Abstrak. Materi integral merupakan salah satu materi pokok dalam kurikulum matematika di Sekolah
Menengah Atas. Dalam penelitian ini, siswa dituntut untuk memiliki kemampuan bernalar. Kemampuan
tersebut sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah integral, khususnya pada permasalahan luas daerah
di bawah kurva. Hal tersebut tentunya membutuhkan pemahaman konsep, kemampuan penalaran dan
interpretasi. Pada kenyataannya, banyak siswa merasa kesulitan untuk mengatasi permasalahan integral.
Akibatnya, siswa mengalami banyak kekeliruan dalam menyelesaikan masalah terkait dengan luas daerah di
bawah kurva. Pada artikel ini penulis mencoba untuk menjelaskan secara deskriptif tentang bagaimana siswa
menggunakan kemampuan awal mereka pada permasalahan berbasis konteks. Penelitian ini dilakukan di kelas
XI yang menduduki semester kedua yang terdiri dari 40 siswa. Pengumpulan data diperoleh melalui tes awal
(Student’s Worksheet), wawancara, dan catatan lapangan. Wawancara dilakukan dengan tujuan
mendapatkan informasi mengenai bagaimana siswa menyelesaikan permasalahan integral yang disajikan.
Hasil dari kegiatan tersebut menunjukan bahwa kemampuan siswa umumnya tidak dapat membantu mereka
dalam menyelesaikan permasalahan integral berbasis konteks. Dalam hal ini, penulis menemukan bahwa
beberapa siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan; sementara itu beberapa siswa lainnya menerapkan
cara lain, seperti dengan menggunakan rumus dan menuangkan dengan kata-kata. [ANALISIS
KEMAMPUAN BERNALAR SISWA SMA DALAM MEMAKNAI PERMASALAHAN INTEGRAL
BERBASIS KOTEKS] (Jurnal Fibonaci, XX(X): X - X, 2020)
Kata Kunci: Hasil Kerja Siswa; Kemampuan Bernalar; Permasalahan Berbasis Konteks; Integral
siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Atas karakteristik tertentu dalam menemukan
(SMA). kebenaran. Agar pengetahuan yang dihasilkan
Walaupun kemampuan bernalar penalaran itu mempunyai dasar kebenaran
matematika telah menjadi salah satu fokus maka proses berpikir itu harus dilakukan
utama dalam pembelajaran, akan tetapi pada dengan suatu cara tertentu sehingga penarikan
umumnya banyak guru yang mengeluh karena kesimpulan baru tersebut dianggap sahih
pengetahuan peserta didiknya tidak cukup (valid). Penalaran juga harus dilakukan
untuk menyelesaikan masalah integral, seorang siswa saat ia sedang belajar. Aktivitas
khususnya berbasis konteks. Hal ini mungkin penalaran merupakan kegiatan yang dilakukan
saja disebabkan karena metode pengajaran oleh peserta didik dalam memahami suatu
yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan permasalahan matematika yang disertai
topik integral tidak memberikan ruang kepada dengan proses berpikir induktif dan deduktif
siswa untuk mengembangkan penalaran yang bertujuan untuk mendapatkan suatu
mereka (Hutagaol, 2013), seperti metode kebenaran. Kebenaran yang diperoleh dapat
ceramah dan ekspositori. Kedua metode menjadi kesimpulan dari permasalahan yang
tersebut biasanya dilakukan oleh guru di kelas, ada. Oleh karena itu kemampuan penalaran
dimana guru hanya menerangkan materi harus dikembangkan pada diri peserta didik.
sedangkan siswa cenderung mendengarkan, (Sa’adah, 2010).
mencatat, mengerjakan latihan soal, menghafal Pada penelitian ini, digunakan penalaran
rumus, dan menyelesaikan pekerjaan rumah matematika. Penalaran matematika
sehingga proses belajar dan mengajar menjadi (mathematical reasoning) diperlukan oleh siswa
pasif. Oleh karena itu, mengembangkan untuk menentukan apakah sebuah argumen
kemampuan bernalar siswa pada topik integral matematika benar atau salah dan juga dipakai
sangat penting dilakukan. untuk membangun suatu argumen
Disamping itu, penyelesaian masalah matematika. Penalaran matematika adalah
integral berbasis konteks membutuhkan proses berpikir secara logis dalam menghadapi
penalaran konsep yang baik, pemahaman problema dengan mengikuti ketentuan-
formulasi yang tepat, serta kejelian dan ketentuan yang ada. Proses penalaran
kreativitas yang tinggi (Mikrayanti, 2016). matematika diakhiri dengan memperoleh
Proses yang kompleks ini menjadikan kesulitan kesimpulan (Sa’adah, 2010).
