Anda di halaman 1dari 7

[19/4 09:01] FEBRI TRI WULANDARI: Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung

pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah
salah satu komponen utama pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses kehidupan seseorang.
Tanpa adanya kesehatan yang baik maka tidak akan ada masyarakat yang produktif. Dalam
kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan merupakan suatu hal yang bernilai sangat insentif.
Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya yang senantiasa “siap pakai” dan terhindar
dari ancaman penyakit. Di Indonesia sendiri tak bisa dipungkiri bahwa tren pembangunan kesehatan
bergulir mengikuti pola penguasa. Ketika pemerintah negeri ini hanya memandang sebelah mata
pada pembangunan kesehatan, maka kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat akan menjadi
sangat memprihatinkan.

Salah satu sub sistem kesehatan nasional adalah subsistem pembiayaan kesehatan. Jika ditinjau dari
defenisi sehat, yang dimaksud oleh WHO, maka pembiayaan pembangunan perumahan dan
pembiayaan pangan, yang juga memiliki dampak terhadap kesehatan, seharusnya turut
diperhitungkan. Pada akhir akhir ini, dengan semakin kompleksnya pelayanan kesehatan serta
semakin langkanya sumber dana yang tersedia, maka perhatian terhadap sub sistem pembiayaan
kesehatan semakin meningkat. Pembahasan tentang subsistem pembiayaan kesehatan ini tercakup
dalam suatu cabang ilmu khusus yang dikenal dengan nama ekonomi kesehatan.

[19/4 11:28] FEBRI TRI WULANDARI: Jakarta: Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut,
anggaran penanganan covid-19 pada tahun ini mencapai Rp172 triliun. Anggaran ini termasuk untuk
pelaksanaan program vaksinasi yang menghabiskan dana sebesar Rp54 triliun.

Ia menjelaskan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 juga masih mengalokasikan
untuk 3T, yaitu testing, tracing, dan treatment. Harapannya penanganan pandemi dari sisi kesehatan
bisa semakin baik lagi dengan ketersediaan anggaran.

[19/4 11:28] FEBRI TRI WULANDARI: “Anggarannya besar, total keseluruhan untuk penanganan covid
tahun ini mencapai Rp172 triliun,” kata dia dalam webinar Sinergi Memulihkan Negeri di Jakarta,
Senin, 5 April 2021.

Sri Mulyani menyebut, alokasi anggaran ini diharapkan memberi dukungan bagi tenaga kesehatan
untuk menangani covid-19 baik dari sisi pelaksanaan disiplin protokol kesehatan, hingga pelaksanaan
Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro.
“Maupun dari sisi penanganan covid-nya sendiri termasuk insentif bagi nakes dan juga berbagai
macam dukungan bagi alat-alat untuk testing, tracing, dan treatment atau pengobatan yang ini
sangat luar biasa mengambil resources (anggaran) yang cukup besar,” ungkapnya.

Ia menambahkan, pandemi covid-19 juga membuat pelebaran defisit anggaran dari biasanya di
bawah tiga persen menjadi di atas lima persen. Tak hanya itu, pertumbuhan ekonomi juga turut
mengalami kontraksi dalam hingga minus 2,1 persen di 2020.

“Tahun ini defisit kita di 5,7 persen, kita berharap akan mulai tumbuh atau mulai pulih berbagai
kegiatan sosial, ekonomi, sekolah mungkin mulai dibuka kembali, dan mereka sudah mengalami atau
mendapat vaksinasi, sudah mulai bisa melakukan aktivitas meskipun dengan disiplin protokol
kesehatan,” pungkas dia.

[19/4 11:30] FEBRI TRI WULANDARI: Pemerintah kembali menambah anggaran penanganan Covid-
19 dari Rp 677,2 triliun menjadi Rp 695,2 triliun. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya
kebutuhan korporasi dan daerah yang bertambah di tengah upaya pemulihan Covid-19.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Hidayat Amir
mengatakan angka biaya penanganan tersebut nantinya akan masuk ke dalam revisi Peraturan
Presiden Nomor 54 tahun 2020. “Itu masih sementara. Angka fix akan ada di revisi perpres,” kata
Amir dalam diskusi daring, Rabu (17/6).

