OKTOBER 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................0
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................3
DAFTAR TABEL....................................................................................................................11
A. UMUM......................................................................................................................13
C. DEBIT BANJIR........................................................................................................26
1
9. Sungai Gelenge KM 57+650...............................................................................141
2
A. UMUM
Proyek pembangunan jalan kererta api lintas Makassar- Parepare antara kabupaten
Maros-Pangkajene dan Kepulauan memiliki panjang 29.5 km yaitu antara km 44+100 s.d
73+600. Pada jalur ini jalan kereta api melintasi delapan sungai yang berada di wilayah
kecamatan Labakkang dan Ma’rang. Pada jalur ini terdapat 10 jembatan sebagai
jembatan di wilayah kecamatan Labakkang. Persilangan jalur kereta api pada daerah
sungai menggunakan jembatan beton dengan bentang jembatan bervariasi yaitu antara 20
meter s.d 40 meter menyesuaikan dengan lebar sungai. Lokasi persilangan sungai sesuai
3
Tabel 1. Lokasi persilangan sungai dan rencana bentang jembatan
Berdasarkan data statistik hujan antara tahun 2011 s.d 2015 wilayah Sulawesi selatan
memiliki kedalaman hujan rerata pertahun sebesar 3210 mm dengan rerata hari hujan
pertahun 185 hari. Hal ini menyebabkan wilayah provinsi Sulawesi selatan memiliki
potensi bencana banjir yang tinggi. Tercatat pada bulan januari 2019 terjadi banjir yang
cukup besar di kabupaten Pangkajene dan kepulauan yang berdampak pada seluruh aspek
bencana banjir pada daerah yang dilintasi akibat perubahan fungsi lahan dan
sebagai usaha untuk memperkecil potensi bencana banjir yang mungkin dapat terjadi
4
2. Mitigasi bencana banjir
Sebagai upaya mitigasi bencana banjir akibat pembangunan jalur kereta api lintas
ketinggian banjir pada setiap sungai yang bersilangan dengan jalur kereta api. Analisa
tersebut digunakan sebagai penentuan elevasi jembatan kereta api agar tidak mengurangi
penampang basah aliaran sungai sehingga debit makimum banjir dapat melewati
Hal lain yang bisa dilakukan sebagai mitigasi bencana banjir adalah penentuan metoda
kerja pekerjaan jembatan yang harus memperhatikan kondisi sungai dan mempertahankan
5
B. INTENSITAS HUJAN RENCANA
Data hujan yang dibutuhkan untuk perencanaan elevasi muka air banjir adalah data curah
hujan harian yang di peroleh dari stasiun pengamat hujan yang berpengaruh pada jalur
KA Maros-Barru. Data hujan harian yang dibutuhkan adalah data hujan selama 10 tahun
terakhir. Dengan jumlah stasiun pengamat hujan minimal terdiri dari tiga stasiun yang
melingkupi wilayah hujan kabupaten Maros-Barru. Dalam perencanaan ini, data hujan
6
Data hujan yang dipakai dalam perencanaan debit banjir adalah data hujan harian
maksimum selama 10 tahun dari tahun 2010 s.d 1019. Selanjutnya data-data tersebut
Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2010 92
2011 180
2012 157
2013 238
2014 155
2015 234
2016 155
2017 171
2018 142
2019 198
Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2010 84
2011 275
2012 225
2013 140
2014 110
2015 130
2016 54
2017 130
2018 140
2019 145
7
Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2010 93
2011 148
2012 487
2013 155
2014 186
2015 134
2016 98
2017 152
2018 162
2019 135
berikut :
Dengan
Nilai rata-rata
n = Jumalah data
8
Stasiun Pengamat Hujan
Tahun Rerata
Tabo-tabo Leang Lonrong Sigeri Pangkajene
2010 84 92 93 96 91.25
2011 275 180 148 170 193.25
2012 225 157 487 124 248.25
2013 140 238 155 171 176
2014 110 155 186 173 156
2015 130 234 134 352 212.5
2016 54 155 98 294 150.25
2017 130 171 152 167 155
2018 140 142 162 167 152.75
2019 145 198 135 93 142.75
Data hujan rancangan yang akan digunakan untuk menghitung debit banjir adalah data
yang sudah ditentukan jenis distribusinya. Dalam ilmu statistik terdapat empat jenis
distribusi yaitu Distribusi normal, Log normal, Gumbel dan Log person III. Dalam
menentukan jenis distribusi data maka dilakukan pengujian chi kuadrat dan pengujian
smirnov Kolmogorov
Prosedur uji ini dilakukan dengan mentabulasikan suatu variabel menjadi kategori untuk
menghitung statistik chi square. Uji kecocokan modeL membandingkan observasi dan
frekuensi harapan pada kategori untuk diuji tiap kategorinya. Uji chi square digunakan
untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur
kuatnya hubungan antar variabel (C = Coefisien of contingency). Kriteria data untuk uji
chi square adalah data yang digunakan pada pengujian ini adalah data dari variabel
numerik bertingkat maupun yang tidak bertingkat (skala pengukuran ordinal atau
nominal).
