84-Article Text-345-3-10-20201126
84-Article Text-345-3-10-20201126
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the selectivity and level of environmental friendliness of mini
bottom trawl in Pangandaran District. This research conducted on May-October 2017. Primary data
obtained from purposive sampling either by interview or observation Selectivity indicator used was
selectivity of catch species and size. Environmental friendly fishing was evaluated based on the FAO
criteria. The result showed that catch rate of mini bottom trawl was 26.45 kg/hour. The main catch of
mini bottom trawl in Pangandaran District was Trachypenaeus asper amount of 39,5% while by catch
was Acetes sp¸ Oiolithes ruber, Trichiurus lepturus, and others catch with amount 60,40%. Catch size
of mini bottom trawl main catch was ranged 4 cm - 9.90 cm. The main catch was 39,00% was more than
size capture and under size capture was 61.00%. Catch utilization of this fishing gear was 93%. The
result evaluation of environmental friendliness based on catch selectivity was 6 point which mean ‘less
environmentally’ friendly while FAO criteria showed 18 point which mean ‘not environmentally’
friendly fishing.
daerah masih belum berjalan dengan baik dilakukan untuk menentukan kelayakan
(Subekti 2010). Dikeluarkannya Peraturan biologi ikan hasil tangkapan yang
Menteri Kelautan Perikanan disesuaikan berdasarkan ukuran panjang
No. 2/PERMEN-KP/2015 Tentang pertama kali matang gonad (length at first
Pelarangan Penggunaan Pukat Tarik dan maturity). Penilaian keramahan alat
Pukat Hela di Seluruh Wilayah Pengelolaan tangkap dinilai berdasarkan 9 kriteria FAO
Perikanan Republik Indonesia. Regional dalam CCRF (Nanlohy 2013).
Fisheries Management of the Republic of
Indonesia merupakan salah satu upaya Analisis Proporsi dan Komposisi Jenis
pemerintah untuk menerapkan system Hasil Tangkapan
pembangunan perikanan berkelanjutan. Proporsi hasil tangkapan sasaran utama dan
Jumlah alat tangkap yang termasuk sampingan, masing-masing data jumlah dan
dalam pukat hela dan pukat tarik (termasuk berat hasil tangkapan sasaran utama (HTU)
jaring dogol) di Indonesia saat ini berjumlah dan hasil tangkapan sampingan atau by
79018 unit (KKP 2016). Jarring dogol catch (HTS) dari operasi penangkapan
sebagai salah satu jenis dari kelompok dihitung dalam bentuk persentase
pukat tarik yang dioperasikan di Kabupaten (Novianto and Nugraha 2014).
Pangandaran. Alat tangkap tersebut disebut
tidak ramah lingkungan karena memiliki Analisis Komposisi Ukuran Hasil
bycatch yang tinggi serta menangkap target Tangkapan
dalam ukuran tidak layak tangkap. Tujuan Proporsi ikan layak tangkap secara biologi
dari penelitian ini adalah untuk mengetahi diketahui berdasarkan ukuran panjang
selektivitas dan tingkat keramaha alat cagak ikan yang pertama kali matang
tangkap jarring dogol di Kabupaten gonad. Data panjang cagak ikan hasil
Pangandaran. tangkapan sasaran utama untuk masing-
masing alat tangkap diolah dengan
menghitung sebaran frekuensinya.
BAHAN DAN METODE Selanjutnya membandingkan data ukuran
Penelitian dilaksanakan di Tempat panjang cagak ikan utama yang tertangkap
Pendaratan Ikan Pangandaran, Jawa Barat, selama penelitian dengan panjang cagak
pada bulan Juli-September 2017. Metode ikan pertama kali matang gonad atau Lm
yang digunakan adalah metode survey (length at first maturity). Selanjutnya
kepada armada penangkapan mini bottom proporsi tangkapan utama ikan layak
trawl. Analisis keramahan lingkungan tangkap secara biologi.
dinilai berdasarkan komposisi jenis,
ukuran, serta pemanfaatan hasil tangkapan. Tingkat Keramahan Alat Tangkap
Data primer yang dikumpulkan secara Penilaian tingkat keramahan alat
langsung selama penelitian adalah jumlah tangkap dilakukan berdasarkan kriteria
produksi (bobot), komposisi dan proporsi FAO dalam CCRF (1995) terdiri dari 9
jenis ikan hasil tangkapan, proporsi kriteria yang dinilai dengan menggunakan
pemnfaatan hasil tangkapan, dan panjang system pembobotan (Nanlohy 2013). Di
cagak Lm (length at first maturity). mana pada setiap masingmasing kriteria
Berdasarkan sasaran penangkapan dari terdapat 4 sub kriteria yang akan di nilai.
