SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
TIM PENGUJI
Segala puji, hormat, dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebab berkat,
rahmat dan kasih karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Gigi.
Penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada kedua
orang tua penulis yaitu Bambang Iriyandi, S.Pi, M.P, dan Nevikar Dachi, S.E, dan
kakak Mentari Christ Riyandini, SKM, juga adik Demas Ebenhaezer Iriyandi yang
amat penulis kasihi, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan selama
proses penyelesaian skripsi ini.
Selama pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan
banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., Sp.RKG(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg., M.Kes, Sp.KG selaku Ketua Departemen Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU yang telah memberikan arahan dan
masukan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Prof. Dr. Rasinta Tarigan, drg., Sp.KG (K) selaku pembimbing penulis
yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, pemikiran, dukungan, dan bimbingan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi USU yang telah membantu penulis dengan memberikan arahan dan
masukan dalam penyelesaian skripsi.
5. Staf Departemen Ilmu Konservasi Gigi yang telah membantu dalam hal
administrasi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Ika Andryas, drg., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi USU.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN TIM PENGUJI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI .................................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ vi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................. vi
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................................5
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Variasi anatomi akar dan saluran akar ..................................................................... 7
2. Teknik aktivasi dalam irigasi saluran akar ............................................................. 14
3. Desain jarum .......................................................................................................... 16
4. Jumlah vortex ......................................................................................................... 17
5. Gambaran skematik aliran akustik di sekitar file ultrasonik .................................. 20
6. Scoring system Torabinejad ................................................................................... 24
7. Sampel diletakkan pada bais .................................................................................. 34
8. Dekoronasi dengan separating disk ........................................................................ 34
9. Sampel diukur ........................................................................................................ 34
10. Pengambilan pulpa ............................................................................................... 34
11. Inisiasi dan negosiasi dengan K-file .................................................................... 35
12. Preparasi dengan Protaper S1............................................................................... 35
13. Preparasi dengan Protaper S2............................................................................... 35
14. Preparasi dengan Protaper F1............................................................................... 35
15. Preparasi dengan Protaper F2............................................................................... 36
16. Preparasi akhir dengan Protaper F3 ..................................................................... 36
17. Irigasi NaOCl ....................................................................................................... 37
18. Agitasi manual dinamik dengan gutta percha ...................................................... 37
19. File ultrasonik ...................................................................................................... 37
20. Sampel dikeringkan dengan paper points ........................................................... 38
21. Scanning Electron Microscope ............................................................................ 39
22. Sampel gigi diletakkan pada sample holder ......................................................... 39
23. Hasil SEM dan skor sepertiga apikal kelompok 1 ............................................... 41
24. Hasil SEM dan skor sepertiga apikal kelompok 2 ............................................... 41
25. Hasil SEM dan skor sepertiga apikal kelompok 3 ............................................... 42
26. Hasil SEM dan skor sepertiga apikal kelompok 4 ............................................... 42
27. Grafik kebersihan smear layer pada setiap kelompok perlakuan ....................... 44
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Definisi operasional ............................................................................................... 30
2. Uji Kappa statistik .................................................................................................. 44
3. Frekuensi skor smear layer .................................................................................... 46
4. Uji Kruskall Wallis ................................................................................................ 47
5. Uji Mann Whitney .................................................................................................. 47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Alur Pikir
2. Alur Perlakuan Sampel
3. Hasil Scanning Electron Microscope (SEM)
4. Hasil Uji Kappa Test
5. Hasil Uji Kruskall Wallis
6. Hasil Uji Mann-Whitney
7. Surat Ethical Clearance
DAFTAR SINGKATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
dan aksesori, fin, isthmus, dan cul-de-sac merupakan tantangan tersendiri dalam
perawatan saluran akar karena kompleksitasnya sehingga dapat menjadi wadah
bagi mikroorganisme, dan sering tidak tercapai hanya dengan preparasi mekanis.4
Bahkan dengan penggunaan instrumentasi rotary, intrumen tersebut hanya
bekerja di bagian tengah saluran, meninggalkan fin, isthmus, dan cul-de-sac yang
tidak terjangkau setelah preparasi. Daerah ini dapat menjadi tempat tersembunyi
untuk debris jaringan, bakteri dan produknya, yang dapat mencegah adaptasi
bahan obturasi dan menghasilkan inflamasi periradikular persisten. 7
Oleh karena itu preparasi secara mekanis harus selalu disertai dengan
preparasi secara khemis yaitu irigasi untuk dapat membersihkan saluran akar
sampai ke daerah sepertiga apikal.1 Tindakan irigasi tersebut harus dilakukan
selama dan setelah instrumentasi yang bertujuan untuk menghilangkan sisa
jaringan dentin dan mikroorganisme dari saluran akar. Meskipun begitu, tidak
ada bahan irigasi tunggal yang dapat memenuhi seluruh kriteria tersebut, bahkan
dengan penggunaan metode seperti menurunkan pH, menaikkan temperatur,
bahkan menambahkan surfaktan untuk menambah efektivitas pembasahan bahan
irigasi. Penting untuk mengetahui bahwa bahan irigasi harus dapat berkontak
langsung dengan seluruh permukaan saluran akar supaya dapat beraksi dengan
efektif, terutama bagian sepertiga apikal.7
Untuk memenuhi tujuan tersebut, harus ada teknik irigasi yang tepat yang
dapat membawa bahan irigasi secara maksimal sesuai panjang kerja. Suatu
sistem pembawa bahan irigasi harus memiliki aliran dan volume yang adekuat
terhadap panjang kerja agar efektif membersihkan sistem saluran akar tanpa
mendorong cairan keluar ke jaringan periradikular.7
Saat ini, armamentarium irigasi menyediakan berbagai alat dan teknik yang
dapat membantu praktisi mengurangi bakteri dan debris dalam saluran akar.