tersendiri dalam mempelajarinya. Akibatnya, Kemampuan penalaran (reasoning)
siswa sering melakukan kesalahan dalam matematis telah dijelaskan dalam dokumen
menyelesaikan permasalahan integral. Oleh Peraturan Dirjen Dikdasemen melalui
karena itu, penelitian ini dilakukan dengan Peraturan No. 506/C/PP/2004, TIM PPPG
tujuan untuk menganalisis kemampuan Matematika, sebagai berikut:
penalaran siswa SMA dalam memaknai a. Menyajikan pernyataan atau masalah
permasalahan integral berbasis konteks. Untuk matematika secara lisan, tertulis, gambar,
mencapai tujuan tersebut, penulis dan diagram;
memformulasikan rumusan masalah dalam b. Mengajukan dugaan (conjectures);
penelitian ini yaitu “Bagaimana siswa SMA c. Melakukan manipulasi matematika;
menggunakan pengetahuan mereka d. Menarik kesimpulan, menyusun bukti,
sebelumnya dalam menyelesaikan memberikan alasan atau bukti terhadap
permasalahan integral berbasis konteks?” beberapa solusi;
e. Menarik kesimpulan dari pernyataan;
Tinjauan Teoretis f. Memeriksa kesahihan suatu argument;
Kemampuan Penalaran Matematika g. Menemukan pola atau sifat dari gejala
Penalaran merupakan suatu proses matematis untuk membuat generalisasi
berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang (Shadiq, 2009).
berupa pengetahuan dan mempunyai
Integral
2 Jurnal Fibonaci Volume 1 Nomor 2 Juni - Desember 2020
Analisis Kemampuan Bernalar Siswa SMA Dalam Memaknai Permasalahan Integral Berbasis Konteks
Integral adalah kebalikan (invers) Jika diambil ∆𝑥0 = ∆𝑥1 = ∆𝑥2 = ... = ∆𝑥𝑛 =
dari pendiferensialan. Jika F(x) adalah fungsi L maka didapati metode integral Reimann
umum yang bersifat F‘(x) = f(x) maka F(x) sebagai berikut:
𝑏 𝑛
merupakan himpunan anti-turunan atau
himpunan pengintegralan F‘(x) = f(x). ∫ 𝑓(𝑥)𝑑𝑥 = ℎ ∑ 𝑓(𝑥𝑖 )
Himpunan anti turunan fungsi f(x) dinotasikan 𝑎 𝑖=0
pengintegralan luas daerah lintasan yang mengenai eksplorasi jawaban dari siswa
berada di bawah sumbu-x dan di atas sumbu-x tersebut.
dengan batas yang terlihat pada gambar. Salah
saorang siswa mencoba menggunakan cara Pertanyaan kedua
yang berbeda dari kebanyakan siswa lain. Dari 40 siswa yang menjadi subjek
Siswa tersebut menggunakan konsep luas penelitian, hanya 1 siswa yang dapat
(panjang x lebar) pada langkah awal menyelesaikan permasalahan tersebut. Akan
penyelesaiannya, namun untuk langkah tetapi dalam menjawab permasalahan ini siswa
selanjutnya belum benar. Strategi siswa menjawab dengan langsung menggunakan
tersebut dapat dilihat dengan jelas pada formulasi integral tentu. Siswa tidak
Gambar 6 dibawah ini. melakukan pengeksplorasian terhadap
permasalahan yang disajikan. Siswa mampu
dalam menyelesaikan permasalahan dengan
menggunakan formulasi akan tetapi masih
terjadi kekeliruan dalam proses mengintegrasi
fungsi. Berikut ini jawaban siswa :