Anda di halaman 1dari 7

KEMAS 10 (1) (2014) 103 - 109

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

DUKUNGAN KELUARGA DAN SOSIAL DALAM PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL, BAHASA DAN MOTORIK
PADA BALITA DI KABUPATEN BANYUMAS

Suryanto 1, Purwandari H, Mulyono WA

Jurusan Kesehatan Masyarakat, FKIK Unsoed Purwokerto, Indonesia


1

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh peran keluarga dan dukungan
Diterima 15 April 2014 sosial dalam proses pertumbuhan dan perkembangan balita di Kabupaten Banyumas.
Disetujui 5 Mei 2014 Penelitian dilakukan dengan teknik pre and post test design pada satu kelompok, dan
Dipublikasikan Juli 2014 sampel diambil secara purposive (34 orangtua balita). Lokasi penelitian di RW 3, Desa
Rempoah, Baturraden, Banyumas. Tahap I, dilakukan dengan mengidentifikasi keluarga
Keywords: dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang balita, membentuk panduan stimulasi
dan video stimulasi untuk balita, melatih kader kesehatan/relawan untuk pendampingan
Family role; stimulasi tumbuh kembang balita. Tahap II, dilakukan dengan implementasi model;
Social support; (1) memberikan pelatihan stimulasi tumbuh kembang balita dengan media video dan
Toddlers growth modul, (2) demonstrasi dan pendampingan stimulasi menggunakan alat permainan
and development
edukatif, (3) implementasi dengan kunjungan rutin setiap 2 minggu sekali selama 5
bulan. Instrumen: kuesioner pra-skrining perkembangan dari Depkes, lembar observasi
dan alat pengukuran antropometri (BB, PB, LILA, dan LK). Hasil penelitian adalah peran
keluarga dan dukungan sosial mempengaruhi proses tumbuh kembang, uji paired t test
menunjukkan model pemberdayaan berdampak terhadap pertumbuhan balita baik pada
indikator berat badan, panjang/tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan (masing-
masing dengan p value 0,00). Pemberdayaan keluarga terbukti mampu meningkatkan
perkembangan balita, baik pada indikator personal sosial, bahasa, motorik halus, motorik
kasar (masing-masing dengan p value 0,00). Kesimpulan adalah peningkatan peran
keluarga dan dukungan sosial dapat memberikan efek positif terhadap pertumbuhan
dan perkembangan personal sosial, bahasa, motorik pada balita.

FAMILY AND SOCIAL SUPPORT IN PERSONAL GROWTH AND DEVELOPMENT


SOCIAL, LANGUAGE, AND MOTOR ON TODDLER IN THE DISTRIC BANYUMAS

Abstract
Identifying the effect of family role and social support in growth and development process of
toddler in Distric Banyumas. Research was done by using pre and posttest design technique
to a cluster, sample was taken by purposive sampling (34 parents of toddler). Research lo-
cated in RW 3 Rempoah Village, Baturraden, Banyumas. Phase 1, done by identifying the
families in growth stimulation toddlers, creating stimulation manual and video stimulation
for toddlers, training the health cadres / volunteers in order to mentor the growth and devel-
opment stimulation of toddlers. Phase II, done by model implementation; (1) giving growth
stimulation training toddler with video and media modules, (2) demonstrate and stimula-
tion mentoring using educational toys; (3) implementation with regular visits for 5 month
in every 2 weeks. Instruments : pra-skrining development questionnaire from department
of Health, observation paper and Anthropometric measurement tools (Body Weight, Body
Length, Upper Arm Circumference, and Head Circumference). Family role and social sup-
port effect the growth and development process. The test of Pair T-test indicate empow-
erment model impacts in toddlers growth both in body weight, body length, upper arm
circumference, head circumference (each with p value 0,00). Family empowerment proven
to improve toddlers development, both in social personal indicator, language, fine and gross
motor (each with p value 0,00). CONCLUSION. Family role and social support enhance-
ment can give positive effect on personal growth and development on social, language, and
motor on toddlers.
© 2014 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jl. HR Boenyamin 708 Purwokerto
Email: soer_yanto4@yahoo.com
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 103 - 109

