Anda di halaman 1dari 8

Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No.

1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163

EVALUASI SELEKTIVITAS DAN KERAMAHAN LINGKUNGAN ALAT


TANGKAP DOGOL DI KABUPATEN PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT

Lantun Paradhita Dewanti*, Izza Mahdiana, Irfan Zidni, Heti Herawati


Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia
*E-mail: lantun.paradhita@gmail.com

Diterima : Maret 2018. Disetujui : Mei 2018

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the selectivity and level of environmental friendliness of mini
bottom trawl in Pangandaran District. This research conducted on May-October 2017. Primary data
obtained from purposive sampling either by interview or observation Selectivity indicator used was
selectivity of catch species and size. Environmental friendly fishing was evaluated based on the FAO
criteria. The result showed that catch rate of mini bottom trawl was 26.45 kg/hour. The main catch of
mini bottom trawl in Pangandaran District was Trachypenaeus asper amount of 39,5% while by catch
was Acetes sp¸ Oiolithes ruber, Trichiurus lepturus, and others catch with amount 60,40%. Catch size
of mini bottom trawl main catch was ranged 4 cm - 9.90 cm. The main catch was 39,00% was more than
size capture and under size capture was 61.00%. Catch utilization of this fishing gear was 93%. The
result evaluation of environmental friendliness based on catch selectivity was 6 point which mean ‘less
environmentally’ friendly while FAO criteria showed 18 point which mean ‘not environmentally’
friendly fishing.

Keywords: Mini bottom trawl, selectivity, environmentally friendly fishing, Pangandaran

kemunduran stok, terutama akibat fishing


PENDAHULUAN mortality dan selektivitas ukuran ikan yang
ditangkap (Jorgensen, Ernande and FIksen
Perairan Pangandaran mempunyai
2009). Sumber daya perikanan tropis seperti
potensi sumberdaya hayati laut yang
di Indonesia bersifat gabungan atau
cukup besar. Kondisi perairan yang
multispesies yang berada dalam suatu
berhubungan langsung dengan Samudera
sistem ekologi yang kompleks (Zulbainarni,
Hindia mempengaruhi karakteristik oseanik
et al. 2011). Berbagai aktivitas perikanan
perairan tersebut. Berdirinya Kabupaten
tangkap telah dilakukan tanpa kontrol dalam
Pangandaran sebagai Daerah Otonomi Baru
pemanfaatan ikan sebagai tujuan
berdasarkan Undang-undang nomor 21
penangkapan. Beberapa hasil penelitian
tahun 2012 maka merupakan peluang besar
menunjukkan bahwa sumberdaya ikan laut
untuk wilayah ini dapat mengoptimalkan
telah mengalami tekanan yang cukup berat
potensi perikanannya. Namun demikian
dan mengakibatkan kemunduran mutu
kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten
sumberdaya, baik populasi, jumlah hasil
Pangandaran harus mengikuti kaidah
tangkapan serta kondisi ekosistem yang
perikanan tangkap yang bertanggungjawab
merupakan habitat ikan (Fauzi 2010).
dan berkelanjutan. Sehingga tidak salah
Salah satu permasalahan pokok dalam
kaprah dalam pengelolaannya dan tetap
penerapan pembangunan berkelanjutan
lestari di masa yang akan datang.
adalah penerapan prinsip-prinsi ke dalam
Industri perikanan tangkap telah
sistem, organisasi, maupun program kerja
diidentifikasi sebagai penyebab
pemerintahan, baik di pusat maupun di
1
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163

