Anda di halaman 1dari 26

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Oleh:

Muhammad Alvin Hidayat

Wan Azura Adelia

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Etika Profesi tepat
waktu. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita
nantikan kelak.

Penulisan makalah berjudul “Keselamatan dan Kesehatan Kerja” dapat diselesaikan.


Penulis menyadari makalah ini masih memerlukan penyempurnaan, terutama pada bagian isi.
Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami memohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah bahasa Indonesia ini
dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pekanbaru, 3 Desember 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................5

1.3 Tujuan pembahasan.............................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja ...................................................

2.2 Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja .................................................

2.3 Risiko yang Dihadapi .........................................................................................

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Kerja .....................................

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja .........................................

2.6 Ruang Lingkup dan Syarat Keselamatan Kerja .................................................

2.7 Larangan dan Kewajiban untuk Bekerja ............................................................

2.8 Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja ..................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama bekerja banyak risiko yang dihadapi karyawan, yang bahkan terkadang dapat
mengancam keselamatan jiwa dan raganya. Perusahaan wajib untuk melindungi karyawan
selama jam kerja, bahkan karyawan juga harus dilindungi keselamatannya selama menuju dan
pulang dari tempat kerja. Keselamatan kerja yang dilakoni karyawan biasanya tergantung
lingkungan dimana dia bekerja. Risiko yang dihadapi masing-masing lingkungan kerja juga
bervariasi satu sama lainnya, tergantung dari jenis pekerjaan yang dikerjakan. Keselamatan kerja
yang tidak atau kurang terjamin akan membuat karyawan kurang bersemangat untuk bekerja.

Keselamatan kerja perlu dibudayakan agar mampu meminimalkan kecelakaan kerja. Banyak
faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja dan bukan hanya karena disebabkan perusahaan
kurang memedulikan program keselamatan kerja. Kecelakaan kerja sering kali terjadi akibat dari
karyawan tidak memedulikan atau memerhatikan petunjuk keselamatan kerja. Kesehatan
karyawan juga perlu diperhatikan dengan kondisi kerja yang ada, jangan sampai lingkungan
kerja akan memengaruhi kesehatan karyawan.

Oleh karena itu, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu cara untuk
memberikan perlindungan kepada karyawan. Pemberian perlindungan dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini diperlukan rasa tanggung
jawab perusahaan, karena bagaimanapun karyawan adalah aset perusahaan yang harus dilindungi
hak-haknya, terutama dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja?


2. Apa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja?
3. Risiko apa yang akan dihadapi?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keselamatan kerja?

3
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan kerja?
6. Apa saja ruang lingkup dan syarat keselamatan kerja?
7. Apa saja larangan dan kewajiban untuk bekerja?
8. Bagaimana cara mengurangi kecelakaan kerja?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian keselamatan dan kesehatan kerja.


2. Untuk mengetahui tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Untuk mengetahui risiko yang akan dihadapi.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja.
6. Untuk mengetahui ruang lingkup dan syarat keselamatan kerja.
7. Untuk mengetahui larangan dan kewajiban untuk bekerja.
8. Untuk mengetahui cara mengurangi kecelakaan kerja

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang


optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Perlindungan dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, ketentuan mengenai penerapan
sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Keselamatan kerja sendiri merupakan aktivitas perlindungan karyawan secara menyeluruh.
Artinya perusahaan berusaha untuk menjaga jangan sampai karyawan mendapat suatu
kecelakaan pada saat menjalankan aktivitasnya. Sedangkan kesehatan kerja adalah upaya untuk
menjaga agar karyawan tetap sehat selama bekerja. Artinya jangan sampai kondisi lingkungan
kerja akan membuat karyawan tidak sehat atau sakit.

Menurut Abdul Hakim keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari


kecelakaan ditempat kerja. Sedang yang dimaksud dengan tempat kerja adalah tiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja tersebut bekerja, atau
sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha. Sedangkan, kesehatan kerja adalah merujuk
pada kebebasan karyawan dari penyakit baik secara fisik maupun mental. Menurut CoVan
(1995) keselamatan kerja dalam konteks yang lebih luas, mencakup baik aspek keselamatan
maupun kesehatan kerja. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Handley (1977) bahwa
keselamatan dan kesehatan merupakan satu gabungan pengertian. Sehingga sebenarnya
penggunaan istilah kecelakaan kerja adalah mengacu kepada masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja. Oleh karena itu, upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip keselamatan dan
kesehatan kerja di organisasi industry pada dasarnya adalah upaya untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.

