OKTOBER 2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................2
DAFTAR TABEL....................................................................................................................10
A. UMUM......................................................................................................................12
D. DEBIT BANJIR........................................................................................................27
E. Perhitungan Manual...................................................................................................42
1
A. UMUM
Proyek pembangunan jalan kererta api lintas Makassar- Parepare antara kabupaten
Maros-Pangkajene dan Kepulauan memiliki panjang 29.5 km yaitu antara km 44+100 s.d
73+600. Pada jalur ini jalan kereta api melintasi delapan sungai yang berada di wilayah
kecamatan Labakkang dan Ma’rang. Pada jalur ini terdapat 10 jembatan sebagai
jembatan di wilayah kecamatan Labakkang. Persilangan jalur kereta api pada daerah
sungai menggunakan jembatan beton dengan bentang jembatan bervariasi yaitu antara 20
meter s.d 40 meter menyesuaikan dengan lebar sungai. Lokasi persilangan sungai sesuai
2
Tabel 1. Lokasi persilangan sungai dan rencana bentang jembatan
Berdasarkan data statistik hujan antara tahun 2011 s.d 2015 wilayah Sulawesi selatan
memiliki kedalaman hujan rerata pertahun sebesar 3210 mm dengan rerata hari hujan
pertahun 185 hari. Hal ini menyebabkan wilayah provinsi Sulawesi selatan memiliki
potensi bencana banjir yang tinggi. Tercatat pada bulan januari 2019 terjadi banjir yang
cukup besar di kabupaten Pangkajene dan kepulauan yang berdampak pada seluruh aspek
bencana banjir pada daerah yang dilintasi akibat perubahan fungsi lahan dan
sebagai usaha untuk memperkecil potensi bencana banjir yang mungkin dapat terjadi
3
2. Mitigasi bencana banjir
Sebagai upaya mitigasi bencana banjir akibat pembangunan jalur kereta api lintas
ketinggian banjir pada setiap sungai yang bersilangan dengan jalur kereta api. Analisa
tersebut digunakan sebagai penentuan elevasi jembatan kereta api agar tidak mengurangi
penampang basah aliaran sungai sehingga debit makimum banjir dapat melewati
Hal lain yang bisa dilakukan sebagai mitigasi bencana banjir adalah penentuan metoda
kerja pekerjaan jembatan yang harus memperhatikan kondisi sungai dan mempertahankan
4
B. INTENSITAS HUJAN RENCANA
Data hujan yang dibutuhkan untuk perencanaan elevasi muka air banjir adalah data curah
hujan harian yang di peroleh dari stasiun pengamat hujan yang berpengaruh pada jalur
KA Maros-Barru. Data hujan harian yang dibutuhkan adalah data hujan selama 10 tahun
terakhir. Dengan jumlah stasiun pengamat hujan minimal terdiri dari tiga stasiun yang
melingkupi wilayah hujan kabupaten Maros-Barru. Dalam perencanaan ini, data hujan
5
Data hujan yang dipakai dalam perencanaan debit banjir adalah data hujan harian
maksimum selama 10 tahun dari tahun 2010 s.d 1019. Selanjutnya data-data tersebut
Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2010 92
2011 180
2012 157
2013 238
2014 155
2015 234
2016 155
2017 171
2018 142
2019 198
Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2010 84
2011 275
2012 225
2013 140
2014 110
2015 130
2016 54
2017 130
2018 140
2019 145
6
Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2010 93
2011 148
2012 487
2013 155
2014 186
2015 134
2016 98
2017 152
2018 162
2019 135
berikut :
Dengan
Nilai rata-rata
n = Jumalah data
7
Stasiun Pengamat Hujan
Tahun Rerata
Tabo-tabo Leang Lonrong Sigeri Pangkajene
2010 84 92 93 96 91.25
2011 275 180 148 170 193.25
2012 225 157 487 124 248.25
