Anda di halaman 1dari 112

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF KEPALA BERNOMOR

STUKTURUNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI


STRUKTUR BUNGA DAN FUNGSINYA
DI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI TUNGGAKJATI III
KECAMATAN KARAWANG BARAT KABUPATEN KARAWANG

Disusun dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Akhir


dalam Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas (IDIK 4008 )
Program S1 PGSD FKIP Universitas Terbuka

Oleh :
ENANG SOLEHUDIN
NIM. 834901751

UNIVERSITAS TERBUKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH JAKARTA
POKJAR CIAMPEL
2021
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN HASIL PERBAIKAN PEMBELAJARAN

Laporan ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat tugas akhir program S1

PGSD Universitas Terbuka.

Nama : ENANG SOLEHUDIN

NIM : 834901751

Program Studi : S1 PGSD

Tempat Mengajar : Sekolah Dasar Negeri Tunggakjati III Kec.Karawang Barat

Jumlah Pembelajaran : 2 (Dua) siklus tindakan pembelajaran IPA

Tempat dan Tanggal Pelaksanaan : Kelas VI SD Negeri Tunggakjati III

Waktu Pelaksanaan :

a. Siklus kesatu : 22 Mei 2021

b. Siklus kedua : 29 Mei 2021

Masalah yang merupakan focus perbaikan :

1. Rendahnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran

2. Rendahnya prestasi belajar siswa.

Karawang, 22 Mei 2021


Menyetujui Mahasiswa
Dosen Pembimbing

Dr.DANA SURYAATMAJA,S.Pd,M.M.Pd ENANG SOLEHUDIN


NIP. NIM. 834901751

ii
ABSTRAK

Tujuan penelitian secara umum adalah Untuk mengetahui peningkatan pemahaman


siswa dalam pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya dengan model
pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur di kelas IV SDN Tunggakjati III,
Kecamatan Karawang Barat Kab.Karawang
Penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Tunggakjati III Kecamatan
Karawang Barat Kabupaten Karawang. Subyek penelitian adalah sesmua siswa kelas IV
SD Negeri Tunggakjati III pada semester II tahun pelajaran 2020/2021 dengan jumlah 24
orang terdiri atas 8 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan.
Metode penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan
pelaksanaan tindakan dua siklus. Hasil penelitian membuktikan kondisi awal sebelum
menggunakan methode diskusi

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya Sehingga
peneliti dapat menyelesikan tugas membuat Karya Tulis dengan baik.
Karya Tulis ini disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) / IDIK 4008 yang wajib diikuti mahasiswa S1 PGSD.
Melalui Karya Tulis ini diharapkan mahasiswa diberi kesempatan untuk berlatih
meningkatkan kemampuan mengajar melalui kegiatan menemukan dan mengatasi masalah
pembelajaran. Oleh karena itu, setelah menempuh mata kuliah ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan professional guru serta mampu menemukan dan memecahkan
masalah pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Karya tulis ini dapat tersusun berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada
kesempatan ini, peneliti menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Terbuka
2. Dekan FKIP Unifersitas Terbuka
3. Kepala UPBJJ UT Jakarta
4. Dosen Pembimbing UPBJJ Pokjar Ciampel
5. Kepala SD Negeri Tunggakjati III Kec.Karawang Barat Kab.Karawang
6. Segenap rekan guru SD Negeri Tunggakjati III Kec.Karawang Barat
7. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya karya tulis ini, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
peneliti sangat mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
karya tulis ini.
Semoga laporan karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua demi kemajuan
pendidikan di tanah air Indonesia. Amin.

Karawang, Mei 2021


Peneliti

DAFTAR ISI

iv
Halaman
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………… ii
ABSTRAK ………………………………………………………................. iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. v
DAFTAR TABEL …………………………………………………………..
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah ………………………………..................... 6
C. Tujuan Penelitian ……………………………………................ 6
D. Manfaat Penelitian ………………………………. ................... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ..……………. 9
B. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ………… 11
C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD …........................ 11
D. Media Pembelajaran …………………………..... ..................... 16
E. Model Pembelajaran ................................................................... 20

BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN RENCANA PEMBELAJARAN


A. Subjek Penelitian ……………………………........................ 27
B. Desain Penelitian ………………………………………........... 28
C. Teknik Pengolahan Data …………………………………... .... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Paparan Data Awal ………………………………………....... 43
B. Deskripsi Persiklus ………………………………. ................... 45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT


A. Kesimpulan …………………………………………………… 67
B. Saran dan Tindak Lanjut ……………………………………… 68
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………...... 70
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……………………………………….. 71

v
DAFTAR TABEL

Tabel
1 Hasil Tes Formatif Mata Pelajaran Sains ……………………………
2 Hasil Persentase Tes Formatif Mata Pelajaran Sains Siklus I, II,

DAFTAR GAMBAR

Gambar
1 Proses Pengkajian Penelitian Tindakan Kelas ……………………..
2 Diagram Siklus Penelitian Tindakan Kelas ………………………..
3 Grafik Persentase Ketuntasan Belajar ……………………………..

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 1 ………………………………….
2. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 2 ………………………………….
3. Lembar Kerja Siswa …………………………………………………………
4. Surat Pernyataan Observer ………………………………………………….
5. Lembar Observasi Siswa ……………………………………………………
6. Lembar Observasi Guru …………………………………………………….
7.Foto Kegiatan …………………………………………………….................
8.Surat Izin / Keterangan dari Kepala Sekolah ………………………………..

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin
pesat. Hal ini harus didukung dengan adanya peningkatan dalam proses pelaksanaan
pendidikan, baik pendidikan nonformal (masyarakat), pendidikan formal (sekolah),
maupun pendidikan informal (keluarga).
Pendidikan adalah proses memproduksi sistem nilai dan budaya ke arah yang
lebih baik, antara lain dalam pembentukan kepribadian, keterampilan, dan
perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga pendidikan formal proses reproduksi
sistem nilai dan budaya ini dilakukan terutama dengan mediasi proses belajar
mengajar sejumlah mata pelajaran di kelas. Salah satu mata pelajaran yang turut
berperan penting dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah sejak dini
bagi anak adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Ilmu pengetahuan alam adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang
alam semesta dengan segala isinya. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang
disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan manusia. Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan
minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam
seisinya yang penuh rahasia yang tak habis-habisnya. Pembelajaran IPA di SD
hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu siswa secara
alamiah.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat dari interaksi dengan
lingkungan. Perubahan tersebut menyangkut perubahan pengetahuan, keterampilan,
maupun nilai dan sikap. Belajar menurut Sukmara (2005: 45), “Belajar tidaklah berarti
hanya transfer sejumlah pengetahuan, melainkan rekonstruksi pengalaman yang
dilakukan melalui rangkaian aktivitas secara aktif dan kreatif”. Dengan demikian, hasil
belajar dapat dikatakan membekas atau konstan jika pembelajaran yang terjadi akibat
dari proses belajar yang tahan lama dan tidak mudah terhapus begitu saja.
Kegiatan belajar mengajar yang merupakan inti proses pendidikan, akan lebih
efektif bila siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas siswa
menyangkut fisik dan mental bukan hanya untuk individu tetapi juga dalam kelompok

1
sosial. Dengan demikian, siswa akan menghayati dan menarik pelajaran dari
pengalamannya sebagai hasil belajar yang merupakan bagian dari dirinya.
Proses pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen-
komponen pendukung pembelajaranyang meliputi tujuan pembelajaran, guru, siswa,
materi, media, metode, dan penilaian serta berbagai aspek lainnya. Komponen-
komponen tersebut satu sama lain saling mendukung guna tercapainya hasil
pembelajaran yang diharapkan. Menurut Sukmara (2005: 57), “Pembelajaran pada
hakekatnya merupakan proses penciptaan kondisi dan pengorganisasian berbagai
aspek atau komponen yang mempengaruhi siswa dalam menguasai suatu kompetensi”.
Oleh karena itu, guru seyogyanya memiliki kemampuan dalam mengorganisasikan
berbagai komponen pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara
optimal.
Ilmu pengetahuan alam merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh semua
siswa dari SD hingga SLTA bahkan di perguruan tinggi. Berdasarkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Depdiknas, 2008: 147) dinyatakan,
Pembelajaran ilmu pengetahuan alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Pembelajaran ilmu pengetahuan alam sebaiknya dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja
dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan
hidup. Oleh karena itu, pembelajaran ilmu pengetahuan alam di SD menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Mengacu pada tuntutan Kurikulum 2013 maka pembelajaran IPA hendaknya
dilaksanakan secara kontekstual yakni menghubungkan konsep dengan konteksnya,
sehingga siswa memperoleh sejumlah pengalaman belajar bermakna berupa
pengetahuan dan keterampilan, mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan
situasi dunia nyata siswa, serta mendorong siswa menjalani kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat.
Dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar, guru hendaknya memberikan
kebermaknaan bagi siswa tentang hal yang dipelajarinya. Siswa harus dilibatkan dalam
memahami setiap materi pembelajaran IPA dengan cara menekankan pada kemampuan
mind-on dan hand-on, senada dengan yang diungkapkan oleh Jhon Dewey
(Sriyuliatiningsih, 2004:7) bahwa

2
Learning by doingyaitu pengalaman seseorang diperoleh melalui bekerja yang
merupakan hasil belajar yang tidak mudah dilupakan. Saya melihat maka saya lupa,
saya mendengar maka saya tahu, saya melakukan maka saya mengerti.

Dengan demikian, guru dan lembaga pendidikan yang terkait perlu menciptakan
suatu kondisi pembelajaran yang menyenangkan, sehingga proses pembelajaran IPA
dapat menjadi kegiatan yang diminati siswa.
Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran IPA kelas IV terdapat kompetensi dasar
yang menunjukkan bahwa siswa kelas IV harus mampu menjelaskan hubungan antara
bunga dengan fungsinya. Namun, berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembelajaran
pada hari Sabtu, tanggal 29 Mei 2021 dari proses dan hasil pembelajaran IPA tentang
“Struktur Bunga dan Fungsinya” di kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan
Karawang Barat, Kabupaten Karawang yang berjumlah 24 orang terdiri dari 11 orang
siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan, sebagian besar siswa, yakni (14orang)
atau 58,33% belum mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimal) pada materi tersebut.
Hal tersebut terjadi karena proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
tidak melibatkan siswa secara aktif dalam setiap pembelajaran, tidak menggunakan
media pembelajaran yang relevan, dan tidak adanya kerjasama yang terjalin di antara
siswa dalam belajar, sehingga siswa kurang perhatian, kurang aktif, dan kurang
kerjasama dalam pembelajaran yang berakibat pada hasil belajar yang rendah.
Dengan kondisi proses pembelajaran seperti yang telah diuraikan, hasil belajar
yang dicapai siswa pun tidak sesuai dengan harapan. Sebagian siswa dinyatakan belum
tuntas karena nilai tes akhir yang mereka peroleh tidak mencapai kriteria ketuntasan
minimal yang telah ditetapkan. Kriteria ketuntasan yang dimaksud adalah kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan berdasarkan 3 aspek, yaitu kompleksitas
(tingkat kesukaran materi), daya dukung, dan intake siswa (rata-rata kemampuan
siswa). Adapun KKM mata pelajaran IPA pada materi struktur bunga dan fungsinya
adalah 70. Artinya siswa dapat dinyatakan tuntas apabila telah memperoleh nilai tes
akhir ≥ 70.
Berikut disajikan data awal hasil tes akhir siswa kelas IV SDN Tunggakjati III,
Kecamatan Karawang Barat pada pembelajaran struktur bunga dan fungsinya.

Tabel 1.1

3
Data Awal Hasil Tes Akhir Siswa Kelas IV SDN Tunggakjati III pada Pembelajaran
IPA tentang Struktur Bunga dan Fungsinya

Nomor Soal
KKM = 70
(Skor) Jumla
No Nama Siswa Nilai
h Skor Tunta Belum
1 2 3
s Tuntas
1. Ajeng Ayu Yunia 5 2 2 9 82 √ -
2. Devis Sovian 5 2 2 9 82 √ -
3. Dhea Novila 4 2 2 8 73 √ -
4. Firda Nur Hanifa 4 2 2 8 73 √ -
5. Diana Amir 2 2 1 4 36 - √
6. Fitria Desi 4 1 2 7 64 - √
7. Gian Raga Mustika 5 1 2 8 73 √ -
8. Jajang Nurjaman 3 1 1 5 40 - √
9. Lesti Lestari 4 1 2 7 64 - √
10. Lia Yuliawati 5 1 1 7 64 - √
11. M.Ilham Fajar 2 1 1 4 36 - √
12. Mei Sandi 5 1 0 6 55 - √
13. Mila Karmila 5 2 2 9 82 √ -
14. Muh Khoerurojikin 5 2 2 9 82 √ -
15. Nenden Sedayu 4 2 2 8 73 √ -
16. Pajar Yusup 4 2 2 8 73 √ -
17. Riri Lestari 2 2 1 4 36 - √
18. Siti Saidah 4 1 2 7 64 - √
19. Syipa Permana 5 1 2 8 73 √ -
20. Yuliani 3 1 1 5 40 - √
21. Mohamad Sutrisno 4 1 2 7 64 - √
22. Hanifah Ramahani 5 1 1 7 64 - √
23. Melvi 2 1 1 4 36 - √
24. Serli Melinda 5 1 0 6 55 - √
Jumlah 96 34 36 164 1484 10 14
Rata-rata 6,83 61,83
Persentase 41,67 58,33

Keterangan:
S kor yang Diperoleh Siswa
Nilai akhir = x 100
S kor Maksimal
Jumlah Skor Perolehan
Rata-rata = x 100
Jumlah Siswa
Jumlah Siswa Tuntas
Persentase (%) Ketuntasan = x 100
Jumlah Seluruh Siswa

4
Dari Tabel 1.1 diperoleh gambaran bahwa, dari 24 orang siswa kelas IV SDN
Tunggakjati III hanya 10 orang (41,67%) yang dinyatakan tuntas karena mereka telah
memperoleh nilai di atas KKM, yaitu 70, dan sebagian besar siswa (14 orang atau
58,33%) dinyatakan belum tuntas karena nilai yang mereka peroleh masih di bawah
KKM,dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh baru mencapai 61,83.

Berdasarkan uraian di atas, diperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran


IPA tentang struktur bunga dan fungsinya di kelas IV SDN Tunggakjati III,
Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang mengalami berbagai masalah baik
mengenai kinerja guru maupun aktivitas siswanya. Kinerja guru seharusnya dapat
menciptakan suatu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan bagi siswa. Namun kenyataannya, guru tidak melakukan hal itu,
sehingga siswa pun tidak terdorong untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.
Kondisi proses pembelajaran seperti itu berakibat pada hasil belajar siswa yang
rendah.
Setelah mengetahui faktor penyebab kekurangberhasilan siswa tersebut,
diperlukan suatu upaya untuk mengatasinya. Dalam hal ini peneliti akan menerapkan
suatu model pembelajaran yang diharapkan akan mampu meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran melalui metode penelitian tindakan kelas. Adapun
model pembelajaran yang akan diterapkan yaitu model pembelajaran yang dapat
membelajarkan siswa secara aktif untuk membangun pengetahuannya sesuai
pengalaman nyata sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep yang
dipelajarinya, yakni model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur sebagai
salah satu upaya untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran struktur
bunga dan fungsinya di kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan Karawang Barat,
Kabupaten Karawang .
Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka permasalahan-
permasalahan yang ditemukan di lapangan diharapkan dapat dipecahkan dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur dengan
menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan penerapan desain PTK
tersebut diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran IPA
tentang stuktur bunga dan fungsinya dengan penerapan model pembelajaran kepala
bernomor struktur di kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan Karawang Barat,

5
sehingga pemahaman siswa pada materi pembelajaran tersebut dapat meningkat sesuai
dengan harapan kurikulum.

Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran


Kooperatif Kepala Bernomor Struktur untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
pada Materi Struktur Bunga dan Fungsinyadi Kelas IV SDN Tunggakjati III,
Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang .”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat


dirumuskan masalah sebagai berikut.
a. Bagaimanakah proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif kepala
bernomor struktur pada pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya di
kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan Karawang Barat?
b. Bagaimanakah peningkatan hasil pemahaman siswa pada pembelajaran IPA
tentang struktur bunga dan fungsinya dengan model pembelajaran kooperatif
kepala bernomor struktur pada siswa kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan
Karawang Barat?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran
IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur untuk
meningkatkan pemahaman siswa kelas IV SDN Tunggakjati III pada materi struktur
bunga dan fungsinya. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai
berikut.
a. Ingin mengetahui proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif kepala
bernomor struktur pada pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya di
kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan Karawang Barat.
b. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran IPA tentang
struktur bunga dan fungsinya dengan model pembelajaran kooperatif kepala
bernomor struktur pada siswa kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan Karawang
Barat.

D. Manfaat Penelitian .
Adapun manfaat hasil penelitian pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

6
a. Manfaat untuk Peneliti
Sebagai masukan dan mengembangkan wawasan dalam kegiatan penelitian
tindakan kelas yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya
memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktik dan hasil pembelajaran.

b. Manfaat untuk Siswa


1) Pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif kepala
bernomor struktur dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi struktur
bunga dan fungsinya.
2) Pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif kepala
bernomor struktur dapat melatih siswa dalam mengembangkan aspek perhatian
dan keaktifan siswa dalam beragam kegiatan pembelajaran serta aspek
kerjasama siswa dalam kegiatan kelompok.

c. Manfaat untuk Guru


1) Melalui penggunaan media kongkrit dapat memberikan masukan khususnya
bagi peneliti sendiri, umumnya kepada guru tentang alternatif model dan media
pembelajaran IPA pada materi struktur bunga dan fungsinya di SD sebagai
upaya peningkatan proses dan hasil belajar siswa.
2) Bertambahnya wawasan, pengetahuan, dan pemahaman yang baru bagi guru
bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kepala bernomor struktur
dapat membantu meningkatkan kemampuan belajar siswa.
3) Melahirkan kreativitas dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dan
media pembelajaran yang lebih variatif khususnya untuk pembelajaran IPA,
terutama dalam materi struktur bunga dan fungsinya.

d. Manfaat untuk Sekolah


Penerapan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan proses dan
kualitas hasil pembelajaran di semua jenjang pendidikan dan dapat memberikan
tambahan wawasan untuk sesama guru.