Untuk menjaga agar keselamatan kerja karyawan terjaga dan terjamin ada beberapa
komponen yang perlu dilakukan yaitu:

1. Tersedianya peralatan kerja yang memadai

5
Perusahaan harus menyediakan peralatan kerja yang disesuaikan dengan jenis pekerjaan.

2. Perawatan peralatan secara terus menerus

Peralatan kerja harus selalu digunakan pada saatnya bekerja atau berada di ruangan tertentu.
Peralatan kerja ini harus selalu dipelihara agar dapat digunakan setiap saat. Jangan sampai pada
saat hendak digunakan terjadi kemacetan, sehingga membahayakan karyawan.

3. Kepatuhan karyawan

Setiap karyawan atau yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dengan pekerjaan atau
di sekitar lokasi kerja wajib mematuhi aturan tentang keselamatan kerja yang telah ditetapkan.

4. Prosedur kerja

Karyawan harus mengikuti prosedur kerja yang telah ditetapkan. Pelanggaran terhadap prosedur
kerja akan berakibat kepada kemungkinan terjadi kecelakaan kerja.

5. Petunjuk kerja di setiap lokasi kerja

Perusahaan harus membuat petunjuk atau rambu-rambu kerja di setiap lokasi tertentu. Penepatan
petunjuk atau rambu kerja harus di tempat atau lokasi yang strategis, serta mudah dilihat.

Sedangkan dalam hal kesehatan kerja, komponen yang perlu dilakukan adalah:

1. Kondisi udara di ruangan

Kondisi udara di dalam ruangan haruslah disesuaikan dengan kondisi yang seharusnya. Hal ini
penting guna menjaga kesehatan karyawan, baik suhu badan, hidung, mata ataupun lainnya.
Kondisi udara ruangan yang tidak sesuai akan mengakibatkan karyawan jatuh sakit.

2. Ventilasi ruangan

Adanya alat untuk menjaga sirkulasi udara dalam suatu ruangan. Ruangan yang tidak memiliki
ventilasi udara akan menyebabkan sumpek dan menimbulkan berbagai penyakit.

3. Kebisingan

6
Untuk ruangan tertentu yang menggunakan mesin yang memiliki suara yang keras dan
menyebabkan kebisingan maka diperlukan alat peredam suara yang mengatasinya. Kebisingan
akan mengakibatkan telinga atau pendengaran karyawan menjadi terganggu.

4. Penerangan atau cahaya

Setiap ruangan harus memiliki penerangan yang cukup sehingga tidak mengganggu pekerjaan.
Kekurangan penerangan atau cahaya akan mengganggu kesehatan karyawan.

5. Tersedianya pembuangan kotoran limbah

Perusahaan harus menyediakan pembuangan baik air, atau udara sehingga tidak mengganggu
kesehatan karyawan, termasuk kesehatan warga. Dalam hal ini perusahaan harus menyediakan
peralatan pengolahan limbah, terutama limbah yang berbahaya bagi kesehatan.

Oleh karena itu, perlu kesiapan terhadap komponen-komponen yang memengaruhi


keselamatan dan kesehatan kerja harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Termasuk faktor
kelalaian karyawan yang dapat mengakibatkan keselamatan kerjanya tidak terjamin. Jadi, dalam
hal ini faktor kepatuhan karyawan untuk mematuhi segala aturan yang telah dibuat, serta sanksi
yang perlu diberikan agar karyawan tetap patuh kepada perintah dan aturan perusahaan.

2.2 Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dalam praktiknya berikut ini tujuan dari program keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:

1. Membuat karyawan merasa nyaman

Dengan dimilikinya prosedur kerja dan adanya peralatan kerja yang memadai maka akan
membuat karyawan merasa lebih aman dan nyaman dalam bekerja. Membuat karyawan merasa
nyaman akan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan.

2. Memperlancar proses kerja

Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, maka kecelakaan kerja dapat
diminimalkan. Kemudian dengan kesehatan kerja karyawan yang terjamin baik secara fisik
maupun mental, maka karyawan dapat beraktivitas secara normal.

