Anda di halaman 1dari 10

NAMA : DWI SURYA DININGRAT

NIM : 031154571
UPBJJ

TUGAS : MAKALAH TENTANG AKHLAK KARIMAH


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Akhlak dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, karena akhlak sangat
dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki pegangan hidup sehingga ilmu dapat
menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Akhlakul Karimah. Dengan akhlak
kehidupan manusia akan bermutu, dengan akhlak kehidupan manusia akan lebih bermakna,
dengan akhlak kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan kali ini adalah:
a.       Apa yang disebut dengan akhlakul karimah?
b.      Apa saja akhlakul karimah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW?
c.       Faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya akhlakul karimah?
d.      Bagaimana cara menerapakan akhlakul karimah di dalam kehidupan sehari-hari?
1.3  Tujuan
a.       Mengetahui pengertian akhlakul karimah
b.      Mampu menerapkan akhlakul karimah sesuai ajaran nabi Muhammad SAW
c.       Mengetahui kegunaan akhlakul karimah
d.      Mampu memperbaiki kehidupan dengan akhlak yang baik.
e.       Mengetahui faktor-faktor yang mempengarui akhlakul karimah.

BAB II
                                                   PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Akhlakul Karimah

  Perkataan Akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku
(tabiat) adat kebiasaan.
Karimah artinya mulia, terpuji, baik. Jadi, akhlaqul karimah ialah budi pekerti atau perangai
yang mulia. Akhlak adalah tingkah laku makhluk yang diridhai Allah SWT, maka akhlak
adalah bentuk perilaku makhluk dalam berhubungan baik kepada khaliknya atau kepada
sesama. Sesungguhnya semua akhlak telah dituliskan dalam Al Qur’an dan Hadist baik yang
terpuji maupun  tercela. Semuanya telah tertulis jelas di Qur’an dan Hadist dan semuanya
mempunyai balasan tersendiri. Tinggal manusianya sendiri yang menjalankan dan
mempertanggung jawabkannya nanti di hari akhir. Rasulullah pun berperilaku sesuai Qur’an
dan Hadist. Karena sifatnya itu beliau dijuluki Akhlakul karimah yakni akhlak yang mulia.
Hal ini digambarkan oleh al-Quran surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:
‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرسُو ِل هَّللا ِ أُ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآل ِخ َر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرًا‬

“Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang
menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir kepada
Allah.”
2.2  Akhlakul Karimah yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW

Akhlakul karimah yang patut kita puji dan tiru antara lain :
1.Sifat yang wajib bagi rasul seperti siddiq, amanah, tabligh, dan fahtanah: jujur,
dapat dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar
keyakinan umat Islam tentang kepribadian Rasul saw.
2.Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian Rasul Saw. yang
telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan risalahnya. Integritas personalnya
sedemikian kuat sehingga tak ada yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi
tujuannya.
3.kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum merupakan salah satu dasar
terpenting
4.Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta menarik tentang nilai-
nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw. adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid,
staff, pembantu, anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan pola
hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang yang berada di bawah
kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas mengandung makna kedekatan dan keakraban serta
kesetaraan.
5.kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan Muhammad
saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari kecakapannya membaca situasi dan kondisi
yang dihadapinya, serta merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan.
6.tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat tanpa
meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah menyatakan bahwa beliau berdoa
untuk mati dan berbangkit di akhirat bersama dengan orang-orang miskin.
7.visioner futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul SAW. adalah
seorang pemimpin yang visioner, berfikir demi masa depan (sustainable).
8.menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul Saw. benar-
benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut.
Beliau adalah personifikasi dari misinya. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan sangat mudah
terjadi manakala kehidupan seorang pemimpin tidak mencerminkan cita-cita yang
diikrarkannya.