[19/4 11:31] FEBRI TRI WULANDARI: Total biaya penanganan Covid-19 tersebut terdiir dari biaya
kesehatan Rp 87,55 triliun, perlindungan sosial Rp 203,9 triliun, insentif usaha Rp 120,61 triliun,
bantuan UMKM Rp 123,46 triliun, pembiaayan korporasi Rp 53,57 triliun, dan sektoral
kementerian/lembaga & pemda Rp 106,11 triliun.

Secara perinci, biaya kesehatan terdiri dari belanja penanganan Covid-19 yang sebesar Rp 65,8
triliun, insentif tenaga medis Rp 5,9 triliun, santunan kematian Rp 300 miliar, bantuan iuran Jaminan
Kesehatan Nasional Rp 3 triliun, untuk Gugus Tugas Covid-19 Rp 3,5 triliun, dan insentif perpajakan
di bidang kesehatan Rp 9,05 triliun.

(Baca: Anggaran Penanganan Corona Melonjak, Utang Pemerintah Jadi Rp 5.258 T)

Alokasi perlindungan sosial sebesar Rp 203,9 triliun terdiri atas anggaran Program Keluarga Harapan
Rp 37,4 triliun, dana sembako Rp 43,6 triliun, bantuan sosial Jabodetabek Rp 6,8 triliun, bansos Non-
Jabodetabek Rp 32,4 triliun, Program Kartu Prakerja Rp 20 triliun, diskon listrik Rp 6,9 triliun, logistik,
pangan dan sembako Rp 25 triliun, dan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa Rp 31,8 triliun.

[19/4 11:31] FEBRI TRI WULANDARI: Kemudian, anggaran insentif usaha terdiri dari PPh 21 DTP Rp
39,66 triliun, pembebasan PPh 22 Impor Rp 14,75 triliun, pengurangan angsuran PPh 25 Rp 14,4
triliun, pengembalian pendahuluan PPN Rp 5,8 triliun, penurunan tarif PPh Badan Rp 20 triliun, dan
stimulus lainnya Rp 26 triliun.

Lalu, alokasi dana UMKM akan diberikan dalam bentuk subsidi bunga Rp 35,28 triliun, penempatan
dana untuk restrukturasi Rp 78,78 triliun, belanja IJP 5 triliun, penjaminan modal kerja Rp 1 triliun,
PPh final UMKM DTP Rp 2,4 triliun, dan pembiayaan investasi kepada korporasi melalui LPDB
KUMKM Rp 1 triliun.

(Baca: Sri Mulyani Ungkap Biaya Penanganan Covid-19 Membengkak jadi Rp 695 T)

Selanjutnya, anggaran pembiayaan korporasi akan terdiri dari penempatan dana untuk
restrukturisasi padat karya Rp 3,42 triliun, dan Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 20,5 triliun.

Adapun PMN akan diberikan untuk Hutama Karya Rp 7,5 triliun, Bahana Pembinaan Usaha Indonesia
Rp 6 triliun, Permodalan Nasional Madani Rp 1,5 triliun, Pengembangan Pariwisata
Indonesia/Indonesia Tourism Development Corporation Rp 500 miliar, dan PT Perusahaan Pengelola
Aset (PPA) Rp 5 triliun.

Selain itu pemerintah juga menganggarkan dana talangan untuk modal kerja sebesar Rp 29,65 triliun
untuk Garuda Indonesia Rp 8,5 triliun, Kereta Api Indonesia Rp 3,5 triliun, PTPN Rp 4 triliun, Krakatau
Steel Rp 3 triliun, Perumnas Rp 650 miliar, dan PPA Rp 10 triliun.

