut akan diperhitungkan sebagai unsur dari biaya overhead
pabrik dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik.
Biaya angkut sesungguhnya selanjutnya akan dicatat pada sisi debet akun biaya overhead
pabrik sesungguhnya.
Biaya Unit Organisasi dalam Perolehan Bahan Baku
Di awal penjelasan dalam artikel ini sudah dijelaskan bahwa harga pokok bahan baku itu terdiri
dari harga yang terdapat di dalam faktur ditambah dengan berbagai biaya pembelian dan biaya
untuk menyiapkan bahan baku.
Dalam melakukan pembelian bahan baku, unit organisasi yang berhubungan dalam kegiatan
pembelian bahan baku adalah bagian pembelian, bagian penerimaan, bagian gudang, dan bagian
akuntansi persediaan.
Sehingga, jika biaya pembelian akan diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku, maka
setiap biaya yang ada pada setiap bagian tersebut harus diperhitungkan.
Berbagai biaya yang berhubungan dengan pembelian bahan baku dari setiap bagian tersebut
sebagian besar belum bisa diperhitungkan ketika bahan baku yang dibeli diterima di gudang.
Oleh karena itu, akan muncul kesulitan dalam melakukan perhitungan biaya pembelian
sesungguhnya yang harus dibebankan pada harga pokok bahan baku yang dibeli.
Untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut, maka harus dibuat tarif pembebanan biaya
pembelian pada masing-masing jenis bahan baku yang dibeli.
Apabila biaya pembelian dibebankan pada bahan baku yang dibeli berdasarkan tarif, maka
perhitungan tarif biaya pembelian dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Jumlah biaya setiap bagian yang berhubungan dengan transaksi pembelian bahan baku
diperkirakan selama 1 tahun anggaran.
2. Ditentukan dasar pembebanan biaya setiap bagian dan ditaksir berapa jumlahnya dalam
tahun anggaran.
3. Ditentukan tarif pembebanan biaya setiap bagian dengan cara membagi biaya dari
setiap bagian dengan dasar pembebanan.
Dasar dan Tarif Biaya Pembelian Setiap Bagian
Berikut ini adalah dasar pembebanan biaya pembelian setiap bagian yang berhubungan dalam
pengadaan bahan baku.
Berbagai macam biaya sesungguhnya yang dikeluarkan oleh setiap bagian yang berhubungan
dengan pengadaan bahan didebitkan dalam akun biaya setiap bagian yang dibebankan.
Jika terjadi selisih dalam setiap akun biaya masing-masing bagian yang dibebankan, maka
perlakuannya sama seperti selisih yang terdapat dalam akun biaya angkut.
Jurnal yang dapat dibuat untuk mencatat pembebanan biaya pembelian pada harga pokok
bahan baku atas dasar tarif adalah sebagai berikut.
Persediaan Rp.$$$
Biaya yang Diperhitungkan dalam Harga Pokok Bahan Baku yang Diimpor
Jika bahan bakunya diimpor dari luar negeri, tentunya unsur harga pokoknya berbeda dengan
bahan baku yang dibeli dari dalam negeri.
Dalam perdagangan luar negeri, harga barang yang disepakati bersama antara pembeli dan
penjual akan berdampak pada berbagai biaya yang menjadi tanggungan si pembeli.
Bahan baku bisa diimpor dari luar negeri dengan menggunakan beberapa syarat harga yaitu
sebagai berikut.
Pada syarat harga C I & F pembeli hanya akan menanggung biaya berbagai biaya untuk
mengeluarkan bahan baku dari pelabuhan pembeli dan berbagai biaya lain sampai barang
diterima di gudang pembeli.
Dalam syarat harga C I & F biaya angkut laut dan juga biaya asuransi lautnya akan
diperhitungkan sebagai harga barang oleh penjual.
Harga pokok bahan baku yang diimpor terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut.
Beberapa biaya tersebut merupakan contoh dari unsur biaya bahan baku yang diimpor dari luar
negeri. Biaya – biaya tersebut tidaklah baku seperti itu.
Sehingga persediaan bahan baku yang ada di-gudang memiliki harga pokok yang berbeda –
beda, meskipun jenis bahan bakunya sama.
Tentunya hal tersebut menyebabkan masalah dalam penentuan harga pokok bahan baku yang
digunakan dalam produksi.
Untuk dapat mengatasi hal tersebut dibutuhkan berbagai macam metode penilaian / pencatatan
/ penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi.
Perlakukan terhadap sisa bahan tersebut tergantung dari harga jual sisa bahan tersebut.