7
3. Agar karyawan berhati-hati dalam bekerja

Karyawan dalam hal ini setiap melakukan pekerjaannya sudah dengan paham dan mengerti akan
aturan kerja yang telah ditetapkan, sehingga karyawan akan lebih waspada dan berhati-hati
dalam melakukan aktivitasnya.

4. Mematuhi aturan dan rambu-rambu kerja

Perusahaan akan memasang ramubu-rambu kerja yang telah ada dan di pasang di berbagai
tempat sebagai tanda dan peringatan. Penempatan rambu-rambu kerja harus mudah dilihat dan
jelas tanpa ada hambatan atau halangan.

5. Tidak mengganggu proses kerja

Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan tindakan karyawan tidak
akan mengganggu aktivitas karyawannya.

6. Menekan biaya

Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, maka kecelakaan kerja dapat
diminimalkan. Oleh karena itu, karyawan harus menggunakan peralatan dan keamanan kerja.
Imbasnya biaya kecelakaan kerja, menjadi relatif kecil dan dapat diminimalkan, sehingga
karyawan mengurangi biaya pengobatan dan kesempatan kerja karyawan yang hilang.

7. Menghindari kecelakaan kerja

Kepatuhan karyawan kepada aturan kerja termasuk memerhatikan rambu-rambu kerja yang telah
dipasang. Kemudian karyawan harus menggunakan peralatan kerja dengan sebaik-baiknya sesuai
aturan yang telah ditetapkan, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalkan.

8. Menghindari tuntutan pihak-pihak tertentu

Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja ini maka tuntutan karyawan akan
keselamatan dan kesehatan kerja dapat diminimalkan, karena karyawan sudah menyetujui
terhadap aturan yang berlaku di perusahaan tersebut, sehingga sudah tahu resiko yang akan
dihadapinya.

8
2.3 Risiko yang Dihadapi

Dalam praktiknya risiko yang dihadapi pekerja beraneka ragam. Dalam praktiknya paling
tidak terdapat dua hal penyebab risiko kecelakaan kerja yaitu:

1. Unsur sengaja Artinya karyawan sengaja melakukan kesalahan pada saat bekerja. Unsur
sengaja ini memang agak sulit untuk dibuktikan, akan tetapi perusahaan perlu mencegah dengan
cara melihat gejala-gejala yang ada di setiap perusahaan sedini mungkin, sehingga dapat dicegah.

2. Unsur tidak sengaja Kerjadian yang menimpa karyawan pada saat bekerja dilakukan secara
tidak sengaja

Akibat dari kecelakaan kerja baik yang disengaja maupun tidak disengaja, maka akan
menimbulkan berbagai risiko. Secara umum risiko-risiko yang terjadi seperti:

1. Cacat fisik

Karyawan mengalami kerusakan atau cacat pada bagian atau seluruh anggota tubuhnya, seperti
patah tangan, patah kaki, pendengaran rusak atau mata rusak, kelumpuhan atau cacat fisik
lainnya.

2. Cacat mental

Karyawan tersebut mentalnya atau jiwanya yang rusak seperti, stres atau gila akibat tekanan dari
pekerjaan.

3. Cacat seumur hidup

Akibat dari pekerjaan menyebabkan karyawan cacat seumur hidup, sehingga tidak dapat lagi
melakukan aktivitas kerja.

4. Meninggal dunia

Akibat dari kecelakaan yang parah, baik disengaja ataupun tidak disengaja. Untuk karyawan
yang meninggal dunia juga mendapat santunan dan uang pension atau uang penghargaan atas
jasa-jasanya.

9
Oleh karena itu, sedapat mungkin segala risiko tersebut dapat dihindari atau
diminimalkan. Dalam hal ini perusahaan juga harus menyediakan fasilitas kerja yang memadai
serta memberikan jaminan atas terjadinya kecelakaan karyawan. Dengan jaminan tersebut akan
membuat karyawan merasa aman dan nyaman dalam bekerja. Karyawan juga merasa dilindungi
baik jiwa dan raganya, sehingga tidak ada keragu-raguan dalam bekerja. Dengan demikian,
keuntungan yang diperoleh adalah meningkatnya kinerja karyawan.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keselamatan Kerja

Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor yang memengaruhi keselamatan kerja karyawan,
yaitu:

1. Kelengkapan peralatan kerja

Peralatan keselamatan kerja yang lengkap sangat diperlukan. Artinya makin lengkap peralatan
keselamatan kerja yang dimiliki, maka keselamatan kerja makin baik.

