Laporan Kompre - BAB 1 Dan 2
Laporan Kompre - BAB 1 Dan 2
OLEH:
04064822124007
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
salah satu penyebab terbanyak morbiditas di bidang saraf pada anak yang
kembang, kesulitan belajar, serta dapat menentukan potensi dan kualitas hidup
anak pada masa yang akan datang. Epilepsi dapat terjadi pada wanita maupun
pria, tanpa memandang umur dan ras (Lestari dan Mudapati, 2014).
neurologi yang paling umum secara global. Hampir 80% orang yang
epilepsi adalah pengobatan yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang,
sehingga diperlukan kerja sama yang baik antara dokter, pasien, dan keluarga
dari dosis rendah dan dilanjutkan dengan dinaikkan bertahap sampai dosis
efektif tercapai. Jika bangkitan tidak dapat dihetikan dengan OAE lini pertama
nyeri dan rasa tidak nyaman pada pasien anak-anak. Kondisi rawat di rumah
sakit, merupakan lingkungan yang baru dan menimbulkan stres bagi anak.
Anak dapat menjadi sangat tertekan terhadap lingkungan yang tidak familiar,
dengan pakaian yang tidak biasa, misalnya masker, sikap tenaga kesehatan
yang cenderung tegas dari pada orang biasa ditemui anak, serta suara bising
dan bau- bauan yang tidak familiar dapat menimbulkan perasaan takut bagi
Nyeri merupakan sumber utama stress bagi anak dan keluarga mereka
invasif, seperti pemasangan infus dan pemberian obat melalui selang infus.
lebih dari 6 tahun maka penilaian nyeri dapat diungkapkan atau dilaporkan
secara langsung. Sedangkan untuk anak usia kurang dari 6 tahun, skala nyeri
perilaku bisa digunakan juga (Beltramini, Milojevic dan Pateron, 2017). Anak
menarik diri terhadap jarum karena menimbulkan rasa nyeri yang nyata dan
yang lainnya. Dalam hal ini perawat mempunyai kesempatan untuk membantu
2017).
dijalankan, dan bertindak sebagai advokat pasien saat intervensi tidak efektif.
Selain itu, perawat berperan sebagai pendidik atau edukator untuk pasien dan
Teknik yang dapat diberikan untuk menurunkan skala nyeri anak salah
anak usia pra sekolah yang memiliki daya imajinasi tinggi. Audiovisual dapat
ingat melalui audiovisual, taknik ini juga dapat membantu perawat dalam
anak dengan epilepsi untuk menurunkan skala nyeri akibat prosedur invasif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
ini.
2. Tujuan Khusus
dengan epilepsi
C. Manfaat
D. Metode
1. Mencari dan memilih tiga pasien keloaan dengan kriteria yaitu sebagai
evaluasi keperawatan.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Epilepsi
International League Against Epilepsy (ILAE) pada tahun 2005, epilepsi yang
disebabkan oleh lepasnya muatan listrik secara sinkron dan berlebihan dari
B. Etiologi Epilepsi
1. Struktural
2. Genetik
langsung yang diketahui atau diduga dari mutasi genetik, gejala inti dari
banyak keluarga yang memiliki mutasi salah satu dari gen kanal kalium,
hanya diketahui pada sebagian kecil individu saat ini (Scheffer et al.,
2017).
Kedua, etiologi genetik dapat disarankan dengan penelitian klinis
satu gen atau varian nomor salinan dari efek utama. Terdapat peningkatan
kurang tidur, stres, dan sakit. Etiologi genetik mengacu pada varian
3. Infeksi
sebagai akibat dari infeksi. Konsep dari etiologi infeksi adalah epilepsi
terjadi sebagai hasil secara langsung dari infeksi yang diketahui bahwa
4. Metabolik
dari epilepsi metabolik adalah epilepsi terjadi sebagai hasil langsung yang
2017).
5. Imunitas
Faktor risiko menurut Raharjo (2007), yaitu: fakotr prenatal, natal, dan
postnatal.
1. Faktor Prenatal
Usia ibu pada waktu hamil <20 tahun atau >35 tahun dapat
(Raharjo, 2007).
2. Faktor Natal
a. Afiksia
(Raharjo, 2007)
b. Partus lama
(Raharjo, 2007)
kerusakan otak yang permanen lebih besar. Oleh karena itu, setiap
kerusakan yang lebih luas (Raharjo, 2007). Pada bayi yang lahir
3. Faktor Postnatal
a. Kejang demam
b. Trauma kepala
gejala sisa berupa jaringan sikatrik yang dalam kurun waktu 3-5
tahun akan menjadi fokus epilepsi. Bangkitan epilepsi pasca cedera
2007):
genetik.
