177-Article Text-238-1-10-20200629
177-Article Text-238-1-10-20200629
estepanust1967@gmail.com
maker.frans@gmail.com
Abstrak
Ayam kampung merupakan salah satu varietas ayam buras lokal Indonesia (native chicken)
hasil domestikasi ayam hutan merah (Gallus gallus) yang telah dipelihara sejak lama dan tersebar
luas di wilayah Indonesia. Ayam kampung pada umumnya dipelihara secara tradisonal, memiliki
produktivitas yang rendah., baik dalam segi pertumbuhan, produksi telur dan reproduksinya.
Tubuhnya kecil dan agak ramping dengan berat badan jantan dan betina tua tidak lebih 1,9 kg serta
produksi telur 60 butir/tahun (Rasyaf, 2011).
Ayam kampung memiliki variasi genetik maupun fenotipe yang cukup tinggi (Sartika, 2012).
Penampilan sifat-sifat kualitatif dan kuantitatifnya menunjukkan adanya keragaman. Sifat-sifat
kualitatif yang menunjukkan adanya variasi, antara lain warna bulu (putih, hitam, cokelat, kuning,
kuning kemerahan atau kombinasinya), bentuk jengger (pea, tunggal, walnut dan rose), warna sisik
kaki atau shank (putih, kuning dan hitam) dan warna paruh (putih, kuning dan hitam). Sifat-sifat
kuantitatif yang menunjukkan adanya variasi, antara lain berat badan, panjang tarsometatarsus,
panjang tabia, panjang femur, panjang sayap, jarak antar tulang pubis, panjang jari ketiga dan tinggi
jengger.
Sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif ayam kampung dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan.
Penampilan suatu sifat tergantung pada gen-gen yang dimiliki ayam dan ditunjang kondisi
lingkungan yang memadai. Faktor genetik, meliputi bangsa, strain, jenis kelamin dan umur ayam.
Faktor lingkungan, antara lain ransum, sistim pemeliharaan, temperatur dan kelembaban.
Kata kunci : Ayam kampung, Varietas ayam buras, Domestikasi ayam hutan mera, Sifat kualitatif
ayam, Sifat kuantitif ayam kampung
50
JURNAL FAPERTANAK, Volume 4 No 1 Agustus 2019
Pendahuluan
Ayam kampung merupakan hasil sekitarnya. Gallus lafayettii (Sri Lanka jungle fowl)
domestikasi ayam hutan merah (red jungle fowl distribusinya hanya di Sri Lanka. Sementara itu
atau Gallus gallus) yang telah dipelihara oleh Gallus sonneratii (Grey jungle fowl) distribusinya
nenek moyang secara turun temurun dan menyebar meliputi India bagian Selatan dan Barat (Sulandari
hampir di seluruh kepulauan Indonesia. Menurut et al., 2007).
Fumihito et al., (1996) dan Pramual et al., (2013) Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Ayam Kampung
ayam kampung Indonesia berasal dari subspesies Penampilan fenotipik atau sifat-sifat yang
Gallus gallus bankiva yang berasal dari Lampung, tampak pada ternak (termasuk ayam kampung)
Jawa dan Bali. Menurut Mansjoer (1985) bahwa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sifat
ayam kampung mempunyai jarak genetik yang kualitatif dan kuantitatif. Sifat kuantitatif adalah
paling dekat dengan ayam hutan merah yaitu ayam sifat-sifat yang dapat diukur yang dipengaruhi oleh
hutan merah Sumatra (Gallus gallus gallus) dan banyak pasang gen dan lingkungan (Kurnianto,
ayam hutan merah Jawa (Gallus gallus javanicus). 2010). Sifat kualitatif adalah sifat-sifat yang tidak
Menurut Rasyaf (2011), ciri-ciri ayam Kampung dapat diukur namun dapat dibedakan (Noor, 2008).
jantan lebih jelas dari segi bentuk, memiliki tubuh Sifat kualitatif individu-individu dapat
yang gagah; sedangkan pada betina, bulu ekor lebih diklasifikasikan ke dalam satu, dua kelompok atau
pendek dari panjang tubuh, memiliki ukuran badan lebih, dan pengelompokkan itu berbeda jelas satu
dan kepala yang lebih kecil. Penelaahan dengan sama lain.