7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. HakikatPembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam atau sekarang dikenal dengan istilah science (sains)
merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang dikembangkan berdasarkan hasil
eksperimen. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas hendaknya
guru tidak melupakan hakikat dari ilmu pengetahuan alam tersebut, yaitu sebagai
proses, sebagai produk, serta sebagai sikap. Ilmu pengetahuan alam sebagai proses
merupakan tata cara pengembangan ilmu pengetahuan alam yang dilakukan oleh para
ahli untuk menghasilkan sesuatu. Ilmu pengetahuan alam sebagai produk adalah

8
produk-produk atau hasil-hasil yang diperoleh oleh para ahli dari hasil penelitiannya,
sedangkan ilmu pengetahuan alam sebagai sikap merupakan cara yang dilakukan para
ahli untuk menanamkan sikap.
Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Ilmu Pengetahuan Alam atau
IPA. Tinjauan dari fisiknya ilmu pengetahuan alam adalah ilmu pengetahuan yang
objek telaahnya alam dengan segala isinya termasuk bumi, hewan, tumbuhan, serta
manusia. Jika dilihat dari namanya ilmu pengetahuan alam diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang sebab akibat dari kejadian-kejadian yang termasuk atau belum
dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan alam atau IPA. Ilmu pengetahuan alam juga
diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang sistematis dari gejala-gejala alam.
Fishher (dalam Hadi Sumarga, 2004:10) menjelaskan bahwa “Ilmu
pengetahuan alam merupakan sesuatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh dengan
metode-metode yang didasarkan pada observasi dan eksperimen”.
Sedangkan Carin (1985) mendefinisikan “Ilmu pengetahuan alam sebagai
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dimana pengetahuan tersebut
terbatas kepada gejala-gejala alam”. Ada pula yang mendefinisikan ilmu pengetahuan
alam sebagai “A pisces of theorical knowledge” yaitu sejenis pengetahuan teoretis.
Carin dan Sund (1995) mendefinisikan “Ilmu pengetahuan alam sebagai
pengetahuan yang sistematis atau tersusun secara teratur, berlaku umum, dan berupa
kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.
Selain pendapat di atas, hakikat ilmu pengetahuan alam menurut (Sujana, 2009:
92) antara lain sebagai berikut.
Ilmu pengetahuan alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi secara logis dan sistematis
tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses
ilmiah seperti: pengamatan, penyelidikan, penyusunan hipotesis yang diikuti dengan
pengujian gagasan.
Sedangkan Carin dan Evan (dalam Rustaman, 2005) mengemukakan “Ilmu
pengetahuan alam (sains) tidak hanya merupakan kumpulan pengetahuan saja, tetapi
sains mengandung empat hal, yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap,
serta teknologi”.
Sains sebagai konten atau produk berarti bahwa dalam sains terdapat fakta-
fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, serta teori-teori yang sudah diterima
kebenarannya. Sain sebagai proses atau metode berarti bahwa sains merupakan suatu

9
proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. Sains sebagai produk dan proses,
sains juga merupakan sikap, artinya bahwa dalam sains terkandung sikap seperti:
tekun, terbuka, jujur, serta objektif. Sains sebagai teknologi mengandung arti bahwa
sains mempunyai keterkaitan dan banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Apabila sains mengandung empat hal seperti di atas, maka ketika siswa belajar sains
juga perlu mengalami keempat hal tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan di atas mencerminkan bahwa
hakikat ilmu pengetahuan alam merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan
alam dan gejala-gejalanya. Aktivitas dalam ilmu pengetahuan alam selalu
berhubungan dengan percobaan-percobaan yang membutuhkan keterampilan dan
kerajinan. Dengan demikian, ilmu pengetahuan alam bukan hanya kumpulan
pengetahuan tentang benda atau makhluk hidup, tetapi menyangkut cara kerja, cara
berpikir, dan cara memecahkan masalah.
Dalam ilmu pengetahuan alam, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap manusia,
proses atau metode logika, dan hasil yang satu sama yang lain tidak dapat dipisahkan.
Sikap manusia yang selau ingin tahu tenang benda-benda, makhluk hidup, dan
hubungan sebab-akibatnya akan menimbulkan permasalahan-permasalahan yang
selalu ingin dipecahkan oleh prosedur yang benar. Prosedur tersebut meliputi metode
ilmiah. Metode ilmiah mencakup perumusan hipotesis, perancangan percobaan,
evaluasi atau pengukuran,dan akhirnya meghasilkan produk berupa fakta-fakta,
prinsip-prinsip teori, hukum dan sebagainya.
B. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam mempunyai karakteristik yang berbeda dengan ilmu-
ilmu pengetahuan lainnya, hal tersebut menuntut seorang guru untuk menguasai
pengetahuan, cara kerja, serta keterampilan dalam bidangnya. Seorang guru ilmu
pengetahuan alam (sains) yang baik, selain harus dapat berkomunikasi dengan siswa,
dengan rekan kerja, dan dengan kepala sekolah, ia juga harus dapat berkomunikasi
dengan alam. Guru juga harus mempunyai kemampuan untuk mendemonstrasikan atau
mempraktikan hal-hal yang terjadi di alam atau hal-hal yang terjadi pada makhluk
hidup.

Hal lain yang sangat penting bagi seorang guru ilmu pengetahuan alam (sains)
adalah mempunyai kemampuan untuk mengelola kelas dan mengelola laboratorium.
Ini sangat penting, karena sebagian besar ilmu pengetahuan alam dikembangkan di

10
laboratorium. Seorang guru ilmu pengetahuan alam perlu memotivasi siswanya agar
senang belajar ilmu pengetahuan alam yang baik, bukan hanya menghapal. Dengan
kata lain, seorang guru ilmu pengetahuan alam harus mempunyai sense of humor yang
relevan dengan materi yang sedang dipelajari.

C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar


Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam
secara sistematik, dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam di sekolah dasar diharapkan dapat menjadi
wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

Pendidikan ilmu pengetahuan alam menentukan pada pemberian pengalaman


secara langsung. Siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan
proses untuk menjelajah alam sekitar dengan indra, keterampilan menggunakan alat
dan bahan, mengajukan pertanyaan, menggolongkan, menafsirkan data, dan
mengkomunikasikan hasil temuan untuk mengkaji gagasan-gagasan atau pemecahan
masalah.

Pada prinsipnya pelajaran ilmu pengetahuan alam di sekolah dasar membekali


siswa kemampuan berbagai cara mengetahuan dan suatu cara mengerjakan yang dapat
membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam.

1. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar


Ilmu pengetahuan alam di Sekolah Dasar adalah program untuk
menanamkandan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan nilai
ilmiah pada siswa sertarasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa. Tujuan IPA secaraumum membantu agar siswa memahami konsep-
konsep IPA dan keterkaitannya dengankehidupan sehari-hari. Memiliki
keterampilan untuk mengembangkan pengetahuantentang alam sekitar maupun
menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskangejala-gejala alam yang harus
dibuktikan kebenarannya di laboratorium, dengandemikian IPA tidak saja sebagai
produk tetapi juga sebagai proses. Untuk itu, ada tiga halyang berkaitan dengan
sasaran IPA di Sekolah Dasar adalah sebagai berikut. (1) IPAtidak semata-mata
berorientasi kepada hasil tetapi juga proses; (2) Sasaran pembelajaran IPAharus

11
utuh menyeluruh; dan (3) pembelajaran IPA akan lebih berarti apabila dilakukan
secara berkesinambungan dan melibatkan siswa secara aktif.

Dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), siswa akan


berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga
IPA bukan hanya merupakan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu
proses penemuan. Proses penemuan dalam IPA sering menggunakan suatu
keterampilan yang disebut keterampilan proses IPA. Dengan demikian, dalam
pelajaran IPA siswa juga akan belajar bagaimana menemukan pengetahuan dengan
keterampilan-keterampilan proses IPA.

Pentingnya siswa mempelajari mata pelajaran IPA dinyatakan dalam


tujuan yang harus dicapai dalam standar isi mata pelajaran IPA SD, (BSNP, 2006:
148) yaitu sebagai berikut.

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa


berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-
Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk Sekolah Dasar (Depdiknas, 2008:
148) meliputi aspek-aspek berikut.

12
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan
gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
3. Mengenal Sifat-sifat Siswa dalam Belajar Ilmu Pengetahuan Alam
Dalam proses pembelajaran IPA pada anak usia sekolah dasar, guru SD
perlu memahami mengenai sifat-sifat anak menurut kelompok umur. Di bawah ini
akan dijelaskan mengenai sifat-sifat anak pada usia sekolah dasar.
Menurut Kardi (Pitajeng, 2006) sifat-sifat anak sekolah dasar
dikelompokkan menjadi 2 yaitu, pada umur 6 sampai 9 tahun (anak SD tingkat
rendah) dan pada umur 9 sampai 12 tahun (anak SD tingkat tinggi).
a. Sifat Anak SD Kelompok Umur 6 - 9 Tahun
Anak kelompok umur ini sifatnya sangat aktif sehingga mudah merasa
letih dan memerlukan istirahat. Koordinasi otot-otot kecil masih belum
sempurna, hindari anak menulis atau mengerjakan soal yang berkepanjangan
karena dapat menyebabkan anak merasa jemu, bosan, lelah, dan keterampilan
menulisnya semakin menurun.

Adapun sifat sosial anak SD antara lain sebagai berikut: mereka mulai
memilih kawan yang disukai, mulai senang membentuk kelompok bermain
yang anggotanya kecil, sering bertengkar, dan kompetisi di antara mereka
sangat menonjol. Dengan demikian, hendaknya guru dalam membentuk
kelompok belajar atau kelompok diskusi memperhatikan anggota
kelompoknya, jangan memaksa anak untuk masuk kelompok yang tidak
disukainya atau tidak menyukainya.

Sifat-sifat emosional anak pada kelompok umur ini adalah mereka


mulai menaruh perhatian pada apa yang dirasakan temannya. Mereka sangat
sensitif terhadap kritik dan celaan dari temannya yang ditujukkan kepada
dirinya atau temannya. Mereka juga selalu berkeinginan untuk menyenangkan
hati gurunya. Pada usia kelompok ini merupakan saat yang tepat bagi guru

13
untuk menanamkan sikap atau kebiasaan yang baik pada anak. Agar kebiasaan
yang baik dapat berlangsung terus dan dilaksanakan dengan kesadaran, maka
sangat diperlukan keteladanan yang baik dari guru.

Sifat mental dari anak usia ini adalah senang sekali belajar. Untuk
belajar IPA, tentunya hal ini merupakan modal yang besar. Tetapi guru harus
bijaksana dalam memberikan motivasi positif kepada mereka, misalnya jika
guru memberikan tugas atau pekerjaan rumah hargailah pekerjaan mereka
dengan mengoreksi dan memberi nilai.

b. Sifat Anak SD Kelompok Umur 9 - 12 Tahun


Salah satu sifat fisik anak kelompok umur ini adalah senang dan sudah
dapat mempergunakan alat-alat dan benda-benda kecil. Hal ini terjadi karena
mereka telah menguasai benar koordinasi otot-otot halus. Untuk pelajaran IPA,
kegiatan-kegiatan yang tepat dan disenangi misalnya mengamati bentuk akar,
batang, daun, dan bunga pada tumbuhan serta menganalisis bagian-bagian dan
fungsinya.

Sifat sosialnya, mereka mulai dipengaruhi oleh tingkah laku


kelompok, bahkan norma-norma yang dipakai di kelompok dapat
menggantikan norma yang sebelumnya diperoleh dari guru atau orangtua.

Sifat emosional anak usia ini antara lain: mungkin mulai timbul
pertentangan antara norma kelompok dan norma orang dewasa yang dapat
menyebabkan kenakalan remaja. Oleh karena itu, untuk membuat peraturan di
kelas harus mengikutsertakan anak didik, karena mereka telah dapat menerima
peraturan-peraturan, tetapi peraturan-peraturan tersebut harus disesuaikan
dengan situasi dan tidak kaku. Misalnya, anak diminta membuat kespakatan
untuk menentukan sanksi bagi yang tidak mengerjakan PR, atu mencontek
teman pada waktu ulangan.

Sedangkan sifat mentalnya adalah mereka mempunyai rasa ingin tahu


yang tinggi, lebih kritis, ada yang mempunyai rasa percaya diri yang
berlebihan, dan ingin lebih bebas. Perasaan ingin tahu yang tinggi ini
merupakan modal yang besar bagi mereka untuk mempelajari sesuatu,
termasuk ilmu pengetahuan alam.

14
4. Langkah-langkah Pembelajaran IPA di SD
Dalam mengembangkan kreativitas dan kompetensi siswa, guru hendaknya
dapat menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurukulum
dan pola pikir siswa. Dalam mengajarkan IPA, guru harus memahami bahwa
kemampuan setiap siswa berbeda-beda, serta tidak semua siswa menyenangi IPA.
Menurut Heruman (2007: 2) menyatakan bahwa: “Konsep-konsep pada kurikulum
IPA SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar
(penanaman konsep), pemahaman konsep, dan pembinaan keterampilan”.

Tujuan akhir pembelajaran IPA di SD yaitu agar siswa terampil dalam


menggunakan berbagai konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Untuk menuju
tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah yang benar sesuai
dengan kemampuan dan lingkungan siswa.

a. Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep)


Penanaman konsep yaitu pembelajaran suatu konsep baru IPA, ketika
siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Kita dapat mengetahui
konsep ini dari isi kurikulum, yang dicirikan dari kata ‘mengenal’.
Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan pembelajaran yang harus
dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep
baru IPA yang abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini, media
atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan
pola pikir siswa.

b. Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep IPA.
Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan
dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Kedua,
pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda.,
tetapi masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep. Pada pertemuan
tersebut, penanaman konsep dianggap sudah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

c. Pembinaan Keterampilan

15
Pembinaan konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep
dan pemahaman konsep. Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar
siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep IPA. Seperti halnya
pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua
pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari penanaman konsep dan
pemahaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran
pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih
merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Pada pertemuan
tersebut, penanaman dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan
pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya

D. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2003: 10) istilah media berasal dari bahasa Latin
yang merupakan bentuk jamak dari ‘medium’ yang secara harfiah berarti
‘perantara atau pengantar’. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima pesan.

Gagne (Depdiknas, 2003: 10) menyatakan bahwa, “Media sebagai jenis


komponen dalam lingkungan siswa yang dapat marangsang mereka untuk
belajar”. Senada dengan pendapat tersebut, Briggs (Depdiknas, 2003: 10)
mengartikan bahwa, “Media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi
siswa agar terjadi proses belajar”.

Dari beberapa pengertian media tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa


media adalah alat bantu dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber
belajar ke penerima pesan belajar (siswa).

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran


Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya mulai dari yang
paling sederhana dan murah hingga media yang canggih dan mahal. Ada media
yang dapat dibuat oleh guru sendiri, ada media yang sudah tersedia di lingkungan
yang langsung dapat kita manfaatkan, ada pula media yang secara khusus sengaja
dicancang untuk keperluan pembelajaran.

16
Henrick (Depdiknas, 2003: 23) membuat klasifikasi media sebagai
berikut.

a. Media yang tidak diproyeksikan.


b. Media yang diproyeksikan.
c. Media audio.
d. Media video.
e. Media berbasis komputer.
f. Multimedia kit.
Jenis media yang akan digunakan, sangat bergantung dengan kebutuhan
dan kondisi yang ada di lapangan, tetapi sebaiknya mengikuti perkembangan
teknologi khususnya yang berkaitan dengan media pembelajaran.

Depdiknas (2003: 24) menyatakan bahwa,“Media yang biasa digunakan


dalam pembelajaran yaitu media yang tidak diproyeksikan (media pameran).
Media ini antara lain:

a. Media realita, adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan atau
sumber belajar.
b. Media model, diartikan sebagi benda tiruan dalam wujud tiga dimensi
yang merupakan pengganti dari benda yang sesungguhnya.
c. Media grafis, tergolong jenis media visual yang menyalurkan pesan
lewat simbol-simbol visual. Jenis media grafis, misalnya gambar/foto,
sketsa, bagan, diagram, grafik, tabel, poster, dan lain sebagainya.
Prinsip umum pembuatan media visual itu dapat dijelaskan sebagai
berikut.

a. Visible, mudah dilihat oleh siswa yang akan memanfaatkan media yang
kita buat.
b. Interesting, artinya menarik tidak membosankan.
c. Simple, artinya singkat, dan sederhana.
d. Useful, artinya benar-benar bermanfaat bagi siswa.
e. Accurate, isinya harus benar dan tepat sasaran.
f. Legitimate, visual yang ditampilkan harus masuk akal.
g. Structured, harus tersusun dengan baik, sistematis, dan mudah
dipahami.

17
3. Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran
Kemp dan Dayton (Depdiknas, 2003:15), mengidentifikasi beberapa
manfaat penggunaan media dalam pembelajaran, yaitu:

a. proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik;


b. proses pembelajaran menjadi interaktif;
c. efisiensi dalam waktu dan tenaga;
d. meningkatkan kualitas hasil belajar;
e. media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan
kapan saja; dan
f. media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan
proses belajar.
Berdasar pada manfaat dari penggunaan media pembelajaran yang
diungkapkan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media
pembelajaran pada intinya dapat membantu guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran sehingga mudah dipahami oleh siswa.

4. Media Benda Asli dalam Pembelajaran IPA


Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang
cukup penting. Dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan pembelajaran yang
disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara
kerumitan bahan yang akan disampaikan dengan bantuan media.
Penggunaan media benda asli dalam pembelajaran memegang peranan
penting sebagai alat bantu untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang efektif,
karena dapat mendorong motivasi dan meningkatkan hasil prestasi belajar siswa.
Setiap proses pembelajaran dilandasi dengan adanya beberapa unsur antara lain:
tujuan, bahan, metode, media, alat, serta evaluasi. Dalam pencapaian tujuan,
peranan media pembelajaran merupakan bagian terpenting pembelajaran yang
dapat membantu siswa lebih mudah untuk memahami materi. Dalam proses
belajar mengajar media benda asli atau nyata dipergunakan dengan tujuan
membantu guru agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.
Berdasarkan hal tersebut, dalam pembelajaran IPA media benda asli atau
benda nyata sebenarnya sangat diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan
dalam memahami materi dalam proses belajar mengajar. Jika dalam pembelajaran
18
IPA tidak dapat menyajikan benda nyata, guru dapat menyajikan menggunakan
media tiruan benda nyata. Contoh penyajian dengan menggunakan benda nyata
dalam materi struktur bunga dan fungsinya, maka kita bisa mempergunakan
berbagai jenis bunga yang ada lingkungan secara langsung sebagai sumber
belajar. Karena penggunaan media benda asli ini dapat memberikan motivasi
siswa dan memperjelas penyampaian materi sehingga siswa dengan mudah
memahami materi struktur bunga dan fungsinya yang disampaikan dalam
pembelajaran.
Dengan demikian, penggunaan media benda asli (berbagai jenis bunga)
dalam pembelajaran struktur bunga dan fungsinya dapat membawa dampak yang
positif dalam proses pembelajaran. Sehingga hubungan antara guru, siswa, materi
pembelajaran, dan media pembelajaran dapat berlangsung lebih interaktif, karena
pemakaian media pembelajaran dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar terhadap siswa.

E. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
“Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan
dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberikan
petunjuk kepada pengajar di kelas” (Dahlan, 1984: 21). Istilah model
pengertiannya dipersamakan dengan pendekatan. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Sudjana (1987: 152), ia mengemukakan bahwa “Dalam proses
pembelajaran, intinya adalah kegiatan belajar siswa. Tinggi rendahnya kadar
kegiatan belajar banyak dipengaruhi oleh pendekatan mengajar”.

Sejalan dengan pendapat di atas, Andriani (2009: 5) menyatakan bahwa


“Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas”.

Berdasarkan pengertian di atas, model pembelajaran mencakup prosedur


pembelajaran yang harus dilakukan oleh seorang guru. Model pembelajaran yang
sering digunakan dalam proses pembelajaran antara lain sebagai berikut.

1) Model pembelajaran konstruktivisme.

19
2) Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM).
3) Model pembelajaran kooperatif/Cooperative Learning.
4) Model pembelajaran interaktif (Hilda, 2004: 2).
Model pembelajaran yang penulis gunakan dalam perbaikan pembelajaran
IPA ini adalah Cooperative Learning dengan teknik kepala bernomor struktur
dalam mengatasi kesulitan dan meningkatkan pemahaman siswa pada
materistruktur bunga dan fungsinya.

2. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Menyampaikan bahan pelajaran berarti melaksanakan beberapa kegiatan,
tetapi kegiatan itu tidak akan ada gunanya jika tidak mengarah pada tujuan
tertentu. Artinya seorang pengajar harus mempunyai tujuan dalam kegiatan
pembelajarannya, karena itu setiap pembelajaran menginginkan pembelajarannya
dapat diterima sejelas-jelasnya oleh para peserta didiknya. Untuk mengerti suatu
hal dalam diri seseorang, terjadi suatu proses yang disebut sebagai proses belajar
melalui model-model mengajar yang sesuai dengan kebutuhan proses belajar itu.
Melalui model mengajar itu pengajar mempunyai tugas merangsang serta
meningkatkan jalannya proses belajar. Untuk dapat melaksanakan tugas itu
dengan baik. Pengajar harus mengetahui bagaimana model dan proses
pembelajaran itu berlangsung.

Tugas guru bukan hanya sekedar mengajar (teaching) dan mendidik.