9
Berikut hasil uji chi-square data curah hujan wilayah Sulawesi Selatan menggunakan
1. Aplikasi NORMAL
Kelas P(x >= Xm) Ef curah hujan Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef
2. Aplikasi LOG-NORMAL
Kelas P(x >= Xm) Ef curah hujan Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef
10
3. Aplikasi GUMBEL
Kelas P(x >= Xm) Ef curah hujan Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef
11
b. Uji Smirnov-Kolmogorov
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan
distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi
normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan
diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara
Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan
yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang
signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di
bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan
Berikut hasil uji Kolmogorov Smirnov data curah hujan wilayah Sulawesi selatan
n
curah huja m P = m/(N+1) NORMAL LOG-NORMAL GUMBEL LOG-PEARSON III
P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do
248.250 1 0.091 0.030 0.061 0.058 0.033 0.049 0.042 0.030 0.060
212.500 2 0.182 0.148 0.033 0.160 0.022 0.137 0.045 0.154 0.028
193.250 3 0.273 0.276 0.003 0.261 0.012 0.231 0.042 0.281 0.008
176.000 4 0.364 0.424 0.060 0.385 0.021 0.355 0.008 0.425 0.061
156.000 5 0.455 0.609 0.154 0.562 0.107 0.550 0.096 0.605 0.151
155.000 6 0.545 0.617 0.072 0.571 0.026 0.561 0.016 0.614 0.069
152.750 7 0.636 0.637 0.001 0.592 0.044 0.586 0.051 0.634 0.003
150.250 8 0.727 0.659 0.068 0.616 0.111 0.613 0.114 0.655 0.072
142.750 9 0.818 0.721 0.098 0.686 0.132 0.695 0.123 0.717 0.101
91.250 10 0.909 0.963 0.054 0.984 0.075 0.996 0.087 0.970 0.061
12
c. Hujan Kala Ulang
Setelah data-data curah hujan dilakukan uji distribusi data, selanjutnya dari pengujian
Kesimpulan dari uji Chi-Square dan Uji Kolmogorov Smirnov wilayah Sulawesi Selatan
Ket : 1. XT = m + K T * s
2. Menurut Uji Chi-Kuadrat, yang terbaik menggunakan distribusi LOG-NORMAL
3. Sedangkan menurut Uji Smirnov-Kolmogorov, yang terbaik menggunakan distribusi GUMBEL
4. Hitungan dilakukan dengan menggunakan rumus dalam buku 'Applied Hidrology', 1988, Ven Te Chow, et. al.
Hasil uji distribusi menggunakan metode Chi Square dan Kolmogorov Smirnov yang
dilakukan terhadap data curah hujan, didapat kesimpulan bahwa hasil distribusi data
13
4. Intensitas Hujan Rencana
mononobe digunakan apabila data hujan yang tersedia merupakan data hujan harian.
2 /3
R 24 24
I=
24 t ( )
I : Intensitas hujan rencana (mm/jam)
setiap hujan kala ulang dengan interval hujan dalam menit. Dalam menentukan nilai
intensitas hujan rencana untuk menghitung debit limpasan menggunakan hujan kala ulang
Hasil perhitungan nilai intensitas hujan rencana menggunakan metode Mononobe dapat
14
Gambar 3. Kurva intensitas durasi frekuensi
15
C. DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
tiga DAS yaitu DAS Labakkang, Limbangan dan Sigeri. Dengan 3 sungai berada pada
wilayah DAS Labakkang, 6 sungai berada di wilayah DAS Limbangan dan 1 sungai
16
Gambar 5. Skema DAS sungai persilangan jalur KA Kabupaten Pangkep
Luas DAS Jarak Stasioning 0 ke Muara
Nama Sungai Nama DAS
(KM2) (KM)
Tabel 10. Informasi DAS dan Panjang sungai persilangan jalur KA Kabupaten Pangkep
17
D. DEBIT BANJIR
119°34'38.62"E. Sungai Gelenge terletak pada km 57+650 jalur kereta api lintas
Makassar-Pare-pare dengan rencana kop rel pada jembatan sungai berada pada elevasi
+11.351 dengan elevasi tanah Asli +3.49. Jalur KA yang melintasi sungai Gelenge
Lokasi sungai Gelenge terhadap jalur KA dapat dilihat berdasarkan gambar di bawah ini.