Akhlak Rasul yang seperti ini patutlah kita tiru dan kita amalkan dalam kehidupan
sehari-hari. Rasul sangat mencintai Allah dan Allah lebih mencintai beliau karena
sesungguhnya siapa yang mencintai Allah maka Allah lebih mencintainya. Dan apabila orang
yang dekat kepada Allah, Allah selalu memudahkan segala urusannya. Allah Maha Pemberi
apa yang dibutuhkan semua umatNya. Allah tidak pernah merasa rugi apabila Ia memberi
kepada umatNya meskipun umatNya tidak pernah mengingatnya ataupun bersyukur
terhadapNya. Allah Maha Pemberi Maaf bagi umatNya yang mau berubah.
Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan serumit  apa
pun.Sebagai bukti, ketika Muhammad masih belum menerima wahyu, beliau mampu
memberikan solusi atas sengketa para pemuka Quraisy yang berebut ingin mengangkat hajar
aswad saat pemugaran Ka'bah telah usai. Masing-masing pemuka suku bersikeras dan merasa
dirinya paling berhak untuk mengangkat hajar aswad. Pertentangan itu nyaris meletuskan
peperangan.
              Menghadapi situasi tersebut, beliau meminta sorban, kemudian hajar aswad
diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy memegang ujung
sorban dan bersama-sama mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai reda dan akhirnya sirna
karena semua pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai masyarakatnya
karena kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal adab pun ketika itu masih
memiliki nurani dengan memberikan gelar al-amin (tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini
bukti bahwa sampai kapan pun akhlakul karimah akan selalu dicintai umat manusia.
                Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat, senantiasa
akan hadir. Oleh karena itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya
memiliki akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari
padasifat garang, simpati daripada benci. Dalam konteks sederhana, orang berakhlak ialah
orang yang sportif dalam bahasa olahraga. Apabila salah, ia katakan salah dan apabila benar
maka ia pun siap mengungkapkan sesuai fakta yang terjadi. Menang tidak menjadikannya
sombong, kalah pun tak membuatnya menjadi pendengki.
          Bahkan, yang lebih menarik ialah, ia akan berani mengakui kesalahannya. Bukan
malah memutarbalikkan fakta hanya karena gengsi kalau dirinya mengakui suatu kesalahan
yang telah diperbuatnya. Maka, tidaklah heran jika Nabi SAW pernah bersabda,
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Akhlak akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami, meyakini,
dan mengamalkan ajaran Islam. Dan, siapa saja yang berhasil menjadikan akhlakul karimah
sebagai karakter dalam dirinya tentu ia akan menjadi orang yang paling beruntung, baik di
dunia maupun di akhirat. 
            Orang berakhlak tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan kehendak.
Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan pribadi dan
golongannya. 
Betapa indahnya jika semua elemen bangsa memiliki karakter akhlakul karimah. Saling
memahami, mengutamakan toleransi dalam berbeda pendapat, saling menjunjung tinggi nilai-
nilai persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan bangsa dan negara. 
           Perlu diingat bahwa kecanggihan teknologi, sistem, dan regulasi apa pun, tidak akan
memberi manfaat maksimal jika pribadi-pribadi bangsa ini tidak memiliki akhlakul karimah.
2.3  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akhlak

1.      Genetik / turunan
Akhlak: jati diri/karakter yang menyertai manusia di manapun ia berada, oleh karenanya
keteladanan orang tua (rumah tangga) sangatlah mempengaruhi terhadap perkembangan
akhlak anak-anaknya. Di sadari atau tidak bahwa apa yang dilakukan oleh orang tua (ayah,
ibu, dan lainnya) telah menuntun kepada sikap dan perilaku anak-anaknya. Dan ketahuilah
bahwa proses pendidikan lebih banyak dinikmati oleh anak melalui mata, yakni mencapai
83%, dan hanya 11% melalui telinga atau nasehat, sedangkan 6% lainnya melalui
keterampilan. Dengan demikian orang sering mengatakan buah tidak akan jauh jatuh dari
pohonnya.
2.      Sisi psikologis : Al-nafsiyah / kejiwaan
Secara psikologis bahwa yang turut mempengaruhi pembentkan akhlak adalah berasal dari
dalam diri anak itu sendiri. Hal ini terbentuk oleh faktor pengalaman dan kesadaran anak
dalam kehidupan rumah tangga. Semakin baik kebiasaan rmah tangganya dalam pergaulan
keseharian, maka semakin baik pula akhlak anak-anaknya, sebaliknya semakin rusak akhlak
dalam rumah tangganya, maka semakin banyak kecenderungan memiliki akhlak yang buruk
pula.