daerah masih belum berjalan dengan baik dilakukan untuk menentukan kelayakan
(Subekti 2010). Dikeluarkannya Peraturan biologi ikan hasil tangkapan yang
Menteri Kelautan Perikanan disesuaikan berdasarkan ukuran panjang
No. 2/PERMEN-KP/2015 Tentang pertama kali matang gonad (length at first
Pelarangan Penggunaan Pukat Tarik dan maturity). Penilaian keramahan alat
Pukat Hela di Seluruh Wilayah Pengelolaan tangkap dinilai berdasarkan 9 kriteria FAO
Perikanan Republik Indonesia. Regional dalam CCRF (Nanlohy 2013).
Fisheries Management of the Republic of
Indonesia merupakan salah satu upaya Analisis Proporsi dan Komposisi Jenis
pemerintah untuk menerapkan system Hasil Tangkapan
pembangunan perikanan berkelanjutan. Proporsi hasil tangkapan sasaran utama dan
Jumlah alat tangkap yang termasuk sampingan, masing-masing data jumlah dan
dalam pukat hela dan pukat tarik (termasuk berat hasil tangkapan sasaran utama (HTU)
jaring dogol) di Indonesia saat ini berjumlah dan hasil tangkapan sampingan atau by
79018 unit (KKP 2016). Jarring dogol catch (HTS) dari operasi penangkapan
sebagai salah satu jenis dari kelompok dihitung dalam bentuk persentase
pukat tarik yang dioperasikan di Kabupaten (Novianto and Nugraha 2014).
Pangandaran. Alat tangkap tersebut disebut
tidak ramah lingkungan karena memiliki Analisis Komposisi Ukuran Hasil
bycatch yang tinggi serta menangkap target Tangkapan
dalam ukuran tidak layak tangkap. Tujuan Proporsi ikan layak tangkap secara biologi
dari penelitian ini adalah untuk mengetahi diketahui berdasarkan ukuran panjang
selektivitas dan tingkat keramaha alat cagak ikan yang pertama kali matang
tangkap jarring dogol di Kabupaten gonad. Data panjang cagak ikan hasil
Pangandaran. tangkapan sasaran utama untuk masing-
masing alat tangkap diolah dengan
menghitung sebaran frekuensinya.
BAHAN DAN METODE Selanjutnya membandingkan data ukuran
Penelitian dilaksanakan di Tempat panjang cagak ikan utama yang tertangkap
Pendaratan Ikan Pangandaran, Jawa Barat, selama penelitian dengan panjang cagak
pada bulan Juli-September 2017. Metode ikan pertama kali matang gonad atau Lm
yang digunakan adalah metode survey (length at first maturity). Selanjutnya
kepada armada penangkapan mini bottom proporsi tangkapan utama ikan layak
trawl. Analisis keramahan lingkungan tangkap secara biologi.
dinilai berdasarkan komposisi jenis,
ukuran, serta pemanfaatan hasil tangkapan. Tingkat Keramahan Alat Tangkap
Data primer yang dikumpulkan secara Penilaian tingkat keramahan alat
langsung selama penelitian adalah jumlah tangkap dilakukan berdasarkan kriteria
produksi (bobot), komposisi dan proporsi FAO dalam CCRF (1995) terdiri dari 9
jenis ikan hasil tangkapan, proporsi kriteria yang dinilai dengan menggunakan
pemnfaatan hasil tangkapan, dan panjang system pembobotan (Nanlohy 2013). Di
cagak Lm (length at first maturity). mana pada setiap masingmasing kriteria
Berdasarkan sasaran penangkapan dari terdapat 4 sub kriteria yang akan di nilai.
nelayan, hasil tangkapan dibedakan Dari 4 sub kriteria tersebut pembobotan
menjadi hasil tangkapan sasaran utama nilainya di tinjau dari nilai terendah hingga
(HTU) dan hasil tangkapan sampingan nilai tertinggi. Cara pembobotan dari 4 sub
(HTS). Pemanfanfaatan dihitung dengan kriteria tersebut adalah dengan membuat
cara mengidentifikasi hasil tangkapan yang skor dari nilai terendah hingga nilai
dijual dan dikonsumsi (dimanfaatkan) serta tertinggi seperti berikut: skor 1 untuk sub
hasil tangkapan yang dibuang (tidak kriteria pertama, skor 2 untuk sub kriteria
dimanfaatkan). Pengukuran panjang cagak kedua, skor 3 untuk sub kriteria ketiga, skor
31
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163