2. Kualitas peralatan kerja

Di samping lengkap peralatan kerja yang dimiliki juga harus diperhatikan kualitas dari
perlengkapan keselamatan kerja. Kualitas dari peralatan keselamatan kerja akan memengaruhi
keselamatan kerja itu sendiri. Guna meningkatkan kualitas perlengkapan kerja, maka diperlukan
pemeliharaan perlengkapan secara terus-menerus.

3. Kedisiplinan karyawan

Hal yang berkaitan dengan perilaku karyawan dalam menggunakan peralatan keselamatan kerja.
Karyawan yang kurang disiplin dalam menggunakan perlengkapan keselematan kerja, maka
keselamatan kerjanya makin tak terjamin. Penggunaan perlengkapan kerja sebaiknya dilakukan
pengawasan untuk menghindari, lupa dan kelalaian karyawan.

4. Ketegasan pemimpin

Dalam hal ini ketegasan pimpinan dalam menerapkan aturan penggunaan peralatan keselamatan
kerja. Di mana pimpinan yang tegas akan memengaruhi karyawan untuk menggunakan
perlengkapan keselamatan kerja, demikian pula sebaliknya jika pimpinannya tidak tegas, maka

10
karyawan banyak yang bertindak masa bodoh, akibatnya keselamatan kerjanya menjadi tidak
terjamin.

5. Semangat kerja

Dengan peralatan keselamatan kerja yang lengkap, baik dan sempurna maka akan memberikan
semangat kerja yang tinggi. Demikian pula sebaliknya jika peralatan keselamatan kerja tidak
lengkap, tidak baik dan tidak sempurna maka semangat kerja karyawan juga akan turun.

6. Motivasi kerja

Motivasi karyawan untuk bekerja juga akan kuat jika peralatan keselamatan kerja yang lengkap,
baik dan sempurna.

7. Pengawasan

Setiap karyawan harus diawasi dalam menggunakan peralatan keselamatan kerja. Pengawasan
dapat dilakukan oleh pimpinan atau menggunakan peralatan seperti CCTV di tempat-tempat
tertentu.

8. Umur alat kerja

Umur dari peralatan kerja juga akan memengaruhi keselamatan kerja karyawan. Peralatan kerja
yang sudah melewati umur ekonomisnya maka akan membahayakan keselamatan kerja
karyawan, demikian pula sebaliknya.

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi program keselamatan kerja adalah sebagai


berikut:

1. Keamanan kerja

Jika peralatan keselamatan kerja yang lengkap, baik dan sempurna, maka akan memengaruhi
keamanan kerja, sehingga risiko kecelakaan dapat diminimalkan.

2. Motivasi kerja

Dengan adanya program keselamatan kerja yang baik tentu akan memotivasi karyawan untuk
bekerja lebih baik.

11
3. Kinerja Keselamatan kerja akan memengaruhi peningkatan ataupun penurunan kinerja
karyawan.

4. Semangat kerja Dengan adanya program keselamatan kerja yang baik, akan ikut
mendongkrak semangat kerja karyawan.

5. Dan faktor lainnya Untuk menjaga agar program keselamatan kerja terus berjalan dengan baik,
maka perusahaan juga harus memelihara faktor-faktor baik yang memengaruhi maupun
dipengaruhi oleh keselamatan kerja

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Kerja

Karyawan yang selalu sehat merupakan idaman seluruh karyawan. Demikian juga
perusahaan akan merasa senang jika perusahaannya sehat semua, karena akan memberikan
banyak manfaat bagi perusahaan seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kesehatan kerja
karyawan dapat dipengaruhi berbagai faktor. Perusahaan juga harus mengelola faktor-faktor
penyebab tersebut, sehingga kesehatan karyawan tetap terjaga.