3.      Faktor social / lingkungan : Syariah Ijmaiyah
Faktor lingkungan tidak kalah pentingnya dalam pembentukan akhlak, semakin baik
lingkungan hidup anak, maka semakin baik pula kemungkinan akhlaknya. Pepatah klasik
mengatakan “bahwa dekat pandai besi maka akan kepercikan apinya, dan dekat orang
menjual minyak wangi maka akan keciupan baunya.
4.      Nilai Islami yang tertanam dalam dirinya
Gaya hidup seorang manusia / muslim yang dilandaskan dengan al-qur’an dan as-sunnah,
akan terbentuk akhlak yang islami. Karena hal yang demikian itu akan menunjukkan apa
yang baik di mata Allah dan rasulnya, Baik dimata Allah adalah; Takwa dan sabar kepada
Allah - mengabdi, selalu tunduk dan patuh kepada perintah-Nya, Berserah diri dan tawakkal
kepada Allah, pandai bersyukur, Ikhlas dalam semua peristiwa yang terjadi dalam dirinya,
serta khouf / takut dan Radja atau penuh harap.
Sedangkan Akhlak baik untuk Rasullullah : Ikhlas dalam melakukan sesatu yang
disunnahkan, beriman kepada Rasul, selalu mengucapkan shalawat dan salam serta taat dan
cinta kepada Rasul, mempercayai kepada semua berita yang disampaikan Rasul serta
menghidupkan sunnahnya.
 .Faktor yang mempengaruhi seseorang berakhlak mulia:
1.      Perintah Allah dan Rasulnya
2.      Mengikuti sunahnya, karena tujuan diutusnya Rasulullah saw. (QS. Al-Ahzab:21)
3.      Sebagai bukti eksistensi keimanan
4.      Sebagai kunci dakwah
5.      Takut atas ancaman Allah (QS. as-Shaaf:2-3)
6.      Sebagai kunci komunikasi untuk mendapatkan kepercayaan
 . Faktor-Faktor Yang Membuat Orang Enggan Berakhlak Mulia
1.      Tidak ada keinginan mempertebal iman
2.      Sudah menjadi kebiasaannya di waktu kecil
3.      Tertutupnya hati

2.4  Penerapan Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Sehari-hari

Akhlakul karimah atau akhlak yang mulia merupakan fondasi yang kokoh demi
terciptanya hubungan baik antara hamba dengan Allah SWT (hablumminallah) dan hubungan
antar sesama manusia (hablumminannas). Akhlakul karimah tidak lahir begitu saja menjadi
kodrat manusia atau muncul secara tiba-tiba. Akan tetapi, membutuhkan proses yang panjang
serta memanifestasi  seumur hidup melalui  pembelajaran atau pendidikan  akhlak yang
sistematis bersifat menyeluruh meliputi 4 dimensi  kehidupan manusia yaitunya fisik, mental,
emosional dan spiritual.
Akhlakul karimah yang  dikontrol oleh nilai-nilai agama Islam dapat membuat
seorang muslim mampu menjalankan  tiga hal berikut :
1.      Dalam berinteraksi dengan Allah SWT , yaitu dengan akidah dan ibadah yang benar
disertai dengan akhlakul karimah.
2.      Dalam berinteraksi dengan diri sendiri, yaitu dengan bersifat objektif, jujur, dan konsisten
mengikuti manhaj Allah SWT .
3.      Dalam berinteraksi dengan sesama manusia,  yaitu dengan memberikan hak-hak mereka,
amanah, menunaikan kewajiban sebagaimana yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Dengan kesuksesan dalam menjalani ketiga hal di atas. Maka, kita akan mendapatkan
ridha dari Allah SWT, ridha dari diri sendiri dan ridha dari sesama manusia. Dan berpengang
teguh pada nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa oleh Islam, maka kita mampu mencapai
kesuksesan dunia dan akhirat. Pada dasarnya nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa oleh
Islam. Jika, diamalkan secara konsisten dan penuh rasa tanggung jawab mampu menjawab
problematika yang sedang diderita umat Islam saat ini. Baik permasalahn sosial, politik
maupun ekonomi.