teknologi molekuler dapat membuktikan bahwa Sifat-sifat kualitatif dan kuantitatif ayam
ayam kampung mempunyai kekerabatan (jarak kampung dipengaruhi faktor genetik dan
genetik) yang dekat dengan ayam hutan merah lingkungan. Menurut Yatim (1991) bahwa variasi
(Pramual et al., 2013). Cresswell et al., (1982) yang terdapat pada suatu individu disebabkan oleh
mengemukakan bahwa ayam yang terdapat di variasi genetik dan lingkungan. Penampilan suatu
pedesaan di Indonesia adalah keturunan ayam sifat tergantung pada gen-gen yang dimiliki ayam
hutan (Gallus gallus) yang sebagian telah dan ditunjang kondisi lingkungan yang memadai.
didomestikasi, dikenal sebagai ayam lokal atau Faktor genetik, meliputi bangsa, strain, jenis
kampung atau ayam sayur. Ayam Hutan Hijau kelamin dan umur ayam. Faktor lingkungan, antara
(Gallus varius) tidak mempunyai kontribusi lain ransum, sistim pemeliharaan, temperatur dan
terhadap domestikasi ayam lokal Indonesia kelembaban. Menurut Kusuma dan Prijono (2007),
(Sulandari et al., 2007). Hal tersebut dibuktikan bahwa variasi ukuran tubuh ayam kampung dapat
bahwa persilangan ayam hutan hijau dengan ayam disebabkan oleh kondisi lingkungan asal bibit yang
kampung menghasilkan F1 infertil yang diduga berbeda, lingkungan pemeliharaan yang berbeda
disebabkan oleh adanya missmatch kromosom. dan pengaruh iklim.
Berdasarkan taksonominya, ayam termasuk Keanekaragaman sifat genetik yang dimiliki
kelas Aves, ordo Galliformes, dan famili ayam lokal secara nyata dimunculkan dalam
Phasianidae. Ayam mempunyai jengger (comb) di penampilan fenotipik, seperti warna bulu, kulit,
atas kepala dan dua gelambir (wattles) di bawah paruh, daging, bentuk jengger, bulu penutup,
dagu. Dalam bahasa Latin, gallus artinya comb, penampilan produksi, pertumbuhan dan reproduksi
jadi ayam hasil domestikasi dinamakan Gallus (Schmidt, 1985 ; Sidadolog, 1990).
gallus domesticus. Spesies lain yang masih hidup Keanekaragaman dapat dimunculkan secara evolusi
liar di hutan dari genus Gallus adalah Gallus gallus maupun revolusi akibat dari sistem pemeliharaan
(Red jungle fowl) sebarannya meliputi China, India, dan perkawinan yang tidak terkontrol dari generasi
dan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Gallus ke generasi. Faktor cekaman lingkungan juga
varius (Green jungle fowl hanya terdapat di merupakan faktor yang sangat menentukan, karena
Indonesia) distribusinya meliputi Jawa, Bali, upaya untuk mempertahankan diri melalui proses
Lombok, Sumbawa, Flores, dan pulau kecil di adaptasi. Proses adaptasi yang berlangsung lama
51
JURNAL FAPERTANAK, Volume 4 No 1 Agustus 2019
dapat memunculkan sifat dan penampilan baru dan kemudian dapat diwariskan secara genetik dari
generasi ke generas
52
JURNAL FAPERTANAK, Volume 4 No 1 Agustus 2019
Sifat Kuantitatif
Sifat kuantitatif berdasarkan FAO (2012) dan
Nishida et al. (1983) antara lain :
1. Berat badan, adalah berat badan ayam hidup.
2. Panjang tubuh, adalah panjang dari paruh (tulang
mandible) sampai ujung tulang pygostyle
Warna jengger terdiri dari warna merah, hitam dan menggunakan pita ukur.
merah kehitaman. 3. Panjang dada, adalah sama dengan panjang tulang
sternum.
4. Lingkar dada, adalah panjang lingkar dada pada
Warna Shank bagian belakang ke dua sayap.
Warna shank ayam ayam kampung bervariasi. Hal 5. Rentang sayap, adalah jarak antara ujung sayap
ini ditunjukkan oleh beberapa hasil penelitian, kiri dan ujung sayap kanan (ujung tulang phalanges).
sebagai berikut : 6. Panjang kaki, adalah hasil penjumlahan panjang
paha atas, panjang paha bawah, panjang shank, dan
Amlia dkk. (2016) melaporkan jengger ayam panjang jari ketiga pada kaki kanan.
kampung di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton a.Panjang paha atas, adalah sama dengan panjang
Propinsi Sulawesi Tenggara adalah bervariasi tulang femur.