2013 140 238 155 171 176
2014 110 155 186 173 156
2015 130 234 134 352 212.5
2016 54 155 98 294 150.25
2017 130 171 152 167 155
2018 140 142 162 167 152.75
2019 145 198 135 93 142.75
Data hujan rancangan yang akan digunakan untuk menghitung debit banjir adalah data
yang sudah ditentukan jenis distribusinya. Dalam ilmu statistik terdapat empat jenis
distribusi yaitu Distribusi normal, Log normal, Gumbel dan Log person III. Dalam
menentukan jenis distribusi data maka dilakukan pengujian chi kuadrat dan pengujian
smirnov Kolmogorov
Prosedur uji ini dilakukan dengan mentabulasikan suatu variabel menjadi kategori untuk
menghitung statistik chi square. Uji kecocokan modeL membandingkan observasi dan
frekuensi harapan pada kategori untuk diuji tiap kategorinya. Uji chi square digunakan
untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur
kuatnya hubungan antar variabel (C = Coefisien of contingency). Kriteria data untuk uji
chi square adalah data yang digunakan pada pengujian ini adalah data dari variabel
numerik bertingkat maupun yang tidak bertingkat (skala pengukuran ordinal atau
nominal).
8
Berikut hasil uji chi-square data curah hujan wilayah Sulawesi Selatan menggunakan
1. Aplikasi NORMAL
Kelas P(x >= Xm) Ef curah hujan Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef
2. Aplikasi LOG-NORMAL
Kelas P(x >= Xm) Ef curah hujan Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef
9
3. Aplikasi GUMBEL
Kelas P(x >= Xm) Ef curah hujan Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef
10
b. Uji Smirnov-Kolmogorov
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan
distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi
normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan
diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara
Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan
yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang
signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di
bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan
Berikut hasil uji Kolmogorov Smirnov data curah hujan wilayah Sulawesi selatan
n
curah huja m P = m/(N+1) NORMAL LOG-NORMAL GUMBEL LOG-PEARSON III
P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do
248.250 1 0.091 0.030 0.061 0.058 0.033 0.049 0.042 0.030 0.060
212.500 2 0.182 0.148 0.033 0.160 0.022 0.137 0.045 0.154 0.028
193.250 3 0.273 0.276 0.003 0.261 0.012 0.231 0.042 0.281 0.008
176.000 4 0.364 0.424 0.060 0.385 0.021 0.355 0.008 0.425 0.061
156.000 5 0.455 0.609 0.154 0.562 0.107 0.550 0.096 0.605 0.151
155.000 6 0.545 0.617 0.072 0.571 0.026 0.561 0.016 0.614 0.069
152.750 7 0.636 0.637 0.001 0.592 0.044 0.586 0.051 0.634 0.003
150.250 8 0.727 0.659 0.068 0.616 0.111 0.613 0.114 0.655 0.072
142.750 9 0.818 0.721 0.098 0.686 0.132 0.695 0.123 0.717 0.101
91.250 10 0.909 0.963 0.054 0.984 0.075 0.996 0.087 0.970 0.061
11
c. Hujan Kala Ulang
Setelah data-data curah hujan dilakukan uji distribusi data, selanjutnya dari pengujian
Kesimpulan dari uji Chi-Square dan Uji Kolmogorov Smirnov wilayah Sulawesi Selatan
Ket : 1. XT = m + K T * s
2. Menurut Uji Chi-Kuadrat, yang terbaik menggunakan distribusi LOG-NORMAL
3. Sedangkan menurut Uji Smirnov-Kolmogorov, yang terbaik menggunakan distribusi GUMBEL
4. Hitungan dilakukan dengan menggunakan rumus dalam buku 'Applied Hidrology', 1988, Ven Te Chow, et. al.
Hasil uji distribusi menggunakan metode Chi Square dan Kolmogorov Smirnov yang
dilakukan terhadap data curah hujan, didapat kesimpulan bahwa hasil distribusi data
12
4. Intensitas Hujan Rencana
mononobe digunakan apabila data hujan yang tersedia merupakan data hujan harian.