Pendahuluan dilakukan kader kesehatan. Hasil wawancara


dengan tiga bidan ditemukan fakta bidan men-
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu fung- fokuskan pada pelayanan posyandu lansia kare-
si afektif, sosialisasi dan penempatan sosial, na harus memberikan pengobatan.Selain itu
perawatan kesehatan, reproduksi dan ekonomi. pencatatan setiap bulan yang harus dilakukan
Keluarga berperan dan menjadi aktor kunci setiap bidan mencapai 30 laporan.
dalam menentukan tindakan yang tepat untuk Berdasarkan fakta ini, perlu dikembang-
mengatasi masalah-masalah kesehatan anggota kan model pemberdayaan keluarga dengan
keluarga (Zulaekah, 2014; Setiadi, 2008). melibatkan kader kesehatan/relawan untuk
Penelitian oleh Purwandari H (2011), membantu pendampingan stimulasi pada bali-
menunjukkan dukungan keluarga yang diwu- ta. Hasil riset sebelumnya menunjukkan model
judkan dalam pemberian rangsang atau sti- pemberdayaan hanya dengan melibatkan kelu-
mulasi tumbuh kembang pada bayi terbukti arga inti (ayah dan ibu), menggunakan media
mampu meningkatkan skor perkembangan modul, video, alat permainan terbukti mampu
bayi pada kelompok intervensi. Bayi dan balita meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
membutuhkan stimulasi yang baik. Fase balita keluarga (Purwandari, 2011). Fakta lain me-
adalah fase keemasan tapi juga rentan dalam nunjukkan bidan tidak efektif melakukan skre-
perkembangannya. Stimulasi yang kurang akan ening tumbuh kembang dan lebih melibatkan
mengakibatkan kemampuan sosialisasi, baha- kader kesehatan, maka pada pengembangan
sa, motorik halus dan kasar menjadi terlambat model pemberdayaan keluarga tahun kedua
(Depkes RI, 2009). ini dilakukan dengan melibatkan tenaga kader
Indikator kurangnya stimulasi tumbuh kesehatan/relawan untuk melakukan pendam-
kembang dapat dilihat dari menurunnya caku- pingan stimulasi pada area yang lebih luas yaitu
pan stimulasi deteksi dan intervensi dini tum- pada balita dan waktu implementasi diperpan-
buh kembang (SDIDTK). Di Jawa Tengah, pada jang lebih 4 bulan. Perkembangan yang diukur,
tahun 2007 dilaporkan cakupan SDIDTK baru lebih difokuskan pada perkembangan personal
35,66% jauh dibawah SPM 2010 95% (Departe- sosial, bahasa dan motorik.
men Kesehatan Jawa Tengah, 2008). Puskesmas Tujuan secara umum adalah untuk men-
Baturaden 2 merupakan salah satu puskesmas di gidentifikasi peran keluarga dan dukungan
Kabupaten Banyumas yang memiliki cakupan sosial (kader kesehatan/relawan) pada proses
SDIDTK rendah. Pada tahun 2010, dari hasil pertumbuhan dan perkembangan balita di
penelitian yang dilakukan Purwandari, (2011), Kabupaten Banyumas melalui studi kasus di
menemukan implementasi SDIDTK untuk wilayah kerja Puskesmas Baturraden 2. Tujuan
bayi, baru terdokumentasi 13,28%. Namun do- khusus: (1) mengidentifikasi kebutuhan kelu-
kumentasi ini dirasakan kurang efektif karena arga untuk melakukan stimulasi tumbuh kem-
hanya terfokus pada bayi (0-12 bulan), padahal bang pada balita, (2) mengidentifikasi model
dalam setiap posyandu terdapat balita yang lain pemberdayaan keluarga yang sesuai, (3) mem-
(usia 12 bulan ke atas sampai 72 bulan). Balita buat media pembelajaran dalam bentuk modul
(0-72 bulan) merupakan sasaran utama dalam dan video tumbuh kembang balita, (4) melatih
pengukuran SDIDTK. Wilayah posyandu di kader kesehatan/tenaga relawan untuk melaku-
RW 3 Desa Rempoah, termasuk salah satu wi- kan pendampingan proses stimulasi tumbuh
layah kerja puskesmas yang aktivitas SDIDTK kembang balita, (5) mengidentifikasi gambaran
masih rendah. pengetahuan dan ketrampilan keluarga sebe-
Cakupan SDIDTK yang rendah karena lum dan setelah intervensi, (6) mengidentifika-
beban kerja bidan yang tinggi. Hasil obser- si gambaran pertumbuhan serta perkembangan
vasi di lapangan saat penelitian tahun 2011 balita sebelum dan setelah intervensi (7) men-
menunjukkan bidan justru tidak dapat men- gidentifikasi dampak pemberdayaan terhadap
dampingi posyandu karena harus melakukan pengetahuan dan ketrampilan keluarga setelah
pelayanan kesehatan umum dan lansia. Bany- intervensi.
aknya tugas lain yang dibebankan pada Bi-
dan menyebabkan pengukuran pertumbuhan