53
JURNAL FAPERTANAK, Volume 4 No 1 Agustus 2019
b.Panjang paha bawah, adalah sama dengan panjang Sifat kuantitatif yang diamati dalam penelitian ini
tulang tibia. berdasarkan klasifikasi sifat kuantitatif menurut
c.Panjang shank, adalah sama dengan panjang FAO (2012) dan Nishida et al. (1983), yaitu :
tulang metatarsus. 1.Bobot badan (kg), diperoleh dengan menimbang
d. Panjang jari ketiga atau jari tengah, adalah berat badan hidup ayam menggunakan timbangan
panjang dari batas antara tulang metatarsus dan gantung digital.
tulang jari ketiga hingga ujung kuku jari ketiga. 2.Panjang tubuh (cm), diperoleh dengan mengukur
7. Lingkar shank, adalah panjang lingkar panjang dari paruh (tulang mandible) sampai ujung
tulang metatarsus kaki kanan. tulang pygostyle menggunakan pita ukur.
Sifat kuantitatif ayam kampung bervariasi. Hal ini 3. Lingkar dada (cm), diperoleh dengan mengukur
ditunjukkan oleh hasil penelitian Rafian (2016) lingkar dada pada bagian belakang ke dua sayap
yang melaporkan bahwa keragaman sifat kuantitatif menggunakan pita ukur.
ayam kampung di Propinsi Bengkulu tergolong 4. Panjang paha atas (mm), diperoleh dengan
sedang sampai dengan tinggi berdasarkan kalsifikasi mengukur panjang panjang tulang femur
Kurnianto (2010), seperti ditampilkan pada Tabel 2. menggunakan jangka sorong digital.
Menurut Kurnianto (2010), kategori keragaman 5. Panjang paha bawah (mm), diperoleh dengan
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu rendah (KK ≤ mengukur patela sampai ujung tibia (panjang tibia)
5%), sedang (KK 5% - 15%) dan tinggi ( ≥ 15%). menggunakan jangka sorong digital.
6. Panjang shank (mm), diperoleh dengan mengukur
Metode Penelitian panjang tulang tarsometatarsus menggunakan
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif jangka sorong digital.
dengan teknik observasi. Observasi dilakukan
terhadap sifat kualitatif dan kuantitatif setiap sampel Analisis Data Sifat Kualitatif
ayam kampung. Data-data sifat kualitatif dianalisis dengan
Penentuan sampel peternakan ayam kampung di menghitung frekuensi fenotipnya (Noor, 2008),
Kelurahan Karang Mulia menggunakan teknik berdasarkan jenis kelamin dengan rumus sebagai
purposive sampling. Jumlah sampel ayam yang berikut :
yang diukur sebanyak 30 ekor dengan perincian 10
jantan dan 20 betina. Penentuan ayam kampung
sampel pada setiap peternakan dilakukan secara
acak menggunakan teknik proporsionate stratified
random sampling (Sugiyono, 2007). Stratifikasi Analisis Data Sifat Kuantitatif
sampel dilakukan berdasarkan jenis kelamin. Data-data sifat kuantitatif dianalisis dengan
menghitung nilai rata-rata, simpangan baku dan
Variabel Pengamatan koofisien keragaman (Steel an Torrie, 1993),
Sifat Kualitatif berdasarkan jenis kelamin, dengan rumus sebagai
Sifat kualitatif yang diamati dalam penelitian ini berikut :
berdasarkan klasifikasi sifat kualitatif menurut FAO
(2012) dan Somes (1998), yaitu :
1. Warna bulu (putih atau berwarna)
2. Corak bulu (Lurik atau polos)
3. Pola bulu (Hitam, liar atau columbian)
4. Kerlip bulu (Perak atau emas)
5. Warna shank (Putih, kuning atau hitam)
6. Tipe jengger (Pea, rose, walnut atau
tunggal)
Sifat Kuantitatif
54
JURNAL FAPERTANAK, Volume 4 No 1 Agustus 2019
sedang pada bobot badan, panjang tubuh, [FAO] Food and Agriculture Organization of The
lingkar dada, panjang paha atas dan panjang United Nations. 2012. Phenotypic
shank, sedangkan panjang paha bawah Characterization of Animal Genetic
termasuk rendah. Ayam kampung betina Resources. Animal Production and Health
memiliki sifat kuantitatif dengan tingkat Guidelines No. 11. Roma (IT): FAO.