Terakhir, dana sektoral k/l dan pemda terdiri atas program padat karya k/l Rp 18,44 triliun, insentif
perumahan Rp 1,3 triliun, pariwisata Rp 3,8 triliun, DID pemulihan ekonomi Rp 5 triliun, cadangan
DAK fisik Rp 8,7 triliun, fasilitas pinjaman daerah Rp 10 triliun, dan cadangan perluasan Rp 58,87
triliun.

[19/4 11:35] FEBRI TRI WULANDARI: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengakui masalah akurasi data
penerima bantuan sosial di wilayahnya. Bahkan, ada PNS dan golongan elite yang masuk daftar
penerima bansos selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di tengah pandemi Covid-19.

Kekurangan pada data pun dikeluhkan warga. Ketua RT di sebuah daerah di Jakarta Timur, Abdul
Rohim, mengatakan pihaknya menerima data dari Dinas Sosial Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta
yang tidak sesuai dengan kondisi riil.

Paket bantuan pertama baru saja diterima pada Senin lalu (20/04) sebanyak 61 paket. Namun,
penerima bantuan, kata Abdul, kurang sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya.
Penyaluran bansos sebesar triliunan rupiah berpotensi ‘tidak tepat sasaran dan dikorupsi’

Bagikan bansos dan bunuh orang: Cara kelompok gangster Amerika Latin beradaptasi dengan
pandemi

Sebanyak 1,2 juta karyawan mengalami PHK dan dirumahkan di tengah pandemi, Kartu Prakerja
dianggap tak efektif

Kelas menengah ‘rentan miskin’ di tengah pandemi virus corona

Ia menyebut ada sebanyak 85 kepala keluarga di RT yang ia ketuai.

[19/4 11:36] FEBRI TRI WULANDARI: “Memang sempat jadi masalah karena dari jumlah yang ada itu
nggak ter-cover semua. Ada warga yang tidak berdomisili di lokasi sesuai KTP dan ada yang secara
ekonomi orang mampu dapat [bantuan], sementara yang memang membutuhkan nggak [mendapat
bantuan],” kata Abdul kepada BBC News Indonesia melalui sambungan telepon pada Kamis (23/04).

Bahkan, ada pula nama orang yang sudah meninggal masih terdaftar sebagai penerima bantuan.

“Ada yang udah meninggal pun masih dapat [bantuan], kalau begitu si ahli warisnya yang boleh
mengambil,” tambahnya.

Kondisi demikian sempat menimbulkan konflik di antara warga. Abdul pun mengatakan ia telah
mengusulkan agar semua warga yang terdampak dan ingin mendapatkan bantuan masuk dalam
daftar.

“Karena kebanyakan itu terdampak, maka saya usulkan. Kemarin tidak semua [mendapat bantuan],
sempat ada masalah juga dengan warga yang tidak mendapatkan. Mereka merasa bantuan itu turun
karena adanya wabah, jadi nggak adil kalau misalnya nggak dapat semua,” tutur Abdul.

Pemprov memberi kesempatan untuk mendaftarkan nama-nama warga yang membutuhkan.

Abdul menjelaskan paket bantuan yang diberikan Pemprov mencakup beras, sarden, minyak, biskuit,
dan masker.

Di antara warga yang belum menerima bantuan tersebut adalah Muhammad Haris, seorang driver
ojek online.

[19/4 11:38] FEBRI TRI WULANDARI: detikFinance

Home

Ekonomi Bisnis
Finansial

Infrastruktur

Properti

Energi

Industri

Fintech

Bursa Valas

Moneter

Perencanaan Keuangan

SolusiUKM

Market Research

Infografis

Foto Biz

Video Biz

Loker

Indeks

detikFinance

Berita Ekonomi Bisnis

Tes COVID di RI Belum Merata, Paling Banyak di Jakarta

Hendra Kusuma – detikFinance

Rabu, 23 Sep 2020 16:47 WIB

Petugas PPSU Bukit Duri menyelesaikan pembuatan mural yang berisi pesan waspada penyebaran
virus Corona di kawasan Bukit Duri, Jakarta, Senin (31/8/2020). Mural tersebut dibuat agar
meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan saat beraktivitas
karena masih tingginya angka kasus COVID-19. Jumlah kasus harian Corona di DKI Jakarta pada
minggu 30 Agustus 2020 memecahkan rekor dan menembus lebih dari 1.100 kasus per hari. Foto:
Agung Pambudhy