104
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 103 - 109

Metode (1) Identifikasi kebutuhan untuk stimulasi


tumbuh kembang
Metode penelitian menggunakan desain Hasil penelitian menunjukkan 100% re-
pre and post test pada satu kelompok. Sampel sponden teridentifikasi adanya kebutuhan un-
diambil secara purposive 34 responden (ibu dan tuk mendapatkan informasi stimulasi tumbuh
balita). Lokasi penelitian di RW 3, Desa Rem- kembang balita. Hasil survei ini menunjukkan
poah, Baturraden. Tahap I, dilakukan dengan adanya kebutuhan keluarga untuk melakukan
mengidentifikasi kebutuhan keluarga dalam stimulasi tumbuh kembang. Stimulasi tumbuh
stimulasi tumbuh kembang, membentuk pan- kembang adalah kegiatan merangsang kemam-
duan stimulasi dan video stimulasi untuk bal- puan dasar anak, agar tumbuh kembang secara
ita, melatih kader/relawan untuk pendampin- optimal. Latihan diberikan untuk merangsang
gan stimulasi tumbuh kembang balita. Tahap kemampuan personal sosial, bahasa, motorik
II, melakukan: (1) pelatihan stimulasi tum- halus dan kasar (Depkes, 2009).
buh kembang balita dengan media video dan
modul, (2) demonstrasi dan pendampingan (2) Identifikasi model pemberdayaan
stimulasi menggunakan alat permainan edu- Hasil riset juga menunjukkan model
katif, (3) melakukan kunjungan rutin setiap 2 pemberdayaan yang dikehendaki oleh re-
minggu sekali selama 5 bulan. Instrumen yang sponden adalah dalam bentuk penyuluhan
dipakai adalah lembar observasi pengukuran rutin (41,27%). Frekuensi penyuluhan mini-
antropometri (BB, PB, LILA, dan LK), perkem- mal 2 minggu sekali disetujui oleh mayoritas
bangan bayi diukur dengan Kuesioner Pra responden (94,1%), penggunaan kombinasi
Skrining Perkembangan (KPSP) yaitu kuesion- antara penggunaan modul, video dan pen-
er baku dari Depkes. Perkembangan dikaji dari dampingan petugas disepakati oleh sebagian
kemampuan personal social, bahasa, motorik besar responden ( 67,6%).
halus dan kasar. Analisis statistik mengguna- Dukungan sosial untuk balita dapat di-
kan uji paired t test. berikan melalui ibu balitanya yaitu dengan
memberikan penyuluhan dan pelatihan stimu-
Hasil dan Pembahasan lasi dini tumbuh kembang untuk balita. Kegia-
tan ini terdiri dari pelatihan klasikal selama 2
Proses tumbuh kembang bayi dan balita sesi. Sesi I, membahas praktik perawatan anak,
merupakan masa yang penting dalam perkem- dilanjutkan materi pertumbuhan dan perkem-
bangan selanjutnya. Peran keluarga dalam bi- bangan, cara melakukan stimulasi tumbuh
dang kesehatan dan dukungan sosial berkon- kembang dengan melakukan demonstrasi ke-
tribusi bagi balita dalam menjalani proses pada keluarga. Setelah pelatihan, keluarga di-
tumbuh kembang secara normal dan wajar se- berikan modul untuk pengingat aktivitas yang
hingga tidak ada penyimpangan. harus dilakukan selama di rumah.
Keluarga balita kemudian dikumpulkan
dalam kelompok kecil berisi 8-10 orang, un-