4 untuk sub kriteria keempat. (Sima, ikan jaring cantrang di wilayah pengelolaan
Yunasfi and Harahap 2014): perikanan Negara Republik Indonesia
1. Mempunyai selektifitas yang tinggi merupakan bentuk upaya dari pemerintah
2. Tidak merusak habitat dalam mengantisipasi terjadinya destructive
3. Menghasilkan ikan berkualitas tinggi fishing (Suprapti, Dhuha and Munir 2017).
4. Tidak membahayakan nelayan Namun demikian, penggunaan alat tangkap
5. Produksi tidak membahayakan ini masih terus berlanjut di beberapa
konsumen perairan Indonesia, termasuk di Jawa Barat.
6. By-catch rendah (hasil tangkap Hal inu terjadi karena alat tangkap ini
sampingan rendah) bertahun tahun beroperasi dan menjadi
7. Dampak ke biodiversity sumber kehidupan bagi nelayan, tidak
8. Tidak membahayakan ikan-ikan yang begitu saja bisa dihapus ataupun dilarang
dilindungi penggunaannya. Dari fenomena ini maka
9. Diterima secara sosial ada daya tolak dan terima nelayan pengguna
Setelah skor/nilai sudah di dapat, alat tangkap cantrang dengan
kemudian di buat refrensi poin yang dapat diterbitkannya Peraturan Menteri Kelautan
menjadi titik acuan dalam menentukan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2015.
rangking. Disini skor atau nilai Berbagai macam modifikasi alat tangkap
maksimumnya adalah 36 point, sedangkan pukat tarik dan pukat hela salah satunya
kategori alat tangkap ramah lingkungan adalah jaring dogol. Peraturan tersebut
akan di bagi menjadi 4 kategori dengan ditujukan untuk kelestarian laut bukan
rentang nilai sebagai berikut : 1 – 9 sangat untuk mematikan mata pencaharian nelayan
tidak ramah lingkungan, 10 – 18 tidak (Suprapti, Dhuha and Munir 2017).
ramah lingkungan, 19 – 27 ramah Menurut statistik perikanan Kab.
lingkungan, 28 – 36 sangat ramah Pangandaran (Dinas Perikanan, Kelautan
lingkungan (Sima, Yunasfi and Harahap dan Ketahanan Pangan Kabupaten
2014). Pangandaran 2016) terdapat berbagai jenis
alat tangkap yang dioperasikan yaitu
HASIL DAN PEMBAHASAN trammel net sebanyak 702 unit, gill net
2.069 unit, purse seine 7 unit, beach seine
Peraturan Menteri Kelautan dan 23 unit, mini bottom trawl 109 unit, bottom
Perikanan Nomor 2 Tahun 2015 tentang longline sebanyak 860 unit, set net

Gambar 1. Jumlah unit alat tangkap yang dioperasikan di perairan Kab. Pangandaran.
*Sumber: Dinas Perikanan, Kelautan dan Ketahanan Pangan Kab. Pangandaran 2016
larangan penggunaan alat penangkapan sebanyak 20 unit. Permasalahan yang

32
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163

banyak terjadi dalam pemanfaatan oleh kapal sehingga ikan yang bukan
sumberdaya ikan adalah kurang selektifnya menjadi hasil tangkapan utama (target
berbagai jenis alat tangkap yang digunakan penangkapan) ikut tertangkap dalam
oleh para nelayan sehingga menyebabkan jumlah yang cukup besar;
degradasi lingkungan (Pregiwati, et al. 2. Lokasi penelitian adalah perairan
2017). dangkal memiliki 10 – 35 m kedalaman,

Gambar 2. Proporsi Jumlah Ikan yang Di daratkan di Kab. Pangandaran


Berdasarkan TPI
Kabupaten pangandaran memiliki 7 sehingga menyebabkan bukaan mulut
fishing base yakni di Madasari, Legokjawa, pukat udang masih menyapu sebagian
Muaragatah, Batu Karas, Nusawiru, Parigi besar kolom perairan
(Bojong salawe) dan Pangandaran. 3. Perairan yang dangkal merupakan
Tingginya persentase ikan yang didaratkan tempat ikan mencari makan (feeding
di fishing base tersebut membuat TPI ground), pemijahan (spawning ground),
pangandaran menjadi TPI yang paling dan pemeliharaan (nursery ground).
produktif di wilayah Kabupaten Sehingga banyak ikan muda (berukuran
Pangandaran. Oleh karena itu pengambilan kecil) yang ikut tertangkap;
data dilakukan di TPI Pangandaran. 4. Dasar perairan memiliki permukaan
Komposisi Hasil Tangkapan yang relatif landai karena merupakan
daerah paparan dan memiliki substrat
Komposisi hasil tangkapan jarring
berlumpur yang merupakan habitat bagi
dogol sangat beraneka ragam, mulai dari
jenis ikan demersal; dan
jenis udang maupun ikan. Ini sesuai dengan
5. Pengoperasian pukat udang (trawl) tidak
hasil penelitian Mahendra et al. tahun 2015
diikuti pemasangan alat pemisah ikan
di PPP Kendal. Tinggi nya proporsi antara
(API), sehingga jumlah ikan yang bukan
ikan-ikan hasil tangkapan sampingan
menjadi target penangkapan banyak
dengan hasil tangkapan utama dikarenakan
tertangkap.
beberapa faktor (Purbayanti and Riyanto
2005) yaitu:
1. Pukat udang (trawl) bersifat aktif
mengejar target ikan dengan cara ditarik