Berikut ini faktor-faktor yang sering mempengaruhi kesehatan kerja karyawan, yaitu:

1. Udara

Maksudnya adalah kondisi udara di ruangan tempat bekerja harus membuat karyawan tenang dan
nyaman. Misalnya didalam ruangan tertutup tentu perlu diberikan pendingin ruangan yang
cukup. Demikian pula di ruangan yang terbuka seperti pabrik juga kualitas udara harus dikelola
secara baik. Kualitas udara di ruangan sangat memengaruhi kesehatan karyawan seperti panas
atau berdebu. Solusi yang perlu diberikan kepada karyawan adalah misalnya penutup mulut
untuk kondisi udara yang berdebu. Demikian pula untuk udara yang terlalu panas harus diberikan
pendingin yang cukup. Dengan kualitas udara yang baik maka karyawan akan selalu sehat,
demikian pula sebaliknya jika kualitas udara kurang baik akan mengakibatkan kesehatan
karyawan menjadi terganggu.

2. Cahaya Kualitas cahaya di ruangan juga akan sangat memengaruhi kesehatan karyawan. Pada
ruangan yang terlalu gelap atau cahayanya kurang tentu akan merusak kesehatan karyawan,
terutama kesehatan mata. Demikian pula jika terlalu banyak cahaya (membuat silau) yang

12
membahayakan kesehatan harus segera diatasi. Oleh karena faktor pencahayaan perlu
diperhatikan agar kesehatan karyawan juga terjamin, terutama mata.

3. Kebisingan

Artinya suara yang ada didalam suatu ruangan atau lokasi bekerja. Ruangan yang terlalu berisik
atau bising tentu akan memengaruhi kualitas pendengaran. Untuk itu perlu dibuatkan ruangan
yang kedap suara, atau disediakan penutup telinga sehingga pendengaran karyawan tidak
terganggu.

4. Aroma berbau

Maksudnya untuk ruangan yang memiliki aroma yang kurang sedap maka kesehatan akan sangat
terganggu. Aroma yang dikeluarkan dari zat-zat tertentu yang membahayakan, misalnya zat
kimia, akan memengaruhi kesehatan karyawan. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan masker agar
terhindar dari bau yang kurang sedap atau membahayakan tersebut.

5. Layout ruangan

Tata letak ruangan sangat memengaruhi kesehatan karyawan, misalnya tata letak kursi, meja
serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, agar karyawan tetap sehat faktor layout ruangan perlu
diperhatikan, misalnya penempatan tempat pembuangan limbah atau sampah.

Sebaliknya kesehatan karyawan memengaruhi karyawan dalam menjalankan


aktivitasnya. Berikut ini pengaruh dari kesehatan karyawan terhadap:

1. Kemampuan kerja

Artinya karyawan yang sehat tentu akan sanggup dan mampu untuk bekerja. Karyawan yang
sehat secara fisik dan jiwanya, maka dipastikan akan mampu untuk bekerja dengan sebaik-
baiknya. Demikian pula sebaliknya jika karyawan tidak sehat maka pasti tidak akan mampu
menjalankan kegiatannya.

2. Semangat kerja

Artinya karyawan yang sehat akan bersemangat untuk bekerja, baik berangkat kerja maupun
melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Setiap pekerjaan yang diberikan akan

13
dikerjakan dengan penuh semangat. Demikian pula sebaliknya dengan karyawan tidak sehat
tentu tidak akan semangat untuk bekerja.

3. Motivasi bekerja

Artinya karyawan yang sehat akan terdorong kuat untuk melakukan aktivitas kerjanya. Demikian
pula sebaliknya jika karyawan tidak sehat tentu tidak akan termotivasi untuk melakukan
pekerjaannya atau motivasinya menjadi lemah. Jadi motivasi kerja karyawan perlu terus dipupuk
dan ditumbuhkan melalui peningkatan kesehatan secara terus-menerus.

4. Kinerja

Kesehatan pada akhirnya akan memengaruhi kinerja seseorang. Karyawan yang sehat tentu
secara tidak langsung akan memengaruhi kinerjanya. Dengan tubuh yang sehat tentu karyawan
akan mampu melakukan pekerjaannya. Atau karyawan akan bersemangat serta termotivasi untuk
bekerja. Pada akhirnya kesehatan kerja akan memengaruhi kinerja. Demikian pula sebaliknya
bagi mereka yang tidak sehat atau kurang sehat sudah barang tentu kinerjanya akan ikut turun.
Dengan begitu banyak faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan karyawan, maka perusahaan
sudah seharusnya memperhatikan kesehatan kerja karyawan. Perusahaan harus menyediakan
berbagai fasilitas yang dibutuhkan sehingga mampu menjamin kesehatan kerja seluruh
karyawannya

2.6 Ruang Lingkup dan Syarat Keselamatan Kerja

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 ruang lingkup keselamatan kerja dalam
segala tempat kerja, baik didarat, didalam tanah, dipermukaan air, didalam air maupun di udara,
yang berada dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.