onset fokal didefinisikan sebagai “berasal dari jaringan yang terbatas pada
satu hemisfer. Mereka mungkin lokal atau tersebar lebih luas. Kejang
fokal dapat berasal dari struktur subkortikal. Kejang dari onset umum
masa depan, sebuah reklasifikasi dari kejang dengan onset yang belum
diketahui menjadi onset fokal atau umum mungkin dapat terjadi. Oleh
karena itu, onset yang belum diketahui bukan sebuah karakteristik kejang,
bilateral sejak onset, tetapi di klasifikasi dasar, tipe aktivitas motor tidak
kategori tidak terklasifikasi terdiri dari keduanya yaitu kejang yang tidak
cocok dengan kategori lain atau kejang yang tidak memilki cukup
kategori dari onset fokal tidak secara hierarki, menamai tingkat kesadaran
pada kejang onset umum, jadi tingkat kesadaran tidak digunakan sebagai
onset umum yang tidak bisa dikatakan hal lain, tetapi istilah “motor” dan
dihilangkan untuk kejang seperti absence yang hanya hadir dengan onset
Kejang dengan onset tidak diketahui dapat dibagi menjadi motor atau
kejadian yang tidak biasa yang menyerupai kejang, namun tidak dapat
E. Patofisiologis Epilepsi
reseptor akan terjadi perubahan lokal sistem elektrik neuron, yang dapat
berupa eksitasi dan inhibisi pada impuls saraf sehingga terjadi aksi potensial
eksitabilitas sel-sel saraf dan hubungan antar sel-sel saraf. Kejang dapat
dipicu oleh eksitasi ataupun inhibisi pada sel saraf. Glutamat yang
reseptor NMDA akan menghasilkan tipe EPSP yang lebih lambat (Vera et
al., 2014).
menyebabkan masuknya ion Cl-ke dalam sel neuron. Masuknya ion Cl-ini
2014).
2013).
adalah daerah pertemuan atau sinaps antara membran sel saraf motorik dan
sejumlah ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membran serat otot
Diagnosis epilepsi pada anak dan remaja dapat ditegakkan oleh dokter
spesialis anak yang sudah dilatih dan/atau pakar di bidang epilepsi. Diagnosis
1. Anamnesis
Tabel
Perbedaan kejang dan bukan kejang
(IDAI, 2016)
Klinis Kejang Bukan Kejang
Awitan Tiba-tiba Gradual
Kesadaran Terganggu (tidak Tidak terganggu
terganggu pada kejang
fokal sederhana)
Gerakan ekstremitas Sinkron Asinkron
Sianosis Sering Jarang
Gerakan abnormal mata Selalu Jarang
Serangan khas Sering Jarang
Lama Detik-menit Beberapa menit
Dapat diprovokasi Jarang Hampir selalu
Abnormalitas EEG Selalu Tidak pernah
(iktal)
berlangsung?
4) Apa yang terjadi setelah kejang berhenti? Apakah anak
penurunan kesadaran
2. Pemeriksaan Fisik
gejala yang tergantung dengan usia, seperti umur saat onset dan
a. EEG
penyebarannya
dihentikan
b. MRI
defisit
tiga bulan
8) Status epileptikus
G. Penatalaksanaan Epilepsi
sel-sel otak. Apabila kejang terjadi terus-menerus, kerusakan sel-sel otak akan
rendah dan dinaikkan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau timbul
efek samping. Jika bangkitan tidak dapat dihetikan dengan OAE lini
kegagalan mengontrol bangkitan dengan lebih dari dua OAE lini pertama
dengan rata-rata serangan lebih dari satu kali per bulan selama 18 bulan
dan interval bebas bangkitan tidak lebih dari tiga bulan. Penderita epilepsi
untuk epilepsi yang baru didiagnosis pada anak-anak. Jika satu OAE tidak
bekerja, obat kedua harus diperkenalkan saat anak masih menerima obat
kontrol bangkitan dicapai dengan obat baru, OAE yang tidak efektif
dilakukan jika bangkitan tidak dapat diatasi dengan penggunaan dua obat
yang adekuat dari dua obat yang ditoleransi dan dipilih secara tepat dan
OAE yang tidak efektif atau tidak ditoleransi, karena jika tidak, seorang
anak akan mendapat empat atau lima OAE. Hal ini meningkatkan risiko
sudah tepat, apakah kepatuhan minum obat sudah baik dan apakah pilihan
a. Diet Ketogenik
Protokol ini terdiri dari lemak dan rasio 4:1 dengan gabungan protein
dan karbohidrat. Pada protokol ini, pasien masuk rumah sakit dan
konstipasi dan diare. (Wisnu et al., 2017). Pada diet ketogenik energi
otak bukan dari glukosa sebagai hasil glikolisis, namun dari keton
b. Tindakan Bedah
(IDAI, 2016).
H. Prognosis Epilepsi
untuk memastikan tidak terjadi kejang kembali (IDAI, 2016). Individu dengan
berulang sebesar 80% (IDAI, 2016). Kematian pada anak dengan epilepsi