 Sejarah merupakan bukti nyata sebagai mana umat Islam dalam masyarakat Madinah
pada zaman Rasulullah. Ternyata masyarakat yang tidak kenal adab pun ketika itu masih
memiliki nurani dengan memberikan gelar Al-amin yang berarti terpercaya kapada
Rasulullah karena akhlakul karimah yang dimiliki oleh Rasulullah. Ini sebagai bukti bahwa
sampai kapanpun akhlakul kariamh akan selalu dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat senantiasa
akan hadir. Oleh sebab itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan seluruh umatnya
memiliki akhlakul karimah atau budi pekerti yang luhur. Mengutamakan toleransi dari pada
konfrontasi, kasih sayang dari pada sifat garang, bersimpati dari pada membenci, dan didalam
berkompetisi menang tidak akan menjadikan sombong serta kalah tidak akan mambuatnya
menjadi pendengki. Tapi, yang lebih menarik adalah berani mengakui kesalahan bukan
memutar balikkan fakta sehingga menjadikan orang lain sebagai kambing hitam. Hal ini
terjadi karena gengsi mengakui suatu kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka, tidaklah
heran jika nabi Muhammad SAW pernah bersabda
Artinya :“sesungguhnya aku (Muhammad) diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak
manusia” (H.R. Ahmad)
Akhlakul karimah akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh
memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam dan siapa saja yang berhasil
menjadikan akhlakul karimah  sebagai karakter dalam dirinya. Tentu ia akan menjadi orang
paling beruntung, baik didunia maupun di akhirat nanti. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat Yunus ayat 26
Artinya: “bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (syurga)dan
tambahannya (kenikmatan melihat Allah) dan wajah mereka tidak ditutupi debu hitam da
tidak pula dalam kehinaan, mereka itulah para penghuni syurga dan mereka kekal
didalamnya”
Orang yang berakhlak mulia tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan
kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting dari kepentingan diri sendiri
maupun kepentingan golongannya. Batapa sangat dirindukannya jika semua elemen bangsa
memiliki karakter akhlakul karimah. Saling memahami, mengutamakan toleransi dari pada
konfrontasi, saling menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan, dan bergerak demi
keutuhan agama, bangsa dan Negara. Dan perlu dipahami bahwa  kecanggihan teknologi,
system dan regulasi apapun. Tidak akan memberi manfaat yang maksimal jika semua
elemen-elemen bangsa dan negara ini tidak berkarakter akhlakul karimah.
Bagaimana cara menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari?
Memang itu adalah pertanyaan mendasar yang perlu dicermati. Maka, akan timbul
tanda Tanya besar dalam diri kita. Mampukah kita meneladani perilaku Rasulullah SAW
dalam ber-akhlak karimah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari?. Seorang
pemikir barat bernama Marianne Williamson dengan indahnya menyatakan bahwa,
“ketakutan kita yang paling dalam bukanlah bahwa kita ini tidak mampu. Sebaliknya,
ketakutan kita yang paling dalam adalah bahwa kita amat sangat berpotensi untuk mampu.”
Mengingat bahwa kita adalah makhluk Allah SWT yang dilahirkan dengan potensi sangat
luar biasa. Maka, masalahnya adalah bukan bagaimana memasukkan pemikiran-pemikiran
baru tentang akhlakul karimah kedalam benak kita, tetapi bagaimana kita mampu
mengeluarkan dan mengoptimalkan pemikiran-pemikiran lama sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.  Allah SWT berfirman dalam surat Ali-imran ayat 115
Artinya  : “dan kebajikan apapun yang mereka kerjakkan, tidak ada yang
mengingkarinya, dan Allah maha mengetahui orang-orang yang bertaqwa”
Menurut Abuddin Nata, salah satu penulis  masalah-masalah moralitas, akhlak dan
tasawuf. Memberikan 5 hal penting perbuatan akhlak yang perlu menjadi jalan dan perilaku
hidup ditengah gencarnya hal-hal yang melewati batas-batas moralitas saat ini. Sebagai
pengertian akhlakul karimah dalam pembahasan diatas. 5 prinsip ini tentu dapat menjadi
acuan atau icons dalam berperilaku sosial serta bagaimana aktualnya menerapkan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari.