Ketentuan-ketentuan menurut undang-undang ini berlaku dalam tempat kerja dimana :

1. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau
instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan atau peledakan.

2. Dibuat, diolah, dipakai dipergunakan, diperdagangkan, diangkut atau disimpan atau bahan
yang dapat meledak, mudah terbakar , menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi.

14
3. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah,
gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau terowongan dibawah
tanah dan sebagaiannya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.

4. Dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan


kayu, atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan, dan lapangan kesehatan.

5. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam, atau bijih logam lainnya,
batu-batuan, gas, minyak atau mineral lainnya, baik dipermukaan atau di dalam bumi, maupun di
dasar perairan.

6. Dilakukan pengangkutan barang, binatang, atau manusia, baik di darat, melalui terowongan,
dipermukaan air, dalam air maupun di udara.

7. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang.

8. Dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air.

9. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan.

10. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara tau suhu yang tinggi atau rendah.

11. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelanting
benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting.

12. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang.

13. Terdapat atau menyebar suhu, kelembapan, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan
angina, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.

14. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah.

15. Dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau telepon.

16. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan, atau riset (penelitian) yang
menggunakan alat teknis.

15
17. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas,
minyak, atau air.

18. Diputar film, pertunjukkan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang memakai
peralatan, instalasi listrik atau mekanik.

Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruang-ruangan atau
lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan yang bekerja
atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat diubah perincian tersebut. Kemudian hal
lain juga diatur yang berkaitan dengan syarat-syarat keselamatan kerja. Dalam praktiknya
keselamatan kerja yang ditetapkan oleh setiap perusahaan adalah mencegah, atau memberi
pertolongan, keselamatan kerja yang dimiliki harus memiliki syarat-syarat seperti yang telah
ditetapkan pemerintah melalui undang-undang.

Adapun syarat-syarat keselamatan kerja menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970


adalah untuk :

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

2. Mencegah, mengurangi dan memdamkan kebakaran.

3. Mencegah dan mengurangi bahan peledakan.

4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-
kejadian lain yang berbahaya.

5. Memberi pertolongan pada kecelakaan.

6. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.

7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu, kelembapan, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angina, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran.

8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psychis,
peracunan, infeksi dan penularan.

9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

16
10. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.

11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

12. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang tanaman atau barang.

15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpan
barang.

17. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

18.Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya


kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Dengan peraturan perundangan dapat diubah perincian seperti diatas sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru
dikemudian hari.

1. Dengan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan,


pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan,
pemeliharaan, dan penyimpan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan
yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang kontruksi, bahan,
pengolahan dan pembuatan, perlengkapan dan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesahan,
pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk
teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan
tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum. Dengan peraturan perundangan dapat
diubah perincian seperti tersebut diatas dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang
berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.

17
2.7 Larangan dan Kewajiban untuk Bekerja

Demi menjalankan keselamatan kerja secara bersamaan, dalam praktiknya terdapat


beberapa jenis tipe karyawan dan kondisi-kondisi kerja yang mendapat larangan atau perlakuan
khusus untuk bekerja. Kalaupun tetap dipekerjakan, maka ada kewajiban untuk melindunginya.
Misalnya anak-anak dibawah umur, penyandang cacat, perempuan dengan kondisi tertentu
misalnya hamil, haid, dan waktu bekerja. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
karyawan, maka menurut undang-undang, siapa pun dilarang memperkerjakan dan melibatkan
anak pada pekerjaan-pekerjaan yang terburuk.

Adapun pekerjaan-pekerjaan yang terburuk yang dimaksud meliputi:

1. Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau sejenisnya.

2. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau menawarkan anak untuk pelacuran,
produksi pornografi, pertunjukkan porno, atau perjudian.

3. Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan
perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, dan atau;

4. Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan, keselamatan, atau moral anak.

