KALIMAT EFEKTIF
KELOMPOK 6 :
DOSEN PENGAMPU :
SISKA MEIRITA,S.Pd.,M.Pd.
UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS TEKNIK
Karya tulis yang berupa makalah berkat kerjasama kelompok 6, dan ini merupakan
kutipan-kutipan dari berbagai macam sumber dan referensi yang dianggap sesuai dengan tema
yaiut kalimat efektif.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam pengantar ini, semoga makalah yang
kami sajikan ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
............................................................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR
............................................................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI
............................................................................................................................................................
iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.2 Rumusan Masalah
............................................................................................................................................................
1
iii
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan
............................................................................................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................................................................
19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat. Dalam bahasa terdapat ide, gagasan,
pikiran, dan perasaan yang mewakili diri seseorang. Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki
seseorang pada praktiknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang dapat mencapai
sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana
ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan penulis atau pembicara, bagaimana ia dapat
mewakilinya secara tepat, dan mampu menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang
dibicarakan.
Dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita mengenal bahasa lisan dan bahasa tulisan. Kedua bahasa
ini sering menimbulkan kesalahpahaman. Penggunaan kalimat yang baik dan benar (yang disebut juga
kalimat efektif) akan memudahkan pemahaman orang lain sehingga kesalahpahaman yang sering terjadi
dapat terhindarkan.
Jika gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut
dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi pada kenyataannya, harapan itu terkadang tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara
atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan. Supaya kalimat yang
dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus
lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat yang seharusnya ada tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan
keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan
kaidah bahasa Indonesia.
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa
ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kacau, tidak logis,
atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita
sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk
membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
1.2. Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur atau penulisnya secara
tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar atau pembaca secara tepat. Efektif dalam hal ini adalah
ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau
pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau
pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan
mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang
tepat. Pengertian efektif dalam kalimat adalah dan ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa
tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula. Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa
ahli bahasa:
1. Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal,
dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya
khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain
secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3. Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan
enak dibaca. (Arifin: 1989)
4. Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi
tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009)
6. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat,
sehingga pendengar atau pembaca memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap
seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. (Suyanto dkk. : 2013)
8. Kalimat efektif adalah kalimat yang secara jitu atau tepat mewakili gagasan atau perasaan penulis.
(Utorodewo dkk. : 2011)
9. Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili ide pembicara atau penulis dan
mampu menimbulkan ide yang sama tepatnya dengan pikiran pendengar atau pembaca. (Gani dan
Fitriyah : 2010)
Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah
bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah
bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.
2
2.2 Unsur-unsur Kalimat Efektif
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa Indonesia lama lazim disebut
jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O),
pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas
dua unsur, yakni subjek dan predikat.
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu hal, suatu masalah
yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal),
klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
a) Ayahku sedang melukis.
b) Meja direktur besar.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata dan frasa benda
terdapat pada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat pada kalimat (c), dan contoh S
yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada benda (konkret
atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e)
bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada
kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda). Demikian
juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil
membangun” yang tidak lain adalah benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya
ada nomina yang lesap, pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c)
dan kegiatan pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai kata tanya siapa (yang)…
atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika
ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh
“kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
3
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S. Kalau ditanya
kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b)
dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu
terasa tidak logis.
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau dalam keadaan
bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain memberitahu tindakan atau
perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga
sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat
juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia,
nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh berikut.
a) Kuda meringkik.
c) Putrinya cantik jelita.
e) Kucingku belang tiga.
f) Robby mahasiswa baru.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. Kata meringkik pada kalimat (a)
memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat (b) apa yang sedang
ibu lakukan, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan
aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan status Robby,
dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk pada perbuatan,
sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun yang berfungsi
sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang gendut lagi lucu (pelaku) pada
4
contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Jalan Gatot
Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada contoh (b) dan (c). karena tidak ada
informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak
mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum
merupakan kalimat, melainkan baru merupakan kelompok kata atau frasa.
3. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa
nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang
menuntut wajib hadirnya O, seperi pada contoh di bawah ini.
a) Nurul menimang …
b) Arsitek merancang …
a) Nenek mandi.
b) Komputerku rusak.
c) Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh
kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
4. Pelengkap (pel)
Pelengkap (pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi Predikat. letak Pelengkap
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata yang
mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel
dan O terdapat perbedaan. Perhatikan contoh di bawah ini.
5
a) Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila, jika hendak
dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat
(a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan menjadi S dalam kalimat pasif.
Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal,
Pelengkap dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional.
Di samping itu, letak Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O,
letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel. Berikut
adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
5. Keterangan (ket)
Keterangan (ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian kalimat yang
lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal,
di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau
klausa. Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi
keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang tertera pada tabel di
bawah ini.
6
Tabel 2.1 Jenis Keterangan dan Contoh Pemakaiannya
Ke Ke Surabaya, ke rumahnya
7
Laksana Laksana bintang di langit
Contoh:
1) Adik menangis
S P
S P
Contoh:
2) sambil bernyanyi
Contoh:
Kedua kalimat tersebut tidak efektif karena subjek menggunakan kata depan.
8
D. Hemat dalam pilihan kata.
E. Paralelisme
1. Ketatabahasaan
Syarat ketatabahasaan merupakan faktor penting dan mendasar dalam kalimat efektif. Salah satu
contoh ketidakefektifan kalimat karena tidak sesuai dengan aturan tata bahasa adalah adanya
pemakaian –kan dan –i yang salah.
Contoh :
Jika dikaitkan dengan ciri pertama dari kalimat efektif, kedua contoh kalimat tersebut kurang efektif.
Ada pun perbaikannya adalah sebagai berikut.
Pada beberapa kata dasar tertentu seperti kata tugas, penambahan akhiran -kan menuntut objek yang
diam, sedangkan penambahan akhiran -i mengharuskan adanya objek yang bergerak. Perlu diingat
bahwa penggunaan imbuhan tersebut hanya untuk beberapa kata dasar tertentu.
Kesatuan gagasan adalah terdapatnya satu ide pokok dalam sebuah kalimat. Yang dimaksud dengan
kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai.
Contoh:
a) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.(Salah)
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan
subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di,
,dalam, bagi, untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
9
3. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa,
atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Hal ini disebabkan setiap unsur dalam kalimat hendaknya
tidak ada yang tidak bermanfaat. Namun, Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang
dapat menambah kejelasan kalimat. Penghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata
yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Contoh:
a) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar seharian dari pagi sampai
petang.
Kalimat tersebut tidak hemat kata-kata. Ada pun perbaikannya adalah sebagai berikut.
Penghematan dalam membuat kalimat dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut.
10
b) Di mana engkau menangkap pipit itu?
Contoh:
i. Sejak dari pagi hingga sore anak itu terus menunggu ibunya pulang (Kurang hemat)
ii. Sejak pagi hingga sore anak itu terus menunggu ibunya pulang (Lebih hemat)
Contoh 1:
iii. Tamu-tamu sudah berdatangan.(Benar)
Contoh 2:
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan atau kesejajaran bentuk kata yang digunakan
dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, maka unsur lain juga
menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan
verba. Sebagai contoh, apabila bentuk pertama menggunakan kata kerja, maka bentuk-bentuk
selanjutnya juga harus kata kerja. Begitu pula seharusnya untuk kata lain.
Contoh:
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran pada dua bentuk kata, yaitu mencegah dan pengobatan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu, menjadi:
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu
kata pengecatan, memasang, pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi:
11
b) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah
kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air,
dan pengaturan tata ruang.
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda (ambigu),
sehingga terbentuk pengertian yang bulat dan pasti.
Kalimat (a) memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguruan tinggi?
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uangnya, dua puluh lembar lima-ribuan (seratus
ribu rupiah) atau dua puluh lima seribuan (dia puluh lima ribu rupiah).
Kepaduan dalam kalimat adalah hubungan timbal balik yang jelas antara unsur-unsurnya sehingga
informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah.
Contoh:
Kedua contoh kalimat tersebut tidak efektif karena pada tiap-tiap kalimatnya tidak terdapat kepaduan
atau koherensi, Ada pun perbaikannya adalah sebagai berikut.