Pembelajaran yang didapat oleh siswa selama dibangku sekolah dasar harusnya
dapat digunakan untuk bekal dan untuk bertahan hidup. Oleh karena itu,
pembelajaran tidak hanya ditekankan pada keilmuan semata. Model kooperatif
adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku
bersama dalam belajar atau membantu diantara sesama siswa dalam struktur
kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas dua atau lebih untuk
memecahkan masalah. Dalam pendekatan ini, siswa merupakan bagian setiap
anggota kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Dalam pendekatan kooperatif, siswa merupakan bagian dari suatu sistem


kerjasama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar. Belajar kooperatif
ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus
diperoleh dari guru, melainkan juga dari pihak lain yang terlibat dalam

20
pembelajaran itu, yaitu teman sebaya. Jadi, keberhasilan belajar dalam pendekatan
ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individual, melainkan untuk
perolehan pengetahuan itu akan baik bila dilakukan bersama-sama dalam
kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.

Beberapa karakteristik pendekatan belajar kooperatif (dalam Hilda,


2004:47) antara lain sebagai berikut.

1) Individual Accountability atau tanggung jawab individu yaitu bahwa


setiap individu di dalam setiap individu di dalam kelompok
mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan uang
dihadapi kelompok tuntas, sehingga keberhasilan kelompok sangat
ditentukan oleh tanggung jawab setiap kelompok.
2) Social Skill, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan
mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan
pengarahan dari demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini
mengajarkan siswa untuk belajar dan menerima, mengambil dan
menerima tanggung jawab, sikap saling menolong, menghormati hak
orang lain dan bentuk sederhana sosial.
3) Positive Interdependence yaitu sifat yang menunjukan saling
ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara
positif. Keberhasilan kelompok dianggap memiliki konstribusi. Jadi,
siswa berkolaborasi bukan berkompetensi.
4) Group Prosessing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan
oleh kelompok secara bersama-sama.
Keempat karakteristik model pembelajaran kooperatif di atas, maka
disimpulkan bahwa individu dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan belajar memberi dan
menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati hak orang
lain dan membentuk kesadaran sosial, sehingga tercermin adanya saling
ketergantungan dalam kelompok untuk memperoleh jawaban atas masalah yang
dikerjakan oleh kelompoknya.
Perancangan dan pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Learning
didasari oleh pemikiran filosofi: “Getting batter together” yang berarti untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih baik dalam belajar hendaknya dilakukan secara

21
bersama-sama. Untuk menciptakan kebersamaan dalam belajar, guru harus
merancang program pembalajaran dengan mempertimbangkan aspek kebersamaan
siswa sehingga mampu mengkondisikan dan menformulasikan kegiatan belajar
siswa dalam interaksi dalam suasana kebersamaan bukan saja di dalam kelas
tetapi diluar lingkungan kelas.
Adapun langkah-langkah model pembelajaran Cooperative Learning
(dalam Hilda, 2007:50) adalah sebagai berikut.

1) Guru membentuk kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang. Agar


keterampilan sosial para siswa berkembang dengan optimal, maka
sebaiknya anggota kelompok dipilih heterogen baik dari segi
kemampuan akademik, suku, agama, ekonomi, dan perbedaan lainnya.
2) Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan
target pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3) Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar
observasi kegiatan siswa dalam belajar secra bersama-sama dalam
kelompok kecil.
4) Dalam melakukan observasi kegiatan siswa, guru mengarahkan dan
membimbing baik secara individu maupun kelompok, dalam
pemahaman materi mapun mengenai sikap dan perilaku siswa dalam
kegiatan belajar.
5) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempersentasikan
hasil karyanya.
6) Keberhasilan kelompok saat terlihat dari jumlah skor atas nilai yang
diperoleh kelompok pada saat dilakukan post-test yang dikerjakan
individual.
Beberapa manfaat model kooperatif dalam proses belajar mengajar antara
lain sebagai berikut.

1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,


sikap dan keterampilan dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka
dan demokratis.
2) Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki
oleh siswa.

22
3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-
keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.
4) Siswa tidak hanya sebagai objek belajar melainkan juga dapat menjadi tutor
sebaya bagi siswa lainnya. Siswa dilatih untuk bekerja sama, karena bukan
materi saja yang dipelajari tetapi juga dituntut untuk mengembangkan potensi
dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya.
5) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan
memahami pengetahuanyang dibutuhkan secara langsung sehingga apa yang
di pelajari lebih bermakna bagi dirinya.
3. Teknik Kepala Bernomor Struktur
Paired Story Telling (dalam Misdan, 2002 : 71) mengemukakan:

Teknik kepala bernomor struktur merupakan salah satu model cooperative


learning yang dikembangkan dalam proses pembelajaran. Dalam teknik ini guru
memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu
siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi bermakna.

Menurut Roger dan David Johnson dalam salah satu model Cooperative
Learning ada lima unsur pokok yang dikemukakan oleh (dalam Lie, 2005) yaitu:

a. Saling ketergantungan positif

Menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun


tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Beberapa siswa
yang kurang mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka
karena toh mereka juga memberikan sumbangan. Malahan mereka akan merasa
terpacu untuk meningkatkan usaha mereka dan dengan demikian menaikkan
nilai mereka. Sebaliknya, siswa yang lebih pandai juga tidak merasa dirugikan
karena rekannya yang kurang mampu juga telah memberikan bagian
sumbangan mereka.

b. Tanggung jawab individual

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative
learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab

23
untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok
adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajar yang efektif
dalam pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun
sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus
melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam
kelompok bisa dilaksanakan.

c. Interaksi Personal

Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk


membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran
beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.
Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil
masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

d. Keahlian bekerja sama

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan


berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan
suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e. Proses Kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk


mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu
diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa
waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran
cooperative learning.

Dengan menggunakan teknik kepala bernomor struktur ini siswa


dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berfikir, berinteraksi dan
beraktivitas, pemikiran-pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa merasa

24
terdorong untuk belajar. Dengan teknik ini, siswa belajar melaksanakan tanggung
jawab pribadinya dan saling keterkaitan dengan rekan-rekan kelompoknya.

4. Langkah-langkah Penerapan Teknik Kepala Bernomor Struktur


Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran kepala bernomor
struktur(Andriani, 2009: 24) yaitu sebagai berikut.

1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam kelompok


mendapat nomor.
2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3) Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomornya.
Misalnya, siswa nomor 1 bertugas mengerjakan tugas yang pertama.
Siswa nomor 2 bertugas mengerjakan tugas yang kedua dan siswa
nomor 3 bertugas mengerjakan tugas yang ketiga, dan seterusnya.
4) Jika perlu (untuk tugas-tugas yang sulit), guru juga bisa mengadakan
kerja sama antarkelompok. Siswa disuruh ke luar dari kelompoknya
dan bergabung bersama beberapa siswa yang bernomor sama dari
kelompok lain. Dalam kesempatan ini, siswa-siswa dengan tugas yang
sama bisa saling membantu atau mencocokan hasil kerja mereka.
5) Melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok lain.
6) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru menjelaskan kembali
pokok-pokok materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
7) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar.
Untuk efesiensi pembentukan dan penstrukturan tugas, teknik kepala
bernomor struktur ini bisa dipakai dalam kelompok yang dibentuk permanen.
Dengan kata lain, siswa disuruh mengingat kelompok dan nomornya sepanjang
satu semester. Supaya ada pemerataan tanggung jawab, penugasan berdasarkan
nomor bisa diubah-ubah. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas mengumpulkan data
kali ini, tetapi akan disuruh melaporkan pada kesempatan yang lain.

Variasi, model pembelajaran kepala bernomor struktur ini juga bisa


dilanjutkanuntuk mengubah komposisi kelompok dengan cara efesien. Pada saat-
saat tertentu, siswa bisa ke luar dari kelompok yang biasanya dan bergabung

25
dengan siswa-siswa lain yang bernomor sama dengan kelompok lain. Cara ini bisa
digunakan untuk mengurangi kebosanan/kejenuhan jika guru mengelompokkan
siswa secara permanen.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
1. Lokasi Pelaksanaan Penelitian
Lokasi tempat dilaksanakannya penelitian pembelajaran yang peneliti
laksanakan yaitu di SD Negeri Tunggakjati III, Kecamatan Karawang Barat,
Kabupaten Karawang . Alasan penulis memilih lokasi penelitian di SD Negeri
Tunggakjati III karena kemampuan siswa dalam pembelajaran IPA tentang struktur
bunga dan fungsinya masih belum optimal.

Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pula pada pertimbangan-


pertimbangan sebagai berikut.

1) Peneliti merupakan salah seorang guru di SDN Tunggakjati III, sehingga peneliti
lebih memahami keadaan sekolah, karakteristik siswa, lingkungan sekitar siswa,
lingkungan sekitar sekolah, termasuk kondisi proses pembelajaran yang
berlangsung.
2) Meskipun penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan intensif, tetapi tidak
menggangu tugas utama peneliti sebagai guru, sehingga peneliti tetap dapat
melaksanakan tugas mengajar sebagaimana mestinya. Hal ini sesuai dengan salah
satu prinsip penelitian yang dikemukakan Kasbolah (1999: 26) yaitu

26
Penelitian kelas atau penelitian tindakan kelas apapun tidak boleh mengganggu
tugas mengajar. Guru melakukan tindakan kelas untuk memperbaiki kegiatan
belajar mengajar, bukan untuk mengganggu kelancaran pembelajaran di kelas.

3) Tingkat keberhasilan siswa di SDN Tunggakjati III setiap tahun pelajaran pada
umumnya rendah dibandingkan dengan SD lain yang ada di wilayah Kecamatan
Karawang Barat. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelasdianggap penting
dilakukan di sekolah ini untuk memberikan kontribusi dalam memperbaiki proses
dan hasil pembelajaran.

2. Waktu Pelaksanaan Penelitian.


Waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut.

a. Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 22 Mei 2021


b. Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 29 Mei 2021.

3. Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang dijadikan bahan perbaikan yaitu mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam pada materi pembelajaran struktur bunga dan fungsinya.

4. Kelas
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan
Karawang Barat, Kabupaten Karawangdengan jumlah siswa 24 orang terdiri atas 8
orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan.

5. Karakteristik Siswa
Karakteristik kemampuan siswa kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan
Karawang Barat, Kabupaten Karawang termasuk dalam kategori rata-rata.

B. Deskripsi Per Siklus


Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada
proses belajar mengajar di dalam kelas yang disebut dengan classroom action
research (CAR). Dalam penelitian tindakan kelas ini guru meneliti sendiri terhadap

27
praktik pembelajaran yang dilakukannya di kelas melalui sebuah tindakan yang
direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Hal ini dilakukan oleh guru agar
memperoleh umpan balik (feed back) yang sistematik mengenai apa yang selama ini
selalu dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Adapun rancangan dalam penelitian
ini mengacu pada rancangan penelitian model spiral dari Kemmis dan Taggart
(Wiriaatmaja, 2005:66) menyatakan,

Model siklus yang dilakukan secara berulang dan berkelanjutan (siklus spiral).
Dalam model spiral (siklus), semakin lama diharapkan terjadi perubahan ke
arahpeningkatan dan pencapaian hasilnya. Model siklus mengikuti tahap
perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi.
Bentuk spiral dalam model ini digambarkan dalam alur-alur tahap penelitian,
namun demikian tetap berada dalam pembagian siklus yang bergerak dalam spiral.
Model spiral Kemmis dan Taggart dapat dilihat dalam gambar berikut.
REFLECT

Plan
Plan
ACT

oOBSERVE
REFLECT

Revisi
Revisi
Type equation here . Plan
Plan
OBSERVE
ACT

Gambar 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas

Model Spiral dari Kemmis dan Taggart.

(Wiriaatmaja, 2005: 66)

28
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa prosedur penelitian yang ditempuh
pada penelitian ini sesuai dengan model Kemmis dan Taggart, yaitu terdiri dari rencana
tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini, rencana
tindakan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor
struktur pada materi struktur bunga dan fungsinya di kelas IV SDN Tunggakjati III,
Kecamatan Karawang Barat. Selanjutnya, rencana tersebut dilaksanakan dan
diobservasi, serta direfleksi untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang telah
dilaksanakan tersebut.
Untuk lebih jelasnya lagi, prosedur penelitian tersebut adalah sebagai berikut

1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan ditempuh langkah-langkah kegiatan yang
dilakukan peneliti bersama teman sejawat sebagai observer secara kolaboratif.
a) Langkah pertama yang dilakukan adalah peneliti bersama observer
melakukan kolaborasi untuk menyusun rencana tindakan yaitu penerapan
model kepala bernomor struktur sebagaiupaya mengatasi masalahdalam
pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya di kelas IV SDN
Tunggakjati III. Pada langkah ini ditetapkan pula waktu pelaksanaan dan
pembagian tugas masing-masing sebagai praktisi dan observer.
b) Langkah kedua, peneliti dan observer bersama-sama membuat skenario
pembelajaran kepala bernomor struktur sebagaiupaya mengatasi
masalahdalam pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya.
c) Langkah ketiga, mempersiapkan media kemudian mengembangkan tahap-
tahap dalam model kepala bernomor struktur menjadi langkah-langkah
pembelajaran sebagai penetapan jenis tindakan yang akan ditetapkan.
Setelah itu mengadakan diskusi bagaimana penerapan model kepala
bernomor strukturberkaitan dengan kinerja guru dan aktivitas siswa dalam
pelaksanaan tindakan. Disiapkan pula sarana dan prasarana yang diperlukan
sesuai skenario pembelajaran, LKS sebagai pedoman siswa dalam kegiatan
pembelajaran, dan lembar evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa.
d) Langkah keempat, peneliti bersama observer menyusun alat pengumpul
data. Alat pengumpul data yang akan digunakan dalam hal ini adalah lembar

29
observasi, untuk mengetahui bagaimana gambaran kinerja guru dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dengan model kepala bernomor
strukturdalam pembelajaran struktur bunga dan fungsinya.
e) Langkah kelima, peneliti dan observer merencanakan waktu untuk
pelaksanaan tindakan siklus I. Pelaksanaan siklus I akan dilaksanakan pada
hari Senin, tanggal 29 September 2014 dalam satu kali pertemuan dengan
alokasi waktu 2 x 35 menit dan dimulai dari jam kesatu pada pukul 07.30
sampai pukul 08.40.

b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah proses pembelajaran dengan menerapkan
model kepala bernomor struktur sebagai upaya mengatasi masalah dalam
pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya sebagaimana layaknya
pembelajaran yang dilaksanakan sehari-hari oleh guru di kelas.
Selama proses pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran diusahakan
agar siswa tidak merasakan bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung
sebenarnya sedang diamati, sehingga proses belajar mengajar berlangsung secara
wajar. Kehadiran observer diusahakan tidak menarik perhatian ataupun
mengganggu konsentrasi belajar mereka. Skenario pembelajaran yang telah
disiapkan tersebut kemudian dilaksanakan, yang meliputi langkah-langkah sebagai
berikut.

a) Kegiatan Awal
1) Mengarahkan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif.
2) Melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Menjelaskan prosedur pembelajaran kepala bernomor struktur dalam
pembelajaran struktur bunga dan fungsinya.

b) Kegiatan Inti
8) Siswa dibagi dalam beberapakelompok, setiap siswa dalam kelompok
mendapat nomor.

30
9) Siswa menyimak penjelasan guru tentang struktur bunga dan fungsinya.
10) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang struktur bunga dan
fungsinya.
11) Secara kelompok siswa melakukan pengamatan struktur bunga dan
fungsinya. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan
nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas mengerjakan tugas yang
pertama. Siswa nomor 2 bertugas mengerjakan tugas yang kedua, dan
seterusnya.
12) Siswa disuruh ke luar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa
siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini,
siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokan hasil kerja mereka.
13) Guru memperhatikan dan membimbing siswa yang sedang mengerjakan
LKS ke tiap kelompok.
14) Guru memotivasi siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya.
15) Secara berkelompok siswa mengidentifikasi struktur bunga dan fungsinya.
16) Siswa melaporkan hasil diskusinya tentang struktur bunga dan fungsinya
dan kelompok lain menanggapinya.
17) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru menjelaskan kembali pokok-
pokok materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
18) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar.

c) Kegiatan Akhir
1) Melaksanakan evaluasi.
2) Memberikan tindak lanjut.
3) Memberikan pekerjaan rumah.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilakukannya tindakan, karena
pada dasarnya kegiatan observasi adalah kegiatan mengamati segala sesuatu yang
sedang berlangsung, yaitu tentang kinerja guru dan aktivitas siswa. Setiap temuan
yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan tersebut dikumpulkan melalui
pedoman observasi yang lengkap mengenai hal-hal yang terjadi selama proses
pembelajaran di kelas IV SDN Tunggakjati III.

31
Berdasarkan hasil pengamatan dari teman sejawat (observer) terhadap
proses pembelajaran pada siklus I ditemukan kekuatan dan kelemahan dalam proses
pembelajaran.
Adapun kekuatan-kekuatan pada siklus I sebagai berikut.
a) Guru menyampaikan apersepsi untuk memotivasi siswa pada awal
pembelajaran.
b) Guru menggunakan metode yang variatif dengan model kepala bernomor
struktur, sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar.
c) Guru melibatkan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran dan
penyelesaian soal-soal latihan.
d) Guru memberikan bimbingan bagi siswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan.

Sedangkan kelemahan-kelemahan pada siklus I sebagai berikut.


a) Guru memberikan pertanyaan yang tidak jelas, sulit dipahami, sehingga siswa
tidak dapat merespon dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh guru.
b) Pada saat membimbing siswa yang belum paham, guru tidak
mengoreksi/memberi penjelasan terhadap hasil kerja siswa yang masih salah.
c) Ketika proses pembelajaran berlangsung, masih ada siswa yang tidak aktif
bekerja dan belajar dalam kelompoknya, masih ada siswa yang diam saja.
d) Pemberian motivasi dan/atau penghargaan (penguatan) yang diberikan oleh
guru intensitas dan bobotnya masih harus ditingkatkan. Penguatan dan
penghargaan tidak sebatas penguatan verbal saja.

d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan tindakan siklus I dapat
dijadikan bahan refleksi bagi peneliti untuk melakukan perbaikan-perbaikan.
Refleksi dilakukan secara bersama-sama antara peneliti dengan observer sebagai
pengamat setelah pembelajaran selesai. Hasil refleksi didiskusikan, untuk
memperbaiki proses belajar sebagai tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya, di
antaranya sebagai berikut.

a) Guru harus memberikan pertanyaan yang jelas, dan mudah dipahami, sehingga
siswa dapat merespon dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh guru.

32
b) Pada saat membimbing siswa yang belum paham, guru harus
mengoreksi/memberi penjelasan terhadap hasil kerja siswa yang masih salah.
c) Guru harus menguasai pengelolaan kelas yang lebih baik sehingga anak dapat
aktif dan bekerjasama dengan baik.
d) Guru harus memberikan perhatian dan penguatan secara menyeluruh terhadap
semua siswa. Tujuannya agar semua siswa termotivasi untuk terlibat secara
aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan data hasil observasi/pengamatan dan refleksi pada
pelaksanaan tindakan siklus I, maka disusunlah rencana tindakan untuk
memecahkan permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan siklus II.
Seperti halnya dalam perencanaan tindakan siklus sebelumnya, kegiatan dalam
perencanaan ini juga mencakup kegiatan menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran, dan sarana pendukung
yang diperlukan di kelas, menyiapkan evaluasi dan menyiapkan instrumen
penelitian yang akan digunakan dalam kegiatan observasi selama praktik
pembelajaran dilaksanakan.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi dan lembar tes hasil belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun satu kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2 x35 menit. Rancangan ini disusun dengan berpedoman
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KURIKULUM 2013).
1) Dalam proses kegiatan belajar mengajar pada pelaksanaan tindakan siklus II
ini sama halnya dengan proses belajar mengajar pada tindakan siklus I.
Perbedaannya adalah pada pelaksanaan tindakan siklus II telah mendapat
perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I.
Adapun hal-hal yang menjadi pusat perhatian untuk diperbaiki adalah: (1)
merancang pertanyaan yang jelas, efektif, dan efesien sehingga mudah
dipahami siswa; (2) memberikan penjelasan mengenai hakikat kerja
kelompok, agar siswa mau berbagi pendapat dengan teman pada saat kerja

33
kelompok, dan untuk menumbuhkan kepercayaan diri bagi siswa yang
masih ragu atau malu dalam mengeluarkan ide, gagasan, saran, maupun
jawaban; (3) penambahan intensitas bimbingan terhadap individu maupun
kelompok, sehingga guru tidak lengah sedikitpun pada saat siswa
melakukan aktivitas pembelajaran; dan (4) penambahan intensitas dan
variasi penguatan yang diberikan guru terhadap respon siswa.
2) Penelitian tindakan pada siklus II perlu dilakukan karena pencapaian
indikator-indikator pada pelaksanaan tindakan siklus I belum tercapai
dengan optimal. Berdasarkan hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus
I, maka kegiatan perencanaan tindakan pada siklus II dapat diuraikan
sebagai berikut.
a) Peneliti dan teman sejawat (observer) menyusun langkah-langkah
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kepala bernomor
struktur yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) siklus II. Adapun langkah-langkah model pembelajaran kepala
bernomor struktur sebagai berikut.
(1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam
kelompok mendapat nomor.
(2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tentang struktur bunga
dan fungsinya.
(3) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang struktur bunga dan
fungsinya.
(4) Secara kelompok siswa melakukan pengamatan tentang struktur
bunga dan fungsinya. Penugasan diberikan kepada setiap siswa
berdasarkan nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas
mengerjakan tugas yang pertama. Siswa nomor 2 bertugas
mengerjakan tugas yang kedua, dan dan seterusnya.
(5) Siswa disuruh ke luar dari kelompoknya dan bergabung bersama
beberapa siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam
kesempatan ini, siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa saling
membantu atau mencocokan hasil kerja mereka.
(6) Secara berkelompok siswa mengidentifikasikan struktur bunga dan
fungsinya.