Tabel 1. Dukungan Sosial Yang Dibutuhkan oleh Responden (n=34)

Ya Tidak
Model  
Jumlah % Jumlah %
Penyuluhan rutin 14 41,2 20 58,8
Frekuensi penyuluhan 2 kali/mg 32 94,1 2 5,9
Pendampingan petugas 6 17,6 28 82,4
Penggunaan Buku Modul 7 20,6 27 79,4
Penggunaan Video 5 14,7 29 85,3
Kombinasi (modul, video, petugas) 23 67,6 11 32,4
Sumber: data primer

105
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 103 - 109

tuk kemudian diberikan pendampingan setiap dilihat dari rerata kemampuan tentang prinsip
2 minggu sekali. Pendampingan ini dilakukan stimulasi tumbuh kembang yang mencapai
oleh kader, tenaga relawan dan didampingi rerata diatas 50 yaitu pengetahuan terhadap
peneliti. Aktivitas selama pendampingan ada- prinsip 73,79, mengidentifikasi kebutuhan
lah mengevaluasi praktik stimulasi yang telah stimulasi 91,00, jenis aktivitas stimulasi 91,03,
dilakukan, memberikan feeback dan menga- dan ketrampilan menstimulasi 78,6. Setelah in-
jarkan praktik stimulasi untuk usia di atasnya. tervensi semua skor cenderung meningkat ke-
Media menggunakan modul dan video. Dalam cuali pengetahuan terhadap aktivitas stimulasi
modul terdapat lembar kunjungan, dan setiap yang turun menjadi 88,21.
kunjungan dituliskan apa yang menjadi perma- Kegiatan penyuluhan dan pelatihan da-
salahan keluarga, untuk kemudian diberikan pat meningkatkan pengetahuan ibu tentang
solusi. Stimulasi yang diberikan adalah stimu- stimulasi tumbuh kembang anak. Riset se-
lasi perkembangan motorik halus, kasar, per- belumnya yang dilakukan Purwandari (2011)
sonal sosial dan bahasa sesuai dengan tahapan menemukan pelatihan yang diberikan dengan
usia. Proses ini berlangsung selama 5 bulan. media modul dan video mampu meningkatkan
Hasil temuan pada riset ini sesuai dengan pe- pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam
nelitian Rustina, (2007), menemukan adanya menstimulasi tumbuh kembang bayi.
kebutuhan video untuk media pembelajaran Hasil penelitian tentang pengetahuan
orangtua dalam meningkatkan partisipasi pe- keluarga tentang jenis aktivitas yang dibutuh-
rawatan bayi prematur. kan untuk stimulasi, yang skor menurun sete-
lah pelatihan. Kondisi ini dimungkinkan kare-
(3) Pengetahuan dan keterampilan keluarga na jumlah aktivitas stimulasi setelah intervensi
Kompetensi pengetahuan dan keteram- jumlahnya semakin meningkat, seiring deng-
pilan keluarga dalam stimulasi pertumbuhan an meningkatkan usia anak. Kondisi ini dapat
dan perkembangan balita diukur dari pengeta- membingungkan orangtua, sehingga saat dikaji
huan terhadap prinsip stimulasi, kemampuan kembali setelah intervensi pengetahuan keluar-
mengidentifikasi kebutuhan stimulasi, kemam- ga tentang jenis aktivitas stimulasi pada anak,
puan mengidentifikasi jenis aktivitas stimulasi, skor menurun.
dan kemampuan mendemonstrasikan stimula-
si perkembangan pada anak. (4) Pertumbuhan dan perkembangan balita
Berdasarkan kuesioner yang diberikan Hasil pengukuran PB, BB dapat diiden-
dapat diketahui bahwa pada dasarnya ibu-ibu tifikasi status gizi menggunakan panduan PB/
balita sudah memperoleh pengetahuan ten- BB. Hasil riset menunjukkan status gizi kebany-
tang stimulasi tumbuh kembang, hal ini dapat akan dalam status normal (gambar 2). Setelah