  5 prinsip dasar perbuatan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari menurut Abudin
Nata
1.      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam  kuat dalam jiwa seseorang
sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2.      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran. Ini
berarti pada saat melakukannya yang bersangkutan tidak sadar, yang dimaksud disini bahwa
perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang sehat akal dan pikirannya.
Namun, karena perbuatan tersebut sudah mendarah daging, pada saat akan mengerjakannya
sudah tidak lagi memerlukan pertimbangan atau pemikiran lagi. Hal ini tidak
ubahnya seorang  yang sudah mendarah daging dan terdisiplinkan  untuk selalu mengerjakan
shalat lima waktu. Maka, pada saat datang panggilan shalat ia sudah merasa tidak berat lagi
mengerjakannya, tanpa pikir-pikir lagi ia sudah dengan mudah dan  ringan dapat
mengerjakannya.
3.      Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tumbuh dari dalam diri seseorang  yang
mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar perbuatan. Akhlak adalah
perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan. Pilihan dan kepuasan yang bersangkutan.
4.      Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-
main atau karena bersandiwara. Untuk mengetahui perbuatan yang sesungguhnya dapat
dilakukan melalui cara yang continue dan terus menerus.
5.      Perbuatan akhlakul karimah adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata
karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji.   
Sehingga 5 prinsip dasar akhlakul karimah dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam
menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Supaya terhindar dari kepura-
puraan dan ujub (ingin dipuji). Dengan pemahaman 5 prinsip dasar menurut Abuddin Nata itu
kita dapat mewujudkan akhlakul kharimah yang berlandaskan iman dan Islam sehingga
mampu tercipta suatu komunitas manusia yang berkarakter akhlak yang mulia
Berikut beberapa tips yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penerapan akhlakul
karimah dalam kehidupan sehari-hari. Tips ini terdiri dari pemahaman inti dan 3 langkah
konkrit
Pemahaman inti
penulis akan memberikan sedikit penjelasan mengenai pemahaman inti yaitunya
tanamkanlah dan dedikasikanlah secara sungguh-sungguh dalam pemikiran dasar  atau mind
set kita untuk lebih mendahulukan hati nurani dari pada ego. Hati nurani akan memberikan
gambaran sederhana mengenai hal yang baik dan hal yang tidak baik atas apa yang telah  dan
yang akan kita perbuat. Serta, dengan bertanya kedalam hati nurani maka ia akan menjawab
konsekuensi apa yang akan kita terima bila kita tidak atau akan  melakukannya. Seperti yang
tertulis dalam  kutipan sebuah lirik lagu yang dinyanyikan oleh Bryand Adam “looking to
you’r heart,  you will see (lihatlah ke dalam hatimu,  kamu akan melihat) ” Dan jika
seseorang lebih mementingkan ego dari pada hati nurani, maka ia tidak akan pernah
mendengarkan kata hatinya melainkan memperturutkan hawa nafsunya yang akan
menimbulkan mala petaka.
3 langkah konkrit
1.      Fahami secara mendasar nilai-nilai akhlakul karimah sebagaiman yang telah dicontohkan
oleh Rasulullah SAW semasa hidupnya. Dengan akhlakul karimah yang dimilikinya
Rasulullah  menjadi agent of change bagi umatnya.
2.      Secara sistematik dan sungguh-sungguh menerapkan dan melaksanakan hala-hal yang kita
fahami tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana pada
lingkungan yang kecil dan sederhana pula bersifat privat. Setelah itu mulailah sebuah langkah
besar memberikan perubahan. Hal ini hendaknya kita mulai dari saat ini
3.       Ajarkan kepada orang lain dalam setiap kesempatan mengenai hal-hal yang telah kita
ketahui dan kita fahami tentang akhlakul karimah atau akhlak yang mulia. Dan jadikanlah diri
kita sebagai Agent of change setelah Rasulullah SAW.