34
(7) Siswa melaporkan hasil diskusinya tentang struktur bunga dan
fungsinya dan kelompok lain menanggapinya.
(8) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru menjelaskan kembali
pokok-pokok materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
(9) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar.
b) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan sesuai dengan
skenario pembelajaran, berupa alat-alat dan bahan-bahan yang
dipergunakan dalam pembelajaran struktur bunga dan fungsinya.
c) Membuat lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran, lembar observasi ini yang akan
digunakan observer pada saat pelaksanaan pembelajaran.
d) Peneliti dan observer mengadakan dialog mengenai cara melaksanakan
setiap tahapan tindakan pada siklus II.
e) Peneliti dan observer merencanakan waktu untuk pelaksanaan tindakan
siklus II. Pelaksanaan siklus II akan dilaksanakan hari Jumat, tanggal 6
Oktober 2014 dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35
menit dan dimulai dari jam kesatu pada pukul 07.30 sampai pukul
08.40.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan adalah proses pembelajaran dengan menerapkan
model kepala bernomor struktur sebagai upaya mengatasi masalah dalam
pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya sebagaimana layaknya
pembelajaran yang dilaksanakan sehari-hari oleh guru di kelas.
Selama proses pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran diusahakan
agar siswa tidak merasakan bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung
sebenarnya sedang diamati, sehingga proses belajar mengajar berlangsung secara
wajar. Kehadiran observer diusahakan tidak menarik perhatian ataupun
mengganggu konsentrasi belajar mereka. Skenario pembelajaran yang telah
disiapkan tersebut kemudian dilaksanakan, yang meliputi langkah-langkah
sebagai berikut.
a) Kegiatan Awal
1) Mengarahkan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif.
2) Melakukan apersepsi dengan melakukan tanya jawab dengan siswa.

35
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Menjelaskan prosedur pembelajaran kepala bernomor struktur dalam
pembelajaran struktur bunga dan fungsinya.

b) Kegiatan Inti
1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap siswa dalam kelompok
mendapat nomor.
2) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tentang struktur bunga dan
fungsinya.
3) Siswa dan guru melakukan tanya jawab tentang struktur bunga dan
fungsinya.
4) Secara kelompok siswa melakukan pengamatan tentang struktur bunga
dan fungsinya. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan
nomornya. Misalnya, siswa nomor 1 bertugas mengerjakan tugas yang
pertama. Siswa nomor 2 bertugas mengerjakan tugas yang kedua dan
siswa nomor 3 bertugas mengerjakan tugas yang ketiga, dan seterusnya.
5) Siswa disuruh ke luar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa
siswa yang bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini,
siswa-siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau
mencocokan hasil kerja mereka.
6) Guru memperhatikan dan membimbing siswa yang sedang mengerjakan
soal pembagian ke tiap kelompok.
7) Guru memotivasi siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya.
8) Secara berkelompok siswa mengidentifikasi struktur bunga dan
fungsinya.
9) Siswa melaporkan hasil diskusinya tentang struktur bunga dan fungsinya
dan kelompok lain menanggapinya.
10) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru menjelaskan kembali
pokok-pokok materi sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai.
11) Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan hasil belajar.

c) Kegiatan Akhir
1) Melaksanakan evaluasi.
2) Memberikan tindak lanjut.

36
3) Memberikan pekerjaan rumah.
c. Pengamatan
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilakukannya tindakan karena
pada dasarnya kegiatan observasi adalah kegiatan mengamati segala sesuatu yang
sedang berlangsung, yaitu tentang kinerja guru dan aktivitas siswa. Setiap temuan
yang diperoleh selama pelaksanaan tindakan tersebut dikumpulkan melalui
pedoman observasi yang lengkap mengenai hal-hal yang terjadi selama proses
pembelajaran di kelas IV SDN Tunggakjati III.
Berdasarkan hasil pengamatan dari teman sejawat (observer) terhadap
proses pembelajaran pada siklus II ditemukan kekuatan dalam proses pembelajaran.
Adapun kekuatan-kekuatan pada siklus II sebagai berikut.
a) Guru memberikan arahan atau petunjuk tentang cara-cara menjawab pertanyaan
yang benar yaitu bagi siswa yang bisa menjawab harus mengacungkan tangan
dan yang menjawab adalah siswa yang ditunjuk oleh guru.
b) Guru memberikan bimbingan terhadap siswa terutama yang belum paham
mengenai struktur bunga dan fungsinya dengan menggunakan media benda asli
dan untuk mengefektifkan waktu maka guru meminta bantuan siswa yang
kemampuan akademiknya tinggi untuk membimbing teman sebagai tutor
sebaya.
c) Pada proses pembelajaran siswa sudah terlihat aktif di dalam kelompoknya,
siswa sudah mau berbagi pendapat dengan teman pada saat kerja kelompok.
d) Intensitas dan pemberian penguatan dan penghargaan tidak lagi sebatas
penguatan verbal.
d. Refleksi
Refleksi dilakukan secara bersama-sama antara peneliti dengan observer
sebagai pengamat setelah pembelajaran selesai. Refleksi ini bertujuan untuk
mengukur kemampuan pemahaman siswa tentang struktur bunga dan fungsinya.
Adapun hasil refleksi diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a) Proses pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya, guru sudah
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.
b) Penggunaan media benda asli dapat meningkatkan kemampuan anak dalam
mengidentifikasi struktur bunga dan fungsinya.

37
c) Pembelajaran struktur bunga dan fungsinya melalui penggunaan media benda
asli dengan penerapan model kepala bernomor struktur dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi struktur bunga dan fungsinya.
d) Dalam proses pembelajaran siswa sudah dapat melaksanakan kerja kelompok
dengan baik, baik dalam perhatian, keaktifan, dan kerjasama dalam
melaksanakan tugas atau materi yang diberikan.
e) Hasil pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya dengan
penerapan model kepala bernomor struktur dapat meningkat, dan mencapai
target yang diinginkan.

3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan peneliti dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran ini adalah sebagai berikut.

a.Pedoman Observasi Kinerja Guru

Lembar observasi merupakan alat pengumpul data berupa sebuah format


yang berisi aspek-aspek yang akan diamati tentang kinerja guru pada setiap
tahapan model pembelajaran kepala bernomor struktur selama pembelajaran
berlangsung. Setiap aspek dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator sehingga
lebih spesifik lagi tentang keadaan yang menggambarkan kinerja guru kelas IV
SDN Tunggakjati III pada saat berlangsungnya pelaksanaan tindakan, yaitu
pada proses pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya. Instrumen
ini berupa daftar ceklis sesuai dengan indikator yang muncul. Format pedoman
observasi kinerja guru dapat dilihat pada bagian lampiran.

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk mengumpulkan data


tentang perilaku dan sikap siswa selama pelaksanaan proses penerapan model
pembelajaran kepala bernomor struktur. Aspek yang diamati adalah tentang
sikap dan perilaku yang pada penelitian awal menjadi masalah dalam
pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya. Sikap dan perilaku
tersebut meliputi perhatian, keaktifan dan kerjasama. Setiap aspek yang diamati
tersebut, dibuat dalam lembar pengamatan dengan menggunakan skala kualitas.

38
Untuk lebih jelasnya, lembar pengamatan tersebut dapat dilihat pada bagian
lampiran.

c. Lembar Tes Hasil Belajar

Lembar tes dalam penelitian ini berupa lembar soal yang terdiri atas
butir-butir soal tes tertulis. Setiap soal harus dikerjakan siswa secara individu.
Setiap soal merupakan indikator yang harus dicapai siswa. Soal yang diberikan
kepada siswa disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan
dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuannya adalah untuk memperoleh
data mengenai tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi
pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya. Adapun tujuan
pembelajaran dalam penelitian ini adalah siswa dapat:

- mengidentifikasi bagian-bagian bunga;


- menjelaskan fungsi bunga; dan
- membandingkan bunga sempurna dengan bunga tidak sempurna.

d. Catatan Lapangan
“Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar,
dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data kualitatif dan
refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif” (Moleong, 2000: 153).

Catatan lapangan yang penulis gunakan case study berupa catatan


tentang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan melalui penerapan model
kooperatif kepala bernomor struktur. Catatan ini berisi deskripsi mengenai
proses pembelajaran tentang struktur bunga dan fungsinya dari kegiatan awal
sampai berakhirnya proses pembelajaran.

Catatan lapangan (field notes), dibuat untuk mencatat informasi


kualitatif yang terjadi terkait dengan tindakan. Hal-hal yang dicatat sangat
banyak macamnya, misalnya perilaku spesifik yang menjadi penunjuk adanya
permasalahan atau penunjuk untuk langkah berikutnya.

4. Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data yang digunakan dalam metode penelitian tindakan
kelas ini adalah teknik analisis kualitatif berupa uraian atau pembahasan. Meski

39
demikian, digunakan pula angka-angka untuk melengkapi data kualitatif.
Penggunaan angka-angka bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam
pengambilan keputusan secara tepat. Hal tersebut dilakukan merujuk pada
penjelasan Arikunto (2006: 95) bahwa “Penelitian tindakan tidak menolak
penggunaan angka-angka untuk melengkapi data penelitiannya agar pengambilan
keputusannya lebih tepat”.

Data penelitian yang dikaji dalam penelitian ini adalah data pelaksanaan
penelitian (proses) dan data hasil belajar siswa.

a. Pengolahan Data Proses


Data proses diperlukan untuk mengetahui gambaran penerapan model
pembelajaran kepala bernomor struktur melalui media congkak dalam materi
operasi struktur bunga dan fungsinya berupa deskripsi pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan pedoman proses. Teknik pengolahan data
proses ini meliputi.

1) Teknik Pengolahan Kinerja Guru


Data hasil observasi terhadap kinerja guru diolah dengan teknik persentase
(%) terhadap nilai yang didapat kemudian diinterpre-tasikan dan
dideskripsikan. Indikator keberhasilan guru dalam melakukan pembelajaran
ditetapkan sebanyak 16 indikator dengan skor 1 sampai 3, sehingga tingkat
keberhasilan guru diperoleh melalui rumus berikut :

Skor yang Diperoleh


Nilai akhir = x 100
Skor Ideal

Adapun kriterianya sebagai interperetasi data kinerja guru adalah:

(1) Sangat Baik (SB) : 81%-100%

(2) Baik (B) : 61%-80%

(3) Cukup (C) : 41%-60%

40
(4) Kurang (K) : 21%-40%

(5) Sangat Kurang (SK) : 0%-20%

2) Teknik Pengolahan Data Aktivitas siswa


Teknik pengolahan data tentang aktivitas siswa selama pembelajaran
dilakukan dengan cara menentukan perolehan skor dari ketiga aspek
aktivitas yang diamati yakni perhatian, keaktifan, dan kerjasama. Jumlah
skor yang diperoleh siswa dari ketiga aspek yang diamati merupakan nilai
akhir dalam aktivitas siswa.

Nilai = Perolehan skor A + Perolehan skor B + Perolehan skor C

Selanjutnya nilai tersebut diinterpretasikan kedalam kriteria, Baik (B), = 7 –


9, Cukup (C) = 4 – 6, Kurang (K) = 1 – 3

b. Pengolahan Data Hasil


Data hasil diperlukan untuk mengetahui bagaimana peningkatan
pemahaman siswa pada materi struktur bunga dan fungsinya. Adapun data yang
diolah adalah data tes hasil belajar siswa. Teknik pengolahan data untuk tes
hasil belajar dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu
menentukan skor dari setiap nomor soal, menghitung jumlah skor yang
diperoleh tiap siswa, memberi nilai angka, menghitung persentase daya serap,
dan merekapitulasi persentase ketuntasan. Tes hasil belajar berbentuk hasil tes
tertulis (uraian terbatas) sebagai berikut.

1) Jumlah soal 3 nomor dengan skor tiap soal adalah 0 - 5.

2) Skor tertinggi atau ideal adalah 11.

3) Nilai akhir merupakan hasil bagi dari skor yang diperoleh siswa dengan skor
ideal, lalu dikalikan 100 atau

Skor yang Diperoleh Siswa


Nilai akhir = x 100
Skor Maksimal

4) Persentase ketuntasan diperoleh dari hasil bagi jumlah siswa yang tuntas
dengan jumlah siswa seluruhnya lalu dikalikan 100% atau

41
Jumlah Siswa yang Tuntas
Nilai akhir = x 100
Jumlah Seluruh Siswa

4) Kriteria keberhasilan ditentukan oleh batas ketuntasan berdasarkan kriteria


ketuntasan minimal (KKM). Setiap siswa dikatakan tuntas bila telah
mencapai nilai ≥ 70. Dengan ketuntasan belajar klasikal 75% (masteri
learning) artinya, siswa di kelas tersebut dianggap telah menguasai materi
pelajaran bila telah mencapai ketuntasan belajar yang telah ditetapkan,
yaitu 75% dari jumlah siswa.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Paparan Data Awal


Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hal-hal penting yang ditemukan dari
pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam pelaksanaan tindakan
setiap siklus. Temuan ini didapat pada pembelajaran IPA, mengenai pembelajaran
struktur bunga dan fungsinya. Kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam
pembelajaran struktur bunga dan fungsinya siswa harus dapat mengidentifikasi
bagian-bagian bunga, menjelaskan fungsi bunga, dan membandingkan bagian-bagian
bunga sempurna dengan bunga tidak sempurna.

Merujuk pada hasil observasi pembelajaran di kelas IV SDN Tunggakjati III


mengenai kinerja guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
IPA, mengenai pembelajaran struktur bunga dan fungsinya, ternyata proses dan hasil
pembelajaran masih jauh dari apa yang diharapkan.

Bukti rendahnyakemampuan siswa dalam pembelajaran IPA tentang struktur


bunga dan fungsinya di kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan Karawang
Baratdapat dilihat dari hasil observasi yang dilakukan. Rendahnya kemampuan siswa
dalam memahami struktur bunga dan fungsinya di kelas IV SDN Tunggakjati III ini
disebabkan oleh beberapa hal yaitu:

42
1. guru kesulitan dalam memberikan materi pembelajaran tentang struktur bunga dan
fungsinya sehingga proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru hanya sebatas
penjelasan lisan saja;
2. tidak adanya penggunaan media pembelajaran untuk menarik dan memusatkan
perhatian siswa ketika pembelajaran berlangsung; dan
3. pembelajaran yang dilakukan sangat membosankan sehingga aktivitas siswa tidak
terfokus pada kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dari data awal proses pembelajaran ternyata siswa
kelas IV SDN Tunggakjati III mengalami kesulitan dalam memahami struktur bunga
dan fungsinya. Data hasil pelaksanaan tes awal dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.1
Data Awal Hasil Tes Siswa Kelas IV SDN Tunggakjati III
pada Pembelajaran IPA tentang Struktur Bunga dan Fungsinya

Nomor Soal
KKM = 70
(Skor) Jumla
No Nama Siswa Nilai
h Skor Tunta Belum
1 2 3
s Tuntas
1. Ajeng Ayu Yunia 5 2 2 9 82 √ -
2. Devis Sovian 5 2 2 9 82 √ -
3. Dhea Novila 4 2 2 8 73 √ -
4. Firda Nur Hanifa 4 2 2 8 73 √ -
5. Diana Amir 2 2 1 4 36 - √
6. Fitria Desi 4 1 2 7 64 - √
7. Gian Raga Mustika 5 1 2 8 73 √ -
8. Jajang Nurjaman 3 1 1 5 40 - √
9. Lesti Lestari 4 1 2 7 64 - √
10. Lia Yuliawati 5 1 1 7 64 - √
11. M.Ilham Fajar 2 1 1 4 36 - √
12. Mei Sandi 5 1 0 6 55 - √
13. Mila Karmila 5 2 2 9 82 √ -
14. Muh Khoerurojikin 5 2 2 9 82 √ -
15. Nenden Sedayu 4 2 2 8 73 √ -
16. Pajar Yusup 4 2 2 8 73 √ -
17. Riri Lestari 2 2 1 4 36 - √
18. Siti Saidah 4 1 2 7 64 - √
19. Syipa Permana 5 1 2 8 73 √ -
20. Yuliani 3 1 1 5 40 - √
21. Mohamad Sutrisno 4 1 2 7 64 - √
22. Hanifah Ramahani 5 1 1 7 64 - √
23. Melvi 2 1 1 4 36 - √

43
24. Serli Melinda 5 1 0 6 55 - √
Jumlah 96 34 36 164 1484 10 14
Rata-rata 6,83 61,83
Persentase 41,67 58,33

Keterangan:

S kor yang Diperoleh Siswa


Nilai akhir = x 100
S kor Maksimal

Jumlah Skor Perolehan


Rata-rata = x 100
Jumlah Siswa

Jumlah Siswa Tuntas


Persentase (%) Ketuntasan = x 100
Jumlah Seluruh Siswa

Dari Tabel 1.1diperoleh gambaran bahwa, dari 24 orang siswa kelas IV SDN
Tunggakjati III hanya 10 orang (41,67%) yang dinyatakan tuntas karena mereka telah
memperoleh nilai di atas KKM, yaitu 70, dan sebagian besar siswa (14 orang atau
58,33%) dinyatakan belum tuntas karena nilai yang mereka peroleh masih di bawah
KKM,dengan nilai rata-rata kelas yang diperoleh baru mencapai 61,83.

B. Deskripsi Persiklus
Selama perbaikan pembelajaran dilaksanakan, banyak temuan yang peneliti
dapatkan. Temuan-temuan tersebut diperoleh dari hasil pengolahan data. Hal tersebut
terlihat dari kinerja guru, aktivitas siswa, penguasaan materi dan pengerjaan tugas-
tugas serta evaluasi terhadap siswa yang diberikan guru. Hasil pengolahan data yang
diperoleh dari dua siklus pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan
fungsinyadiuaraikan sebagai berikut.

