Editor: Mikhael Gewati
“Standar kemiskinan dunia itu 2 dollar AS. Sedangkan di kita hanya 1 dollar AS. Jika kita mengikuti
standar dunia, maka akan terjadi lonjakan yang sangat drastis di negara kita,” kata Nevi, seperti
dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/11/2019).
Pada Maret 2019 Badan Pusat Statistik (BPS) merilis standar garis kemiskinan masyarakat Indonesia
adalah Rp 425.250 per kapita per bulan.
Adapun komposisi garis kemiskinan makanan Rp 313.232 (73,66 persen) dan garis kemiskinan bukan
makanan Rp 112.018 (26,34 persen).
Hal tersebut menunjukkan bahwa orang miskin Indonesia memiliki pendapatan sebesar Rp 14.175
setiap harinya atau sekitar 1 dollar AS.
BPS juga mengeluarkan data peta sebaran kemiskinan di Indonesia. Data tersebut menunjukkan tiga
provinsi di Pulau Jawa memiliki penduduk miskin yang lebih banyak dibanding provinsi lainnya.
Tiga pronvisi tersebut antara lain Jawa Timur dengan 4,11 juta jiwa penduduk miskin, Jawa Tengah
dengan 3,74 juta jiwa, dan Jawa Barat dengan 3,4 juta jiwa.
Total penduduk miskin di Pulau Jawa mencapai 12,74 juta jiwa, atau separuh total penduduk miskin
di Tanah Air.
Namun, secara presentase, jumlah penduduk miskin di Pulau Jawa lebih rendah dibanding provinsi-
provinsi di Indonesia Timur yang memiliki angka penduduk miskin di atas 20 persen.
Melihat keadaan tersebut, dalam momentum Hari Pahlawan, Nevi mengajak semua pihak terutama
pemerintah, untuk menguatkan daya beli masyarakat dan mengurangi angka kemiskinan hingga
jumlahnya bisa sampai di bawah 10 juta orang.
“Saya berharap, negara kita terutama dari unsur pemerintah, muncul sosok pahlawan yang
sesungguhnya di mana dibutuhkan oleh seluruh rakyat Indonesia,” kata Nevi.
Nevi berpendapat, kesejahteraan yang merata dapat dicapai Indonesia karena memiliki sumber daya
alam yang melimpah.
“Pahlawan itu yang mampu memberikan kebahagiaan esensi dalam kehidupan yang sudah merdeka
selama 74 tahun. Esensi kebahagiaan itu adalah hidup layak dengan pendidikan baik, kesehatan
layak dan daya beli cukup untuk hidup dan menghidupi keluarganya,” kata Nevi.
ANALISIS ARTIKEL
A.SUMBER-SUMBER PENYEBAB
1.Tingkat Pendidikan Rendah
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang ahrus dipenuhi setiap orang.Tingkat pendidikan yang
rendah mengakibatkan seseorang cenderung kurang memiliki keterampilan,wawasan,dan
pengetahuan yang memadai untuk kehidupannya.
3.Malas Bekerja
Hal ini paling sering menjangkit seseorang yang tak ingin maju dan beranggapan bahwa kemiskinan
itu takdir.Hal tersebut membuat seseorang tidak bergairah dan bersikap acuh tak acuh untuk bekerja
dan membuat kesejahteraannya menghilang
Ketika seseorang memiliki anggota keluarga yang banyak untuk dihidupi,beban hidupnya tentu saja
akan bertambah.Dengan begitu seseorang diharuskan meningkatkan pendapatannya sesuai dengan
berapa jumlah anggota yang harus dihidupinya
Hal ini terjadi karena alam sekitar yang memang tidak lagi memberikan keuntungan.Karena bencana
alam yang melanda suatu daerah,bencana alam akan menyebabkan semua potensi sumber daya
alam,infrastruktur maupun kondisi psikologis orang orang yang terdampak mengalami kerusakan.
1.Kemiskinan
Kemiskinan seringkali dikaitkan dengan kriminalitas. Bukan tanpa sebab, karena masyarakat miskin
cenderung melakukan apa saja untuk memenuhi kebuhtuhan hidup mereka, termasuk melakukan
kriminalitas. Beberapa bentuk kriminalitas tersebut yaitu pencurian, perampokan, begal, penipuan,
bahkan pembunuhan.
2. Angka Kematian yang Tinggi
Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan umumnya tidak mendapatkan akses kesehatan
yang memadai. Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian pada masyarakat miskin.Selain itu,
gizi yang buruk juga merupakan masalah yang sering terjadi pada masyarakat miskin. Asupan gizi
yang kurang menyebabkan kesehatan dan perkembangan fisik masyarakat miskin sangat buruk.
Biaya pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan masyarakat miskin tidak dapat menjangkau
dunia pendidikan. Hal ini semakin memperburuk situasi masyarakat yang kekurangan karena
kurangnya pendidikan membuat mereka tidak bisa bersaing dan tidak bisa bangkit dari
keterpurukan.
Masyarakat miskin yang tidak mendapatkan akses pendidikan akan sulit bersaing di dunia kerja
maupun usaha. Hal ini kemudian akan menyebabkan pengangguran semakin meningkat.
Rasa kecewa dan ketidakpuasan masyarakat miskin biasanya dilampiaskan dengan berbagai tindakan
anarkis. Bahkan seringkali konflik bernuansa SARA timbul di masyarakat sebagai cara pelampiasan
kekecewaan masyarakat miskin.