Namun, tidak ada teknik irigasi yang digunakan sebagai standar yang diterima
secara universal. Teknik aktivasi bahan irigasi selalu dikembangkan untuk
mendapatkan teknik yang tepat untuk membawa bahan irigasi lebih efektif ke
seluruh permukaan saluran akar. Teknik ini dapat terbagi ke dua kategori, yaitu
teknik irigasi manual dan teknik irigasi yang dibantu mesin. Teknik irigasi
manual dilakukan dengan penggunaan spuit dan jarum. Irigasi konvensional
dengan spuit dan jarum adalah prosedur standar yang dilakukan, tetapi tidak
efektif hingga sepertiga apikal saluran akar, isthmus maupun saluran akar yang
berbentuk oval.8
Lalu dikembangkan teknik konvensional dengan menggunakan bantuan
brush. Teknik ini cukup baik membersihkan saluran akar yang tidak terjangkau,
akan tetapi bulu sikatnya dapat lepas ke saluran akar, sehingga kemungkinan
reinfeksi dapat terjadi.9 Lalu berkembanglah metode sederhana yaitu
menggunakan gutta percha yang diaktivasi dengan tangan atau disebut juga
sebagai teknik agitasi manual dinamik. Agitasi manual dinamik (AMD)
merupakan teknik yang murah dari segi biaya untuk membersihkan seluruh
dinding saluran akar. Gutta percha yang sesuai dengan saluran akar jika
digerakkan dengan gerakan dorong-tarik hingga mencapai panjang kerja maka
dapat memproduksi efek hidrodinamik yang efektif dan meningkatkan
pembersihan debris.8
Lalu berkembang pula teknik irigasi dengan bantuan mesin. Salah satunya
menggunakan tenaga sonik. Teknik ini efektif membersihkan saluran akar, tetapi
tipnya dapat tersisa pada saluran akar, dan tidak tampak karena terlihat
radiolusen jika diradiografi.15 Metode yang berkembang pesat saat ini untuk
pembersihan smear layer adalah teknik ultrasonik dan sistem negative pressure.
Sistem EndoVac menggunakan sistem negative pressure mengalirkan larutan
irigasi ke sepertiga apikal saluran akar dengan menghisap debris yang tersisa. 10
Sedangkan teknik irigasi ultrasonik mengandalkan transmisi energi akustik dari
file yang berosilasi dengan bahan irigan. 7
Cameron (1983) membuktikan bahwa penggunaan ultrasonik sangat efektif
membersihkan smear layer bahkan sampai ke sepertiga apikal.11 McGill et al
(2008) dan Nurisawati dkk(2017) meneliti bahwa teknik agitasi manual dinamik
juga sudah dapat membersihkan sepertiga apikal saluran akar dengan baik,
bahkan lebih baik dari teknik irigasi semi negative pressure dengan bantuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagai tambahan, bahan irigasi yang ideal juga harus mudah didapatkan,
harganya terjangkau, mudah digunakan dan disimpan dalam waktu yang lama, tidak
menyebabkan lesi periapikal dan reaksi anafilaktik.13
Selain itu terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas bahan
irigasi, yaitu:31
a. Konsentrasi; semakin tinggi konsentrasi larutan, semakin baik efektivitasnya
sebagai bahan irigasi. Namun hal ini dapat menyebabkan sitotoksisitas yang
lebih tinggi pula.
b. Kontak; bahan irigasi harus dapat berkontak dengan substrat (mikroba,
jaringan organik) agar mampu melarutkan atau mengangkat debris keluar
saluran akar.
c. Adanya jaringan organik; jaringan organik mampu mengurangi efektivitas
medikamen, karena itu jaringan organik harus disingkirkan dengan
kemomekanis secara simultan.
d. Jumlah larutan yang digunakan; semakin banyak larutan yang diirigasikan
kedalam saluran akar, semakin tinggi pula efektivitasnya mengangkat smear
layer.
e. Ukuran jarum irigasi; umumnya, ukuran jarum yang digunakan dalam irigasi
saluran akar adalah 27G dan 30G karena dapat masuk ke saluran akar lebih
dalam untuk debridemen yang lebih baik.
f. Tegangan permukaan bahan irigasi; semakin rendah tegangan permukaan
larutan tersebut, maka efek basah yang ditimbulkannya semakin baik.
g. Temperatur bahan irigasi; menghangatkan bahan irigasi (NaOCl) dapat
meningkatkan efektivitasnya.
h. Frekuensi irigasi; semakin sering irigasi dilakukan, maka pembersihan yang
dilakukan semakin baik.
i. Diameter saluran akar; semakin besar saluran akar yang dibentuk selama
preparasi, akan memudahkan jarum untuk masuk lebih dalam dan bahan
irigasi dapat membersihkan hingga ke sepertiga apikal.
2.3.2.2 EDTA
Ethylenediamine tetraacetic acid (EDTA) merupakan bahan irigasi kelator
yang paling sering digunakan dalam saluran akar . Bahan irigasi kelator amat penting
2.3.2.3 Klorheksidin
Klorheksidin merupakan bahan kimiawi antiplak yang efektif dan sering
digunakan untuk perawatan periodontal dan pencegahan karies. Klorheksidin efektif
membunuh Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Klorheksidin glukonat
merupakan molekul kation yang bertindak dengan cara mengabsorbsi kedalam
dinding sel mikroorganisme dan merusak integrasi membran plasma yang dapat
menyebabkan kebocoran pada komponen intraselularnya. 23,25
Klorheksidin mempunyai efek yang unik, yaitu substantivitas. Dengan adanya
efek substantivitas, klorheksidin mempunyai efek antimikrobial yang terus menerus
dan durasi efek yang lebih panjang 72 jam hingga 21 hari, yang mampu membunuh
bakteri yang berpenetrasi hingga 382 micron dalam tubulus. Hal ini disebabkan oleh
sifat kationik klorheksidin yang dapat berikatan dengan dentin dan enamel gigi. 23
Meski efek antimikroba klorheksidin tidak jauh berbeda dengan sodium
hipoklorit dan memiliki durasi yang lebih panjang, klorheksidin tetap tidak mampu
menggantikan larutan sodium hipoklorit sebagai bahan irigasi utama karena
klorheksidin tidak mampu melarutkan jaringan organik. Oleh karena itu, klorheksidin
sering dijadikan sebagai pembilas terakhir (final irrigation).25
2.3.2.4 MTAD
Bahan irigasi baru yang saat ini sedang dikembangkan adalah Mixture of
Tetracyclin, Acid and Detergent (MTAD). MTAD pertama kali diperkenalkan oleh
Torabinejad et al (2000) sebagai bahan smear layer removal. MTAD merupakan
bahan irigasi yang dimodifikasi untuk meningkatkan efek pembersihan dan efek
antimikrobial. Torabinejad et al menunjukkan bahwa MTAD mampu mengangkat
smear layer dengan lebih aman dan efektif melawan bakteri E. Faecalis.4,23
MTAD terdiri dari tetracycline (doksisiklin 3%) yang mengandung spektrum
antibiotik, substantivitas dari doksisiklin, dan mengangkat smear layer; asam organik
(citric acid 4,25%) yang bakterisidal; dan detergen (Tween 80) yang mengurangi
tegangan permukaan.30,31 MTAD memiliki efek samping toksik yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan larutan sodium hipoklorit karena mempunyai sifat
biokompatibilitas yang tinggi sehingga tidak mengiritasi jaringan periradikular.4,25
dapat terbagi ke dalam dua bagian, yaitu teknik irigasi dengan agitasi manual, dan
dengan bantuan mesin.7
Manual Brushes
Endobrush, Navitip FX
Continuous irrigation
during instrumentation
Quantec
Sonic
Machine assisted Rispisonic file,
Endoactivator
Ultrasonic
berada di lateral sehingga tekanan larutan tidak menuju arah apikal, tetapi ke arah
dinding saluran akar.30 Ketika melakukan irigasi, hal yang penting diingat adalah
jarum harus dalam keadaan terbebas di dalam saluran akar. Hal tersebut
memungkinkan bahan irigasi untuk refluks dan menyebabkan debris bergerak ke arah
korona serta mencegah terdorongnya bahan irigasi ke jaringan periradikular.8,23
Gambar 3. Desain jarum open-ended : (A) flat, (B) bevel, (C) notched;
Desain jarum close-ended : (D) side vented, (E) double side
vented, (F) multivented. 7
disebabkan oleh jumlah vortex yang terbentuk dalam saluran akar akan berkurang.