keragaman sedang pada bobot badan, panjang Fumihito AS, Miyake, Takada, Singu, Endo,
tubuh, lingkar dada dan panjang paha atas, Gojobori, Kondo, Ohno. 1996.
sedangkan panjang paha bawah dan panjang Monophyletic origin and unique dispersal
shank termasuk rendah. Keraganan hasil patterns of domestic fowis. Proc Nati Acad
penelitian ini disebabkan oleh faktor genetik Soi. 93:6792-6795
dan faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan Kurnianto E. 2010. Ilmu Pemuliaan Ternak.
pendapat Nozawa (1980) Keragaman ukuran Semarang. Universitas Diponegoro,
tubuh ayam Kampung dipengaruhi oleh faktor Semarang.
genetik dan lingkungan. Genotipe menentukan Kusuma D dan N.S. Prijono. 2007.
potensi karakter, sedangkan lingkunga Keanekaragaman Sumber Daya Hayati
menentukan sampai dimana tercapai batas Ayam Lokal Indonesia : Manfaat dan
potensi itu. Yatim (1991) menyatakan bahwa Potensi . LIPI Press, Jakarta.
variasi yang terdapat pada suatu individu Monophyletic origin and unique dispersal patterns
disebabkan oleh variasi genetik dan of domestic fowis. Proc Nati Acad Soi.
lingkungan. 93:6792-6795.
Mansjoer, S. S. 1985. Pengkajian sifat-sifat
KESIMPULAN DAN SARAN produksi ayam kampong serta
Populasi ayam kampung di Kelurahan persilangannya dengan Rhode Island Red.
Karang Mulia memiliki keragaman sifat-sifat Disertasi. Fakultas Pascasarjana. Institut
kualitatif dan kuantitatif yang rendah sampai dengan Pertanian Bogor, Bogor.
sedang. Nishida T, Lee C, Hayashi Y, Hashiguchi T,
Untuk menghasilkan bibit ayam kampung Mochizuki K. 1983. Body Measurement of
yang lebih baik lagi di Kelurahan Karang Mulia, native fowlsin Korea. Jpn. J. V. Sci. 45(2):
maka dapat dilakukan upaya pemuliaan ternak, 179-186.
mengingat adannya keragaman sifat-sifat kualitatif Noor, R. R. 2008. Genetika Ternak. Penebar
dan kuantitatif yang masih tergolong sedang. Swadaya, Jakarta.
Pramual P, Meeyen, Wongpakam, Klinhom. 2013.
DAFTAR PUSTAKA Genetic diversity of thai native
chicken inferred from mitocondrial DNA
Amlia, M. A. Pagala dan R. Aka. 2016. Studi
sequences. Trop Nat Hist. 13:97-106.
Karakteristik Sifat Kualitatif dan Kuantitatif
Rafian T. 2017. Kearagaman Sifat Kualitatif dan
Ayam Kampung di Kecamatan Lasalimu
Kuantitatif Ayam Burgo di Propinsi
Kabupaten Buton. Jitro Vol. 1 No.1 Hal :
Bengkulu. Tesis IPB, Bogor.
31 – 39.
Rasyaf, M. 2011. Beternak Ayam Kampung.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nabire. 2017.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Kabupaten Nabire dalam Angka 2017.
Sadarman, Elfawati dan Sadriadi. 2013. Studi
Badan Pusat Statistik Kabupaten Nabire.
frekwensi sifat kulaitatif dan kuantitatif
Creswell, D. J . and B. Gunawan. 1982. Indigenous
ayam kampung di Desa Menaming
chicken in Indonesia: Production
Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu
characteristics in an improved environment .
Propinsi Riau. Seminar nasional Teknologi
Report No. 2. Research Institute for Animal
Peternakan dan Veteriner.
Production, Bogor, Indonesia. 12 p.
56
JURNAL FAPERTANAK, Volume 4 No 1 Agustus 2019
57