18
Gambar 7. Layout sungai Gelenge km 57+650
a. DAS sungai Gelenge
Daerah aliran sungai (DAS) sungai Gelenge termasuk kedalam wilayah sungai Saddang
dengan DAS Limbangan, DAS sungai Gelenge Sebagian besar berupa lahan pertanian
yaitu perswahan yang di aliri dengan batas-batas DAS berupa perbukitan. DAS Gelenge
19
Gambar 8. DAS sungai Gelenge
yang dialiri sehingga berdasarkan tabel koefisein run off Mononobe 1999 niali run off
atau aliran permukaan pada DAS sungai Gelenge adalah 21% dari total air hujan yang
jatuh di DAS sungai Gelenge. Koefisien run off Mononobe dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
20
Tabel 11 Nilai koefisen run off berdasarkan kondisi lahan
Debit Limpasan permukaan adalah Besarnya debit air yang mencapai sungai tanpa
mencapai permukaan air tanah yakni curah hujan yang dikurangi sebagian infiltrasi,
besarnya air yang tertahan dan besarnya genangan. Besarnya debit limpasan dapat
keterangan:
Dimana :
21
Debit limpasan yang dihitung sebagai penentuan elevasi banjir adalah debit 50 tahunan.
Berdasarkan debit-debit tersebut akan dihitung elevasi muka air banjir pada penampang
sungai terhadap posisi jembatan, elevasi muka air banjir yang diizinkan pada perencanaan
dengan nilai koefisien run off (C) adalah 0,21 dan nilai luas DAS (A) adalah 3.099 km2.
Analisa ketinggian muka air banjir di hitung berdasarkan debit limpasan kala ulang 50
tahunan, Analisa tersebut dihitung dan dimodelkan menggunakan bantuan software Hec-
Ras. Dalam pemodelan penampang saluran informasi yang diinputkan berupa titk elevasi
sungai dan koefisien manning permukaan sungai, koefisien Manning diambil 0.023
berdasarkan kondisi sungai dengan permukaan tanah. Tabel koefisien Manning sebagai
berikut
22
Tabel 13. Angka kekasaran Manning pada saluran
1) Pemodelan penampang sungai Gelenge
Input dari program Hec-ras merupakan titik-titk jarak dan elevasi melintang sungai yang
diukur pada beberapa stasioning sungai. Pada pemodelan sungai Gelenge terdapat Tujuh
potongan sungai yang diukur sepanjang 300 meter dimulai dari stasioning 0+000 (hilir
sungai) s.d stasioning 0+500 (hulu sungai), titik penempatan jembatan pada sungai
Leteng cenranae berada di stasioning 0+250. Elevasi desain jalur kereta api lintas
disesuaikan pada semua titik-titik benchmark sepanjang lintas. Berikut input data
melintang Gelenge pada stasioning sungai 0+000 s.d stasioning 0+500 pada program
Hec-Ras
23
Gambar 9. Penampang melintang sungai Gelenge stasioning 0+000
24
Gambar 11. Penampang melintang sungai Gelenge stasioning 0+100
25
Gambar 13. Penampang melintang sungai Gelenge stasioning 0+200
26
Gambar 15. Penampang melintang sungai Gelenge stasioning 0+300
27
Gambar 17. Penampang melintang sungai Gelenge stasioning 0+400
28
Gambar 19. Penampang melintang sungai Gelenge stasioning 0+500
29
1) Debit banjir
Dalam pemodelan Hec-ras diperlukan input debit yang akan melewati penampang sungai,
debit tersebut merupakan debit limpasan dengan kala ulang 50 tahun yang sudah dihitung
sebelumnya
Output dari Analisa program Hec-ras berupa ketinggian muka air sesuai dengan debit
yang diinputkan kedalam pemodelan, elevasi muka air banjir dapat dilihat pada semua
penampang melintang sungai dan penampang memanjang sungai. Ketinggian muka air
yang dipakai sebagai referensi untuk menetukan keamanan konstruksi jembatan adalah
elevasi muka air pada stasioning 0+350 yang merupakan posisi penempatan jembatan
30
Gambar 22. Elevasi muka air banjir pemodelan hec-ras kondisi eksisting
31
Gambar 23. Elevasi muka air banjir pada penampang memanjang jembatan
3) Kesimpulan
Berdasarkan hasil program hec-ras elevasi muka air banjir dengan kala ulang debit 50
tahunan berada pada elevasi +3.04 sedangkan elevasi kop rel pada jembatan yang
melintasi sungai Gelenge adalah + 11.351 dengan levasi bawah girder jembatan berada
pada +8.941.
Dari hasil tersebut dapat disimpulakan bahwa muka air banjir 50 tahunan sungai Gelenge
32
E. Perhitungan Manual
Untuk mengitung kapasitas debit yang dapat dialirkan sungai Gelenge diperlukan profil
melintang dan memanjang sungai, profil melintang digunakan untuk menghitung luas
penampang basah dan keliling basah sungai setelah difungsikan jembatan diatasnya.
untuk menentukan debit saluran membutuhkan nilai-nilai yang berkaitan dengan kondisi
sungai yaitu luas area, keliling basah, jari jari hidraulik dan kemiringan dasar saluran.