Vortex merupakan aliran berpola siklus yang dapat meningkatkan tekanan shear
dinding dan kadar penggantian. Kecepatan aliran akan berkurang dengan setiap
vortex ke arah apikal sehingga dengan bertambahnya vortex yang terbentuk,
kecepatan aliran pada foramen apikal berkurang, kemungkinan ekstrusi bahan irigasi
dan debris ikut berkurang.29
Gambar 4. Jumlah vortex yang terbentuk pada jarak : (a) 1 mm, (b) 2 mm,
(c) 3 mm, (d) 4 mm, (e) 5 mm dari panjang kerja29
isthmus dari sistem saluran akar untuk menghilangkan jaringan dan debris yang
terperangkap.19
Namun, gesekan yang dihasilkan bulu sikat dan dinding saluran akar yang
iregular dapat menyebabkan lepasnya bulu sikat yang radiolusen di saluran akar dan
tidak dapat disadari bahkan dengan penggunaan mikroskop bedah. Pada studi
dilaporkan adanya peningkatan kebersihan sepertiga tengah dinding saluran akar yang
dipreparasi dan agitasi antara jarum dengan brush dibandingkan tanpa brush. Namun
perbedaan tingkat kebersihan pada daerah apeks dan sepertiga tengah tidak berbeda
secara signifikan.8, 31
Gas yang terkurung pada sepertiga apikal saluran akar akan mencegah bahan
irigasi untuk mencapai ke sepertiga apikal saluran akar sehingga pembersihan tidak
maksimal pada daerah tersebut. Hal ini menyebabkan sepertiga apikal tetap
mengandung smear layer dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kontak
antara bahan sealer dengan dinding saluran akar berkurang karena berkurangnya
adhesi sealer ke dentin dan tubulus dentin sehingga terjadi infeksi sekunder. Pada
teknik irigasi menggunakan jarum tanpa agitasi, bahan irigasi tidak banyak mencapai
lebih dari ujung jarum irigasi. Teknik AMD telah terbukti efektif dalam
menghilangkan efek vapor lock sehingga meningkatkan pembersihan pada sepertiga
apikal saluran akar.7-8
Dalam teknik ini, suatu bahan obturasi saluran akar seperti gutta-percha yang
sesuai dengan ukuran saluran akar yang dipreparasi dimasukkan sampai ke panjang
kerja setelah bahan irigasi diberikan pada saluran akar. Kemudian, bahan irigasi
diagitasi dengan menggeserkan gutta-percha tersebut dengan gerakan dorong-
tarik(push and pull). Suatu aliran hidrodinamik akan terbentuk dengan gerakan naik
turun yang berulang-ulang, menyebabkan gaya menarik, melipat, dan memotong dari
lapisan cairan yang menyebabkan tekanan intrakanal yang lebih tinggi mendekati
hasil yang ekuivalen pada PUI, pada irigasi saluran kanal lateral, sehingga terjadi
penggantian bahan irigasi pada daerah apikal saluran akar.13 Dengan penggantian
bahan irigasi tersebut, gas yang terkurung turut teragitasi sehingga dibebaskan
melalui orifisi saluran akar.8
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi teknik irigasi ini, yaitu: Gerakan
dorong-tarik oleh gutta percha yang sesuai dengan ukuran saluran akar dapat
menghasilkan perubahan tekanan intrakanal yang tinggi selama gerakan mendorong,
sehingga lebih efektif mengalirkan bahan irigasi ke permukaan saluran akar yang
tidak terjangkau. Frekuensi gerakan dorong-tarik dari point gutta percha yaitu 3.3 Hz,
100 kali gerakan per 30 detik, juga lebih besar dari frekuensi tekanan hidrodinamik
yang dihasilkan oleh alat agitasi dinamik dengan mesin(RinsEndo®) yaitu sekitar 1,6
Hz, menyebabkan turbulensi lebih banyak pada saluran akar. Gerakan dorong-tarik
gutta percha juga memberikan pola penggantian cairan yang lebih baik antara larutan
segar dengan larutan yang telah tereaksi di saluran akar. 7
Gambar 7. EndoActivator®
dengan adanya aliran akustik. Aliran akustik merupakan suatu pergerakan cairan yang
cepat dalam bentuk sirkuler atau gerakan vortex di sekitar file yang bervibrasi.
Dengan bertambahnya kecepatan aliran bahan irigasi gesekan antara bahan irigasi
dengan dinding saluran akar akan meningkat sehingga tekanan shear pada dinding
ikut meningkat dan debris dentin dapat dibersihkan dari dinding saluran akar.
