Anda di halaman 1dari 7

REDUKSI, INTEGRASI, DAN KESATUAN ILMU

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


FILSAFAT ILMU

Penyusun :
Agus Kurniadi (9903821037)
Dosen Pengampuh
Dr. Abdul Sukur, S.Pd, M.Si
Dr. Johansyah Lubis, M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN OLAHRAGA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
REDUKSI, INTEGRASI, DAN KESATUAN ILMU

1. Reduksi Fenomenologi
Memahami fenomenologi sebagai suatu metode membentangkan langkah-
langkah yang harus diambil agar sampai pada fenomeno yang murni. Untuk
melakukan itu, harus dimulai dengan subjek (manusia) serta kesadarannya dan
berusaha untuk kembali pada kesadaran murni. Sedangkan sebagai filsafat,
fenomenologi memberikan pengetahuan yang perlu dan essensial tentang apa yang
ada. (Supriadi, 2015).
Metode fenomenologi menurut Husserl, menekankan satu hal penting yaitu,
penundaan keputusan karena masih ada keraguan dan masih membutuhkan
pertimbangan. Penundaan keputusan harus untuk memahami fenomena. Pengetahuan
yang kita miliki tentang fenomena itu harus kita tinggalkan atau lepaskan dulu, agar
fenomena itu dapat menampakkan dirinya sendiri. Usaha untuk mencapai segala
sesuatu itu harus melalui reduksi atau penyaringan yang terdiri atas.(Amal, 2019)
1. Reduksi fenomenologi, yaitu harus menyaring pengalaman-pengalaman dengan
maksud mendapat fenomena dalam wujud semurni-murninya. Dalam artian
bahwa, kita harus melepaskan benda-benda itu dari pandangan agama, adat
istiadat, ilmu pengetahuan dan ideologi.
2. Reduksi eidetis, yaitu dengan menyaring atau penempatan dalam tanda kurung
sebagai hal yang bukan eidos atau intisari atau hakikat gejala atau
fenomena.Reduksi transcendental, yaitu dalam penerapannya
3. berdasarkan subjeknya sendiri perbuatannya dan kesadaran yang murni.
2. Integrasi
Integrasi adalah pembauran dalam satu kesatuan yang menjadi utuh. Definisi
lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat,
namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi
memiliki dua pengertian (Miftakus Surur et al., 2018), yaitu :
1. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem
sosial tertentu.
2. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu.
Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan,
disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau
kemasyarakatan. Contoh : Sekaten, akulturasi antara budaya Jawa, Islam dan Hindu.
Beberapa adat yang ada di Jawa yang banyak sekali ragamnya itu sangat mendukung
untuk mengintegrasi antara adat yang satu dengan adat yang lainnya agar supaya
menjadi satu kesatuan, fungsinya agar masyarakat yang ada di Jawa tetap menjaga
keharmonisan antar adat, dan masyarakat harus menerima dengan adanya integrasi di
daerah Jawa (Masalah, 2015)
Mengenai perbedaan antar agama seperti halnya agama Islam dan agama
Hindu tidak seharusnya saling menyalahkan antar agama, melainkan tetap
berhubungan saling menghargai antara yang satu dengan lainnya, dalam
mengintegrasi antar agama alangkah baiknya mengenal lebih dalam agama yang
dianut terlebih dahulu, agar tidak terjerumus. Antara agama Islam dan agama Hindu
apabila di integrasikan bukan sebuah kesalahan, melainkan sangat menguntungkan,
tidak hanya dalam satu pihak melainkan kedua pihak saling menguntungkan, dalam
segi saling berbagi ilmu, hanya sebatas berbagi ilmu tidak meyakininya. (Tisna
Nugraha, 2020).
Dalam kehidupan manusia integrasi merupakan salah satu bentuk yang harus
dijadikan sebuah pedoman dalam diri manusia karena manusia sebagai makhluk
sosial harus memiliki hubungan, hubungan terhadap semua hal. Kebutuhannya
manusia sangat banyak sekali. Adanya kebutuhan hidup inilah yang mendorong
manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
tersebut. Jadi integrasi dalam kehidupan sehari hari sangatlah penting. (Fathul Mufid,
2013).
3. Kesatuan Ilmu
Penyatuan ilmu agama dan ilmu modern dirasa perlu untuk pemahaman
terhadap realitas yang ada. Ilmu-ilmu modern yang mengandalkan akal sebagai
tumpuan dan adanya sekularisasi atau pemisahan dengan agama, maka dari itu prinsip
atau strategi spiritualisasi ilmu-ilmu sekuler akan sangat penting. Ilmu yang dianggap
sebagai ilmu agama atau ilmu akhirat seperti ilmu fiqih, tauhid, tafsir, hadist dan lain-
lain dan ilmu yang dianggap sebagai ilmu dunia/ilmu umum / sains (eksakta) seperti
biologi, fisika, kimia, kedokteran dan lain-lain hakikatnya memiliki satu kesatuan,
yakni ilmu-ilmu Allah. (Suriasumantri, 2007)
Ilmu agama dan ilmu eksakta tidak dapat dipisah-pisahkan. Albert Einstein
seorang ilmuan barat bahkan mengatakan bahwa ilmu pengetahuan tanpa agama
adalah buta, sedangkan ilmu agama tanpa ilmu pengetahuan adalah pincang. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang erat antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan
(eksakta) diibaratkan simbiosis yang saling menguntungkan. (Darwis A. Soelaiman,
2019)
Untuk mewujudkan kesatuan ilmu di perlu strategi seperti Humanisasi ilmu
agama sangat diperlukan, mengikat ada paradigma dari masyarakat bahwa biasanya
ilmu agama bersifat ekslusif. Maka dari itu humanisasi diperlukan untuk
merekontruksi kembali ilmu ilmu keislaman agar depan semakin menyentuh dan
memberi solusi nyata bagi kehidupan manusia. Strategi ini meliputi segala upaya
untuk menyatukan nilai universal islam dengan ilmu pengetahuan modern sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup dan peradaban manusia.(Karim, 2014)
Selain strategi Humanisasi terdapat juga strategi spiritualisasi adalah
memberikan pijakan nilai-nilai ketuhanan dan etika terhadap ilmu-ilmu sekuler untuk
memastikan bahwa pada dasarnya semua ilmu berorientasi pada peningkatan
kualitas/keberlangsungan hidup manusia dan alam serta bukan penistaan atau
perusakan keduanya. Strategi ini meliputi segala upaya untuk membangun ilmu
pengetahuan didasarkan pada kesadaran kesatuan ilmu pengetahuan yang bersumber
dari ayat-ayat Allah baik yang diperoleh melalui para nabi, eksplorasi akal, maupun
pemanfaatan alam.(Murtadho, 2014).
Terakhir dengan ke arfian lokal Revitalisasi kearifan lokal ini dapat diartikan
sebagai penguatan kembali ajaran-ajaran leluhur bangsa. Strategi ini terdiri dari
semua usaha-usaha supaya dapat tetap setia pada ajaran luhur budaya lokal dan
pengembangannya, guna penguatan karakter bangsa. Karena walaupun setiap budaya
berbeda-beda, namun setiap budaya leluhurnya mengajarkan nilai ketuhanan yang
tetap memberikan persatuan ilmu.(Nuryani & Mondry, 2018)
Daftar Pustaka