Jakarta – Juru Bicara Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito mengaku jumlah tes COVID-19 belum
merata. Kegiatan tes masih lebih banyak di DKI Jakarta. Dia bilang peningkatan jumlah tes memiliki
peran penting terhadap penanganan Corona dan pemulihan ekonomi nasional.

Dia bilang, jumlah testing di Indonesia sudah mencapai sekitar 31.000 orang atau masih di bawah
standar yang ditetapkan WHO. Sementara jumlah spesimen yang sudah dites mencapai 43.896.
“Saya perlu sampaikan per jumlah penduduk itu kalau kita rata-rata perlunya sekitar 38.500 orang
diperiksa per hari sekarang sudah 31 ribu tinggal 8.000 orang lain per hari meskipun ini tidak
konsisten kadang-kadang naik turun,” kata Widi dalam video conference, Jakarta, Rabu (23/9/2020).

[19/4 11:38] FEBRI TRI WULANDARI: Tapi perlu diingat mungkin hampir 50% test yang 43 ribu itu
disumbangkan DKI Jakarta, artinya kita tidak boleh berpuas kita sudah dekat dengan standar WHO,
tapi sebenarnya belum rata di seluruh Indonesia,” tambahnya.

Dia bilang, peningkatan tes COVID-19 harus dilakukan khususnya di sekitar delapan provinsi yang
saat ini dinyatakan sebagai penyumbang terbanyak kasus Corona di Indonesia.

Menurut dia, persoalan mengenai kesiapan laboratorium pengetesan di tanah air sudah meningkat
drastis jumlahnya. Saat ini sudah ada sekitar 343 laboratorium yang bisa melakukan tes PCR dan
PCM.

“Fokus ke yang angkanya besar supaya angkanya turun dan penularannya juga turun,” jelasnya.

Dengan begitu, dikatakan Wiku pemerintah akan terus mengkampanyekan 3M yaitu menjaga jarak,
mencuci tangan, dan memakai masker, serta 3T yaitu testing, tracing, dan treatment. Selain itu,
pemerintah juga mengimbau kepada seluruh pemerintah daerah agar lebih responsif dalam
menangani kasus COVID di wilayahnya masing-masing.

“Ini challange leadership seluruh Indonesia, tadi ada juga latihan gas res ekonomi kesehatan itu kan
baru sekarang ada, dan memang belum ada pelatihan kepada seluruh pimpinan daerah, learning by
doing saja sekarang,” katanya.

Perlu diketahui, kasus positif virus Corona di Indonesia bertambah 4.465 hari ini. Dengan
penambahan tersebut, total kasus positif COVID-19 di Indonesia hingga hari ini mencapai 257.388.

[19/4 11:38] FEBRI TRI WULANDARI: Data tersebut berdasarkan perkembangan situasi COVID-19
harian yang dirilis Kementerian Kesehatan melalui situs kemkes.go.id pada Rabu (23/9/2020). Data
ini dihimpun hingga pukul 12.00 WIB dan diupdate secara berkala setiap harinya.

Angka kasus positif hari ini memecahkan rekor sebelumnya, di mana pada 21 September rekor
tambahan kasus positif harian mencapai 4.176. Pasien sembuh hari ini mengalami penambahan
3.660. Sehingga totalnya menjadi 187.958.
Sementara pasien yang meninggal per hari ini bertambah 140 orang sehingga kasus pasien yang
meninggal akibat COVID-19 di Indonesia hingga saat ini berjumlah 9.977.

Per hari ini, pemerintah juga memantau 109.541 pasien suspek COVID-19. Pemerintah juga telah
memeriksa 38.181 spesimen per hari ini.

Anda mungkin juga menyukai