1. Siklus I
a. Perencanaan Siklus I
Berdasarkan temuan awal dari pembelajaran IPA tentang struktur bunga
dan fungsinya di kelas IV SDN Tunggakjati III, maka peneliti menyusun tindakan
untuk memecahkan permasalahan tersebut. Perencanaan ini mencakupkegiatan
menyiapkan rancangan tindakan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran,

44
instrumen penelitian yang akan digunakan dalam kegiatan observasi selama
proses pembelajaran dilaksanakan.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap perencanaan siklus I adalah


sebagai berikut.

a) Membuat skenario pembelajaran siklus I kegiatan penelitian lebih difokuskan


pada tujuan pembelajaran, yaitu agar siswa dapat mengidentifikasi bagian-
bagian bunga, menyebutkan fungsi bunga, dan membandingkan bunga
sempurna dengan bunga tidak sempurna. Untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan dengan penerapan model kooperatif kepala bernomor struktur.
Dalam proses pembelajaran peneliti mengadakan penelitian terhadap sikap dan
perilaku siswa dalam berdiskusi, aspek yang dinilai yaitu perhatian, keaktifan,
dan kerjasama dalam kelompok.
b) Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen ditinjau dari jenis kelamin,
prestasi akademik, dan kepribadian siswa sehari-hari. Dari kriteria itu
terbentuklah 3 kelompok, masing-masing beranggotakan 4 orang. Tiap-tiap
kelompok terdiri dari siswa yang berprestasi baik, sedang, dan kurang.
c) Membuat lembar observasi, untuk mengetahui bagaimana kondisi belajar
mengajar di kelas IV SDN Tunggakjati III ketika penerapan model
pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur.
d) Menentukan media pembelajaran yaitu media benda asli (macam-macam
bunga).
e) Membuat alat evaluasi belajar, untuk melihat keberhasilan siswa dalam
pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya. Kegiatan
pembelajaran siklus I dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 September
2014. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I terlampir.

b. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2 x 35 menit dan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 29 September 2014
dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dan dimulai dari
jam kesatu pada pukul 07.30 sampai pukul 08.40. Pelaksanaan pembelajaran

45
dilakukan oleh peneliti. Peneliti melakukan kegiatan pembelajaran di depan kelas
dan guru lain bertindak sebagai pengamat/observer.

Dari kegiatan proses pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan


fungsinya dengan penerapan model kooperatif kepala bernomor struktur melalui
penggunaan media asli diperoleh gambaran dari hasil observasi kinerja guru,
observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan hasil tes siswa pada
pelaksanaan tindakan siklus I.

Untuk lebih jelasnya, paparan pelaksanaan tindakan siklus I diuraikan


sebagai berikut.

46
a) Kinerja Guru
Berikut adalah tabel hasil observasi kinerja guru saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung.

Tabel 4.2
Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I

Jumlah Persen
Skor Interpretasi
No Aspek yang diamati Skor tase
3 2 1 B C K
A. Tahap Perencanaan
1. Mempersiapkan media

pembelajaran. 8 88% √ - -

2. Mempersiapkan materi pelajaran.

3. Menyediakan lembar penilaian.
B. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Awal
1. Mengkondisikan siswa pada situasi √
siap belajar
2. Mengaitkan materi yang akan √
dibahas dengan konsep-konsep
yang telah dimiliki siswa.
3. Menyampaikan tujuan √
pembelajaran.
4. Menjelaskan kegiatan yang harus
dilakukan siswa. √
Kegiatan Inti
5. Menginformasikan materi pelajaran √ 20 67% - √ -
sesuai tujuan.
6. Memberi pertanyaan-pertanyaan
yang mendorong siswa memahami √
konsep yang sedang dipelajari.
7. Membimbing siswa selama proses √
pembelajaran dan melakukan
penilaian.
Kegiatan Akhir
8. Menyimpulkan materi yang telah √
dipelajari
9. Memberikan penguatan √
10. Memberikan tindak lanjut √
C. Evaluasi 9 100% √ - -

47
1. Menggunakan lembar observasi
untuk siswa.

2. Melaksanakan penilaian selama

proses belajar.

3. Melaksanakan penilaian tes
individu.
Jumlah 7 7 2 37
Persentase (%) 44 44 12 77

Dari Tabel 4.2 diketahui bahwa pada saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung, ada 16 aspek yang diamati, dan guru baru melakukan 7 aspek atau
44% saja. Sedangkan 7 aspek atau 44% hanya memperoleh skor 2, dan 2 aspek
atau 12% memperoleh skor 1.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, guru belum mencapai target yang


diinginkan, hal ini berdasarkan hasil refleksi yang dilakukan antara peneliti
dengan observer, maka perlu dilaksanakan perbaikan proses pembelajaran agar
mencapai hasil sesuai target yang akan dicapai dalam pelaksanaan perbaikan pada
siklus berikutnya.

b) Aktivitas Siswa
Dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dapat disimpulkan bahwa, dari
24 orang siswa kelas IV SDN Tunggakjati III,Kecamatan Karawang Barat, ada 12
orang siswa (50%) yang diinterpretasikan mendapat nilai B (Baik), 10 orang siswa
(42%) mendapat nilai C (Cukup), dan 2 orang (8%) siswa mendapat nilai K
(Kurang).

Berikut adalah tabel hasil observasi aktivitas siswa saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung.

Tabel 4.3

48
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

Aspek yang dinilai Juml


Interpretasi
No. Nama Siswa Perhatian Keaktifan Kerjasama ah
3 2 1 3 2 1 3 2 1 B C K
1. Ajeng Ayu Yunia √ √ √ 9 √
2. Devis Sovian √ √ √ 9 √
3. Dhea Novila √ √ √ 9 √
4. Firda Nur Hanifa √ √ √ 8 √
5. Diana Amir √ √ √ 3 √
6. Fitria Desi √ √ √ 5 √
7. Gian Raga M √ √ √ 5 √
8. Jajang Nurjaman √ √ √ 7 √
9. Lesti Lestari √ √ √ 5 √
10. Lia Yuliawati √ √ √ 9 √
11. M.Ilham Fajar √ √ √ 5 √
12. Mei Sandi √ √ √ 5 √
13. Mila Karmila √ √ √ 9 √
14. Muh Khoeru √ √ √ 9 √
15. Nenden Sedayu √ √ √ 9 √
16. Pajar Yusup √ √ √ 8 √
17. Riri Lestari √ √ √ 3 √
18. Siti Saidah √ √ √ 5 √
19. Syipa Permana √ √ √ 5 √
20. Yuliani √ √ √ 7 √
21. Mohamad S √ √ √ 5 √
22. Hanifah R √ √ √ 9 √
23. Melvi √ √ √ 5 √
24. Serli Melinda √ √ √ 5 √
Jumlah 10 10 4 12 8 4 10 4 10 158 12 10 2
Persentase (%) 42 42 17 50 33 17 42 17 42 73,14 50 42 8

c) Hasil Belajar
Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh gambaran yang
menunjukkan bahwa penggunaan model kooperatif kepala bernomor struktur
dalam pembelajaran struktur bunga dan fungsinya, ternyata memberikan
perubahan yang positif pada proses pembelajaran, yakni siswa dapat
bekerjasama, aktif, dan disiplin dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
guru.

49
Jadi, pelaksanaan tindakan yang dilakukan dapat memperbaiki praktek
pembelajarandapat meningkatkan pemahaman serta aktivitas yang dilakukan
oleh siswa jika dibandingkan dengan sebelummenggunakan model pembelajaran
kooperatif kepala bernomor struktur.

Data hasil tes siswa pada pelaksanaan tindakan siklus I, terlihat bahwa
secara keseluruhan terdapat peningkatan dibandingkan dengan hasil tes belajar
pada data awal. Peningkatan ini dapat dilihat dari kriteria ketuntasan minimal
(KKM). Data pada tes awal persentase ketuntasan siswa 41,67%, sedangkan
pada siklus I menjadi 58,33%.

Dengan demikian, ada peningkatan sebesar 16,66%. Untuk lebih


jelasnya, data hasil tes IPA pada materi struktur bunga dan fungsinya pada siklus
I dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.4
Data Hasil Tes IPASiswa Kelas IV SDN Tunggakjati III Siklus I

Nomor Soal
KKM = 70
(Skor) Jumlah
No Nama Siswa Nilai
Skor Belum
1 2 3 Tuntas
Tuntas

50
1. Ajeng Ayu Yunia 5 2 2,5 9,5 86 √ -
2. Devis Sovian 5 2 2,5 9,5 86 √ -
3. Dhea Novila 4 2 3 9 82 √ -
4. Firda Nur Hanifa 4 2 2,5 8,5 77 √ -
5. Diana Amir 4 2 1 7 64 - √
6. Fitria Desi 4 1 2 7 64 - √
7. Gian Raga Mustika 5 1 2 8 73 √ -
8. Jajang Nurjaman 4 1 1 6 55 - √
9. Lesti Lestari 5 1 2 8 73 √ -
10. Lia Yuliawati 5 1 2 8 73 √ -
11. M.Ilham Fajar 3 1 1 5 46 - √
12. Mei Sandi 5 1 1 7 64 - √
13. Mila Karmila 5 2 2,5 9,5 86 √ -
14. Muh Khoerurojikin 5 2 2,5 9,5 86 √ -
15. Nenden Sedayu 4 2 3 9 82 √ -
16. Pajar Yusup 4 2 2,5 8,5 77 √ -
17. Riri Lestari 4 2 1 7 64 - √
18. Siti Saidah 4 1 2 7 64 - √
19. Syipa Permana 5 1 2 8 73 √ -
20. Yuliani 4 1 1 6 55 - √
21. Mohamad Sutrisno 5 1 2 8 73 √ -
22. Hanifah Ramahani 5 1 2 8 73 √ -
23. Melvi 3 1 1 5 46 - √
24. Serli Melinda 5 1 1 7 64 - √
Jumlah 108 34 45 185 1686 14 10
70,2
Rata-rata 7,71
5
Persentase 58,33 41,67

c. Analisis dan Refleksi Siklus I


a. Analisis Siklus I
Analisis terhadap pelaksanaan tindakan siklus I di atas, diperoleh
gambaran dari hasil kinerja guru, aktivitas siswa, dan hasil tes belajar siswa.
Adapun hasil analisis dari instrumen pengumpul data adalah sebagai berikut.
Kekuatan-kekuatan pada siklus I sebagai berikut.
e) Guru menyampaikan apersepsi untuk memotivasi siswa pada awal
pembelajaran.
f) Guru menggunakan metode yang variatif dengan model kepala bernomor
struktur, sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar.
g) Guru melibatkan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran dan
penyelesaian tugas-tugas.

51
h) Guru memberikan bimbingan bagi siswa dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan.

Adapun kelemahan-kelemahan pada siklus I sebagai berikut.


e) Guru memberikan pertanyaan yang tidak jelas, sulit dipahami, sehingga
siswa tidak dapat merespon dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
f) Pada saat membimbing siswa yang belum paham, guru tidak
mengoreksi/memberi penjelasan terhadap hasil kerja siswa yang masih
salah.
g) Ketika proses pembelajaran berlangsung, masih ada siswa yang tidak aktif
bekerja dan belajar dalam kelompoknya, masih ada siswa yang diam saja.
h) Pemberian motivasi dan/atau penguatan yang diberikan oleh guru
intensitas dan bobotnya masih harus ditingkatkan. Penguatan dan
penghargaan tidak sebatas penguatan verbal saja.

b. Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil analisis dan hasil tindakan siklus I dapat dijadikan
bahan refleksi bagi peneliti untuk melakukan perbaikan-perbaikan. Hasil refleksi
didiskusikan untuk memperbaiki proses belajar sebagai tindakan perbaikan pada
siklus selanjutnya, di antaranya sebagai berikut.

e) Guru harus memberikan pertanyaan yang jelas, dan mudah dipahami,


sehingga siswa dapat merespon dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh
guru.
f) Pada saat membimbing siswa yang belum paham, guru harus memberi
penjelasan terhadap hasil kerja siswa yang masih salah.
g) Guru harus menguasai pengelolaan kelas yang lebih baik, sehingga siswa
dapat aktif dan bekerjasama dengan baik.
h) Guruharus memberikan perhatian dan penguatan secara menyeluruh
terhadap semua siswa.

52
2. Siklus II
a. Perencanaan Siklus II
Berdasarkan data hasil observasi/pengamatan dan refleksi pada
pelaksanaan tindakan siklus I, maka disusunlah rencana tindakan untuk
memecahkan permasalahan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan siklus II.
Seperti halnya dalam perencanaan tindakan siklus sebelumnya, kegiatan dalam
perencanaan ini juga mencakup kegiatan menyiapkan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran, dan sarana pendukung
yang diperlukan di kelas, menyiapkan evaluasi dan menyiapkan instrumen
penelitian yang akan digunakan dalam kegiatan observasi selama praktik
pembelajaran dilaksanakan.
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar
observasi dan lembar tes hasil belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun satu kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2x35 menit. Rancangan ini disusun dengan berpedoman
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KURIKULUM 2013).
3) Dalam proses kegiatan belajar mengajar pada pelaksanaan tindakan siklus II
ini sama halnya dengan proses belajar mengajar pada tindakan siklus I.
Perbedaannya adalah pada pelaksanaan tindakan siklus II telah mendapat
perbaikan berdasarkan hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I.
Adapun hal-hal yang menjadi pusat perhatian untuk diperbaiki adalah: (1)
merancang pertanyaan yang jelas, efektif, dan efesien sehingga mudah
dipahami siswa; (2) memberikan penjelasan mengenai hakikat kerja
kelompok, agar siswa mau berbagi pendapat dengan teman pada saat kerja
kelompok, dan untuk menumbuhkan kepercayaan diri bagi siswa yang masih
ragu atau malu dalam mengeluarkan ide, gagasan, saran, maupun jawaban;
(3) penambahan intensitas bimbingan terhadap individu maupun kelompok,
sehingga guru tidak lengah sedikitpun pada saat siswa melakukan aktivitas
pembelajaran; dan (4) penambahan intensitas dan variasi penguatan yang
diberikan guru terhadap respon siswa.
4) Penelitian tindakan pada siklus II perlu dilakukan karena pencapaian
indikator-indikator pada pelaksanaan tindakan siklus I belum tercapai dengan
optimal. Berdasarkan hasil refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus I, maka
kegiatan perencanaan tindakan pada siklus II dapat diuraikan sebagai berikut.

53
(a) Peneliti dan teman sejawat (observer) menyusun langkah-langkah
pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kepala bernomor
struktur yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) siklus II, terlampir.
(b) Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan sesuai dengan
skenario pembelajaran, berupa alat-alat dan bahan-bahan yang
dipergunakan dalam pembelajaran struktur bunga dan fungsinya.
(c) Membuat lembar observasi untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran, lembar observasi ini yang akan
digunakan observer pada saat pelaksanaan pembelajaran.
(d) Peneliti dan observer mengadakan dialog mengenai cara melaksanakan
setiap tahapan tindakan pada siklus II.
(e) Peneliti dan observer merencanakan waktu untuk pelaksanaan tindakan
siklus II. Pelaksanaan siklus II akan dilaksanakan hari Jumat, tanggal 1
Oktober 2015.

b. Pelaksanaan Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan hari Jumat, tanggal 6 Oktober 2014
dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 35 menit dan dimulai dari
jam kesatu pada pukul 07.30 sampai pukul 08.40. Pelaksanaan pembelajaran
dilakukan oleh peneliti. Peneliti melakukan kegiatan pembelajaran di depan kelas
dan guru lain bertindak sebagai pengamat/observer.

Dari kegiatan proses pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan


fungsinya dengan penerapan model kooperatif kepala bernomor struktur melalui
penggunaan media asli diperoleh gambaran dari hasil observasi kinerja guru,
observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan hasil tes siswa pada
pelaksanaan tindakan siklus II.

Untuk lebih jelasnya, paparan pelaksanaan tindakan siklus II diuraikan


sebagai berikut.

a) Kinerja Guru

54
Dari hasil observasi terhadap kinerja guru yang terekam dapat diketahui
bahwa ada peningkatan kinerja guru dari 77% pada siklus I menjadi 96% pada
siklus II.Sehingga, terdapat peningkatan 19%, dantarget yang ingin dicapai pada
kinerja guru adalah 90%. Jadi, kinerja guru sudah mencapai target yang
diinginkan.
Berikut tabel hasil observasi terhadap kinerja guru saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung.

Tabel 4.5
Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

Skor Jumlah Persent Interpretasi


No Aspek yang diamati
3 2 1 Skor ase B C K
A. Tahap Perencanaan

1. Mempersiapkan media pembelajaran.
√ 9 100% √ - -
2. Mempersiapkan materi pelajaran.

3. Menyediakan lembar penilaian.
B. Tahap Pelaksanaan 28 93% - -
Kegiatan Awal
1. Mengkondisikan siswa pada situasi siap √ √
belajar
2. Mengaitkan materi yang akan dibahas √
dengan konsep-konsep yang telah
dimiliki siswa.
3. Menyampaikan tujuan pembelajaran. √
4. Menjelaskan kegiatan yang harus √

55
dilakukan siswa.
Kegiatan Inti
5. Menginformasikan materi pelajaran √
sesuai tujuan.
6. Memberi pertanyaan-pertanyaan yang √
mendorong siswa memahami konsep
yang sedang dipelajari.
7. Membimbing siswa selama proses √
pembelajaran dan melakukan penilaian. √
Kegiatan Akhir
8. Menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
9. Memberikan penguatan √
10. Memberikan tindak lanjut √
C. Evaluasi
1. Menggunakan lembar observasi untuk √
siswa.
9 100% √ - -
2. Melaksanakan penilaian selama proses √
belajar.
3. Melaksanakan penilaian tes individu. √
Jumlah 15 1 0 46
Persentase (%) 94 6 0 96

b) Aktivitas Siswa
Dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dapat disimpulkan bahwa
dari 24 siswa kelas IV SDN Tunggakjati III, ada 22 siswa (92%) yang di
interpretasikan mendapat nilai B (Baik), dan 2 orang siswa (8%) mendapat nilai
C(Cukup). Jadi, dapat disimpulkan dari kegiatan belajar siswa ada peningkatan
jika dibandingkan dengan siklus sebelumnya. Pada siklus II ini data aktivitas
siswa secara keseluruhan mencapai 94,44%. Dengan demikian, aktivitas siswa
sudah mencapai target.
Berikut adalah tabel hasil observasi aktivitas siswa saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung.

Tabel 4.6
Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Aspek yang dinilai


Jumlah Interpretasi
No. Nama Siswa Perhatian Keaktifan Kerjasama
3 2 1 3 2 1 3 2 1 B C K

56
1. Ajeng Ayu Yunia √ √ √ 9 √
2. Devis Sovian √ √ √ 9 √
3. Dhea Novila √ √ √ 9 √
4. Firda Nur Hanifa √ √ √ 9 √
5. Diana Amir √ √ √ 6 √
6. Fitria Desi √ √ √ 9 √
7. Gian Raga Mustika √ √ √ 9 √
8. Jajang Nurjaman √ √ √ 9 √
9. Lesti Lestari √ √ √ 8 √
10. Lia Yuliawati √ √ √ 9 √
11. M.Ilham Fajar √ √ √ 8 √
12. Mei Sandi √ √ √ 8 √
13. Mila Karmila √ √ √ 9 √
14. Muh Khoerurojikin √ √ √ 9 √
15. Nenden Sedayu √ √ √ 9 √
16. Pajar Yusup √ √ √ 9 √
17. Riri Lestari √ √ √ 6 √
18. Siti Saidah √ √ √ 9 √
19. Syipa Permana √ √ √ 9 √
20. Yuliani √ √ √ 9 √
21. Mohamad Sutrisno √ √ √ 8 √
22. Hanifah Ramahani √ √ √ 9 √
23. Melvi √ √ √ 8 √
24. Serli Melinda √ √ √ 8 √
Jumlah 20 4 0 18 6 0 22 2 0 204 22 2 0
Persentase (%) 83 17 0 75 25 0 92 8 0 94,44 92 8 0

c) Hasil Belajar
Berdasarkan pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh gambaran yang
menunjukkan bahwa penerapan model kepala bernomor struktur dalam
pembelajaran struktur bunga dan fungsinya mengalami peningkatan yang sangat
baik, baik dari aspek perhatian, keaktifan, dan kerjasama dapat merubah hasil
kerja siswa dalam memahami materi pembelajaran yang disajikan, sehingga tes
hasil belajar siswa meningkat sesuai dengan target yang diinginkan.

Dari hasil tes tersebut secara keseluruhan terdapat peningkatan dibanding


dengan hasil tes belajar pada siklus I. Peningkatan ini dapat dilihat dari kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Pada siklus I persentase ketuntasan siswa 58,33%
sedangkan pada siklus II menjadi 100%.Dengan demikian, ada peningkatan
sebesar 41,67%. Berdasarkantes hasil belajar siswa pada siklus II secara
keseluruhan sudah mencapai target 100%. Dengan demikian, target sudah
tercapai. Berikut data hasil tes siswa pada siklus II.