Dengan pemahaman dan langkah-langkah tersebut diharapkan dapat tercipta suatu
kebiasaan  yang pada akhirnya bila kita lakukan secara konsisten  maka, akan terbentuk
karakter atau integritas akhlakul karimah dalam diri kita.
Selanjutnya, dengan implementasi akhlakul karimah atau akhlak yang mulia maka,
jaminanya adalah kita akan menjadi mukmin sejati dan pribadi yang unggul. Sehingga
mendapatkan kemenangan di Dunia dan Akhirat. Dan orang yang berakhlak mulia akan
mendapat ganjaran kebaikan berupa pahala, terhormat di hadapan Allah, terhormat di
hadapan masyarakat, dan terhormat di hadapan diri sendiri.
Dalam pandangan ilmu pengetahuan akhlakul karimah dapat memberikan  kontribusi
yang sangat besar dalam menunjang prestasi  dan produktifitas. Memang banyak orang yang
merasa bahwa tidak ada kaitan secara nyata antara prestasi  dan produktifitas dengan akhlak.
Jelaslah bahwa ini adalah pandangan yang keliru. Bila kita memahami  secara sungguh-
sungguh nilai-nilai akhlakul karimah, maka kita menemukan bahwa nilai-nilai tersebut
merupakan nilai-nilai yang dapat saling bersinergi dalam menumbuh kembangkan potensi
manusia yang bermartabat dengan berlandaskan iman dan taqwa. Maka dari itu, pembentukan
pribadi-pribadi yang berkualitas tidak cukuplah dengan pendidikan dan prestasi  yang tinggi.
Namun, pendidikan  dan prestasi harus berlandaskan akhlakul karimah atau akhlak yang
mulia sehingga pribadi-pribadi tersebut berkualitas di Dunia dan di Akhirat.
Dalam bingkai pemahaman tentang akhlakul karimah, yang dipersembahkan dalam
sebuah karya sederhana tapi mengandung artian yang sangat konkrit dalam kehidupan yang
nyata. Sehingga lahirlah sebuah fatwa yang menyatakan “maka dari itu, jangan sampai ujar-
ujar ini terjadi pada kita, yaitu : dahulu, ketika tiang-tiang suraunya dari kayu, ihkwannya
berhati emas. Kini, ketika tiang-tiang suraunya terbuat dari emas, ikhwannya berhati kayu”
Orang yang memiliki akhlakul karimah memiliki keteguhan, ketabahan dan prinsip
hidup yang diwujudkan secara manifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Secara konsisten
melakukan improvement untuk meninggikan dan mengagungkan akhlakul karimah sesuai
dengan akhlakul karimah yang dimiliki oleh rasul. Sehingga kita mampu menjadi agent of
change setelah Rasullah, memberikan cahaya kebaikan yang mampu menghidupkan akhlakul
karimah di era modern yang sudah lama redup dan hampir padam. Orang-orang seperti itulah
yang sangat dirindukan pada saat sekarang ini. Tapi, Sebelum kita menjadi agent of change
maka, kita harus mampu memanage diri kita sendiri untuk ber-akhlakul karimah.
Ber-akhlakul karimah mampu mengilhami orang lain
Dengan terwujudnya perilaku berdasarkan nilai-nilai akhlakul karimah  yang
tercermin pada keangungan dan ketinggian budi pekerti pribadi-pribadi muslim tersebut,
manakala hal itu dilakukan secara konsisten dan terus-menerus. Dan pada akhirnya dapat
dipastikan bahwa pancaran cahaya dari dalam diri pribadi itu akan mampu menyinari
sekelilingnya, mampu menjadi pendorong terciptanya perubahan bagi orang lain dan
lingkungannya. Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwa pribadi-pribadi yang
ber-akhlakul karimah ibaratkan virus yang menyebarkan dan menaburkan nilai-nilai kebaikan
disekelilingnya. Hal tersebut sesuai dengan firman  Allah SWT  dalam surat Ali-imran ayat
114
Artinya  : “mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, menyuruh (berbuat) yang
makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar dan bersegeralah mengerjakan berbagai
kabaikan, mereka termasuk orang-orang shaleh”
Berikut sepenggal kisah keagungan dan ketinggian akhlak Rasulullah yang sangat
berharga untuk kita renungkan. Betapa konsistensi beliau terhadap nilai-nilai kemuliaan
akhlak bahkan sampai menjelang beliau wafat sekalipun.