2 /3
R 24 24
I=
24 t ( )
I : Intensitas hujan rencana (mm/jam)
setiap hujan kala ulang dengan interval hujan dalam menit. Dalam menentukan nilai
intensitas hujan rencana untuk menghitung debit limpasan menggunakan hujan kala ulang
Hasil perhitungan nilai intensitas hujan rencana menggunakan metode Mononobe dapat
13
Gambar 3. Kurva intensitas durasi frekuensi
14
C. DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)
tiga DAS yaitu DAS Labakkang, Limbangan dan Sigeri. Dengan 3 sungai berada pada
wilayah DAS Labakkang, 6 sungai berada di wilayah DAS Limbangan dan 1 sungai
15
Gambar 5. Skema DAS sungai persilangan jalur KA Kabupaten Pangkep
Luas DAS Jarak Stasioning 0 ke Muara
Nama Sungai Nama DAS
(KM2) (KM)
Tabel 10. Informasi DAS dan Panjang sungai persilangan jalur KA Kabupaten Pangkep
16
D. DEBIT BANJIR
Sungai Leteng cenranae berada di wilayah kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tepatnya
119°33'43.52"E. Sungai Leteng cenranae terletak pada km 52+988 jalur kereta api lintas
Makassar-Pare-pare dengan rencana kop rel pada jembatan sungai berada pada elevasi
+7.85 dengan elevasi tanah Asli +1.353. Jalur KA yang melintasi sungai Leteng cenranae
Lokasi sungai Leteng cenranae terhadap jalur KA dapat dilihat berdasarkan gambar di
bawah ini.
17
Gambar 7. Potongan melintang hilir sungai Leteng cenranae
Daerah aliran sungai (DAS) sungai Leteng cenranae termasuk kedalam wilayah sungai
Saddang dengan DAS Limbangan, DAS sungai Leteng cenranae Sebagian besar berupa
lahan pertanian yaitu perswahan yang di aliri dengan batas-batas DAS berupa perbukitan.
DAS Leteng cenranae dingin memiliki luas 16.842 km2 sesuai dengan gambar berikut
18
Gambar 8. DAS sungai Leteng cenranae
Berdasarkan karakteristik lahan DAS sungai Leteng cenranae merupakan dataran yang di
tanami sehingga berdasarkan tabel koefisein run off Mononobe 1999 niali run off atau
aliran permukaan pada DAS sungai Leteng cenranae adalah 21% dari total air hujan yang
jatuh di DAS sungai Leteng cenranae. Koefisien run off Mononobe dapat dilihat pada
19
Tabel 11 Nilai koefisen run off berdasarkan kondisi lahan
Debit Limpasan permukaan adalah Besarnya debit air yang mencapai sungai tanpa
mencapai permukaan air tanah yakni curah hujan yang dikurangi sebagian infiltrasi,
besarnya air yang tertahan dan besarnya genangan. Besarnya debit limpasan dapat
keterangan:
Dimana :
20
Debit limpasan yang dihitung sebagai penentuan elevasi banjir adalah debit 2 tahunan, 5
dihitung elevasi muka air banjir pada penampang sungai terhadap posisi jembatan, elevasi
muka air banjir yang diizinkan pada perencanaan jembatan adalah dibawah gelagar
rasional dengan nilai koefisien run off (C) adalah 0,21 dan nilai luas DAS (A) adalah
16.842 km2.
Untuk perhitungan debit pada setiap kala ulang dapat dilihat pada tabeldibawah ini
Analisa ketinggian muka air banjir di hitung berdasarkan debit limpasan kala ulang 50
tahunan, Analisa tersebut dihitung dan dimodelkan menggunakan bantuan software Hec-
Ras.