Gerakan sirkuler atau vortex juga dapat meningkatkan kadar penggantian bahan
irigasi dalam saluran akar sehingga debris tersebut dapat dikeluarkan dari orifisi
dengan lebih mudah dan cepat.8
EndoVac® didesain oleh Dr. G. John Schoeffel dengan tujuan untuk irigasi
dan membersihkan debris pada daerah kontriksi apeks tanpa menyebabkan cairan
keluar ke jaringan periradikular. Sistem ini menggunakan prinsip tekanan negatif
apeks melalui sistem evakuasi bertekanan tinggi yang memungkinkan lewatnya bahan
irigasi dengan volume yang besar.24
bahan irigasi yang baru secara konstan terjadi karena tekanan negatif pada
mikrokanula sepanjang kerja.7,8 Penggunaan sistem EndoVac® untuk pembersihan
secara signifikan lebih baik hingga 1 mm dari panjang kerja dibandingkan teknik
irigasi konvensional.34
Selain karena kemampuannya menghindari terperangkapnya udara(vapor
lock), sistem EndoVac juga menguntungkan dalam kemampuannya mengalirkan
bahan irigasi dengan aman sepanjang kerja tanpa menyebabkan ekstrusi ke
periradikular. Selama irigasi konvensional, klinisi harus berhati-hati menentukan
seberapa jauh jarum irigasi diletakkan pada saluran akar. Rekomendasi untuk irigasi
konvensional agar terhindar dari kecelakaan NaOCl adalah tidak menyentuh dinding
saluran akar, tidak meletakkan jarum dekat panjang kerja, dan menggunakan laju
aliran yang perlahan. Dengan EndoVac, bahan irigasi diletakkan sepanjang kerja dan
dibuang dengan menggunakan tekanan negatif.8
saluran akar gigi. Smear layer yang terdiri dari partikel berukuran sangat kecil antara
0,5-1,5 m hanya dapat dideteksi dengan jelas dengan SEM. Dengan perbesaran 1000
kali, kita juga dapat melihat tubulus dentin, kekerasan email, dentin, dan lainnya.
Sehingga SEM dijadikan pilihan untuk melihat smear layer pada dinding saluran
akar, karena dapat melihat smear layer, struktur permukaan saluran akar dengan baik,
dan terbuka atau tertutupnya tubulus dentin dengan smear layer atau debris.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
NaOCl 2,5% +
- Teknik irigasi agitasi EDTA 17%
manual dinamik
- Teknik irigasi ultrasonik Smear layer sepertiga
- Teknik irigasi konvensional apikal saluran akar gigi
BAB 4
METODE PENELITIAN
(t-1)(r-1) ≥ 15 Keterangan :
(4-1)(r-1) ≥ 15 t : jumlah perlakuan dalam penelitian
r : jumlah perlakuan ulang (sampel)
3(r-1) ≥ 15
3r-3 ≥ 15
3r ≥ 18
r ≥ 6
Jumlah perlakuan ulang (r) yang digunakan dalam setiap kelompok penelitian
ini adalah 6. Dalam penelitian ini digunakan 24 gigi yang dibagi dalam empat
kelompok. Masing masing 6 sampel dengan perincian sebagai berikut :
Kelompok 1 : 6 sampel gigi diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17%
dengan menggunakan teknik agitasi manual dinamik.
Kelompok 2 : 6 sampel gigi diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17%
dengan menggunakan teknik irigasi ultrasonik.
Kelompok 3 : 6 sampel gigi diirigasi dengan larutan NaOCl 2,5% dan EDTA 17%
dengan menggunakan teknik irigasi konvensional (kontrol positif)
Kelompok 4 : 6 sampel gigi diirigasi dengan saline dengan menggunakan teknik
irigasi konvensional (kontrol negatif)
1 Sampel gigi Sampel gigi yang telah dipreparasi Sampai tidak ada Visual
yang diirigasi lalu diirigasi dengan larutan NaOCl debris yang tersisa
dengan teknik 2,5% dan EDTA 17% dengan spuit pada residu cairan
irigasi agitasi dan jarum side-vented 30G, lalu irigasi final
manual dinamik memasukkan gutta percha yang
sesuai dengan saluran akar dan
digerakkan dengan gerakan dorong-
tarik selama 100 kali per 30 detik
hingga mencapai panjang kerja.
2 Sampel gigi Sampai tidak ada Visual
Sampel gigi yang telah dipreparasi
yang diirigasi debris yang tersisa
lalu diirigasi dengan larutan NaOCl
dengan teknik pada residu cairan
2,5% dan EDTA 17% dengan
irigasi ultrasonik irigasi final
menggunakan file ultrasonik.
3 Sampel gigi Sampel gigi yang telah dipreparasi Sampai tidak ada Visual
yang diirigasi lalu diirigasi dengan larutan NaOCl debris yang tersisa
dengan teknik 2,5% dan EDTA 17% dengan pada residu cairan
irigasi menggunakan spuit dan jarum side- irigasi final
konvensional vented 30G tanpa agitasi.
e f g h
i j k l
a b c
d e f g
mm.
Kemudian dilakukan ekstirpasi pulpa menggunakan barbed broaches dengan
cara diputar maksimal 360° dan kemudian ditarik keluar. Setelah itu dilakukan
negosiasi dan penentuan glide path saluran akar dengan K-file #10 sampai konstriksi
apikal, Penentuan panjang kerja estimasi yaitu 1 mm dari panjang gigi yang telah
dipotong.
Setelah itu, dilakukan preparasi saluran akar menggunakan teknik crown-down
pressureless menggunakan Protaper Universal NiTi rotary instrument (Dentsply-
Maillefer, Switzerland) pada speed 300 rpm dan torque 2,5 Ncm dengan langkah
sebagai berikut :
Preparasi dengan Protaper dimulai dengan file S1 (purple ring, size 17,
tapering 2% - 11%) , yang didesain untuk membentuk bagian 1/3 koronal
dari saluran akar.
Irigasi, lalu dilanjutkan dengan file S2 (white ring, size 20, tapering 4%),
yang didesain untuk membentuk dan melebarkan bagian 1/3 tengah saluran
akar.
Irigasi saluran akar dan preparasi dengan file finishing yang dapat
mengoptimalkan bentuk akhir 1/3 apikal, dimulai dengan file F1 (yellow
ring, size 20, tapering 7%) sampai sepanjang kerja.
Irigasi, lalu preparasi dengan file F2 (red ring, size 25, dan tapering 8%)
Irigasi kembali, lalu preparasi dengan file F3 (blue ring, size 30, dan
tapering 9%) sampai sepanjang kerja. Setiap pergantian file selalu
Gambar 12. Preparasi dengan Gambar 13. Preparasi Gambar 14. Preparasi
Protaper Universal Rotary dengan Protaper S2. dengan Protaper F1.
Instrument file S1.
Pemberian bahan irigasi dilakukan dengan teknik yang sesuai dengan kelompok
perlakuan masing-masing.
Pada kelompok ini, dilakukan teknik irigasi ultrasonik pasif tanpa instrumentasi
secara simultan. Dilakukan instrumentasi dan irigasi yang sama sesuai kelompok
pertama, tetapi sebelum dilakukan irigasi final menggunakan file ultrasonik yang
dimasukkan sepanjang kerja dan digetarkan atau diaktivasi selama 30 detik. Kemudian
dilakukan irigasi final dengan 2 ml EDTA 17% selama 60 detik. Selanjutnya saluran
akar dibilas dengan 2 ml larutan saline.