Saat itu menjelang wafat, beliau mengumpulkan para sahabat, lalu beliau
menyampaikan fatwa singkat .
“wahai kaum muslimin, sesungguhnya aku adalah Nabimu. pemberi nasehat dan yang
mengajak kepada Allah dengan seizin-Nya. Bagimu, aku tidak berdaya seperti saudara
seayah dan seibu. Siapa diantara kamu yang pernah kusakiti, bangkitlah dan balaslah aku
sebelum datang pembalasan di hari kiamat nanti .”
Awalnya, tidak ada tanggapan dari para sahabat, hingga ketiga kalinya nabi
Muhammad mengulang perkataannya “ayo, siapa yang pernah kusakiti bangkitlah, balaslah
aku….ambil qisasnyapada diriku”
Pada saat itulah Ukasyah, salah seorang sahabat nabi yang hadir pada saat itu, bangkit
dan berkata “wahai... Rasulullah demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusannya. Jika engaku
tidak menyerukan hal itu hingga tiga kali, tentu tidak ada seorang pun yang mendorong aku
untuk menghadapmu”
“apa keinginanmu ya..Ukasyah?” Tanya nabi
“begini ya baginda, pada saat perang Badar, tiba-tiba saja unta yang ku tunggangi
lepas kendali dan mendahului unta baginda, sehingga aku keluar barisan, aku turun mendekat
pada baginda, saat itu tiba-tiba baginda mengayunkan cambuk ketubuhku. Aku tidak tahu,
apakah baginda sengaja memukulku atau memukul unta”
Rasulullah pun segera mengambil tindakan tegas, balasan ahrus ditunaikan. Beliau
meminta Bilal untuk mengambil cambul ke rumah Fatimah, dengan tergopoh-gopoh Bilal
kembali ke majelis dengan membawa cambuk, lalu diserahkan kepada Ukasyah. Ukasyah
pun siap menuanikan qisas. Abu bakar r.a dan Umar r.a, dua sahabat setia Rasulullah
mengahadangnya, “hai Ukasyah, sekarang kami dihadapanmu, ambillah qisasmu dari kami,
sedikitpun kami tidak rela jika kamu mengambil qisas dari Rasul.” Tatapi Rasulullah
menenangkan mereka dan meminta mereka untuk kembali duduk.
Tidak hanya Abu bakar dan Umar, sahabat yang lain yakninya Ali beserta Hasan dan
Husein juga maju dan meminta hal yang sama kepada Ukasyah. Namun, Rasulullah kembali
menenangkan mereka. Nabi kembali meminta Ukasyah untuk segera melaksanakan qisas
“Ukasyah cambuklah aku, lakukan jika aku benar-benar melakukan kesalahan padamu.”
“ya Rasul, ketika engkau memukulku, saat itu aku tidak memakai baju.” Jelas
Ukasyah Rasulullah pun menurutinya, dibukanya baju beliau. Begitu melihat rasul
mengenakan bajunya, para sahabat menangis bercucuran air mata. Ukasyah sendiri bergetar
hatinya meremang bulu kuduknyadan larut dalam keangungan serta kebesaran jiwa nabi
dihadapannya. Saat itulah dia melakukan keanehan, tidak melakukan qisas tapi justru
menumbruk tubuh Rasul dan merebahkan dirinya bersimpuh dihadapan rasul sambil
berteteskan air mata yang terus mengalir dipipinya.
“subhanaakaallahumma wabihamdika, asyhadu al-laa ilaahailla anta , astaghfiruka
waatuubu ialaik”
“maha suci engkau ya Allah, dengan memuji-Mu aku bersaksi bahwa tiada tuhan
selain engkau, saya memohon ampun dan bertobat kepada-Mu”
(Kisah ini dikutip dari http;//baitulamin.org/flights/akhlak/231-akhlak-manifestasi-
ubudiyah-.html)
Akhlakul kariamah adalah salah satu senjata ampuh Rasulullah dalam menyiarkan
agama Islam. Dengan akhlak Rasul yang sangat mulia mampu meluluhkan hati sekeras baja.