33
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163

Tabel 1. Proporsi Jenis Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan Jaring Dogol

Hasil Tangkapan Jenis Ikan Bobot (Kg) Proporsi (%)


Utama Trachypenaeus asper 40.8 39
Sampingan Acetes sp 43.4
61
Cynoglossus lingua 13.3
Oiolithes ruber 0.4
Trichiurus lepturus 0.2
Leiognathus equulus 4.7
Ikan Lain 3
Jumlah 105.80 100.00

Komposisi Ukuran Komposisi Pemanfaatan


Ukuran individu menjadi salah satu Komposisi hasil tangkapan dihitung
indikator untuk mengetahui umur individu berdasarkan indikator selektifitas alat
maupun indikator biologi reproduksinya. tangkap terhadap discards. Apabila alat
Data biologi ikan merupakan salah satu dari tangkap masih memiliki discards dengan
empat jenis data utama yang dibutuhkan jumlah yang cukup tinggi maka alat tangkap
dalam rangka pelaksanaan langkah-langkah ini masih dikategorikan tidak ramah
pengelolaan perikanan (Masuswo dan lingkungan. Potensi perikanan yang cukup
Widodo 2016). Dalam pengelolaan tinggi seharusnya dapat dimanfaatkan
perikanan tangkap yang berkelanjutan, hal dengan baik dan menggunakan prinsip
tersebut berkaitan dengan bagaimana pemanfaatan yang baik pula. Salah satunya
ukuran yang layak tangkap pada suatu adalah dengan menggunakan teknologi
individu sehingga tidak mengganggu penangkapan yang tidak merusak
keberlanjutan sumberdaya ikan tersebut. lingkungan Potensi perikanan yang cukup
tinggi seharusnya dapat dimanfaatkan
Ukuran Hasil Tangkapan Utama
Lebih dari LM
dengan baik dan menggunakan prinsip
pemanfaatan yang baik pula. Salah satunya
adalah dengan menggunakan teknologi
> LM
39% penangkapan yang tidak merusak
61% < LM
lingkungan. Menurut Monintja (2000) salah
satu kriteria teknologi penangkapan ikan
Gambar 3. Proporsi Ukuran Hasil yang ramah lingkungan adalah minimnya
Tangkapan Utama Jaring hasil tangkapan yang terbuang.
Dogol Tabel 2. Pemanfaatan Hasil Tangkapan Utama
Ukuran hasil tangkapan utama jenis Jumlah Proporsi
Trachypenaeus asper dihitung proporsinya (Kg) (%)
untuk mengetahui berapa jumlah yang lebih Di Jual 101
Pemanfaatan 93
dari ukuran panjang pertama kali matang Di Konsumsi 4
gonad dan berapa jumlah ukuran kurang Discards 8 7
dari panjang pertama kali matang gonad. Jumlah 105
Sebanyak 61% hasil tangkapan memiliki
ukuran kurang dari panjang Lm sedangkan Tingkat Keramahan Lingkungan Alat
39% lebih dari panjang Lm. Alat tangkap Penangkap Ikan Jaring Dogol
ini diindikasikan masih menangkap ikan Penilaian tingkat keramahan
hasil tangkapan yang belum layak tangkap berdasarkan selektivitas diacu dari tiga
dalam proporsi yang besar sehingga tidak indikator yakni proporsi hasil tangkapan
selektif dari segi ukuran hasil tangkapan. utama atas hasil tangkapan sampingan,