Apabila harga jual dari sisa bahan ini rendah, pada umumnya tidak dilakukan pencatatan
jumlah dan harganya sampai ketika penjualannya.
Namun apabila harga jual dari sisa bahan tersebut tinggi, maka harus dicatat jumlah dan harga
jual dari sisa bahan tersebut ke dalam kartu persediaan ketika sisa bahan diserahkan oleh
bagian produksi ke bagian gudang.
Apabila dalam proses produksi terdapat sisa bahan, maka masalah yang muncul adalah
bagaimana cara dalam memperlakukan hasil penjualan dari sisa bahan tersebut.
Nah, berikut ini adalah beberapa perlakuan terhadap hasil penjualan sisa bahan.
1. Sebagai Pengurangan Biaya Bahan Baku yang Digunakan dalam Pesanan yang
Menghasilkan Sisa Bahan Tersebut.
Apabila sisa bahan yang terjadi disebabkan karena karakteristik dari proses pengolahan suatu
pesanan tertentu, maka hasil dari penjualan sisa bahan bisa diidentifikasikan dengan pesanan
tersebut.
Jurnal yang dapat dibuat ketika penjualan sisa bahan adalah sebagai berikut:
Hasil dari penjualan sisa bahan tersebut juga harus dicatat ke dalam kartu harga pokok pesanan
yang berkaitan.
Pencatatan tersebut dilakukan di kolom “biaya bahan baku” sebagai pengurang biaya bahan
baku pesanan tersebut.
Akun hasil penjualan sisa bahan ini disajikan dalam laporan laba rugi, yaitu masuk ke dalam
kelompok pendapatan di luar usaha (other income).
Pemegang kartu persediaan yang ada di bagian akuntansi harus mencatat mutasi persediaan
sisa bahan yang ada di gudang.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melakukan pencatatan persediaan sisa
bahan, yaitu sebagai berikut.
Setelah itu bagian akuntansi persediaan akan mencatat kuantitas dari sisa bahan ke dalam kartu
persediaan.
Ketika persediaan sisa bahan dijual, maka harus dibuat jurnal seperti yang sudah di jelaskan di
atas.
Bagian akuntansi persediaan akan melakukan pencatatan mutasi persediaan sisa bahan hanya
dalam kuantitasnya saja, tanpa nilai uangnya.
Contoh Soal 3
Bagian produksi menyerahkan sebanyak 2.000 kg sisa bahan ke bagian gudang. Sisa bahan
tersebut diperkirakan bisa dijual dengan harga Rp.5.000/kg. Sampai pada akhir periode
akuntansi, sisa bahan tersebut sudah terjual sebanyak 1.250 kg dengan harga Rp.6000/kg.
Jawab:
Metode I
Berikut ini merupakan jurnal penyerahan persediaan sisa bahan dari bagian produksi ke bagian
gudang, apabila hasil penjualan sisa bahan sebagai pendapatan di luar usaha.
(2.000 x Rp.5.000)
Dalam penjurnalan tersebut, akun yang berada di posisi kredit tergantung dari perlakuan
terhadap hasil penjualan sisa bahan.
(1.250 x Rp.6.000)
Pada akhir periode harus dibuat jurnal penyesuaian (adjusting journal entry). Hal tersebut
dikarenakan terdapat persediaan sisa bahan yang belum laku dijual yaitu sebanyak 750 kg.
Pada jurnal yang pertama sudah dicatat hasil penjualan sebesar 2.000 kg, namun pada nyata
nya yang sudah direalisasikan terjual baru 1.250 kg.
Sehingga hasil penjualan dari sisa bahan adalah sebesar Rp.10.000.000 harus dikurangi
Rp.3.750.000.
Rp.3750.000 ini berasal dari (750 x Rp.5.000) yaitu jumlah hasil penjualan yang belum
direalisasikan.
Jurnal penyesuaian (adjusting journal) yang dibuat pada akhir periode adalah sebagai berikut.
Pada akhir periode juga harus dibuat penyesuaian jika terjadi perbedaan antara harga jual sisa
bahan yang ditaksir dengan harga sesungguhnya.
Terdapat selisih dalam periode tersebut sebesar Rp.1.000/kg (Rp.6.000 – Rp.5.000) dan jumlah
sisa bahan yang terjual adalah 1.250 kg.
Sehingga selisih pada periode tersebut adalah Rp.1.250.000 (Rp.1.000 x 1.250 kg). Berikut ini
adalah jurnal penyesuaian karena adanya selisih harga jual.