57
Tabel 4.7
Data Hasil Tes IPASiswa Kelas IV SDN Tunggakjati III Siklus II

Nomor Soal
KKM = 70
(Skor) Jumlah
No Nama Siswa Nilai
Skor Belum
1 2 3 Tuntas
Tuntas
1. Ajeng Ayu Yunia 5 2 4 11 100 √ -
2. Devis Sovian 5 2 4 11 100 √ -
3. Dhea Novila 5 2 4 11 100 √ -
4. Firda Nur Hanifa 5 2 3 10 91 √ -
5. Diana Amir 5 2 3 10 91 √ -
6. Fitria Desi 5 2 2 9 82 √ -
7. Gian Raga Mustika 5 2 2 9 82 √ -
8. Jajang Nurjaman 5 2 2 9 82 √ -
9. Lesti Lestari 5 2 2 9 82 √ -
10. Lia Yuliawati 5 2 4 11 100 √ -
11. M.Ilham Fajar 5 1 2 8 73 √ -
12. Mei Sandi 5 2 2 9 82 √ -
13. Mila Karmila 5 2 4 11 100 √ -
14. Muh Khoerurojikin 5 2 4 11 100 √ -
15. Nenden Sedayu 5 2 4 11 100 √ -
16. Pajar Yusup 5 2 3 10 91 √ -
17. Riri Lestari 5 2 3 10 91 √ -
18. Siti Saidah 5 2 2 9 82 √ -
19. Syipa Permana 5 2 2 9 82 √ -
20. Yuliani 5 2 2 9 82 √ -
21. Mohamad Sutrisno 5 2 2 9 82 √ -
22. Hanifah Ramahani 5 2 4 11 100 √ -
23. Melvi 5 1 2 8 73 √ -
24. Serli Melinda 5 2 2 9 82 √ -
Jumlah 120 46 68 234 2130 24 0
Rata-rata 9,75 88,75

58
Persentase 100 0

c. Analisis dan Refleksi Siklus II


a) Analisis Siklus II
Analisis terhadap proses pelaksanaan siklus II diperoleh dari hasil
observasi kinerja guru, aktivitas siswa, dan hasil tes belajar siswa dari
penerapan model kooperatif kepala bernomor strukturdalam pembelajaran
struktur bunga dan fungsinya pada siklus II sudah mengalami peningkatan
sesuai dengan yang diharapkan atau target yang ingin dicapai.
Adapun hasil analisis dari instrumen pengumpul data, diperoleh
kesimpulan sebagai berikut.
e) Guru menyampaikan pertanyaan dengan kalimat yang jelas dan efektif dan
guru memberikan arahan atau petunjuk tentang cara-cara menjawab
pertanyaan yang benar, yaitu bagi siswa yang bisa menjawab harus
mengacungkan tangan dan yang menjawab adalah siswa yang ditunjuk
oleh guru.
f) Guru memberikan bimbingan terhadap siswa terutama yang belum paham
mengenai struktur bunga dan fungsinya dan untuk mengefektifkan waktu,
guru meminta bantuan siswa yang kemampuan akademiknya lebih tinggi
untuk membimbing temannya yang belum paham sebagai tutor sebaya.
g) Pada proses pembelajaran siswa sudah terlihat aktif di dalam
kelompoknya, siswa sudah mau berbagi pendapat dengan teman pada saat
kerja kelompok.
h) Pemberian penguatan dan penghargaan tidak lagi sebatas penguatan
verbal.

b) Refleksi Siklus II
Refleksi dilakukan secara bersama-sama antara peneliti dengan
observer sebagai pengamat setelah pembelajaran selesai. Refleksi ini
bertujuan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan pembelajaran struktur
bunga dan fungsinya.
Adapun hasil refleksi diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

59
f) Pada proses pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya,
guru sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik.
g) Pembelajaran struktur bunga dan fungsinya dengan penerapan model
kepala bernomor struktur dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
mengidentifikasi struktur bunga dan fungsinya.
h) Dalam proses pembelajaran siswa sudah dapat melaksanakan kerja
kelompok dengan baik, baik dalam perhatian, keaktifan, dan kerjasama
dalam melaksanakan tugas atau materi yang diberikan.
i) Hasil pembelajaran struktur bunga dan fungsinya dengan penerapan
model kooperatif kepala bernomor struktur dapat meningkat, dan
mencapai target yang diinginkan.

C. Pembahasan
Berdasarkan permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran
struktur bunga dan fungsinya yaitu tentang rendahnya kemampuan siswa dalam
memahami materi pembelajaran, maka dilaksanakan usaha-usaha untuk memperbaiki
pembelajaran. Baik dari aspek kinerja guru, aktivitas siswa, dan media serta model
pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan kemampuan dan hasil belajar
siswa.

Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran


kooperatif. Model pembelajaran kooperatif yang peneliti pergunakan adalah kepala
bernomor struktur.

Pada pelaksanaan tindakan siklus I proses pembelajaran IPA dengan penerapan


model kooperatif kepala bernomor struktur dalam pembelajaran struktur bunga dan
fungsinya, berdasarkan hasil pengamatan terhadap kinerja guru dan aktivitas siswa
terdapat beberapa temuan. Pada dasarnya guru telah melaksanakan pembelajaran
dengan baik, namun masih ada beberapa aspek kinerja guru yang pelaksanaannya
belum maksimal, yaitu aspek memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong
siswa agar memahami konsep yang sedang dipelajari, membimbing siswa selama
proses pembelajaran, dan memberikan penguatan. Hal ini menyebabkan aktivitas
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran kurang maksimal.

60
Berdasarkan hasil observasi aktivitas siswa pada siklus I masih terdapat 8
orang siswa (33%) yang aktivitasnya tergolong kurang. Begitupun dengan hasil belajar
siswa dari hasil tes awal diperoleh data bahwa kemampuan siswa dalam memahami
struktur bunga dan fungsinya yang berhasil mencapi KKM sebesar 41,67% atau 10
orang siswa. Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dengan penerapan model
kooperatif kepala bernomor struktur, terjadi perubahan dengan adanya peningkatan
nilai rata-rata dan jumlah siswa yang mencapai atau melampaui batas KKM. Dari data
hasil pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh kenaikan 14 orang atau 58,33% telah
mencapai batas KKM. Artinya terjadi kenaikan sebesar 16,66% siswa yang mencapai
KKM.
Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus I, diperoleh beberapa temuan
penting sebagai evaluasi dan refleksi terhadap penerapan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Pada siklus I, dalam proses
pembelajaran guru memberikan pertanyaan yang tidak jelas, sulit dipahami, sehingga
siswa tidak dapat merespon dengan baik pertanyaan yang diajukan oleh guru.Pada saat
membimbing siswa yang belum paham, guru tidak mengoreksi/memberi penjelasan
terhadap hasil kerja siswa yang masih salah. Ketika proses pembelajaran berlangsung,
masih ada siswa yang tidak aktif bekerja dan belajar dalam kelompoknya, masih ada
siswa yang diam saja. Dan pemberian motivasi atau penghargaan (penguatan) yang
diberikan oleh guru masih terbatas dalam bentuk verbal.
Pelaksanaan perbaikan pada siklus II guru harus lebih efektif dalam
menyampaikan pertanyaan, guru agar lebih menguasai pengelolaan kelas dan
memberikan bimbingan serta penjelasan mengenai hakikat kerja kelompok, guru harus
memotivasi siswa agar terlibat aktif dalam pelaksanaan pada saat pengerjaan tugas
yang diberikan. Dan penguatan yang diberikan agar lebih variatif.
Pada siklus I ini masih belum mencapai target yang diharapkan dari 24 orang
siswa kelas IV SDN Tunggakjati III, hanya 14 orang siswa (58,33%) yang dinyatakan
tuntas, sedangkan sisanya masih belum tuntas karena nilai yang mereka peroleh belum
mencapai KKM.
Pada pelaksanaan siklus II, proses pembelajaran IPA dengan penerapan model
kooperatif kepala bernomor struktur dalam pembelajaran struktur bunga dan fungsinya
semakin meningkat, baik kinerja guru maupun aktivitas siswa. Guru semakin
menguasai langkah-langkah pembelajaran dengan penerapan model kepala bernomor
struktur sehingga berdampak pula pada peningkatan aktivitas siswa. Sebagian besar

61
siswa yaitu 22 orang siswa (92%) sudah beraktivitas dengan baik, dan sisanya yaitu 2
orang siswa (8%) aktivitasnya tergolong cukup.
Berdasarkan hasil tes belajar siswa, menunjukkan seluruh siswa yaitu 24 orang
atau 100% dinyatakan tuntas. Keberhasilan penerapan model kooperatif kepala
bernomor struktur dalam pembelajaran struktur bunga dan fungsinya di kelas IV SDN
Tunggakjati III, Kecamatan Karawang Barat dapat mengatasi permasalahan pada
pembelajaran IPA. Karena penerapan model kooperatif kepala bernomor struktur
dapat memudahkan siswa memahami dan melakukan struktur bunga dan fungsinya
sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, siswa dalam melakukan penerapan model
pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur dapat menjadi aktif dalam
mengikuti proses belajar mengajar sehingga pembelajaran menjadi tidak jenuh dan
membosankan. Lebih jelasnya, peningkatan keberhasilan pembelajaran struktur bunga
dan fungsinya dengan penerapan model kooperatif kepala bernomor struktur dapat
dilihat pada diagram-diagram berikut.

100

80
Siklus I
60
Siklus II
40

20

Diagram 4.1
Peningkatan Kinerja Guru Setiap Siklus

Dari Diagram 4.1 diperoleh gambaran bahwa peningkatan jumlah aspek


keberhasilan guru yang telah dilaksanakan tiap siklus mengalami peningkatan. Pada
siklus I dari 16 aspek yang diamati, guru baru melakukan 7 aspek atau 44% yang
memperoleh skor 3; 7 aspek atau 44% hanya memperoleh skor 2; dan 2 aspek atau
12% memperoleh skor 1.

62
100
90
80
70
60 Siklus I
50
40 Siklus II
30
20
10
0
Perhatian Keaktifan Kerjasama

Diagram 4.2
Perbandingan Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II

Dari Diagram 4.2 diperoleh gambaran bahwa aktivitas siswa pada aspek-aspek
yang diamati yaitu perhatian, keaktifan, dan kerjasama setiap siklusnya mengalami
peningkatan. Pada aspek perhatian jumlah siswa yang mendapat skor maksimal pada
siklus I baru mencapai 10 orang (42%), pada siklus II meningkat menjadi 20 orang
(83%). Pada aspek keaktifan jumlah siswa yang mendapat skor maksimal pada siklus I
baru mencapai 12 orang (50%), pada siklus II meningkat menjadi 18 orang (75%).
Pada aspek kerjasama jumlah siswa yang mendapat skor maksimal pada siklus I baru
mencapai 10 orang (42%), pada siklus II meningkat menjadi 22 orang (92%).

12
10
8
Siklus I
6
Siklus II
4
2
0

Diagram 4.3
Perbandingan Ketuntasan Tes Hasil Belajar pada Siklus I dan Siklus II

Dari Diagram 4.3 diperoleh gambaran bahwa pada siklus I siswa yang
dinyatakan tuntas baru mencapai 14 orang siswa (58,33%) dan pada siklus II siswa
yang dinyatakan tuntas mencapai 24 orang siswa (100%).

63
Berdasarkan temuan-temuan penelitian sebagaimana dipaparkan di atas,
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor
struktur meningkatkan proses pembelajaran seperti kinerja guru dan aktivitas siswa
serta meningkatkan hasil belajar siswa, yaitu meningkatkan pemahaman siswa pada
materi struktur bunga dan fungsinya di kelas IV SDN Tunggakjati III.

Tabel 4.8
Rekapitulasi Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran IPA tentang Struktur
Bunga dan Fungsinya

No Tahapan Peningkatan
Komponen
. Data Awal I II (%)

1. Kinerja Guru 63% 77% 96% 33%

2. Aktifitas Siswa 55% 73,14% 94,44% 39,44%

3. Hasil Belajar 41,67% 58,33% 100% 51,67%

BAB V

64
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan tentang kesulitan siswa dalam pembelajaran Ilmu


Pengetahuan Alam dan hasil-hasil perbaikan yang dilakukan dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur dalam meningkatkan aktifitas,
pemahaman, dan hasil belajar siswa tentang struktur bunga dan fungsinya di kelas IV
SDN Tunggakjati III, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang , maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1 Proses pelaksanaan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor


. struktur pada pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya
dapat meningkatkan aktivitas siswa dan kinerja guru.
a. Aktivitas siswa, pada aspek-aspek yang diamati yaitu perhatian,
keaktifan, dan kerjasama setiap siklusnya mengalami peningkatan.
Pada aspek perhatian jumlah siswa yang mendapat skor maksimal
pada siklus I baru mencapai 10 orang (42%), pada siklus II
meningkat menjadi 20 orang (83%). Pada aspek keaktifan jumlah
siswa yang mendapat skor maksimal pada siklus I baru mencapai 12
orang (50%), pada siklus II meningkat menjadi 18 orang (75%). Pada
aspek kerjasama jumlah siswa yang mendapat skor maksimal pada
siklus I baru mencapai 10 orang (42%), pada siklus II meningkat
menjadi 22 orang (92%).
b. Kinerja guru, berdasarkan data hasil perbaikan diketahui bahwa ada
peningkatan kinerja guru dari 77% pada siklus I menjadi 96% pada
siklus II.Sehingga, terdapat peningkatan 19%.
2 Berdasarkan hasil tes siswa pada indikator yang ditetapkan, setelah
. pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor
struktur menunjukkan peningkatan yang sangat baik, jika dibandingkan
dengan hasil tes awal sebelumpenerapan model pembelajaran kepala
bernomor struktur. Rata-rata hasil belajar siswa pada tes awal hanya
61,83 pada siklus I meningkat menjadi 70,25 dan pada siklus II
meningkat lagi menjadi 88,75. Dengan demikian, ada peningkatan yang
signifikan yaitu sebesar 26,92. Dan seluruh siswa sangat memahami

65
materi tentang struktur bunga dan fungsinya, hal ini dapat dilihat dari
jumlah siswa yang telah tuntas belajar mencapai 100%.
Secara keseluruhan, penerapan model pembelajaran kooperatif kepala
bernomor struktur dalam pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinya yang
dilakukan secara kontinue sebanyak dua siklus telah memberikan perubahan yang
sangat berarti untuk meningkatkan kinerja guru dan aktivitas siswa, sehingga
kemampuan pemahaman siswa pada materi tersebut dapat meningkat. Dengan
demikian, untuk meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada materi struktur
bunga dan fungsinya di kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan Karawang Barat,
Kabupaten Karawang dapat dilakukan melalui penerapan model pembelajaran kepala
bernomor struktur.

B. Saran
Berdasarkan hasil penerapan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor
struktur pada pelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinyamelalui pelaksanaan
tindakan siklus I dan II, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur memberikan perubahan dan hasil
yang positif terhadap proses dan hasil pembelajaran IPA tentangstruktur bunga dan
fungsinya. Dengan keberhasilan tersebut, model pembelajaran kooperatif kepala
bernomor struktur diharapkan dapat diterapkan pada materi lain pada pelajaran IPA
dan mata pelajaran yang lainnya.
2. Pada penerapan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur, metode
yang digunakan cukup bervariasi yaitu menerapkan metode ekspositorik, tanya-
jawab,kerja kelompok, dan diskusi yang berpusat pada siswa, sehingga aktivitas
siswa meningkat baik pada aspek perhatian, keaktifan, dan kerjasama. Dengan
demikian, diharapkan guru-guru di Sekolah Dasar dapat mengembangkan model
pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur dengan modifikasi dan variasi
metode serta teknik yang lain. Dengan penerapan metode yang variatif akan sangat
membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga
tumbuh minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor struktur pada
pembelajaran IPA tentang struktur bunga dan fungsinyaini, media dan sumber
belajar dikembangkan sesuai materi pembelajaran dan konteks siswa. Diharapkan
66
dalam materi pelajaran lain, guru agar mampu mengembangkan media dan sumber
belajar selain buku paket siswa, sesuai karakteristik materi pelajaran sehingga akan
membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang dipelajari.
4. Bagi para peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
perbandingan sekaligus landasan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan
pengembangan penerapan model pembelajaran kooperatif kepala bernomor
struktur.

DAFTAR PUSTAKA

Andayani. et. al. 2007. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas


Terbuka.
Andriyani, Yeni. 2009. Materi Pelatihan KURIKULUM 2013. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.

67
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Dahlan, M.D. 1984. Model-Model Mengajar. Bandung: CV. Diponegoro.
Dirjen PMPTK Depdiknas. 2002. Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Depdiknas.
Djuanda, Dadan, dkk. 2009. Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Karawang : UPI.
Karli, Hilda. 2003. Model-model pembelajaran. Jakarta: Gramedia.
Kasbolah, K. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud.
Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-
Ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.
Misdan, Undang. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Yayasan BFH.
Pitadjeng. 2006. Pembelajaran IPA yang Menyenangkan. Jakarta: Depdiknas Dirjendikti.
Samatowa, U. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdiknas.
Sofiraeni dan Susilawati. 2004. Pedoman Pembelajaran Sains secara Kontekstual untuk
Guru SD. Bandung: Depdiknas.
Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Angkasa.
Sukmara, D. 2005. Implementasi Program Life Skill dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi pada Jalur Sekolah. Bandung: Bumi Sejahtra.
Wardani, I.G.A.K, dkk., 2008. Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.

Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(SIKLUS I)

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam


Kelas/ Semester : IV / 1

68
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, tanggal : Sabtu, 22 Mei 2021

A. Standar Kompetensi
2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.

B. Kompetensi Dasar
2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya.

C. Indikator
1. Mengidentifikasi bagian-bagian bunga.
2. Menjelaskan fungsi bunga.
3. Membandingkan bagian-bagian bunga sempurna dengan bunga tidak sempurna.

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran melalui pengamatan siswa dapat:
1. Mengidentifikasi bagian-bagian bunga dengan benar.
2. Menjelaskan fungsi bunga dengan benar.
3. Membandingkan bagian-bagian bunga sempurna dengan bunga tidak sempurna
dengan benar.

E. Tujuan Perbaikan Pembelajaran


1. Meningkatkan aktifitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif
teknik Kepala Bernomor Struktur.
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi struktur bunga dan
fungsinya.

F. Materi Pembelajaran
1. Contoh bunga sempurna dan bunga tidak sempurna dengan bagian-bagiannya.

69
benang sari
putik

mahkota

kelopak

tangkai
Bagian-bagian Bunga
(Bunga Sempurna)

2. Struktur Bunga.
Bunga sempurna memiliki bagian-bagian sebagai berikut.
a. Kelopak, umumnya berwarna hijau dan berfungsi menutup bunga di saat
masih kuncup.
b. Mahkota, merupakan bagian bunga yang indah dan berwarnawarni.
c. Benang sari dengan serbuk sari sebagai alat kelamin jantan.
d. Putik sebagai alat kelamin betina.
e. Dasar dan tangkai bunga sebagai tempat kedudukan bunga.
Bunga yang memiliki tangkai, kelopak, mahkota, benang sari, dasar bunga, dan
putik disebut bunga sempurna. Bunga yang hanya memiliki benang sari atau putik
saja disebut bunga tidak sempurna.

3. Fungsi Bunga.
Fungsi bunga yang utama adalah sebagai alat perkembangbiakan generatif
atau secara kawin. Perkembangbiakan generatif merupakan perkembangbiakan
yang didahului pembuahan. Pada tumbuhan berbunga, pembuahan yang terjadi
didahului dengan penyerbukan. Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya kepala
serbuk sari ke kepala putik.
Bagian bunga yang paling menarik adalah mahkota. Bagi manusia, bunga
dapat dimanfaatkan sebagai hiasan, perlengkapan upacara adat, dan bahan
rempah-rempah.