34
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163

proporsi ukuran hasil tangkapan lebih dari Responsible Fisheries (CCRF)


ukuran pemanfaatan atas discard (hasil dipergunakan sebagai pedoman
tangkapan terbuang). Hasil penelitian melaksanakan kegiatan perikanan secara
menunjukkan skor terendah ada pada bertanggung jawab (Nanlohy 2013).
proporsi ukuran yakni bernilai 1, sedangkan Berdasarkan hasil penelitian yang
pada proporsi hasil tangkapan utama dilakukan terhadap 10 sampel dengan 9
bernilai 2 dan pemanfaatan bernilai 4. Hal kriteria, maka diperoleh penilaianpada
ini menunjukkan dari segi ukuran alat jarring dogol di kabupaten Pangandaran
tangkap jarring dogol sangat tidak selektif. seperti table di bawah ini. total skor 23
Jumlah skor adalah 7 yang berarti dari segi yakni kriteria “tidak ramah lingkungan. Hal
analisis hasil tangkapan memiliki kroteria ini mengindikasikan, keberadaan jarring
“Kurang Ramah Lingkungan”. dogol pada kondisi ini dapat memberikan
Penggunaan alat tangkap yang kontribusi penurunan kondisi sumberdaya
beraneka ragam kaitannya dengan perikanan di Kabupaten Pangandaran.
penggunaan alat tangkap terlarang, sebagai Tabel 4. Peniaian Tingkat Keramahan
salah satu langkah strategi guna mengatasi Berdasarkan Analisis Hasil
ancaman kerusakan ekosistem laut nasional Tangkapan
(Pahlefi dan Hidayat 2017) dan Proporsi
Satuan Skor
mengantisipasi terjadinya destructive (%)
fishing (Suprapti, Dhuha and Munir 2017). Proporsi Hasil
50.85 2
Hal ini sejalan dengan Code of Conduct Tangkapan Utama
Responsible Fisheries (CCRF) yang Proporsi Ukuran Hasil
39 1
dikeluarkan oleh FAO Tahun 1995. FAO Tangkapan > LM
tahun 1995 telah mendistribusikan
Proporsi Pemanfaatan
ketentuan – ketentuan sebagai instrument Hasil Tangkapan
93 4
internasional didalam mewujudkan
pembangunan perikanan berkelanjutan Jumlah Skor 7
(Sustainable Fisheries Development) yang Kurang Ramah
Kriteria
dikenal dengan Code of Conduct for Lingkungan

Tabel 3. Penilaian Tingkat Keramahan Berdasarkan Kriteria FAO


Sampel Rerata
No Kriteria
A B C E F G H I J
1 Selektivitas tinggi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Tidak merusak habitat 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3
Tidak membahayakan
3 nelayan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Menghasilkan produk yang
4 berkualitas 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3
Produk tidak
5 membahayakan konsumen 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 Bycatch minimum 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Memiliki dampak
minimum terhadap
7 menurunnya biodiversitas 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Tidak menangkap spesies
8 yang dilindungi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9 Diterima secara social 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Total 24 24 23 23 23 23 23 23 24 23
Kriteria Tidak Ramah Lingkungan
35
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163