Disamping larangan diatas, ada larangan lainnya yang tidak boleh dilanggar menurut
undang-undang, yaitu :

1. Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18(delapan belas) tahun dilarang
dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

2. Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan


dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja
antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00.

Kemudian bagi pengusaha yang memperkerjakan pekerja/ buruh perempuan antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib untuk :

1. Memberikan makanan untuk dan minuman bergizi.

18
2. Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

Selanjutnya menurut undang-undang pengusaha harus melindungi karyawan dalam


kategori sebagai berikut :

1. Pengusaha yang memperkerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan


perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya.

2. Pengusaha wajib menyediakan angkutan umum antar jemput bagi pekerja/ buruh perempuan
yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00. 19

3. Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja yang meliputi :

a. Tujuh (7) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu, atau;

b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari
kerja dalam 1 (satu) minggu.

Begitu pula bagi pengusaha yang mempekerjakan pekerja/ buruh melebihi waktu kerja
harus memenuhi syarat :

1. Ada persetujuan pekerja/buruh yang bersangkutan dan;

2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu0 minggu.

3. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja wajib membayar upah
kerja lembur.

Disamping itu, pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh.
Adapun waktu istirahat dan cuti meliputi:

1. Istirahat antara jam kerja, sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat)
jam terus-menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja.

2. Istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua)
hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

19
3. Cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang
bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus, dan

4. Istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan
kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam)
tahun secara terusmenerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut
tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku
untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

Masalah lainnya yang diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan adalah :

1. Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh untuk


melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya.

2. Pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahu kepada
pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid.

3. Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan
sebelumnya saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut
perhitungan dokter kandungan atau bidan.

4. Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat


1,5 (satu setengah) bulan atau dengan sesuai surat keterangan dokter kandungan atau bidan.

5. Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya
menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu bekerja.

6. Setiap buruh/pekerja yang menggunakan hak waktu istirahat berhak mendapat upah penuh.

7. Pekerja/buruh tidak wajib bekerja pada hari-hari libur resmi.

8. Pengusaha dapat mempekerjakan pekerja/buruh untuk bekerja pada hari-hari libur resmi
apabila jenis dan sifat pekerjaan tersebut harus dilaksanakan atau dijalankan secara terus
menerus atau pada keadaan lain berdasarkan kesepakatan antara pekerja/buruh dengan
pengusaha.

20
9. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh yang melakukan pekerjaan pada hari libur
resmi wajib membayar upah kerja lembur.

Semua aturan atau kewajiban yang tertera dalam undnag-undang tersebut harus dipenuhi
sepenuhnya oleh perusahaan. Artinya wajib bagi perusahaan untuk mematuhi dan melaksanakan,
sehingga akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Bagi karyawan yang terkena sesuai
dengan bunyi undang-undang tersebut adalah merupakan hak mereka untuk menerima dan harus
diambil serta dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dengan melaksanakan bunyi undang-
undang tentang larangan tersebut berarti perusahaan sudah memenuhi kewajibannya dan
memenuhi hak karyawan, sehingga terlepas dari sanksi. Sebaliknya bagi perusahaan yang
melanggar tentu akan diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.8 Cara Mengurangi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan sering kali terjadi sekalipun telah disediakan program kerja yang baik.
Penyebabnya seperti telah dijelaskan sebelumnya adalah adanya unsur sengaja dan tidak sengaja.
Oleh karena itu, kecelakaan kerja harus dapat diminimalkan dengan cara mengurangi kecelakaan
kerja itu sendiri. Banyak cara yang dilakukan agar kecelakaan kerja dapat dikurangi.

Berikut ini cara-cara untuk mengurangi kecelakaan kerja dapat dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut :

1. Buat aturan tentang keselamatan Artinya perusahaan harus membuat suatu peraturan tentang
keselamatan kerja. Biasanya dalam bentuk buku uang diberi judul pedoman keselamatan kerja,
baik kondisi untuk didarat, air, maupun di udara. Pedoman ini disosialisasikan dan dibagikan
kepada seluruh karyawan untuk dilaksanakan.

2. Buatkan rambu-rambu yang mudah dibaca Artinya setelah adanya pedoman keselamatan
kerja, pihak perusahaan juga harus memasang rambu-rambu disetiap sudut yang dianggap
penting. Tujuannya agar karyawan dapat mengetahui, sekaligus mengingatkan mereka akan
keselamatan kerja. Letak ramburambu tersebut selain strategis juga harus mencolok, sehingga
mudah dilihat dan dibaca.