Melapukkkan segala kemungkaran dan kefasikan di muka Bumi. Itulah yang dimaksud
dengan akhlakul karimah mampu mengilhami orang lain. Ibaratkan sebuah cahaya yang
memberikan sinar terang disekelilingnya.
Ketinggian dan kesempurnaan akhlakul karimah nabi Muhammad SAW sangatlah
memukau, agung dan mampu mempesona tidak saja umat Islam bahkan kaum non Islam
sekalipun. Seorang pemikir barat George Bernard Shaw mengatakan”…saya telah
mempelajari kehidupan nabi Muhammmad yang betul-betul mengagumkan…saya yakin
sekali orang seperti dia jika diserahi memimpin dunia modern, tentu berhasil menyelesaikan
segala persoalan dengan cara yang dapat membawa Dunia kedalam kesejahteraan dan
kebahagiaan. Saya berani meramalkan bahawa akidah yang dibawa Muhammmad akan
diterima abaik di Eropa kemudian hari.”
Posisi akhlak dalam Islam adalah dapat di ibaratkan sebagai fondasi yang melandas
sebuah konstruksi bangunan yang bernama “kesuksesan Dunia Akhirat.” Orang yang
memiliki akhlakul karimah secara normatif mampu menjadi pusat referensi bagi orang lain
yang ada disekelilingnya sehingga mampu bertahan dari segala perubahan yang terjadi dari
masa ke masa. Prinsip universal yang dimiliki oleh seorang yang ber-akhlakul karimah
mampu menunjukkan kesanggupan di satu sisi mampertahankan semangat  keislaman   dan di
sisi lain menyesuaikan aspek teknisnya dengan perkembangan zaman. Paradigma orang yang
ber-akhlakul karimah jauh lebih baik dari pada orang yang berpendidikan tinggi. karena
fundamental dari sebuah pendidikan adalah akhlakul karimah. Jika orang yang berpendidikan
menjadikan akhlakul karimah sebagai fundamental dalam mengembangkan ilmunya,
maka dia adalah sosok agent of change yang selama ini ditunggu-tunggu untuk memberikan
cahaya terang di dunia pendidikan yang berlandaskan akhlakul karimah di Indonesia.

    
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
                          Berbicara akhlak memang sangat sulit, karena akhlak dipandang sebagai
suatu implementasi nilai-nilai Al-Qur’an. Zakiah Darajat berpendapat jika kita ambil ajaran
agama, maka akhlak adalah sanagt penting, bahkan yang tepenting, dimana kejujuran,
kebenaran, keadilan, dan pengabdian adalah diantara sifat-sifat yang terpenting dalam agama.
Bagaimana kita menyikapi akhlak kaum muda kita sekarang ini, itu tergantung siapa yang
memandang dan dari sisi mana dia memandang.
Yang dapat kita lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas akhlak adalah
pendidikan pembentukan akhlak yang baik harus dilakukan dengan kompak dan usaha yang
sungguh-sungguh dari semua aspek kehidupan serta mampu menggunakan seluruh
kesempatan, berbagai sarana termasuk teknologi modern. Disamping itu kita sebagai calon-
calon tenaga pendidik, harus mampu mengintegrasikan antara pendidikan dan pengajaran.
Jadi tidak hanya transfer pengetahuan (transfer of knowledge), ketrampilan dan pengalaman
yang ditujukan untuk mencerdaskan akal dan memberikan ketrampilan tetapi juga mampu
membentuk kepribadian dan pola hidup berdasarkan nilai-nilai yang luhur.
3.2 Saran
                          Sebagai akhir dari makalah ini, maka kita semua barharap bahwa nantinya
semua orang akan mempunyai akhlak yang mulia sehingga tercapai kehidupan yang layak,
baik di dunia dan di akhirat. Dan ingatlah pesan dari Lukmanul Hakim yang telah tertulis
dalam Al-Qur’an sebagai perwujudan akhlak yang mulia.

Anda mungkin juga menyukai