21
Dalam pemodelan penampang saluran informasi yang diinputkan berupa titk elevasi
sungai dan koefisien manning permukaan sungai, koefisien Manning diambil 0.023
berdasarkan kondisi sungai dengan permukaan tanah. Tabel koefisien Manning sebagai
berikut
Input dari program Hec-ras merupakan titik-titk jarak dan elevasi melintang sungai yang
diukur pada beberapa stasioning sungai. Pada pemodelan sungai Leteng cenranae terdapat
Sebelas potongan sungai yang diukur sepanjang 500 meter dimulai dari stasioning 0+000
(hilir sungai) s.d stasioning 0+500 (hulu sungai), titik penempatan jembatan pada sungai
Leteng cenranae berada di stasioning 0+250. Elevasi desain jalur kereta api lintas
22
Berikut input data melintang Leteng cenranae pada stasioning sungai 0+000 s.d
23
Gambar 11. Penampang melintang sungai Leteng cenranae stasioning 0+100
24
Gambar 13. Penampang melintang sungai Leteng cenranae stasioning 0+200
25
Gambar 15. Penampang melintang sungai Leteng cenranae stasioning 0+300
26
Gambar 17. Penampang melintang sungai Leteng cenranae stasioning 0+400
27
Gambar 19. Penampang melintang sungai Leteng cenranae stasioning 0+500
28
1) Debit banjir
Dalam pemodelan Hec-ras diperlukan input debit yang akan melewati penampang sungai,
debit tersebut merupakan debit limpasan dengan kala ulang 50 tahun yang sudah dihitung
sebelumnya
Output dari Analisa program Hec-ras berupa ketinggian muka air sesuai dengan debit
yang diinputkan kedalam pemodelan, elevasi muka air banjir dapat dilihat pada semua
penampang melintang sungai dan penampang memanjang sungai. Ketinggian muka air
yang dipakai sebagai referensi untuk menetukan keamanan konstruksi jembatan adalah
elevasi muka air pada stasioning 0+250 yang merupakan posisi penempatan jembatan
29
Gambar 22. Elevasi muka air banjir pemodelan hec-ras kondisi eksisting
30
Gambar 24. Elevasi muka air banjir pada penampang memanjang sungai
3) Kesimpulan
Berdasarkan hasil program hec-ras elevasi muka air banjir dengan kala ulang debit 50
tahunan berada pada elevasi +3.14 sedangkan elevasi kop rel pada jembatan yang
melintasi sungai Leteng cenranae adalah +7.85 dengan levasi bawah girder jembatan
berada pada +5.444. Dari hasil tersebut dapat disimpulakan bahwa muka air banjir 50
tahunan sungai Leteng cenranae berada di bawah girder jembatan dengan beda tinggi
2.304 meter.
31
E. Perhitungan Manual
Untuk mengitung kapasitas debit yang dapat dialirkan sungai Leteng cenranae diperlukan
profil melintang dan memanjang sungai, profil melintang digunakan untuk menghitung
luas penampang basah dan keliling basah sungai setelah difungsikan jembatan diatasnya.
untuk menentukan debit saluran membutuhkan nilai-nilai yang berkaitan dengan kondisi
sungai yaitu luas area, keliling basah, jari jari hidraulik dan kemiringan dasar saluran.