Gambar 21. (a) Sampel gigi diberi tanda dengan spidol, (b) Tanda tersebut
dibur dengan separating disk, hingga (c) membentuk seperti parit.
(d) Lalu dibelah menggunakan chisel, hingga (e) terbagi dua bagian.
Beberapa prosedur harus dilakukan agar sampel dapat masuk ke ruang vacuum :
1. Sampel diletakkan pada holder sample, dimana sampel dilekatkan dengan double
tip dan ditutupi dengan carbon tip agar sampel dapat dilihat pada SEM dan
menjadikan sampel menjadi konduktor yang baik.
Universitas
Gambar 23. Sampel gigi Sumatera Utara
diletakkan pada sample holder.
45
2. Sampel dicoating dengan Auto Fine Coater yang bertujuan untuk mengeringkan
sampel agar dapat masuk ke dalam ruang vacuum dan juga melapisi sampel
dengan platina emas.
3. Sampel dimasukkan ke dalam ruang vacuum di dalam SEM, dilakukan
pembesaran 10x dan 1000x.
Pengukuran tingkat kebersihan saluran akar dari smear layer dapat ditentukan
dengan skor dari Torabinejad (2003), yaitu :
Skor 1 : Tidak ada smear layer pada permukaan saluran akar, seluruh tubulus
bersih dan terbuka.
Skor 2 : Dikategorikan moderate smear layer dengan tidak ada smear layer
yang terlihat pada permukaan saluran akar, tetapi tubulus dentin terdapat
smear layer.
Skor 3 : Dikategorikan heavy smear layer dengan keadaan smear layer
melapisi permukaan saluran akar dan tubulus dentin.
BAB 5
HASIL PENELITIAN
1 1 1
2 2 1
2 2 1
Gambar 23. Hasil SEM dan skor sepertiga apikal yang didapatkan melalui
pengamatan pada kelompok AMD menunjukkan ada sebagian daerah yang
memiliki minimal smear layer (skor 1) dan sebagian lagi moderate smear
layer (skor 2). Tubulus dentin terbuka dan cukup bersih. (1000x)
pembesaran 1.000x.
1 1 1
1 1 1
1 1 1
Gambar 24. Hasil SEM dan skor sepertiga apikal yang diberikan oleh
pengamatan pada kelompok ultrasonik menunjukkan seluruh lapangan
pandang memiliki minimal/no smear layer (skor 1), tubulus dentin terbuka,
kebersihan sangat baik. (1000x)
3 3 3
2 2 3
2 2 2
Gambar 25. Hasil SEM dan skor sepertiga apikal yang diberikan oleh
pengamatan pada kelompok konvensional menunjukkan sebagian lapang
pandang memiliki moderate smear layer (skor 2), dan sebagian heavy smear
layer (skor 3), tubulus dentin tidak terbuka sepenuhnya. (1000x)
Universitas Sumatera Utara
49
3 3 3
3 3 3
3 3 3
Gambar 26. Hasil SEM dan skor sepertiga apikal yang diberikan oleh
pengamatan pada kelompok konvensional dengan saline menunjukkan
seluruhnya heavy smear layer (skor 3), dengan tidak ada tubulus dentin
terbuka. (1000x)
Pengamatan pada penelitian ini dilakukan oleh 2 orang pengamat untuk
mengurangi subjektivitas pengamat yang dapat mempengaruhi data. Hasil dari
scoring dua pengamat akan diuji dengan menggunakan Kappa statistik untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil scoring antara dua pengamat. Hasil dari uji
Kappa ditunjukkan pada Tabel 1.
Value Sig.
Measure of Agreement
0,863
Kappa 0,000
N of valid Cases 24
Tabel 1. Hasil uji Kappa statistik.
25
20
20,67
15 16,33
10
5 7,17
5,83
0
Agitasi Manual Dinamik Ultrasonik Pasif Konvensional NaOCl Konvensional Saline
2,5% + EDTA 17%
Gambar 27. Grafik rata-rata skor kebersihan smear layer sepertiga apikal dinding
saluran akar pada setiap kelompok perlakuan. Kelompok ultrasonik memiliki
skor yang paling baik (5,83) dan konvensional saline memiliki skor yang
paling buruk (20,67)
Dari hasil uji statistik Kruskall Wallis diperoleh nilai P < 0,05 (P = 0,000)
yang menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kebersihan smear layer dinding
saluran akar antara teknik irigasi agitasi manual dinamik, ultrasonik, dan
konvensional (Tabel 3). Selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk
membedakan kebersihan smear layer sepertiga apikal dinding saluran akar pada
Tabel 2. Hasil uji statistik Kruskall Wallis antara teknik irigasi agitasi manual dinamik,
ultrasonik, konvensional dengan NaOCl + EDTA, dan konvensional dengan saline
terhadap kebersihan smear layer pada dinding sepertiga apikal saluran akar gigi.
Standar P – Value
Kelompok Teknik Irigasi Jumlah Median
Deviasi (Kruskall Wallis)
Ultrasonik 6 11 0,169
0,000
Konvensional 6 20 0,248
masing-masing kelompok.
Dari hasil uji Mann-Whitney (Tabel 4), tidak ada perbedaan yang signifikan
antara kelompok teknik irigasi agitasi manual dinamik dan teknik irigasi ultrasonik
dalam pengamatan smear layer pada sepertiga apikal dinding saluran akar gigi
dengan nilai P = 0,512 (> 0,05). Namun dilihat dari gambaran Scanning Electron
Microscope (SEM) dan rata-rata skornya, kelompok yang diirigasi dengan teknik
irigasi ultrasonik dapat membersihkan smear layer sepertiga apikal dinding saluran
akar gigi lebih baik dibandingkan dengan teknik irigasi agitasi manual dinamik.
Kelompok teknik irigasi agitasi manual dinamik juga menunjukkan perbedaan yang
signifikan baik dengan kelompok konvensional dengan menggunakan larutan NaOCl
dan EDTA maupun dengan menggunakan larutan saline, dengan nilai P = 0,004 (<
0,05).
Tabel 3. Hasil uji Mann-Whitney antara masing masing kelompok perlakuan pada
sepertiga apikal saluran akar gigi.