SIMPULAN Resources Utilization Management


Evaluasi hasil penilaian tingkat and Technology 4 (1): 60-69.
keramahan lingkungan berdasarkan Masuswo, Rudi, and Agustinus Anung
selektivitas hasil tangkapan bernilai 6 Widodo. 2016.
berarti “kurang ramah lingkungan” dan "KARAKTERISTIK BIOLOGI
berdasarkan kriteria FAO bernilai 18 berarti IKAN TONGKOLKOMO
“tidak ramah lingkungan”. (EUTHYNNUS AFFINIS)
YANGTERTANGKAPJARINGIN
REFERENSI SANGHANYUT DI LAUT
Dinas Perikanan, Kelautan dan Ketahanan JAWA." Bawal 8 (1): 57-63.
Pangan Kabupaten Pangandaran. Nanlohy, Albert CH. 2013. "Evaluasi alat
2016. Statistik Perikanan tangkap ikan pelagis yang ramah
Kabupaten Pangandaran Tahun lingkungan di Perairan Maluku
2016. Laporan Tahunan, dengan menggunakan prinsip CCRF
Pangandaran: Dinas Perikanan, (Code of Conduct for Responsible
Kelautan dan Ketahanan Pangan Fisheries)." JURNAL ILMU
Kabupaten Pangandaran. HEWANI TROPIKA (JOURNAL
Ernawati, Tri. 2007. "DISTRIBUSI DAN OF TROPICAL ANIMAL
KOMPOSISI JENIS IKAN SCIENCE) 2 (1): 1-11.
DEMERSAL YANG Novianto, Dian, and Budi Nugraha. 2014.
TERTANGKAP TRAWL PADA "KOMPOSISI HASIL
MUSIM BARAT DI PERAIRAN TANGKAPAN SAMPINGAN
UTARA JAWA TENGAH." Jurnal DAN IKAN TARGET
Ikhtiologi Indonesia 7 (1): 41-45. PERIKANAN RAWAI TUNA
Fauzi, Ahmad. 2010. Ekonomi Perikanan. BAGIAN TIMUR SAMUDERA
Teori, Kebijakan dan Pengelolaan. HINDIA." Journal Marine
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Fisheries 5 (2): 119-127.
Firdaus, Muhammad. 2010. "Hasil Pahlefi, M. Faizal Reza, and Zainal
Tangkapan dan Laju Tangkap Unit Hidayat. 2017. "IMPLEMENTASI
Perikanan Tangkap Pukat Tarik, KEBIJAKAN PELARANGAN
Tugu dan Kelong." Makara of ALAT TANGKAP CANTRANG
Technologi Series 14 (1): 22-28. DI KABUPATEN REMBANG."
Jorgensen, Christian, Bruni Ernande, and Journal of Public Policy and
Oyvind FIksen. 2009. "Size Management Review 6 (2): 200-
Selectivity Fishing Gear and Life 2014.
History Evolution in The Norhteast Pregiwati, Lilly Aprilya, Budy Wiryawan,
Arctic Cod." Evolutionary Sugeng Hari Wisudo, and Arif
Applications 2 (3): 356-370. Satria. 2017. "SELEKSI
KKP. 2016. Sistem Informasi dan KOMODITAS DAN TEKNOLOGI
Diseminasi Data Statistik Kelautan PENANGKAPAN IKAN
dan Perikanan. Accessed July 17, UNGGULAN DI KABUPATEN
2017. http://www.sidatik.kkp.go.id. KEPULAUAN ANAMBAS."
Mahendra, Feldi, Aristi Dian Purnama Fitri, Marine Fisheries Journal 8 (1):
and Arisyanto. 2015. "ANALISIS 113-122.
HASIL TANGKAPAN ARAD Purbayanti, Ari, and Riyanto. 2005.
MODIFIKASI (MODIFIED "Pengoperasian Pukat Udang pada
SMALL BOTTOM TRAWL) DI Siang dan Malam Hari Pengaruhnya
PERAIRAN PPP TAWANG terhadap Hasil Tangkap Sampingan
KENDAL." Journal of Fisheries di Laut Arafura." Maritek 5 (1): 29-
41.

36
Lantun P.D, et al.,, /Jurnal Airaha, Vol. VII No. 1 : 030 – 037 ISSN: 2301-7163

Sima, Aznia Marlina, Yunasfi, and Zulham Suprapti, Yuyun, Rudianto Syamsu Dhuha,
Apandy Harahap. 2014. and Miftachul Munir. 2017.
"IDENTIFIKASI ALAT "PERCEPTION OF CANTRANG
TANGKAP IKAN RAMAH FISHERMEN TO THE MINISTER
LINGKUNGAN DI DESA OF MARINE AND FISHERY
BAGAN ASAHAN REGULATION NUMBER 2
KECAMATAN TANJUNG 2015." Journal of Economic and
BALAI." JURNAl Social of Fisheries and Marine 5
AQUACOASTMARINE 4 (3): 48- (1): 104-115.
60. Zulbainarni, Nimmi, Mangara Tambunan,
Spare, P., and S C Vennema. 1999. Yusman Syaukat, and Achmad
Introduksi Pengkajian Stok Ikan Fahrudin. 2011. "MODEL
tropis. Jakarta: Pusat Penelitian dan BIOEKONOMI EKSPLOITASI
Pengembangan Perikanan. MULTISPESIES SUMBER DAYA
Subekti, Imam. 2010. "Implikasi PERIKANAN PELAGIS DI
Pengelolaan Sumberdaya Perikanan PERAIRAN SELAT BALI."
Laut di Indonesia Berdasarkan Code Marine Fisheries Journal 141-154.
of Conduct Responsible Fisheries
(CCRF)." Jurnal Ilmiah Ilmu
Hukum QISTI 4 (1): 38-51.

37

Anda mungkin juga menyukai