prinsip stimulasi

identifikasi jenis stimulasi


setelah intervensi
identifikasi aktivitas… sebelum intervensi

ketrampilan stimulasi

0 20 40 60 80 100 120

Gambar 1. Rerata Skor Pengetahuan Ibu Balita di RW 03 Desa Rempoah,


Kec. Baturaden Bulan Mei-Septermber 2012 (n=34)

106
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 103 - 109

intervensi balita yang kurus sudah tidak ada, yang mengalami kurang gizi. Hasil riset ini se-
dan balita gemuk meningkat menjadi 5,88 %. suai dengan hasil riset sebelumnya. Suatu pro-
Indikator-indikator pertumbuhan lain gram stimulasi yang diberikan dirumah oleh
seperti berat badan, panjang/tinggi badan, pengasuh dapat meningkatkan perkembangan
lingkar lengan atas dan lingkar kepala menun- kognitif dan motor anak yang terinfeksi HIV
jukkan sedikit kenaikan reratanya (tabel 3). (Potterton, 2010).
Dari tabel 3 menunjukkan jumlah balita Rangsang atau stimulasi dini oleh kelu-
kurus berkurang jumlahnya setelah intervensi arga dan ssoal diberikan dengan memberikan
pemberdayaan. Fakta ini menunjukkan proses pelatihan kepada orangtua cara melakukan
pelatihan, pendidikan kesehatan, dan proses stimulasi dini untuk personal sosial, bahasa,
pendampingan pada keluarga mampu mening- motorik halus dan kasar kepada keluarga. Se-
katkan pengetahuan keluarga terkait penye- lain itu, keluarga diberikan permainan sederha-
diaan nutrisi yang adekuat pada anak. Penge- na untuk melatih stimulasi. Hamadani (2006),
tahuan ini akan terimplementasi dalam bentuk mengembangkan indikator yang mempenga-
praktik keseharian berkaitan penyediaan nutri- ruhi perkembangan anak usia 18 bulan dian-
si bagi anak, sehingga balita yang kurus menja- taranya: kegiatan bermain, variasi alat permai-
di berkurang setelah intervensi diberikan. nan, sumber permainan, keberadaan buku dan
Penelitian ini sesuai dengan hasil pene- majalah.
litian sebelumnya. Siddiqi (2007), menemukan
stimulasi dini akan memberikan efek pening- (5) Dampak model pemberdayaan terhadap
katan perkembangan pada anak yang kerdil, pengetahuan dan ketrampilan keluarga
kelebihan atau kekurangan gizi. Pemberian Penerapan model pemberdayaan mem-
suplementasi zinc dan stimulasi psikososi- berikan dampak terhadap pengetahuan keluar-
al mampu meningkatan perkembangan anak ga, khususnya terkait prinsip dan kemampuan

100.00 94.12 94.12


80.00

60.00
Sebelum
40.00 Setelah
20.00
2.940.00 2.945.88
0.00
Kurus Normal Gemuk

Gambar 2. Status Gizi Balita sebelum dan setelah intervensi di RW 03


Desa Rempoah, Kec. Baturaraden Bulan Mei-Sept 2012 (n= 34)
Tabel 3. Pertumbuhan Balita di RW 03 Desa Rempoah, Bulan Mei–September 2012 (n=34)