2 (Ultrasonik) 6 11
2 (Ultrasonik) 6 11
0,004
4 (Konvensional Saline) 6 22
3 (Konvensional NaOCl +
6 20
EDTA) 0,035
4 (Konvensional Saline) 6 22
BAB 6
PEMBAHASAN
Kebersihan dinding saluran akar merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam menunjang keberhasilan perawatan endodontik. Hal ini dapat dicapai
dengan preparasi baik secara mekanis dengan instrumentasi maupun secara khemis
yaitu dengan irigasi. Tetapi anatomi saluran akar yang kompleks membuat perawatan
saluran akar, terutama pada bagian sepertiga apikal, memiliki tingkat kesulitan yang
tinggi.6 Diameter saluran akar pada sepertiga apikal lebih kecil dibanding dengan
daerah di atasnya, sehingga smear layer yang terbentuk dari hasil preparasi saluran
akar lebih mudah menumpuk di bagian apikal.29 Daerah inipun memiliki ramifikasi
yang cukup kompleks dan bentuknya yang cenderung oval, menjadikan daerah ini
daerah yang sering tidak terpreparasi dengan baik. 4 Sehingga daerah sepertiga apikal
tersebut menjadi fokus pada penelitian ini.
Seperti kita ketahui, preparasi secara mekanis saja tidak cukup untuk
membersihkan seluruh dinding saluran akar, sehingga harus disertai dengan preparasi
secara khemis yaitu irigasi untuk dapat membersihkan saluran akar sampai ke daerah
sepertiga apikal.1 Dalam penelitian ini, bahan irigasi yang digunakan adalah NaOCl
2,5%. Bahan ini memiliki sifat antimikroba spektrum luas, dapat melarutkan jaringan
dan smear layer organik. NaOCl bekerja melalui reaksi saponifikasi, neutralisasi, dan
kloraminasi.2 Konsentrasi yang dipakai adalah 2,5% karena konsentrasi NaOCl yang
tinggi meski efek melarutkan jaringan organik meningkat, tetapi sifat toksisitasnya
juga meningkat. NaOCl dengan konsentrasi 2,5% sudah menunjukkan reduksi
toksisitas, tetapi masih dapat mempertahankan aktivitas pelarutan jaringan dan
antimikroba, sehingga dalam praktek klinis, konsentrasi 2,5% biasanya yang umum
dipilih untuk perawatan endodontik.23,26 Tetapi NaOCl 2,5% sebagai bahan irigasi
tunggal tidak dapat melarutkan smear layer anorganik, sehingga dalam
penggunaannya harus dikombinasikan dengan bahan irigasi lainnya. 23 EDTA 17%
adalah salah satu bahan chelating yang efektif menghilangkan smear layer anorganik.
EDTA melarutkan jaringan anorganik dengan menghilangkan ion kalsium dan terikat
secara kimia melalui dua atom nitrogen pada gugus amino dan empat atom oksigen
pada gugus karboksil yang menyebabkan dekalsifikasi dentin. 2 Sehingga kombinasi
kedua bahan tersebut diharapkan dapat membersihkan smear layer secara maksimal
dari saluran akar.
Dalam penelitian ini, kedalaman jarak penetrasi jarum adalah 1 mm dari
panjang kerja, karena kedalaman penetrasi jarum 1-1,5 mm dari panjang kerja
merupakan jarak penetrasi yang ideal.31 Jarak ujung jarum yang terlalu dekat dengan
ujung apikal memungkinkan terjadinya ekstrusi debris bahan irigasi, sedangkan jarak
ujung jarum yang terlalu jauh menyebabkan bahan irigasi tidak berpenetrasi baik ke
apikal.32 Desain ujung jarum dan ukuran jarum juga mempengaruhi tekanan apikal
yang dihasilkan, sehingga dalam penelitian ini digunakan jarum dengan desain ujung
tertutup (close-ended/side-vented needle) dan ukuran jarum 30G. Oleh karena jarum
dengan desain ujung tertutup lubangnya berada di lateral sehingga tekanan larutan
tidak langsung menuju ke arah apikal, tetapi ke arah dinding saluran akar. Jarum
berukuran 30G digunakan karena diameternya yang lebih kecil sehingga penetrasinya
lebih dalam dan mampu mencapai saluran akar dengan ukuran preparasi file 25.
Pada penelitian ini, saluran akar dipreparasi sampai dengan file F3 pada
protaper yang setara dengan file 35, sehingga jarum dapat mencapai bagian sepertiga
apikal dengan baik, sehingga pendistribusian bahan irigasi dapat semaksimal
mungkin mencapai apikal dan akan meningkatkan kontaknya bahan irigasi dengan
dinding dentin sehingga sangat mempengaruhi proses pembersihan saluran akar pada
daerah sepertiga apikal. Jarum 30G juga dapat memberikan laju aliran bahan irigasi
lebih kecil dibandingkan dengan jarum 28G, sehingga kemungkinan terjadinya
ekstrusi lebih kecil.32
Penting untuk diketahui bahwa bahan irigasi harus dapat berkontak langsung
dengan seluruh permukaan saluran akar supaya dapat beraksi dengan efektif terutama
pada bagian sepertiga apikal.7 Untuk memenuhi tujuan tersebut, harus ada teknik
irigasi yang tepat yang dapat membawa bahan irigasi secara maksimal sesuai panjang
kerja, sehingga berkembanglah berbagai teknik aktivasi bahan irigasi agar bahan
irigasi yang dipakai menjadi efektif ke seluruh permukaan saluran akar termasuk
bagian sepertiga apikal yang sulit dijangkau. Teknik aktivasi bahan irigasi yang
sering juga disebut teknik irigasi, terbagi ke dua kategori secara garis besar, yaitu
teknik irigasi manual dan teknik irigasi dengan bantuan mesin. 7 Teknik irigasi manual
dilakukan dengan alat manual seperti spuit dan jarum. Teknik yang sangat sering
dilakukan di praktek klinis adalah teknik konvensional, dengan spuit dan jarum tanpa
dilakukan gerakan agitasi. Teknik ini relatif mudah dan harganya yang terjangkau,
membuat teknik ini biasanya menjadi prosedur standar yang dilakukan, tetapi tidak
efektif mencapai sepertiga apikal saluran akar.8
Teknik irigasi manual yang dinilai dapat membersihkan saluran akar hingga
sepertiga apikal yaitu teknik irigasi agitasi manual dinamik. 10 Teknik ini
menggunakan gutta percha yang sesuai dengan diameter preparasi saluran akar lalu
digerakkan dengan gerakan dorong-tarik hingga mencapai panjang kerja dapat
8
menghasilkan efek hidrodinamik yang efektif membersihkan debris. Teknik irigasi
lainnya yang dinilai dapat membersihkan smear layer hingga sepertiga saluran akar
dengan baik yaitu teknik irigasi ultrasonik. 12 Teknik ini menggunakan bantuan mesin
penghasil gelombang ultrasonik. Pada penelitian ini, digunakan teknik irigasi
ultrasonik pasif. Teknik ini menggunakan file ultrasonik yang dimasukkan ke saluran