Jurnal pencatatan persediaan, penjualan, dan penyesuaian sisa bahan pada akhir periode dapat
digambarkan sebagai berikut.
Metode II
Perbedaan antara metode I dengan metode II hanya pada jurnal yang dibuat ketika sisa bahan
diserahkan ke gudang dan penjualannya.
Berikut ini jurnal penyerahan sisa bahan dari bagian produksi ke bagian gudang.
(2.000 x Rp.5.000)
(1.250 x Rp.6.000)
Pada metode ke II ini jika terdapat persediaan sisa bahan yang belum terjual dan terjadi selisih
harga jual, maka pada akhir periode tidak harus dibuat jurnal penyesuaian seperti pada metode
I.
Berbagai jurnal yang dibuat dalam metode ke II ini bisa digambarkan sebagai berikut.
Produk rusak adalah suatu produk yang tidak sesuai dengan standar mutu yang sudah
ditetapkan, yang secara ekonomis sudah tidak bisa diperbaiki menjadi suatu produk yang baik.
Produk rusak dengan sisa bahan tentunya berbeda. Sisa bahan adalah bahan yang mengalami
kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi suatu produk.
Sedangkan produk rusak adalah produk yang sudah menyerap biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik.
Perlakuan terhadap produk rusak ini tergantung dari sifat dan juga penyebab terjadinya
kerusakan.
Apabila penyebab terjadinya produk rusak karena sulitnya pengerjaan suatu pesanan tertentu
atau berbagai macam faktor luar biasa lainnya, maka harga pokok produk rusak akan
dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang tidak rusak dalam pesanan tersebut.
Apabila produk rusak tersebut masih dapat dijual, maka hasil dari penjualan produk rusak
tersebut diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi pesanan yang menghasilkan produk
rusak tersebut.
Apabila produk rusak adalah suatu hal yang normal terjadi pada proses pengolahan produk,
maka kerugian yang muncul sebagai akibat terjadinya produk rusak akan dibebankan pada
produksi secara keseluruhan.
Yaitu dengan cara memperhitungkan kerugian tersebut di dalam tarif biaya overhead pabrik
(BOP).
Sehingga anggaran biaya overhead pabrik yang akan dipakai untuk menentukan tarif BOP
terdiri dari beberapa elemen berikut ini.
Rugi produk rusak (hasil penjualan – harga pokok produk rusak) Rp.$$$
Apabila terjadi produk rusak, maka kerugian yang sesungguhnya terjadi akan didebitkan dalam
akun biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Terdapat beberapa macam perlakuan atau pencatatan yang bisa dilakukan pada produk rusak,
yaitu sebagai berikut.
Karena pesanan tersebut adalah pesanan yang memerlukan ketepatan spesifikasi yang
ditentukan oleh pemesan, maka produk rusak yang terjadi akan dibebankan pada pesanan
tersebut.
Untuk dapat memenuhi pesanan tersebut perusahaan memproduksi sebanyak 1.100 produk A,
dengan rincian biaya sebagai berikut.
Ketika pesanan tersebut selesai dikerjakan ternyata ada 100 unit produk A yang rusak, yang
secara ekonomis tidak bisa diperbaiki.
Diperkirakan produk tersebut dapat dijual dengan harga Rp.350 per unit-nya. Buatlah jurnal
yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi tersebut!
Jawab
Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat biaya produksi dalam mengolah 1.100 unit produk A.
Andai saja 100 produk A tidak mengalami kerusakan, maka harga pokok dari produk A adalah
Rp.466 per unit (Rp.512.000 : 1.100 unit).
Karena terdapat 100 produk A yang rusak, maka harga pokok produk rusak dibebankan pada
produk yang tidak rusak.
Oleh karena itu produk A yang tidak rusak mempunyai harga pokok sebesar Rp.523 per unit
(Rp.512.500 : 1.000).
Apabila produk rusak tersebut masih bisa dijual dengan harga Rp.350 per unit, maka hasil
penjualan tersebut akan diperlakukan sebagai pengurang dari biaya produksi yang sudah
dibebankan kepada produk yang tidak rusak.
Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat nilai jual produk rusak dan pengurangan biaya
produksi pesanan.
Pembagian nilai jual produk rusak sebagai pengurang terhadap setiap akun barang dalam
proses didasarkan pada perbandingan setiap elemen biaya dalam harga pokok produk rusak,
berikut penjelasannya.