3. Sediakan alat pengaman kerja Artinya dalam bekerja sudah disediakan berbagai alat
pengamanan tergantung dimana lokasi bekerja. Misalnya penutup kepala berupa helm, atau

21
masker untuk penutup mulut, penutup telinga, kacamata, sepatu khusus kerja atau baju kerja.
Peralatan keselamatan kerja ini harus digunakan pada tempat dimana karyawan bekerja sesuai
dengan fungsinya masing-masing.

4. Selalu melakukan pemeliharaan alat secara terus-menerus Artinya peralatan keselamatan kerja
harus suatu waktu secara terus-menerus harus dijaga dan dipelihara. Tujuan agar fungsi dari
peralatan tersebut tetap terjaga kualitasnya. Apabila fungsi alat-alat peralatan kecelakaan kerja
sudah dianggap tidak layak, maka sebaliknya jangan digunakan lagi dan digantikan dengan
peralatan yang baru.

5. Melakukan pengawasan secara ketat Artinya karyawan yang menggunakan peralatan


keselamatan kerja harus diawasi secara ketat. Mengapa demikian? Karena kebanyakan karyawan
lupa atau lalai tidak menggunakan peralatan kerja atau tidak menggunakan secara benar. Bahkan
terkadang ada unsur kesengajaan untuk tidak menggunakan dengan berbagai alasan, misalnya
dengan alasan merepotkan.

6. Memberikan sanksi bagi yang melanggar Artinya ada semacam sanksi atau tindakan bagi
mereka yang tidak menggunakan peralatan bekerja selama bekerja. Sanksi ini bertujuan agar
yang bersangkutan selalu ingat untuk menggunakan peralatan kerja. Lebih dari itu sanksi juga
dapat memberikan efek pelajaran bagi karyawan bila melakukan hal yang sama.8

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatas, sehingga kiranya
diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Keselamatan kerja merupakan aktivitas perlindungan karyawan secara menyeluruh.


Sedangkan kesehatan kerja adalah upaya untuk menjaga agar karyawan tetap sehat selama
berkerja.

2. Tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja antara lain; membuat karyawan merasa aman,
memperlancar proses kerja, agar karyawan berhati-hati dalam bekerja, mematuhi aturan dan
rambu-rambu kerja, tidak mengganggu proses kerja, menekan biaya, menghindari kecelakaan
kerja, serta menghindari tuntutan pihak-pihak tertentu.

3. Risiko yang dihadapi antara lain; cacat fisik, cacat mental, cacat seumur hidup, dan meninggal
dunia.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan kerja antara lain; kelengkapan dan kualitas
peralatan kerja, kedisiplinan karyawan, ketegasan pimpinan, semangat dan motivasi kerja,
pengawasan, serta umur alat kerja.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja antara lain; udara, cahaya, kebisingan,
aroma berbau, dan layout ruangan.

6. Ruang lingkupnya meliputi ketentuan-ketentuan menurut UU No.13 Tahun 2013 sedangkan


syarat-syarat keselamatan kerja ada pada UU No. 1 Tahun 1970.

7. Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja karyawan, maka menurut undang-undang,
siapa pun dilarang memperkerjakan dan melibatkan anak pada pekerjaan-pekerjaan yang
terburuk serta berkewajiban mematuhi dan melaksanakan apa yang tertera dalam undang-undang
tersebut.

23
8. Cara mengurangi kecelakaan kerja diantaranya, membuat peraturan tentang keselamatan,
membuat rambu-rambu yang mudah dibaca, menyediakan alat pengaman kerja, selalu
melakukan pemeliharaan alat secara terus-menerus, melakukan pengawasan secara ketat, serta
memberikan sanksi bagi yang melanggar.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Abdul. Dinamika Manajemen Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi (Pendekatan
Konvensional dan Nilai-Nilai Islami). Semarang: EF Press Digimedia, 2014.

Kasmir. Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik). Depok: PT Rajawali Pers, 2018.

Winarsunu, Tulus. Psikologi Keselamatan Kerja. Malang: UUM Press, 2008.

25

Anda mungkin juga menyukai