akar sepanjang kerja dan digetarkan, sehingga menghasilkan tekanan shear yang
dapat membantu mengangkat debris dari kanal yang terinstrumentasi..31
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan tingkat kebersihan
dinding saluran akar yang dilakukan dengan berbagai teknik irigasi, yaitu agitasi
manual dinamik, ultrasonik, dan konvensional. Penelitian ini menggunakan subjek
penelitian berupa 24 gigi premolar mandibula, yang dibagi ke 4 kelompok. Kelompok
1 yaitu dengan teknik irigasi agitasi manual dinamik, kelompok 2 dengan teknik
irigasi ultrasonik, kelompok 3 dengan teknik irigasi konvensional sebagai kontrol
positif, dan teknik irigasi konvensional dengan larutan saline sebagai kontrol negatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat smear layer di seluruh
kelompok perlakuan, tetapi pada skor yang berbeda. Masih terdapatnya smear layer
dimungkinkan karena instrumen preparasi yang digunakan adalah instrumen rotary
yang memotong dentin lebih banyak, dan teknik irigasi yang digunakan
menggunakan jarum one side-vented yang membuat tidak terdistribusinya tekanan
laju alir bahan irigasi secara maksimal ke seluruh permukaan saluran akar.2 Dalam
beberapa hasil SEM juga terdapat masih ada serpihan dentin yang cukup besar, yang
terbentuk dan tertinggal saat melakukan pembelahan dengan chisel. Dalam beberapa
hasil SEM juga terlihat adanya calcospherite, yang menandakan bahwa daerah
tersebut tidak terinstrumentasi. Hal seperti ini dapat terjadi karena sampel gigi
tersebut memiliki lebih dari satu saluran akar yang tidak terjangkau oleh
instrumentasi mekanis.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara umum ada perbedaan
bermakna antara hasil kebersihan sepertiga apikal dinding saluran akar menggunakan
teknik irigasi agitasi manual dinamik, ultrasonik, dan konvensional. Tetapi jika
dibandingkan masing-masing kelompok, teknik irigasi agitasi manual dinamik
(kelompok 1) dan teknik irigasi ultrasonik (kelompok 2), keduanya lebih efektif
membersihkan smear layer pada sepertiga apikal dibandingkan teknik irigasi
konvensional dengan NaOCl dan EDTA (kelompok 3) dengan P < 0,05. Sejalan
dengan penelitian sebelumnya, seperti Nurisawati dkk (2017) dan Khare et. al. (2017)
yang mengemukakan bahwa teknik agitasi manual dinamik dan ultrasonik lebih
efektif secara signifikan dibandingkan dengan teknik konvensional tanpa agitasi. 13,15
Teknik irigasi konvensional saline (kelompok 4) sebagai kontrol negatif,
berbeda secara signifikan dengan kelompok yang lain (P < 0,05). Termasuk dengan
teknik irigasi konvensional NaOCl dan EDTA. Meski Silveira (2013) melaporkan
bahwa kombinasi 2,5% NaOCl dan 17% EDTA kurang efektif dalam membersihkan
smear layer sampai ke sepertiga apikal, tetapi terbukti secara bermakna lebih efektif
dibandingkan saline.36 Hal ini sesuai dengan penelitian Bogra (2003) yang
menyatakan bahwa penggunaan saline sebagai bahan irigasi tidak dapat membuka
tubulus dentin dan keseluruhan dinding saluran akar tetap tertutup debris dan smear
layer.37
Antara teknik irigasi agitasi manual dinamik (kelompok 1) dan teknik irigasi
ultrasonik (kelompok 2), tidak ada perbedaan yang bermakna dengan nilai P > 0,05.
Tetapi dilihat dari hasil SEM dan rata-rata peringkat skor kebersihan smear layer,
teknik aktivasi bahan irigasi yang paling baik membersihkan smear layer sepertiga
apikal dinding saluran akar adalah teknik irigasi ultrasonik. Teknik agitasi manual
dinamik sendiri terbukti sudah dapat mencegah terperangkapnya gas pada apikal akar
hingga 0-2 mm dari apikal konstriksi melalui insersi gutta percha yang berulang-
ulang. Namun, penetrasi bahan irigan ke apikal masih tidak sebaik teknik irigasi
ultrasonik. Hal tersebut dikarenakan frekuensi yang dihasilkan gerakan dorong-tarik
dari gutta percha yaitu 100 kali per 30 menit lebih kecil, yaitu hanya sekitar 3,3 Hz,
dibandingkan dengan frekuensi yang lebih tinggi yang dihasilkan melalui aliran
akustik sekunder PUI yaitu sekitar 40-45 kHz. Sehingga dinding saluran akar yang
diirigasi oleh PUI lebih bersih karena lebih efektif memecahkan efek vapor lock dan
meningkatkan aliran bahan irigasi ke arah apikal. 15
Teknik irigasi ultrasonik membutuhkan mesin penghasil gelombang
ultrasonik dan bekerja melalui file yang berosilasi dalam saluran akar. Aliran akustik
yang terbentuk akan menghasilkan tekanan shear yang dapat membantu mengangkat
debris dari kanal yang terinstrumentasi, sedangkan kavitasi yaitu pembentukan dari
ribuan gelembung kecil yang dengan sangat cepat meledak, menghasilkan ‘shock
wave’ yang dapat menghilangkan biofilm.32 Sedangkan pada teknik irigasi agitasi
manual dinamik, gerakan dorong-tarik dari gutta percha secara fisika menyebabkan
stretching, folding, dan cutting lamina cairan yang menyebabkan tekanan intrakanal
meningkat, sehingga memicu pada hasil yang hampir sama dengan kelompok
ultrasonik. Teknik ini juga menyebabkan penggantian bahan irigasi dalam saluran
akar lebih baik, dan lebih efektif dari teknik irigasi dinamik dengan mesin dan teknik
irigasi konvensional pada penelitian sebelumnya.12 Teknik ini juga mudah dan relatif
murah, tetapi kekurangannya adalah memakan waktu, cukup melelahkan, dan
membutuhkan keterampilan agar gerakan agitasi yang dilakukan konstan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya, yang menyatakan bahwa
teknik irigasi ultrasonik adalah teknik yang paling efektif membawa bahan irigasi
sepanjang kerja, diikuti oleh teknik irigasi agitasi manual dinamik, dan teknik irigasi
konvensional. Bahkan keduanya menunjukkan tidak adanya perbedaan yang
signifikan, yang berarti teknik irigasi agitasi manual dinamik dapat dijadikan
alternatif jika teknik irigasi ultrasonik tidak dapat dilakukan. 15
BAB 7
7.1 Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang signifikan di antara teknik irigasi agitasi manual
dinamik, teknik irigasi ultrasonik, dan teknik irigasi konvensional. Akan tetapi, antara
teknik irigasi agitasi manual dinamik dan ultrasonik tidak berbeda secara signifikan.