G. Metode Pembelajaran
1. Ceramah

70
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Demonstrasi
5. Penugasan
H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (± 10 menit)
a. Membaca doa.
b. Pengabsenan.
c. Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif.
d. Apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa “Siapa yang hapal lagu
‘Kebunku’?” Kemudian guru mengajak siswa untuk bernyanyi bersama-sama.
Pertanyaan kedua “Apakah bagian tumbuhan yang banyak disukai dan memiliki
beribu makna bagi manusia?”
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti (± 45 menit)
a. Siswa mengamati bagian-bagian bunga pada bunga asli yang didemonstrasikan
guru.
b. Siswa disuruh ke depan untuk menunjukkan bagian-bagian bunga yang
disiapkan guru.
c. Siswa disuruh menjelaskan bagian-bagian bunga.
d. Siswa disuruh menjelaskan fungsi bunga.
e. Siswa disuruh membandingkan dua macam bunga.
f. Siswa dibagi dalam 3 kelompok.
g. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
h. Siswa mendapat tugas berdasarkan nomornya.
i. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang, dari nomor 1 sampai nomor 4 masing-
masing mempunyai tugas yang berbeda.
j. Guru membagikan 4 macam bunga, LKS, dan nomor pada tiap kelompok.
k. Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
l. Siswa menyimak penjelasan guru, bahwa kalau siswa mengalami kesulitan,
siswa yang bernomor sama boleh bekerja sama.
m. Guru berkeliling pada tiap kelompok diskusi untuk memberikan penilaian
pengamatan.

71
n. Salah satu kelompok yang hasil diskusinya paling bagus disuruh
mempresentasikannya di depan kelas.
o. Guru memberikan penguatan pada kelompok yang melaporkan dan menanggapi
hasil diskusi.
p. Guru memberikan kejelasan terhadap hasil kerja siswa.

3. Kegiatan Akhir (± 15 menit)


a. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan materi pelajaran yang telah
disampaikan.
b. Melaksanakan evaluasi.
c. Memberikan tindak lanjut dengan pemberian PR.
I. Media/Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Media/Alat Pembelajaran
Empat macam bunga, yaitu bunga kembang sepatu, bunga melati, bunga asoka, dan
bunga eporbia.
2. Sumber Pembelajaran
a. Kurikulum SDN Tunggakjati III.
b. Buku Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV SD, karangan Budi Wahyono,
halaman 33-34, Penerbit Pusat Perbukuan, Depdiknas.
J. Penilaian
1. Jenis tes : tertulis
2. Bentuk tes : uraian
3. Prosedur tes : tes akhir
4. Instrumen tes : a. Naskah Soal
b. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran.
a. Naskah Soal
Kerjakan soal-soal di bawah ini sesuai perintah!
1) Sebutkan bagian-bagian bunga!
2) Apakah fungsi bunga bagi tumbuhan?
3) Jelaskan perbedaan bunga sempurna dengan bunga tidak sempurna!
b. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
Skor
No. Kunci Jawaban
Nilai
1. Bagian-bagian bunga meliputi tangkai, mahkota, 0-4

72
kelopak, benang sari, dan putik.
Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif
2. 0-2
atau secara kawin pada tumbuhan.
- Bunga sempurna yaitu bunga yang memiliki tangkai,
mahkota, kelopak, benang sari, dan putik.
3. 0-5
- Bunga tidak sempurna yaitu bunga yang hanya
memiliki putik atau benang sari saja.
Skor Maksimal 11

Skor perolehan siswa


Nilai akhir = ----------------------------- x 100
Skor maksimal

Mengetahui/Menyetujui Karawang , 22 Mei 2021


Kepala Sekolah, Mahasiswa,

MIMIN SUMINARSIH, SPd ENANG SOLEHUDIN


NIP. 19661018 198803 2 014 NIM.834901751

Lampiran 2

LEMBAR KERJA SISWA

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam


Kelas/Semester : IV/1
Hari, tanggal : Sabtu, 22 Mei 2021

Petunjuk Kegiatan:
1. Amati bunga satu persatu yang sudah disediakan!

73
2. Copotlah bagian-bagian bunga secara hati-hati satu persatu!
3. Kelompokkan bagian-bagian bunga yang bentuknya sama!
4. Ada berapa kelompok bagian bunga isi pada kolom di bawah ini!
5. Bagian-bagian yang ada pada bunga, isi pada kolom di bawah ini dengan memberi
tanda centang (  )!
6. Buatlah kesimpulan berdasarkan kegiatan ini!

Tugas dalam kelompok:


1. Kepala bernomor 1 bertugas membaca kegiatan dengan benar.
2. Kepala bernomor 2 bertugas mencopot bagian-bagian bunga satu persatu dan
mengelompokkannya.
3. Kepala bernomor 3 bertugas mengisi lembar kerja.
4. Kepala bernomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompok.

Isilah tabel di bawah sesuai petunjuk!

Jumlah
Benang
No Nama Bunga Bagian Tangkai Kelopak Mahkota Putik
Sari
Bunga

Kembang
1.
Sepatu

2. Asoka

3. Melati

4. Eporbia

Kesimpulan : …………………..………………….………………..........................
…………………..………………….………………..........................
…………………..………………….………………..........................

Kelompok : .................................
Ketua : .................................
Anggota : .................................
: .................................

74
: .................................

Lampiran 3

DATA HASIL OBSERVASI KINERJA GURU SIKLUS I

Skor Juml Interpretasi


Perse
No Aspek yang diamati ah
3 2 1 ntase B C K
Skor
A.Tahap Perencanaan 8 88% √ - -
1. Mempersiapkan media √
pembelajaran.
2. Mempersiapkan materi pelajaran. √ √

75
3. Menyediakan lembar penilaian.
B.Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Awal
1. Mengkondisikan siswa pada √
situasi siap belajar
2. Mengaitkan materi yang akan √
dibahas dengan konsep-konsep
yang telah dimiliki siswa.
3. Menyampaikan tujuan √
pembelajaran. √
4. Menjelaskan kegiatan yang harus
dilakukan siswa.
Kegiatan Inti
5. Menginformasikan materi √
20 67% - √ -
pelajaran sesuai tujuan.
6. Memberi pertanyaan-pertanyaan √
yang mendorong siswa
memahami konsep yang sedang
dipelajari.
7. Membimbing siswa selama proses √
pembelajaran dan melakukan
penilaian.
Kegiatan Akhir
8. Menyimpulkan materi yang telah √
dipelajari
9. Memberikan penguatan √
10. Memberikan tindak lanjut √
C. Evaluasi
1. Menggunakan lembar observasi

untuk siswa.
2. Melaksanakan penilaian selama 9 100% √ - -

proses belajar.
3. Melaksanakan penilaian tes

individu.
Jumlah 7 7 2 37
Persentase (%) 44 44 12 77

76
Deskriptor Penelitian
A. Tahap Perencanaan
1. Mempersiapkan Perencanaan
Skor 3 : Rencana pembelajaran dibuat dengan konsep yang lengkap.
Skor 2 : Rencana pembelajaran dibuat tetapi komponen hanya
sebagian.
Skor 1 : Rencana pembelajaran dibuat tetapi isi komponen tidak
sesuai dengan kurikulum.

2. Mempersiapkan Materi Pembelajaran


Skor 3 : Buku sumber dan media tersedia serta sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan di sampaikan.
Skor 2 : Buku sumber dan media tersedia tetapi pembelajaran yang
disampaikan tidak sesuai dengan tujuan.
Skor 1 : Hanya tersedia buku sumber atau media saja yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3. Menyediakan Lembar Penilaian
Skor 3 : Lembar penilaian mengacu pada tujuan pembelajaran.
Skor 2 : Lembar penilaian hanya sebagian yang mengacu pada tujuan
pembelajaran.
Skor 1 : Lembar penilaian tidak mengacu pada tujuan pembelajaran.

B. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Awal
1. Mengkondisikan siswa pada situasi siap belajar.
Skor 3 : Berdoa, mengabsen kehadiran siswa, memusatkan perhatian
siswa pada situasi belajar dengan baik.
Skor 2 : Hanya melakukan kegiatan berdoa dan mengabsen.
Skor 1 : Tidak melaksanakan kegiatan yang memusatkan perhatian
siswa pada situasi belajar yang baik.

2. Mengaitkan materi yang akan dibahas dengan konsep-konsep yang telah


dimiliki oleh siswa.

77
Skor 3 : Bahan materi apersepsi berkaitan dengan konsep yang telah
dimiliki oleh siswa.
Skor 2 : Bahan materi apersepsi tidak berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh siswa.
Skor 1 : Tidak melaksanakan apersepsi tentang materi yang telah
dimiliki oleh siswa.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.


Skor 3 : Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.
Skor 2 : Menyampaikan tujuan pembelajaran tetapi tidak jelas.
Skor 1 : Tidak menyampaikan tujuan pembelajaran.

4. Menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan siswa.


Skor 3 : Menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
Skor 2 : Menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tetapi kurang jelas.
Skor 1 : Tidak menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Inti
5. Menginformasikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan.
Skor 3 : Menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Skor 2 : Menyampaikan materi pembelajaran hanya sebagian.
Skor 1 : Menyampaikan materi pembelajaran tetapi tidak sesuai
dengan tujuan pembelajaran.

6. Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa memahami


konsep yang sedang dipelajari.
Skor 3 : Memotivasi siswa berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan konsep yang dipelajari.
Skor 2 : Memotivasi siswa berupa pertanyaan-pertanyaan tetapi tidak
berhubungan dengan konsep yang dipelajari.
Skor 1 : Tidak memberikan motivasi kepada siswa.

7. Membimbing siswa selama proses pembelajaran dan melakukan penilaian .


Skor 3 : Berkeliling membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Skor 2 : Memberikan bantuan hanya pada siswa yang bertanya.
Skor 1 : Tidak melakukan bimbingan pada siswa selama

78
pembelajaran.

Kegiatan Akhir
8. Menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Skor 3 : Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
Skor 2 : Hanya guru yang menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
Skor 1 : Tidak ada kesimpulan materi yang telah dipelajari.

9. Memberikan penguatan.
Skor 3 : Guru memberikan penguatan pada semua kegiatan siswa.
Skor 2 : Guru memberikan penguatan hanya pada sebagian siswa.
Skor 1 : Tidak memberikan penguatan.

10. Mengadakan tindak lanjut.


Skor 3 : Guru member tugas secara jelas dan rinci.
Skor 2 : Guru member tugas secara lisan dan kurang jelas .
Skor 1 : Tidak memberi tugas.

C. Evaluasi
1. Menggunakan Lembar Observasi Untuk Siswa.
Skor 3 : Lembar observasi untuk siswa memuat aspek-aspek yang
ada pada tujuan pembelajaran.
Skor 2 : Lembar observasi untuk siswa memuat hanya sebagian
aspek-aspek yang ada pada tujuan pembelajaran.
Skor 1 : Lembar observasi untuk siswa tidak sesuai dengan aspek-
aspek yang ada pada tujuan pembelajaran.

2. Melaksanakan Penilaian Selama Proses Belajar.


Skor 3 : Melaksanakan penilaian selama proses belajar dengan
menggunakan lembar observasi siswa.
Skor 2 : Melaksanakan penilaian selama proses belajar tetapi tidak
menggunakan lembar observasi siswa.
Skor 1 : Tidak melaksanakan penilaian selama proses belajar.

3. Melaksanakan Penilaian Tes Individu.

79
Skor 3 : Melaksanakan penilaian tes individu pada awal, proses, dan
akhir pembelajaran.
Skor 2 : Hanya melaksanakan dua kegiatan penilaian.
Skor 1 : Hanya melaksanakan satu kegiatan penilaian.

Pedoman Pensekoran
Skor ideal = 48
Kriteria penilaian : Skor perolehan x100
Skor ideal

Jika skor 70 % - 100% = kriteria baik (B)


Jika skor 40% - 69% = kriteria cukup (C)
Jika skor 10% - 39% = kriteria kurang (K)

80
Lampiran 4

DATA HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I

Aspek yang dinilai Jumla


Interpretasi
No. Nama Siswa Perhatian Keaktifan Kerjasama h
3 2 1 3 2 1 3 2 1 B C K
1. Ajeng Ayu Yunia √ √ √ 9 √
2. Devis Sovian √ √ √ 9 √
3. Dhea Novila √ √ √ 9 √
4. Firda Nur Hanifa √ √ √ 8 √
5. Diana Amir √ √ √ 3 √
6. Fitria Desi √ √ √ 5 √
7. Gian Raga Mustika √ √ √ 5 √
8. Jajang Nurjaman √ √ √ 7 √
9. Lesti Lestari √ √ √ 5 √
10. Lia Yuliawati √ √ √ 9 √
11. M.Ilham Fajar √ √ √ 5 √
12. Mei Sandi √ √ √ 5 √
13. Mila Karmila √ √ √ 9 √
14. Muh Khoerurojikin √ √ √ 9 √
15. Nenden Sedayu √ √ √ 9 √
16. Pajar Yusup √ √ √ 8 √
17. Riri Lestari √ √ √ 3 √
18. Siti Saidah √ √ √ 5 √
19. Syipa Permana √ √ √ 5 √
20. Yuliani √ √ √ 7 √
21. Mohamad Sutrisno √ √ √ 5 √
22. Hanifah Ramahani √ √ √ 9 √
23. Melvi √ √ √ 5 √
24. Serli Melinda √ √ √ 5 √
Jumlah 10 10 4 12 8 4 10 4 10 158 12 10 2
Persentase (%) 42 42 17 50 33 17 42 17 42 73,14 50 42 8

Deskriptor pengamatan aktivitas siswa.


A. Perhatian:
Skor : 3 Menyimak penjelasan guru dengan pandangan tertuju kepada guru.
2 Menyimak penjelasan guru tapi pandangan tidak tertuju kepada guru.
1 Tidak menyimak penjelasan guru dan pandangan tidak tertuju
kepada guru.

B. Keaktifan:
Skor : 3 Mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan.
2 Mengajukan pertanyaan tetapi tidak menjawab pertanyaan.

81
1 Tidak mengajukan pertanyaan dan tidak menjawab pertanyaan.

C. Kerjasama:
Skor : 3 Memberikan bantuan kepada temannya dan menghargai pendapat
orang lain.
2 Memberikan bantuan kepada temannya tetapi tidak menghargai
pendapat orang lain.
1 Tidak memberikan bantuan kepada temannya dan tidak menghargai
pendapat orang lain.

Keterangan:
Baik (B) : Jika skor yang diperoleh 7-9
Cukup (C) : Jika skor yang diperoleh 4-6
Kurang (K) : Jika skor yang diperoleh 1-3

Lampiran 5

DATA HASIL TES IPA SISWA KELAS IV SDN TUNGGAKJATI III


SIKLUS I

Nomor Soal
KKM = 70
(Skor) Jumlah
No Nama Siswa Nilai
Skor Tunta Belum
1 2 3
s Tuntas
1. Ajeng Ayu Yunia 5 2 2,5 9,5 86 √ -

82
2. Devis Sovian 5 2 2,5 9,5 86 √ -
3. Dhea Novila 4 2 3 9 82 √ -
4. Firda Nur Hanifa 4 2 2,5 8,5 77 √ -
5. Diana Amir 4 2 1 7 64 - √
6. Fitria Desi 4 1 2 7 64 - √
7. Gian Raga Mustika 5 1 2 8 73 √ -
8. Jajang Nurjaman 4 1 1 6 55 - √
9. Lesti Lestari 5 1 2 8 73 √ -
10. Lia Yuliawati 5 1 2 8 73 √ -
11. M.Ilham Fajar 3 1 1 5 46 - √
12. Mei Sandi 5 1 1 7 64 - √
13. Mila Karmila 5 2 2,5 9,5 86 √ -
14. Muh Khoerurojikin 5 2 2,5 9,5 86 √ -
15. Nenden Sedayu 4 2 3 9 82 √ -
16. Pajar Yusup 4 2 2,5 8,5 77 √ -
17. Riri Lestari 4 2 1 7 64 - √
18. Siti Saidah 4 1 2 7 64 - √
19. Syipa Permana 5 1 2 8 73 √ -
20. Yuliani 4 1 1 6 55 - √
21. Mohamad Sutrisno 5 1 2 8 73 √ -
22. Hanifah Ramahani 5 1 2 8 73 √ -
23. Melvi 3 1 1 5 46 - √
24. Serli Melinda 5 1 1 7 64 - √
Jumlah 106 34 45 185 1686 14 10
Rata-rata 7,71 70,25
Persentase 58,33 41,67
Keterangan:
Skor yang Diperoleh Siswa
Nilai akhir = x 100
Skor Maksimal

Jumlah Skor Perolehan


Rata-rata = x 100
Jumlah Siswa

Jumlah Siswa Tuntas


Persentase (%) Ketuntasan = x 100
Jumlah Seluruh Siswa

83
Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(SIKLUS II)

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam


Kelas/ Semester : IV / 1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit
Hari, tanggal : Sabtu, 29 Mei 2021

A. Standar Kompetensi
2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya.

B. Kompetensi Dasar
2.4 Menjelaskan hubungan antara bunga dengan fungsinya.

C. Indikator

84
1. Mengidentifikasi bagian-bagian bunga.
2. Menjelaskan fungsi bunga.
3. Membandingkan bagian-bagian bunga sempurna dengan bunga tidak sempurna.

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran melalui pengamatan siswa dapat:
1. Mengidentifikasi bagian-bagian bunga dengan benar.
2. Menjelaskan fungsi bunga dengan benar.
3. Membandingkan bagian-bagian bunga sempurna dengan bunga tidak sempurna
dengan benar.

E. Tujuan Perbaikan Pembelajaran


1. Meningkatkan aktifitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif
teknik Kepala Bernomor Struktur.
2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi struktur bunga dan
fungsinya.

F. Materi Pembelajaran
1. Contoh bunga sempurna dan bunga tidak sempurna dengan bagian-bagiannya.

benang sari
putik

mahkota

kelopak

tangkai
Bagian-bagian Bunga
(Bunga Sempurna)

2. Struktur Bunga.

85
Bunga sempurna memiliki bagian-bagian sebagai berikut.
a. Kelopak, umumnya berwarna hijau dan berfungsi menutup bunga di saat
masih kuncup.
b. Mahkota, merupakan bagian bunga yang indah dan berwarnawarni.
c. Benang sari dengan serbuk sari sebagai alat kelamin jantan.
d. Putik sebagai alat kelamin betina.
e. Dasar dan tangkai bunga sebagai tempat kedudukan bunga.
Bunga yang memiliki tangkai, kelopak, mahkota, benang sari, dasar bunga,
dan putik disebut bunga sempurna. Bunga yang hanya memiliki benang sari atau
putik saja disebut bunga tidak sempurna.

3. Fungsi Bunga.
Fungsi bunga yang utama adalah sebagai alat perkembangbiakan generatif
atau secara kawin. Perkembangbiakan generatif merupakan perkembangbiakan
yang didahului pembuahan. Pada tumbuhan berbunga, pembuahan yang terjadi
didahului dengan penyerbukan. Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya kepala
serbuk sari ke kepala putik.
Bagian bunga yang paling menarik adalah mahkota. Bagi manusia, bunga
dapat dimanfaatkan sebagai hiasan, perlengkapan upacara adat, dan bahan
rempah-rempah.
G. Metode Pembelajaran
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
4. Demonstrasi
5. Penugasan

H. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal (± 5 menit)
a. Membaca doa.
b. Pengabsenan.
c. Mengkondisikan siswa pada situasi pembelajaran yang kondusif.
d. Apersepsi dengan memberikan pertanyaan kepada siswa “Siapa yang hapal
lagu ‘Kebunku’?” Kemudian guru mengajak siswa untuk bernyanyi bersama-

86
sama. Pertanyaan kedua “Apakah bagian tumbuhan yang banyak disukai dan
memiliki beribu makna bagi manusia?”
e. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Kegiatan Inti (± 20 menit)


a. Siswa mengamati bagian-bagian bunga pada bunga asli yang didemonstrasikan
guru.
b. Siswa disuruh ke depan untuk menunjukkan bagian-bagian bunga yang
disiapkan guru.
c. Siswa disuruh menjelaskan bagian-bagian bunga.
d. Siswa disuruh menjelaskan fungsi bunga.
e. Siswa disuruh membandingkan dua macam bunga.
f. Siswa dibagi dalam 3 kelompok.
g. Setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.
h. Siswa mendapat tugas berdasarkan nomornya.
i. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang, dari nomor 1 sampai nomor 4 masing-
masing mempunyai tugas yang berbeda.
j. Guru membagikan 4 macam bunga, LKS, dan nomor pada tiap kelompok.
k. Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS).
l. Siswa menyimak penjelasan guru, bahwa kalau siswa mengalami kesulitan,
siswa yang bernomor sama boleh bekerja sama.
m. Guru berkeliling pada tiap kelompok diskusi untuk memberikan penilaian
pengamatan.
n. Salah satu kelompok yang hasil diskusinya paling bagus disuruh
mempresentasikannya di depan kelas.
o. Guru memberikan penguatan pada kelompok yang melaporkan dan menanggapi
hasil diskusi.
p. Guru memberikan kejelasan terhadap hasil kerja siswa.