Jurnal yang digunakan untuk mencatat harga pokok produk jadi adalah sebagai berikut:
Keterangan / Nama Akun Ref Debet Kredit
Tanggal
(Rp) (Rp)
Karena produk rusak masih bisa dijual dengan harga Rp.35.000, maka biaya produksi
berkurang menjadi Rp.477.500 (Rp.512.500 – Rp.35.000).
Oleh karena itu harga pokok per unit produk A yang tidak rusak adalah Rp.478 (Rp.477.500 :
1.000).
Tarif BOP adalah sebesar 160% dari biaya tenaga kerja langsung. Pada bulan Febuari 20×9,
perusahaan menerima suatu pesanan produk AB sebanyak 2.000 unit.
Biaya produksi yang di keluarkan untuk dapat mengerjakan pesanan tersebut adalah sebagai
berikut.
Setelah pesanan tersebut selesai dikerjakan, ternyata dari 2.300 unit produk yang selesai
dikerjakan terdapat 300 unit yang rusak.
Diperkirakan produk rusak tersebut masih laku seharga Rp.200 per unit.
Buatlah penjurnalan yang dibutuhkan untuk mencatat kondisi tersebut!
Jawab
Berikut ini adalah jurnal yang digunakan untuk mencatat biaya produk dalam pengolahan
produk AB.
Karena dalam tarif BOP sudah diperhitungkan kerugian produk rusak, maka semua produk
yang diproduksi akan dibebani kerugian produk rusak.
Sehingga kerugian sesungguhnya yang muncul dari produk rusak akan didebitkan dalam akun
BOP sesungguhnya.
Berikut merupakan perhitungan kerugian karena adanya produk rusak dari contoh soal 5.
Berikut ini adalah jurnal yang dibuat untuk melakukan pencatatan produk rusak dan kerugian.
Berikut ini adalah jurnal untuk mencatat produk jadi yang tidak rusak.
Produk cacat adalah suatu produk yang tidak sesuai dengan standar kualitas yang sudah
ditentukan, namun dengan mengunakkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya,
maka produk tersebut secara ekonomis bisa menjadi produk jadi yang baik.
Masalah yang muncul dengan adanya produk cacat ini adalah bagaimana memperlakukan biaya
tambahan pengerjaan kembali atau rework cost pada produk cacat tersebut.
Sebenarnya perlakuan terhadap biaya pengerjaan kembali produk cacat hampir sama seperti
yang dilakukan pada produk rusak.
Apabila produk cacat bukan menjadi hal yang wajar atau biasa dalam proses produksi, namun
karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu, maka rework cost bisa dibebankan sebagai
tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan.
Selain itu rework cost juga bisa dibebankan kepada semua produk. Yaitu dengan cara
memperhitungkan rework cost ke dalam tarif BOP.
Biaya pengerjaan kembali produk cacat yang sesungguhnya akan dicatat pada sisi debet dalam
akun BOP sesungguhnya.
1. Dibebankan pada Pesanan Tertentu
Contoh Soal 6
PT Maju Jaya menerima suatu pesanan produk C. Biaya produksi yang dikeluarkan untuk
membuat produk C adalah sebagai berikut.
Biaya overhead pabrik (160% x Rp.250.000) 200% dari biaya tenaga kerja langsung
Setelah pengerjaan 100 unit produk C selesai, ternyata ada 10 unit yang cacat, dan secara
ekonomis masih bisa diperbaiki.
Berbagai biaya pengerjaan kembali 10 unit produk C tersebut terdiri dari biaya tenaga kerja
langsung Rp.5.000 dan BOP sebesar tarif yang biasa digunakan.
Jawab
Jurnal untuk mencatat biaya produksi 100 unit produk C.
Debet
Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref Kredit (Rp)
(Rp)
Debet Kredit
Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref
(Rp) (Rp)
Debet Kredit
Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref
(Rp) (Rp)
Biaya produksi yang dikeluarkan untuk menyelesaikan produk tersebut adalah sebagai berikut.
Biaya bahan baku Rp.100.000
Setelah pengerjaan produk BC selesai, ternyata terdapat 50 unit produk BC yang cacat.
Rework cost yang dikeluarkan untuk memperbaiki produk tersebut terdiri dari BTKL sebesar
Rp.10.000 dan BOP pada tarif yang digunakan.
Buatlah penjurnalan yang dibutuhkan untuk mencatat kondisi tersebut!
Jawab
Jurnal untuk mencatat biaya produksi 500 unit produk BC.
Debet Kredit
Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref
(Rp) (Rp)
Debet Kredit
Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref
(Rp) (Rp)
Debet Kredit
Tanggal Keterangan / Nama Akun Ref
(Rp) (Rp)