Ini berarti tingkat kebersihan smear layer dari kedua teknik tersebut sama-sama baik,
dan teknik agitasi manual dinamik dapat menjadi alternatif ketika teknik irigasi
ultrasonik tidak dapat dilakukan. Menurut hasil SEM, kebersihan dinding saluran
akar yang paling baik adalah dengan teknik irigasi ultrasonik, yang kedua adalah
dengan teknik irigasi agitasi manual dinamik, lalu diikuti kelompok konvensional.
7.2 Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut tentang perbandingan teknik irigasi lain yang
lebih efektif membersihkan sepertiga apikal dinding saluran akar gigi.
2. Ketika pembelahan dengan chisel, isolasi saluran akar yang telah diirigasi
menggunakan gutta-percha yang sesuai dengan diameter saluran akar agar tidak ada
serpihan dentin yang jatuh ke area tersebut.
3. Ada baiknya kita melakukan radiografi sebelum preparasi, agar tidak ada
daerah/kanal yang tidak terinstrumentasi.
DAFTAR PUSTAKA
35. Mayer BE, Peters OA, Barbakow F. Effects of Rotary Instruments and
Ultrasonic Irrigation on Debris and Smear Layer Scores : A Scanning
Electron Microscopic Study. Int Endo J 2002;35:582-9.
36. Silveira LFM, Silveira CF, Martos J, De castro LAS. Evaluation of the
different irrigation regiments with sodium hypoclorite and EDTA in removing
the smear layer during root canal preparation. Journal of Microscopy and
Ultrastructure 2013: 51-6.
37. Bogra, Nikhil. Studi of dimercapto siccinic acid, sodium hypochlorite and
their combination used as irrigant in root canals. J Endod 2003; 15: 19-25.
Tujuan penelitian :
Untuk mengetahui perbedaan antara teknik irigasi agitasi manual dinamik dan
teknik irigasi ultrasonik dalam membersihkan smear layer pada sepertiga apikal
saluran akar.
Judul penelitian :
Perbandingan Efektivitas Pembersihan Smear layer antara Teknik Irigasi Agitasi
Manual Dinamik dan Ultrasonik pada Sepertiga Apikal Saluran Akar (Studi
SEM)
Teknik irigasi agitasi Teknik irigasi ultrasonik Teknik irigasi Teknik irigasi konvensional
manual dinamik pasif konvensional dengan saline
Saluran akar dikeringkan dengan paper points
Sampel diukur, diberi tanda, lalu dibur dengan separating disk dan dibelah dengan
menggunakan chisel
Uji sampel dengan Scanning Electron Microscope
Analisa data
Pengukuran tingkat kebersihan saluran akar dari smear layer dapat ditentukan dengan
skor Torabinejad(2003), yaitu :
Skor 1 Tidak ada smear layer pada Gambar A
permukaan saluran akar, seluruh
tubulus bersih dan terbuka
Skor 2 Dikategorikan moderate smear layer Gambar B
dengan tidak ada smear layer yang
terlihat pada permukaan saluran akar,
tetapi tubulus dentin terdapat smear
layer.
Skor 3 Dikategorikan heavy smear layer Gambar C
dengan keadaan smear layer melapisi
permukaan saluran akar dan tubulus
dentin
Anggaran Penelitian
Nama kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt
1. Penentuan judul
sementara
2. Penyusunan proposal
3. Seminar proposal
4. Perbaikan proposal
5. Pelaksanaan penelitian
6. Penyusunan laporan
hasil penelitian
7. Perbaikan
8. Seminar hasil
9. Ujian skripsi
10. Perbaikan
Kelompok Area Area Area Area Area Area Area Area Area Total
Sampel
Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Skor
1. Agitasi Manual 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 12
Dinamik
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
3 1 1 1 1 1 1 1 2 1 10
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
5 1 1 1 2 2 1 2 2 2 14
6 2 2 2 2 2 1 2 2 1 16
2. Ultrasonik 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 11
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9
4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 10
5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 10
6 1 2 1 1 2 1 1 1 1 11
3. Konvensional 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
NaOCl + EDTA
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 20
4 2 2 3 2 2 3 2 2 2 20
5 3 2 2 3 2 2 3 2 1 20
6 3 3 3 3 3 3 3 2 2 25
4. Konvensional 1 3 3 2 2 2 3 3 3 3 24
Saline
2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 22
3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 20
4 3 2 3 3 2 3 3 2 2 23
5 2 2 3 3 3 2 3 3 2 23
6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27
Descriptives
Median 1,2778
Variance ,087
Minimum 1,00
Maximum 1,67
Range ,67
Median 1,1667
Variance ,028
Minimum 1,00
Maximum 1,44
Range ,44
Median 2,1667
Variance ,061
Minimum 2,00
Maximum 2,67
Range ,67
Median 2,4444
Variance ,091
Minimum 2,22
Maximum 3,00
Range ,78
Ranks
Ultrasonik 6 5,83
Total 24
a,b
Test Statistics
Rerata Skor
Chi-Square 18,668
df 3
Asymp. Sig. ,000
Total 12
a
Test Statistics
Rerata Skor
Mann-Whitney U 14,000
Wilcoxon W 35,000
Z -,656
Asymp. Sig. (2-tailed) ,512
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,589
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 12
a
Test Statistics
Rerata Skor
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 21,000
Z -2,898
Asymp. Sig. (2-tailed) ,004
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,002
Total 12
a
Test Statistics
Rerata Skor
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 21,000
Z -2,892
Asymp. Sig. (2-tailed) ,004
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,002
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 12
a
Test Statistics
Rerata Skor
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 21,000
Z -2,903
Asymp. Sig. (2-tailed) ,004
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,002
Total 12
a
Test Statistics
Rerata Skor
Mann-Whitney U ,000
Wilcoxon W 21,000
Z -2,898
Asymp. Sig. (2-tailed) ,004
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,002
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 12
a
Test Statistics
Rerata Skor
Mann-Whitney U 5,000
Wilcoxon W 26,000
Z -2,104
Asymp. Sig. (2-tailed) ,035
b
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] ,041