3. Kegiatan Akhir (± 10 menit)


a. Siswa dengan bimbingan guru membuat kesimpulan materi pelajaran yang telah
disampaikan.
b. Melaksanakan evaluasi.
c. Memberikan tindak lanjut dengan pemberian PR.

87
I. Media/Alat dan Sumber Pembelajaran
1. Media/Alat Pembelajaran
Empat macam bunga, yaitu bunga kembang sepatu, bunga melati, bunga asoka,
dan bunga eporbia.
2. Sumber Pembelajaran
a. Kurikulum SDN Marongpong.
b. Buku Ilmu Pengetahuan Alam untuk Kelas IV SD, karangan Budi Wahyono,
halaman 33-34, Penerbit Pusat Perbukuan, Depdiknas.
J. Penilaian
1. Jenis tes : tertulis
2. Bentuk tes : uraian
3. Prosedur tes : tes akhir
4. Instrumen tes : a. Naskah Soal
b. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran.
a. Naskah Soal
Kerjakan soal-soal di bawah ini sesuai perintah!
1) Sebutkan bagian-bagian bunga!
2) Apakah fungsi bunga bagi tumbuhan?
3) Jelaskan perbedaan bunga sempurna dengan bunga tidak sempurna!
b. Kunci Jawaban dan Pedoman Penskoran
Skor
No. Kunci Jawaban
Nilai
Bagian-bagian bunga meliputi tangkai, mahkota,
1. 0-4
kelopak, benang sari, dan putik.
Bunga merupakan alat perkembangbiakan generatif
2. 0-2
atau secara kawin pada tumbuhan.
- Bunga sempurna yaitu bunga yang memiliki tangkai,
mahkota, kelopak, benang sari, dan putik.
3. 0-5
- Bunga tidak sempurna yaitu bunga yang hanya
memiliki putik atau benang sari saja.
Skor Maksimal 11

Skor perolehan siswa


Nilai akhir = ----------------------------- x 100
Skor maksimal

88
Mengetahui/Menyetujui Karawang , 29 Mei 2021
Kepala Sekolah, Mahasiswa,

MIMIN SUMINARSIH, SPd ENANG SOLEHUDIN


NIP. 19661018 198803 2 014 NIM.834901751

Lampiran 7

LEMBAR KERJA SISWA

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam


Kelas/Semester : IV/1
Hari, tanggal : Sabtu, 29 Mei 2021

Petunjuk Kegiatan:
1. Amati bunga satu persatu yang sudah disediakan!
2. Copotlah bagian-bagian bunga secara hati-hati satu persatu!
3. Kelompokkan bagian-bagian bunga yang bentuknya sama!
4. Ada berapa kelompok bagian bunga isi pada kolom di bawah ini!
5. Bagian-bagian yang ada pada bunga, isi pada kolom di bawah ini dengan memberi
tanda centang (  )!
6. Buatlah kesimpulan berdasarkan kegiatan ini!

Tugas dalam kelompok:


a. Kepala bernomor 1 bertugas membaca kegiatan dengan benar.
b. Kepala bernomor 2 bertugas mencopot bagian-bagian bunga satu persatu dan
mengelompokkannya.
c. Kepala bernomor 3 bertugas mengisi lembar kerja.
d. Kepala bernomor 4 bertugas melaporkan hasil kerja kelompok.

89
Isilah tabel di bawah sesuai petunjuk!

Jumlah
Tangka Kelopa Mahkot Benang
No Nama Bunga Bagian Putik
i k a Sari
Bunga

Kembang
1.
Sepatu

2. Asoka

3. Melati

4. Eporbia

Kesimpulan : …………………..………………….………………..........................
…………………..………………….………………..........................
…………………..………………….………………..........................

Kelompok : .................................
Ketua : .................................
Anggota : .................................

90
Lampiran 8 : .................................

Data Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus II

Skor Jumlah Perse Interpretasi


No Aspek yang diamati K
3 2 1 Skor ntase B C
D. Tahap Perencanaan

1. Mempersiapkan media
pembelajaran. -
√ 9 100% √ -
2. Mempersiapkan materi
pelajaran.

3. Menyediakan lembar penilaian.
E. Tahap Pelaksanaan 28 93% - -
Kegiatan Awal
1. Mengkondisikan siswa pada √ √
situasi siap belajar
2. Mengaitkan materi yang akan √
dibahas dengan konsep-konsep
yang telah dimiliki siswa.
3. Menyampaikan tujuan √
pembelajaran.
4. Menjelaskan kegiatan yang √
harus dilakukan siswa.
Kegiatan Inti
5. Menginformasikan materi √
pelajaran sesuai tujuan.
6. Memberi pertanyaan-pertanyaan √
yang mendorong siswa
memahami konsep yang sedang
dipelajari.

91
7. Membimbing siswa selama √
proses pembelajaran dan
melakukan penilaian.
Kegiatan Akhir
8. Menyimpulkan materi yang √
telah dipelajari
9. Memberikan penguatan √
10. Memberikan tindak lanjut √
C. Evaluasi
1. Menggunakan lembar observasi

untuk siswa.
2. Melaksanakan penilaian selama 9 100% √ - -

proses belajar.
3. Melaksanakan penilaian tes

individu.
Jumlah 15 1 0 46
Persentase (%) 94 6 0 96

Deskriptor Penelitian
A. Tahap Perencanaan
1. Mempersiapkan Perencanaan
Skor 3 : Rencana pembelajaran dibuat dengan konsep yang lengkap.
Skor 2 : Rencana pembelajaran dibuat tetapi komponen hanya
sebagian.
Skor 1 : Rencana pembelajaran dibuat tetapi isi komponen tidak
sesuai dengan kurikulum.

2. Mempersiapkan Materi Pembelajaran


Skor 3 : Buku sumber dan media tersedia serta sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang akan di sampaikan.
Skor 2 : Buku sumber dan media tersedia tetapi pembelajaran yang
disampaikan tidak sesuai dengan tujuan.
Skor 1 : Hanya tersedia buku sumber atau media saja yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
3. Menyediakan Lembar Penilaian
Skor 3 : Lembar penilaian mengacu pada tujuan pembelajaran.
Skor 2 : Lembar penilaian hanya sebagian yang mengacu pada tujuan
pembelajaran.
Skor 1 : Lembar penilaian tidak mengacu pada tujuan pembelajaran.

92
B. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Awal
1. Mengkondisikan siswa pada situasi siap belajar.
Skor 3 : Berdoa, mengabsen kehadiran siswa, memusatkan perhatian
siswa pada situasi belajar dengan baik.
Skor 2 : Hanya melakukan kegiatan berdoa dan mengabsen.
Skor 1 : Tidak melaksanakan kegiatan yang memusatkan perhatian
siswa pada situasi belajar yang baik.

2. Mengaitkan materi yang akan dibahas dengan konsep-konsep yang telah


dimiliki oleh siswa.
Skor 3 : Bahan materi apersepsi berkaitan dengan konsep yang telah
dimiliki oleh siswa.
Skor 2 : Bahan materi apersepsi tidak berkaitan dengan konsep yang
dimiliki oleh siswa.
Skor 1 : Tidak melaksanakan apersepsi tentang materi yang telah
dimiliki oleh siswa.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran.


Skor 3 : Menyampaikan tujuan pembelajaran dengan jelas.
Skor 2 : Menyampaikan tujuan pembelajaran tetapi tidak jelas.
Skor 1 : Tidak menyampaikan tujuan pembelajaran.

4. Menjelaskan kegiatan yang harus dilakukan siswa.


Skor 3 : Menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
Skor 2 : Menjelaskan langkah-langkah kegiatan, tetapi kurang jelas.
Skor 1 : Tidak menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.

Kegiatan Inti
5. Menginformasikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan.
Skor 3 : Menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
Skor 2 : Menyampaikan materi pembelajaran hanya sebagian.

93
Skor 1 : Menyampaikan materi pembelajaran tetapi tidak sesuai
dengan tujuan pembelajaran.

6. Memberikan pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa memahami


konsep yang sedang dipelajari.
Skor 3 : Memotivasi siswa berupa pertanyaan-pertanyaan yang
berhubungan dengan konsep yang dipelajari.
Skor 2 : Memotivasi siswa berupa pertanyaan-pertanyaan tetapi tidak
berhubungan dengan konsep yang dipelajari.
Skor 1 : Tidak memberikan motivasi kepada siswa.

7. Membimbing siswa selama proses pembelajaran dan melakukan penilaian .


Skor 3 : Berkeliling membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Skor 2 : Memberikan bantuan hanya pada siswa yang bertanya.
Skor 1 : Tidak melakukan bimbingan pada siswa selama
pembelajaran.

Kegiatan Akhir
8. Menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Skor 3 : Guru bersama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
Skor 2 : Hanya guru yang menyimpulkan materi yang telah
dipelajari.
Skor 1 : Tidak ada kesimpulan materi yang telah dipelajari.

9. Memberikan penguatan.
Skor 3 : Guru memberikan penguatan pada semua kegiatan siswa.
Skor 2 : Guru memberikan penguatan hanya pada sebagian siswa.
Skor 1 : Tidak memberikan penguatan.

10. Mengadakan tindak lanjut.


Skor 3 : Guru member tugas secara jelas dan rinci.
Skor 2 : Guru member tugas secara lisan dan kurang jelas .
Skor 1 : Tidak memberi tugas.

C. Evaluasi
1. Menggunakan Lembar Observasi Untuk Siswa.
Skor 3 : Lembar observasi untuk siswa memuat aspek-aspek yang

94
ada pada tujuan pembelajaran.
Skor 2 : Lembar observasi untuk siswa memuat hanya sebagian
aspek-aspek yang ada pada tujuan pembelajaran.
Skor 1 : Lembar observasi untuk siswa tidak sesuai dengan aspek-
aspek yang ada pada tujuan pembelajaran.

2. Melaksanakan Penilaian Selama Proses Belajar.


Skor 3 : Melaksanakan penilaian selama proses belajar dengan
menggunakan lembar observasi siswa.
Skor 2 : Melaksanakan penilaian selama proses belajar tetapi tidak
menggunakan lembar observasi siswa.
Skor 1 : Tidak melaksanakan penilaian selama proses belajar.

3. Melaksanakan Penilaian Tes Individu.


Skor 3 : Melaksanakan penilaian tes individu pada awal, proses, dan
akhir pembelajaran.
Skor 2 : Hanya melaksanakan dua kegiatan penilaian.
Skor 1 : Hanya melaksanakan satu kegiatan penilaian.

Pedoman Pensekoran
Skor ideal = 48
Kriteria penilaian : Skor perolehan x100
Skor ideal
Jika skor 70 % - 100% = kriteria baik (B)
Jika skor 40% - 69% = kriteria cukup (C)
Jika skor 10% - 39% = kriteria kurang (K)
Lampiran 9

DATA HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II

Jum
Aspek yang dinilai Interpretasi
No. Nama Siswa lah
Perhatian Keaktifan Kerjasama
3 2 1 3 2 1 3 2 1 B C K
1. Ajeng Ayu
√ √ √ 9 √
Yunia
2. Devis Sovian √ √ √ 9 √
3. Dhea Novila √ √ √ 9 √
4. Firda Nur H √ √ √ 9 √
5. Diana Amir √ √ √ 6 √

95
6. Fitria Desi √ √ √ 9 √
7. Gian Raga M √ √ √ 9 √
8. Jajang N √ √ √ 9 √
9. Lesti Lestari √ √ √ 8 √
10. Lia Yuliawati √ √ √ 9 √
11. M.Ilham Fajar √ √ √ 8 √
12. Mei Sandi √ √ √ 8 √
13. Mila Karmila √ √ √ 9 √
14. Muh Khoeru √ √ √ 9 √
15. Nenden Sedayu √ √ √ 9 √
16. Pajar Yusup √ √ √ 9 √
17. Riri Lestari √ √ √ 6 √
18. Siti Saidah √ √ √ 9 √
19. Syipa Permana √ √ √ 9 √
20. Yuliani √ √ √ 9 √
21. Mohamad S √ √ √ 8 √
22. Hanifah R √ √ √ 9 √
23. Melvi √ √ √ 8 √
24. Serli Melinda √ √ √ 8 √
Jumlah 20 4 0 18 6 0 22 2 0 204 22 2 0
Persentase (%) 83 17 0 75 25 0 92 8 0 94,44 92 8 0

Deskriptor pengamatan aktivitas siswa.


A. Perhatian:
Skor : 3 Menyimak penjelasan guru dengan pandangan tertuju kepada guru.
2 Menyimak penjelasan guru tapi pandangan tidak tertuju kepada guru.
1 Tidak menyimak penjelasan guru dan pandangan tidak tertuju
kepada guru.

B. Keaktifan:
Skor : 3 Mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan.
2 Mengajukan pertanyaan tetapi tidak menjawab pertanyaan.
1 Tidak mengajukan pertanyaan dan tidak menjawab pertanyaan.

C. Kerjasama:
Skor : 3 Memberikan bantuan kepada temannya dan menghargai pendapat
orang lain.
2 Memberikan bantuan kepada temannya tetapi tidak menghargai
pendapat orang lain.
1 Tidak memberikan bantuan kepada temannya dan tidak menghargai
pendapat orang lain.

Keterangan:
Baik (B) : Jika skor yang diperoleh 7-9
Cukup (C) : Jika skor yang diperoleh 4-6

96
Kurang (K) : Jika skor yang diperoleh 1-3

Lampiran 10

DATA HASIL TES IPA SISWA KELAS IV SDN TUNGGAKJATI III


SIKLUS II

Nomor Soal
KKM = 70
(Skor) Jumlah
No Nama Siswa Nilai
Skor Belum
1 2 3 Tuntas
Tuntas
1. Ajeng Ayu Yunia 5 2 4 11 100 √ -
2. Devis Sovian 5 2 4 11 100 √ -
3. Dhea Novila 5 2 4 11 100 √ -
4. Firda Nur Hanifa 5 2 3 10 91 √ -
5. Diana Amir 5 2 3 10 91 √ -
6. Fitria Desi 5 2 2 9 82 √ -
7. Gian Raga Mustika 5 2 2 9 82 √ -
8. Jajang Nurjaman 5 2 2 9 82 √ -
9. Lesti Lestari 5 2 2 9 82 √ -
10. Lia Yuliawati 5 2 4 11 100 √ -
11. M.Ilham Fajar 5 1 2 8 73 √ -
12. Mei Sandi 5 2 2 9 82 √ -
13. Mila Karmila 5 2 4 11 100 √ -
14. Muh Khoerurojikin 5 2 4 11 100 √ -
15. Nenden Sedayu 5 2 4 11 100 √ -
16. Pajar Yusup 5 2 3 10 91 √ -
17. Riri Lestari 5 2 3 10 91 √ -
18. Siti Saidah 5 2 2 9 82 √ -
19. Syipa Permana 5 2 2 9 82 √ -
20. Yuliani 5 2 2 9 82 √ -
21. Mohamad Sutrisno 5 2 2 9 82 √ -
22. Hanifah Ramahani 5 2 4 11 100 √ -
23. Melvi 5 1 2 8 73 √ -
24. Serli Melinda 5 2 2 9 82 √ -
Jumlah 120 46 68 234 2130 24 0
Rata-rata 9,75 88,75

97
Keterangan:
Skor yang Diperoleh Siswa
Nilai akhir = x 100
Skor Maksimal

Jumlah Skor Perolehan


Rata-rata = x 100
Jumlah Siswa

Jumlah Siswa Tuntas


Persentase (%) Ketuntasan = x 100
Jumlah Seluruh Siswa

98
Lampiran 11
DAFTAR HADIR SISWA
DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD TUNGGAKJATI III
Kehadiran
No Nama Siswa Awal keg Siklus I Siklus II
22-05-2021 22-05-2021 29-05-2021
1. Ajeng Ayu Yunia V V V
2. Devis Sovian V V V
3. Dhea Novila V V V
4. Firda Nur Hanifa V V V
5. Diana Amir V V V
6. Fitria Desi V V V
7. Gian Raga Mustika V V V
8. Jajang Nurjaman V V V
9. Lesti Lestari V V V
10. Lia Yuliawati V V V
11. M.Ilham Fajar V V V
12. Mei Sandi V V V
13. Mila Karmila V V V
14. Muh Khoerurojikin V V V
15. Nenden Sedayu V V V
16. Pajar Yusup V V V
17. Riri Lestari V V V
18. Siti Saidah V V V
19. Syipa Permana V V V
20. Yuliani V V V
21. Mohamad Sutrisno V V V
22. Hanifah Ramahani V V V
23. Melvi V V V
24. Serli Melinda V V V

Karawang , 29 Mei 2021


Mahasiswa

ENANG SOLEHUDIN
NIM.834901751

Lampiran 12
FOTO KEGIATAN PEMBELAJARAN IPA KELAS IV

99
100
101
102
103
PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA


KORWILCAMBIDIK KECAMATAN KARAWANG BARAT

104
SD NEGERI TUNGGAKJATI III
Jln. Proklamasi Kel Tunggakjati Kec. Karawang Barat - Karawang
SURAT IZIN PENELITIAN
Nomor : 421.1/25/SD/2021

Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Sekolah Dasar Negeri Tunggakjati III ,
Korwilcambidik Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang , memberikan izin
kepada :
Nama : ENANG SOLEHUDIN
NIM : 834901751
Semester : 7 / Tujuh
Universitas : Universitas Terbuka
UPBJJ : Jakarta Pokjar Ciampel

Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas ( PTK ) di Kelas 4 (empat) Sekolah


Dasar Negeri Tunggakjati III Kecamatan Karawang Barat dengan judul penelitian :
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Kepala Bernomor Struktur untuk
Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Struktur Bunga dan Fungsinya di Kelas
IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang pada tahun
pelajaran 2020/2021, terhitung mulai tanggal, 22 Mei 2021 sampai dengan 29 Mei 2021.
Demikian surat izin ini dibuat untuk dapat dipergunakan sesuai dengan keperluan.
Karawang , 22 Mei 2021
Kepala Sekolah,

MIMIN SUMINARSIH , SPd


NIP. 19661028 198803 2 014

PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG


DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA

105
KORWILCAMBIDIK KECAMATAN KARAWANG BARAT
SD NEGERI TUNGGAKJATI III
Jln. Proklamasi Kel. Tunggakjati Kec. Karawang Barat - Karawang
SURAT KETERANGAN
Nomor : 421.1/95/SD/2021
Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Sekolah Dasar Negeri Tunggakjati III,
Korwilcambidik Kecamatan Karawang Barat Kabupaten Karawang , menerangkan,
bahwa :
Nama : ENANG SOLEHUDIN
NIM : 834901751
Semester : 7 / Tujuh
Universitas : Universitas Terbuka
UPBJJ : Jakarta Pokjar Ciampel
Benar-benar telah melaksanakan penelitian tindakan kelas ( PTK ) di Kelas 4
(empat) Sekolah Dasar Negeri Tunggakjati III Kecamatan Karawang Barat dengan judul
penelitian : Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Kepala Bernomor Struktur
untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi Struktur Bunga dan Fungsinya di
Kelas IV SDN Tunggakjati III, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawangpada
tahun pelajaran 2020/2021, terhitung mulai tanggal, 22 Mei 2021 sampai dengan 29 Mei
2021
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya, dan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Karawang , 29 Mei 2021
Kepala Sekolah,

MIMIN SUMINARSIH , SPd


NIP. 19661028 198803 2 014

106

Anda mungkin juga menyukai