Sebelum Setelah
No Pertumbuhan
mak min rerata sd mak min rerata Sd
1 Berat Badan Awal 5,00 18,00 10,62 3,16 6,00 19,00 11,12 3,13
2 Tinggi/ Panjang Badan Awal 58,00 104,00 80,32 13,34 61,00 107,00 83,71 12,70
3 Lingkar Kepala Awal 41,00 50,00 46,32 2,57 44,00 50,00 47,32 1,97
4 Lingkar Lengan Atas Awal 12,00 24,00 15,26 2,09 13,00 19,00 15,38 1,52
Sumber: data primer

107
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 103 - 109

identifikasi jenis stimulasi yang dibutuhkan pengasuhan. Intervensi psikososial dilaku-


dalam melakukan stimulasi tumbuh kembang kan dengan mengajarkan pentingnya interaksi
(p value= 0,04; p value=0,01). Namun demiki- anak-orangtua dan mempertahankan perkem-
an, model pemberdayaan tidak memberikan bangan anak (memberikan pujian, umpan ba-
dampak terhadap pengetahuan, khususnya lik positif, permainan yang sesuai, pengajaran
terkait aktivitas stimulasi (p value 0,46). Semen- tentang pemberian label dan hukuman).
tara untuk ketrampilan melakukan stimulasi, Studi yang dilakukan Nair (2009), me-
model pemberdayaan tidak terbukti memberi- nemukan pemberian stimulasi dini (di rumah)
kan dampak terhadap kemampuan ketrampi- pada satu tahun pertama kehidupan, efektif
lan dalam melakukan stimulasi (p value 0,40.) meningkatkan indeks perkembangan mental
dan psikomotor bayi. Intervensi psikososial
(6) Dampak model pemberdayaan terhadap pada tahap perkembanga kritis (di bawah 5 ta-
pertumbuhan dan perkembangan balita hun) dapat mencegah perilaku kekerasan pada
Model pemberdayaan memberikan usia remaja dan dewasa (Grantham-McGregor,
dampak terhadap pertumbuhan balita (berat 2011).
badan dengan p value 0,00, panjang badan p Bonnier (2008) menemukan program
value 0,00, lingkar kepala p value 0,00, lingkar stimulasi dini dalam bentuk Newborn Indivi-
lengan atas p value 0,00). Selain pertumbuhan, dualized Developmental Care and Assessment
implementasi model pemberdayaan mampu Program serta Infant Health and Development
memberikan dampak signifikan terhadap Program, efektif untuk mempertahankan ke-
perkembangan personal sosial, bahasa, mo- mampuan kognitif dan interaksi orangtua dan
torik halus dan kasar, masing-masing dengan anak, kemampuan gerak kasar meningkat di-
nilai p value 0,00. bandingkan dengan individu yang berisiko
Menurut Croesnoe (2009), menemukan lainnya. Sementara Barros (2008), menemukan
pemberian stimulasi kognitif di rumah dan ta- stimulasi kognitif yang kuat mampu memberi-
man kanak-kanak memberikan dampak posi- kan pengaruh pada anak dengan orangtua yang
tif pada anak dengan orang tua yang memiliki memiliki pendidikan rendah. Riset yang dila-
pendapatan rendah. Studi lain yang dilakukan kukan Egami (2009), menemukan latihan per-
dilakukan Nahar (2009), menunjukkan inter- gerakan mata dengan penanda mampu men-
vensi psikososial yang terintegrasi untuk anak gestimasi kemampuan penglihatan pada masa
kurang gizi berat mampu meningkatkan per- kanak-kanak. Hasil studi ini menunjukkan sti-
tumbuhan dan perkembangan anak usia 6-24 mulasi visual memberikan manfaat positif bagi
bulan. Intervensi psikososial dilakukan dengan anak.
melakukan pertemuan rutin setiap hari dengan
ibu dan anak, serta sesi pertemuan secara indi- Penutup
vidu selama 2 minggu di rumah sakit. Kegiatan
ini diikuti dengan kunjungan rumah secara ru- Dukungan keluarga dalam melakukan
tin selama 6 bulan. rangsang/stimulus tumbuh kembang pada bayi
Hasil temuan menunjukkan model dan balita dapat meningkatkan proses tumbuh
pemberdayaan memberikan dampak terha- kembang. Peningkatan peran keluarga dan
dap pertumbuhan dan perkembangan balita. dukungan sosial (kader kesehatan) juga ber-
Hasil riset ini selaras dengan hasil-hasil riset dampak positif terhadap peningkatan proses
sebelumnya. Riset yang dilakukan Hamadani tumbuh dan kembang balita (seperti: personal
(2006), Huda, Khatun dan Grantham-McGre- sosial, bahasa dan motorik). Keluarga dan kader
gor (2006) menunjukkan pemberian stimulasi kesehatan disarankan untuk terus memberikan
psikososial pada anak usia 6-24 bulan dengan dukungan kepada bayi dan balita di lingkungan
kurang gizi di Bangladesh, mampu mening- keluarga dan saat kegiatan posyandu dengan
katkan perkembangan mental, kemampuan cara memberikan rangsang secara optimal.
vokalisasi, kooperatif, sikap terhadap penguji,
nada emosional, dan pengetahuan ibu tentang