Ketentuan lain dalam aturan jembatan kereta api nilai tinggi jagaan antara struktur atas
dan muka air banjir diambIl 1 meter, sehingga ketinggian maksimum yang mungkin dapat
33
Gambar 25. Penampang basah pada persilangan jembatan
34
Menghitung debit masing masing bagian penampang'
Bagian I
Luas penampang basah (A) = 12.363 m2
Keliling penampang basah (P) = 7.541 m
Koefisien Manning (n)
Koeifisien Manning pada penampang I merupakan penampang komposit antara tanah dan beton
sehingga perlu dihitung koefisien penampang komposit
Panjang penampang beton = 4.301 m
Panjang penampang tanah = 3.24 m
Koefisien Manning Beton = 0.014
Koefisien Manning Tanah = 0.023
Koefisien Komposit
L1.nI+L2.n2 / (L1+L2) = 0.0178669
Jari-jari Hidraulik penampang (A/P) = 1.6394377 m
Kemiringan dasar saluran = 0.00088
Kecepatan Aliran
మ భ
ଵ
Vൌܴయܵమ
V1 = 2.31 m2/det
Debit Air pada penampang 1
Q1 = A1 X V1 = 28.54 m3/det
Bagian 2
Luas penampang basah (A) = 23.812 m2
Keliling penampang basah (P) = 3.916 m
Koefisien Manning (n) = 0.023
Jari-jari Hidraulik penampang (A/P) = 6.0806946 m
Kemiringan dasar saluran = 0.00088
Kecepatan Aliran
మ భ
ଵ
Vൌܴయܵమ
V2 = 4.30 m2/det
Debit Air pada penampang 2
Q2 = A2 X V2 = 102.32 m3/det
35
Bagian 3
Luas penampang basah (A) = 42.996 m2
Keliling penampang basah (P) = 6.26 m
Koefisien Manning (n) = 0.023
Jari-jari Hidraulik penampang (A/P) = 6.8683706 m
Kemiringan dasar saluran = 0.00088
Kecepatan Aliran
మ భ
ଵ
Vൌܴయܵమ
V3 = 4.66 m2/det
Debit Air pada penampang 3
Q3 = A3 X V3 = 200.38 m3/det
Bagian 4
Luas penampang basah (A) = 30.378 m2
Keliling penampang basah (P) = 4.919 m
Koefisien Manning (n) = 0.023
Jari-jari Hidraulik penampang (A/P) = 6.1756455 m
Kemiringan dasar saluran = 0.00088
Kecepatan Aliran
మ భ
ଵ
Vൌܴయܵమ
V4 = 4.34 m2/det
Debit Air pada penampang 4
Q4 = A4 X V4 = 131.88 m3/det
Bagian 5
Luas penampang basah (A) = 11.612 m2
Keliling penampang basah (P) = 7.392 m
Koefisien Manning (n)
Koeifisien Manning pada penampang I merupakan penampang komposit antara tanah dan beton
sehingga perlu dihitung koefisien penampang komposit
Panjang penampang beton = 4.071 m
Panjang penampang tanah = 3.321 m
Koefisien Manning Beton = 0.014
Koefisien Manning Tanah = 0.023
Koefisien Komposit
L1.nI+L2.n2 / (L1+L2) = 0.0180434
Jari-jari Hidraulik penampang (A/P) = 1.5708874 m
Kemiringan dasar saluran = 0.00088
Kecepatan Aliran
మ భ
ଵ
Vൌܴయܵమ
V5 = 2.22 m2/det
Debit Air pada penampang 5
Q5 = A5 X V5 = 25.80 m3/det
Q total (Q1+Q2+Q3+Q4+Q5) = 488.91 m3/det
36
A P R V Q
Q 2 N S 3
(m ) (m) (m) (m/s) (m /s)
Q1 12.363 7.541 0.018 1.639 0.00088 2.308 28.540
Q2 23.812 3.916 0.023 6.081 0.00088 4.297 102.316
Q3 42.996 6.260 0.023 6.868 0.00088 4.660 200.375
Q4 30.378 4.919 0.023 6.176 0.00088 4.341 131.885
Q5 11.612 7.392 0.018 1.571 0.00088 2.222 25.798
QTOTAL 488.914
f. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan debit banjir kala ulang 50 tahun dengan menggunakan
jembatan dengan metode pembagian area di dapatkan debit Q Kapasitas sebesar 488.91
m3/det.
Karena Qkapasitas > Q50 (488.91 > 17.728) maka penampang sungai setelah
pembangunan jembatan mampu mengalirkan debit banjir yang lewat dengan aman.
37