Amal, S. (2019). Metode Bracketing Edmun Husserl. Dialektika, 12(1), 77.


https://doi.org/10.33477/dj.v12i1.793
Darwis A. Soelaiman. (2019). Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam.
Fathul Mufid. (2013). Integrasi Ilmu-Ilmu Islam. Equilibrium, 1(1), 55–71.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/200
Karim, A. (2014). Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Metodologi
Penelitian. Fikrah Jurnal Ilmu Aqidah Dan Studi Keagamaan, 2(1), 273–289.
https://journal.iainkudus.ac.id/index.php/fikrah/article/view/563
Masalah, L. B. (2015). Makalah Pendidikan Kewarganegaraan (Integrasi Nasional).
April.
Miftakus Surur, A., Mahmudah, S., & Khasanah, S. N. (2018). Integrasi Ilmu Agama
Dengan Ilmu Umum Untuk Menghadapi Era Globalisasi. IQRA’ (Jurnal Kajian
Ilmu Pendidikan), 3(1), 140–161. http://dx.doi.org/10.25217/ji.v3i1.208.
Murtadho, A. (2014). Arah Pengembangan Kajian Ekonomi Islam Berbasis Kesatuan
Ilmu Pengetahuan Di Iain Walisongo. Economica: Jurnal Ekonomi Islam, 5(1),
21–36. https://doi.org/10.21580/economica.2014.5.1.761
Nuryani, A., & Mondry, M. (2018). KEMANDIRIAN PANGAN BERBASIS
KEBHINEKAAN : STUDI ATAS FUNGSI DAN PERAN MEDIA MASSA DI
KOTA MALANG ASTRIDA FITRI NURYANI 1 ,. May.
Supriadi, S. (2015). Perkembangan Fenomenologi Pada Realitas Sosial Masyarakat
Dalam Pandangan Edmund Husserl. Scriptura, 5(2), 52–61.
https://doi.org/10.9744/scriptura.5.2.52-61
Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat IImu.
Tisna Nugraha, M. (2020). Integrasi Ilmu dan Agama: Praktik Islamisasi Ilmu
Pengetahuan Umum di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Al-Hikmah: Jurnal
Agama Dan Ilmu Pengetahuan, 17(1).

Anda mungkin juga menyukai