108
I Made Kusuma Wijaya, dkk / KEMAS 10 (1) (2014) 103 - 109

Daftar Pustaka of Undernourished Children in Rural


Bangladesh. The Journal of Nutrition. 136:
Barros, A.J. D. Matijasevich, A. Santos, I. S and 2645-2652.
Halpern, R. 2008. Child development in Hamadani, J.D. et.al.. M. 2006. Use of family care
a birth cohort: effect of child stimulation indicators and their relationship with child
is stronger in less educated mothers. development in Bangladesh. Journal off
International Journal off Epidemiology. Vol 39 Health, Population, And Nutrition. Vol 28
(1): 285-294. (1): 22-33.
Bonnier. C. 2008. Evaluation of early stimulation Nair, et.al.. 2009. Effect of Child Development
programs for enhancing brain development. Centre model early stimulation among at
Journal Acta Paediatrica. Vol 97 (7): 853-858 risk babies a randomized controlled trial.
Crosnoe, et.al. 2009. Family socioeconomic status Journal Indian Pediatrics. Vol 46:20-26.
and consistent environmental stimulation in Nahar, et.al.. 2009. Effects of psychosocial
early childhood. Journal Child Development. stimulation on growth and development of
Vol 81(3):972-987. severely malnourished children in a nutrition
Departemen Kesehatan Jawa Tengah. 2008. Profil unit in Bangladesh. Europe Journal Clinical
Kesehatan Tahun 2008. Depkes Jawa Tengah. Nutrition. Vol 63 (6): 725-731.
Semarang. Potterton, J. et.al.. (2010). The effect of a basic
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman home stimulation programme on the
Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi development of young children infected with
Dini Tumbuh Kembang Anak. Departemen HIV. Developmental Medicine And Child
Kesehatan. Jakarta. Neurology, 52(6), 547-551.
Egami, C. et.al.. (2009). Development of human Purwandari, H., Suryanto & Mulyono, W.A., 2011.
visual cognitive function in childhood: Model pemberdayaan berbasis keluarga untuk
evaluation by exploratory eye movements meningkatkan tumbuh kembang bayi di
to a picture of a smiling face. Journal No To Kabupaten Banyumas. Penelitian Unggulan,
Hattatsu. Brain And Development. Vol 42(5): dipresentasikan pada seminar nasional Puslit
340-345. Gizi dan Kesehatan LPPM Unsoed, 23-24
Grantham-McGregor, S. M. 2005. Zinc November, 2011.
supplementation and psychosocial Rustina, dkk. 2007. Model Asuhan Keperawatan
stimulation: effects on the development Bayi Prematur Berpusat Pada Keluarga. UI.
of undernourished Jamaican children. Jakarta.
American Journal of Clinical Nutrition. Vol Zulaekah S. Dkk. 2014. Anemia Terhadap
82 (2): 399-405. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Hamadani, J.D. et.al.. 2006. Psychososial Malnutrisi. Kemas, 9 (2): 106-114
Stimulation Improves The Developmental

109

Anda mungkin juga menyukai