Ketentuan lain dalam aturan jembatan kereta api nilai tinggi jagaan antara struktur atas
dan muka air banjir diambIl 1 meter, sehingga ketinggian maksimum yang mungkin dapat
32
Gambar 26.Penampang basah persilangan jembatan
33
Menghitung debit masing masing bagian penampang'
Bagian I
Luas penampang basah (A) = 9.744 m2
Keliling penampang basah (P) = 6.747 m
Koefisien Manning (n)
Koeifisien Manning pada penampang I merupakan penampang komposit antara tanah dan beton
sehingga perlu dihitung koefisien penampang komposit
Panjang penampang beton = 2.094 m
Panjang penampang tanah = 4.653 m
Koefisien Manning Beton = 0.014
Koefisien Manning Tanah = 0.023
Koefisien Komposit
L1.nI+L2.n2 / (L1+L2) = 0.0202068
Jari-jari Hidraulik penampang (A/P) = 1.4441974 m
Kemiringan dasar saluran = 0.0017
Kecepatan Aliran
మ భ
ଵ
Vൌܴయܵమ
V1 = 2.61 m2/det
Debit Air pada penampang 1
Q1 = A1 X V1 = 25.40 m3/det
Bagian 2
Luas penampang basah (A) = 11.089 m2
Keliling penampang basah (P) = 3.978 m
Koefisien Manning (n) = 0.023
Jari-jari Hidraulik penampang (A/P) = 2.7875817 m
Kemiringan dasar saluran = 0.0017
Kecepatan Aliran
మ భ
ଵ
Vൌܴయܵమ
V2 = 3.55 m2/det
Debit Air pada penampang 1
Q2 = A2 X V2 = 39.37 m3/det
34
Bagian 3
Luas penampang basah (A) = 21.064 m2
Keliling penampang basah (P) = 4.854 m
Koefisien Manning (n) = 0.023
Jari-jari Hidraulik penampang (A/P) = 4.3395138 m
Kemiringan dasar saluran = 0.0017
Kecepatan Aliran
మ భ
ଵ
Vൌܴయܵమ
V3 = 4.77 m2/det
Debit Air pada penampang 1
Q3 = A3 X V3 = 100.46 m3/det
Bagian 4
Luas penampang basah (A) = 9.858 m2
Keliling penampang basah (P) = 4.013 m
Koefisien Manning (n) = 0.023
Jari-jari Hidraulik penampang (A/P) = 2.4565163 m
Kemiringan dasar saluran = 0.0017
Kecepatan Aliran
మ భ
ଵ
Vൌܴయܵమ
V4 = 3.26 m2/det
Debit Air pada penampang 1
Q4 = A4 X V4 = 32.17 m3/det
Bagian 5
Luas penampang basah (A) = 8.488 m2
Keliling penampang basah (P) = 6.477 m
Koefisien Manning (n)
Koeifisien Manning pada penampang I merupakan penampang komposit antara tanah dan beton
sehingga perlu dihitung koefisien penampang komposit
Panjang penampang beton = 1.824 m
Panjang penampang tanah = 4.653 m
Koefisien Manning Beton = 0.014
Koefisien Manning Tanah = 0.023
Koefisien Komposit
L1.nI+L2.n2 / (L1+L2) = 0.0204655
Jari-jari Hidraulik penampang (A/P) = 1.3104832 m
Kemiringan dasar saluran = 0.0017
Kecepatan Aliran
మ భ
ଵ
Vൌܴయܵమ
V5 = 2.41 m2/det
Debit Air pada penampang 1
Q5 = A5 X V5 = 20.48 m3/det
Q total (Q1+Q2+Q3+Q4+Q5) = 217.89 m3/det
35
A P R V Q
Q 2 N S 3
(m ) (m) (m) (m/s) (m /s)
Q1 9.744 6.747 0.020 1.444 0.0017 2.607 25.403
Q2 11.089 3.978 0.023 2.788 0.0017 3.551 39.374
Q3 21.064 4.854 0.023 4.340 0.0017 4.769 100.461
Q4 9.858 4.013 0.023 2.457 0.0017 3.264 32.174
Q5 8.488 6.477 0.020 1.310 0.0017 2.413 20.478
QTOTAL 217.890
Berdasarkan hasil perhitungan debit banjir kala ulang 50 tahun dengan menggunakan
jembatan dengan metode pembagian area di dapatkan debit Q Kapasitas sebesar 217.89
m3/det.
Karena Qkapasitas > Q50 (217.89 > 96.357) maka penampang sungai setelah
pembangunan jembatan mampu mengalirkan debit banjir yang lewat dengan aman.
36