7. Kelogisan
12
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh :
Kedua contoh kalimat tersebut tidak efektif karena pada tiap-tiap kalimatnya tidak mengandung unsur
kelogisan. Pada kalimat (a) siapakah yang dipersilakan? Apakah waktu dan tempat yang dipersilakan?
Pada kalimat (b) apakah waktu dapat dipersingkat? Ada pun perbaikannya adalah sebagai berikut.
a. Menyampaikan gagasan, informasi, perasaan dari penulis kepada si pembaca agar tidak terjadinya
kesalahan.
b. Mempermudah pembaca atau pendengar dalam memahami makna yang disampaikan oleh si penulis
atau si pembicara.
c. Susunan dalam tata kepenulisan bisa dibuat dengan rapi, tidak bertele – tele atau menggunakan
bahasa yang berlebihan.
1. Kalimat Formal
Pada susunan kalimat formal biasanya menggunakan susunan kalimat efektif yang ditulis menggunakan
bahasa Indonesia baku atau resmi. Teks seperti ini biasanya terdapat pada susunan surat resmi atau
surat yang diberikan kepada atasan di sebuah perusahaan atau lembaga.
2. Kalimat Argumentasi
Argumentasi atau opini yang berasal dari buah pemikiran seseorang harus disusun secara efektif karena
tujuan utamanya adalah menyampaikan ide tersebut kepada banyak orang. Jika susunan kalimat
argumentasi tidak dibuat efektif, maka opini (mungkin) tidak bisa diterima dengan baik karena tidak bisa
memberikan pemahaman yang tepat.
13
Kalimat jenis ini hampir mirip dengan kalimat argumentasi, hanya saja ide bukan sekedar sebuah opini,
dan terkadang ide tersebut berupa wawasan, pengetahuan, atau informasi yang ingin disampaikan
penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar.
Susunan teks pidato yang baik dan tepat ditulis menggunakan bahasa yang lebih informatif dan
interaktif, serta disusun dengan menggunakan kalimat efektif agar para pendengar dapat menyimak,
dan memahami pesan yang disampaikan dalam pidato tersebut.
Ada berbagai macam teks ilmiah dalam dunia kepenulisan, seperti esai, jurnal, makalah, artikel ilmiah,
laporan penelitian, dll. Teks tersebut pastinya harus ditulis dan disusun dengan rapi dan disusun dengan
menggunakan kalimat efektif.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga
pendengar atau pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti
apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Di dalam penyusunan kalimat efektif sangat perlu
diperhatikan struktur kalimat, kelugasan penyusunan kata serta faktor-faktor lainnya agar kalimat yang
disusun menjadi kalimat yang utuh dan efektif. Unsur-unsur dalam kalimat efektif, ialah: Subjek (S),
Predikat (P), Objek (O), Pelengkap (Pel), dan Keterangan (Ket).
Kalimat efektif memiliki syarat-syarat yang meliputi ketatabahasaan, kesatuan atau kesepadanan,
kehematan, keparalelan atau kesejajaran, kecermatan atau ketepatan, kepaduan atau koherensi, dan
kelogisan.
Penggunaan kalimat efektif memiliki tujuan dan manfaat yaitu agar gagasan, informasi, maupun
perasaan dari penulis atau pembicara tidak bertele – tele ataupun menggunakan bahasa yang
berlebihan, sehingga dapat dengan mudah dipahami, dan tersampaikan dengan baik maknanya.
3.2 Saran
Saran yang bisa kami sampaikan yaitu kalimat efektif harus memenuhi syarat yang ada, agar kalimat
tersebut secara tepat mewakili gagasan pembicara atau penulisnya, menimbulkan gagasan yang sama
tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau
penulisnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Soleh, dkk. (2015). Erlangga Fokus UN SMP/MTs 2016. Jakarta : Erlangga.
Indonesia, Forum Tentor. (2018). THE KING BEDAH KISI – KISI SBMPTN SAINTEK
2019. Yogyakarta : Forum Edukasi.
16