nelayan, hasil tangkapan dibedakan Dari 4 sub kriteria tersebut pembobotan
menjadi hasil tangkapan sasaran utama nilainya di tinjau dari nilai terendah hingga
(HTU) dan hasil tangkapan sampingan nilai tertinggi. Cara pembobotan dari 4 sub
(HTS). Pemanfanfaatan dihitung dengan kriteria tersebut adalah dengan membuat
cara mengidentifikasi hasil tangkapan yang skor dari nilai terendah hingga nilai
dijual dan dikonsumsi (dimanfaatkan) serta tertinggi seperti berikut: skor 1 untuk sub
hasil tangkapan yang dibuang (tidak kriteria pertama, skor 2 untuk sub kriteria
dimanfaatkan). Pengukuran panjang cagak kedua, skor 3 untuk sub kriteria ketiga, skor
31
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163
4 untuk sub kriteria keempat. (Sima, ikan jaring cantrang di wilayah pengelolaan
Yunasfi and Harahap 2014): perikanan Negara Republik Indonesia
1. Mempunyai selektifitas yang tinggi merupakan bentuk upaya dari pemerintah
2. Tidak merusak habitat dalam mengantisipasi terjadinya destructive
3. Menghasilkan ikan berkualitas tinggi fishing (Suprapti, Dhuha and Munir 2017).
4. Tidak membahayakan nelayan Namun demikian, penggunaan alat tangkap
5. Produksi tidak membahayakan ini masih terus berlanjut di beberapa
konsumen perairan Indonesia, termasuk di Jawa Barat.
6. By-catch rendah (hasil tangkap Hal inu terjadi karena alat tangkap ini
sampingan rendah) bertahun tahun beroperasi dan menjadi
7. Dampak ke biodiversity sumber kehidupan bagi nelayan, tidak
8. Tidak membahayakan ikan-ikan yang begitu saja bisa dihapus ataupun dilarang
dilindungi penggunaannya. Dari fenomena ini maka
9. Diterima secara sosial ada daya tolak dan terima nelayan pengguna
Setelah skor/nilai sudah di dapat, alat tangkap cantrang dengan
kemudian di buat refrensi poin yang dapat diterbitkannya Peraturan Menteri Kelautan
menjadi titik acuan dalam menentukan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015.
rangking. Disini skor atau nilai Berbagai macam modifikasi alat tangkap
maksimumnya adalah 36 point, sedangkan pukat tarik dan pukat hela salah satunya
kategori alat tangkap ramah lingkungan adalah jaring dogol. Peraturan tersebut
akan di bagi menjadi 4 kategori dengan ditujukan untuk kelestarian laut bukan
rentang nilai sebagai berikut : 1 – 9 sangat untuk mematikan mata pencaharian nelayan
tidak ramah lingkungan, 10 – 18 tidak (Suprapti, Dhuha and Munir 2017).
ramah lingkungan, 19 – 27 ramah Menurut statistik perikanan Kab.
lingkungan, 28 – 36 sangat ramah Pangandaran (Dinas Perikanan, Kelautan
lingkungan (Sima, Yunasfi and Harahap dan Ketahanan Pangan Kabupaten
2014). Pangandaran 2016) terdapat berbagai jenis
alat tangkap yang dioperasikan yaitu
HASIL DAN PEMBAHASAN trammel net sebanyak 702 unit, gill net
2.069 unit, purse seine 7 unit, beach seine
Peraturan Menteri Kelautan dan 23 unit, mini bottom trawl 109 unit, bottom
Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang longline sebanyak 860 unit, set net
Gambar 1. Jumlah unit alat tangkap yang dioperasikan di perairan Kab. Pangandaran.
*Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Ketahanan Pangan Kab. Pangandaran 2016
larangan penggunaan alat penangkapan sebanyak 20 unit. Permasalahan yang
32
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163
banyak terjadi dalam pemanfaatan oleh kapal sehingga ikan yang bukan
sumberdaya ikan adalah kurang selektifnya menjadi hasil tangkapan utama (target
berbagai jenis alat tangkap yang digunakan penangkapan) ikut tertangkap dalam
oleh para nelayan sehingga menyebabkan jumlah yang cukup besar;
degradasi lingkungan (Pregiwati, et al. 2. Lokasi penelitian adalah perairan
2017). dangkal memiliki 10 – 35 m kedalaman,
33
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163
Tabel 1. Proporsi Jenis Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan Jaring Dogol
34
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163
36
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163
Sima, Aznia Marlina, Yunasfi, and Zulham Suprapti, Yuyun, Rudianto Syamsu Dhuha,
Apandy Harahap. 2014. and Miftachul Munir. 2017.
"IDENTIFIKASI ALAT "PERCEPTION OF CANTRANG
TANGKAP IKAN RAMAH FISHERMEN TO THE MINISTER
LINGKUNGAN DI DESA OF MARINE AND FISHERY
BAGAN ASAHAN REGULATION NUMBER 2
KECAMATAN TANJUNG 2015." Journal of Economic and
BALAI." JURNAl Social of Fisheries and Marine 5
AQUACOASTMARINE 4 (3): 48- (1): 104-115.
60. Zulbainarni, Nimmi, Mangara Tambunan,
Spare, P., and S C Vennema. 1999. Yusman Syaukat, and Achmad
Introduksi Pengkajian Stok Ikan Fahrudin. 2011. "MODEL
tropis. Jakarta: Pusat Penelitian dan BIOEKONOMI EKSPLOITASI
Pengembangan Perikanan. MULTISPESIES SUMBER DAYA
Subekti, Imam. 2010. "Implikasi PERIKANAN PELAGIS DI
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan PERAIRAN SELAT BALI."
Laut di Indonesia Berdasarkan Code Marine Fisheries Journal 141-154.
of Conduct Responsible Fisheries
(CCRF)." Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum QISTI 4 (1): 38-51.
37