Anda di halaman 1dari 9

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

MAKALAH
‘’NILAI-NILAI KETUHANAN DAN TOLERANSI AGAMA’’

Di Susun oleh :

Rendi Firdaus

NIM : 11210810000033

JURUSAN MANEJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H / 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyusun makalah ini.Makalah  ini berjudul “Etika,budaya
nusantara Dan reaktulisasi pancasila  ” yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas
makalah mata kuliah Pancasila.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Penulis sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, akan tetapi
penulis menyadari kesalahan  dan  kealfaan, makalah  ini masih jauh dari kesempurnaan.
Namun berkat arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini
dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan dan bimbingan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca
umumnya. Amiin...

                                                                         Jakarta,1 Oktober 2021


                                                                                                                                                                                
Penulis

Rendi Firdaus
DAFTAR ISI

Judul ……………………………………………………. I

Kata Pengantar …………………………………………………… II

Daftar isi …………………………………………………… III

Bab I Pendahuluan ……………………………………………………. IV

1.1 Latar belakang …………………………………………………….. IV

1.2 Identifikasi masalah ……………………………………………………. V

Bab II Pembahasan …………………………………………………… VI

2.1 Kesimpulan …………………………………………………… VII

Daftar pusaka ……………………………………………………. IX


BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan
yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu
pelajaran penting yang terkandung dalam Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yaitu
masalah toleransi antar umat beragama, sebagai penduduk yang multikultural mengharuskan
kita untuk tetap mampu melaksanakan toleransi dalam kehidupan sehari-hari, jika kita ingin
cita-cita bangsa ini dapat terwujud tanpa adanya toleransi tidak menutup kemungkinan akan
terjadi permasalahan atau konflik. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk
ditandai dengan banyaknya etnis, suku, agama, bahasa, budaya, dan adat istiadat.

Dari isi pasal 29 ayat (1) dijelaskan di ideologi Negara Indonesia adalah
Ketuhanan yang Maha Esa, oleh karena segala kegiatan di Negara Indonesia harus
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dan itu besifat mutlak prinsip Ketuhanan yang
ditanamkan dalam UUD 1945. Oleh karena itu, Setiap orang bebas memeluk agama dan
beribadah menurut agamanya. Berikutnya, dari isi pasal 29 ayat (2) dijelaskan bahwa setiap
warga negara memiliki agama dan kepercayaanya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak
manapun, dan tidak ada yang bisa melarang orang untuk memilih agama yang diyakininya.
Setiap agama memiliki cara dan proses ibadah yang bermacam-macam, oleh karena itu setiap
warga negara tidak boleh untuk melarang orang beribadah.

Negara memberi kebebasan kepada penduduk untuk memilih salah satu agama
yang sudah ada di Indonesia yaitu agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu,
Budha dan Konghuchu. kenyataan ini dengan sendirinya memaksa negara untuk terlibat
dalam menata kehidupan beragama. Ketentuan dalam pasal 29 UUD 1945 sangat penting
artinya bagi para agama-agama dan para pemeluknya karena telah memberi jaminan dan
sarana keterlibatan umat dalam mengisi dan memperkaya kehidupan berbangsa. Tiap
pemeluk agama mendapatkan kesempatan menjalankan agama dan menciptakan kehidupan
beragama sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Pengembangan agama dan kehidupan
beragama yang sempit dikarenakan hal ini menimbulkan konflik antar agama.

Konflik dan kekerasan sosial yang sering terjadi cenderung menjadi ancaman
yang serius terhadap integrasi bangsa Indonesia. Kemajemukan bangsa Indonesia harus
dipandang sebagai salah satu alat untuk memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dengan
selalu mengembangkan sikap toleran, saling menghargai satu dengan yang lainya.
Keberagaman atau kehidupandalam lingkungan majemuk merupakan sumber kekayaan
budaya bangsa, setiap perwujudan memilik ciri ciri tertentu yang membedakan dari
perwujudan yang lain. Tidak mungkin pula suatu perwujudan itu sama karena menunjukkan
tidak ada perkembangan atau kemajuan pada suatu bangsa
Atas dasar pemahaman tersebut perbedaan-perbedaan yang ada dalam kehidupan
masyakat Indonesia sebenarnya untuk memenuhi kepentingan bersama agar dapat hidup
sejahtera. Dalam kehidupan masyarakat yang serba majemuk, perbedaan yang ada dalam
suku, agama, ras atau antar golongan, merupakan realita yang harus di daya gunakan untuk
memajukan negara dan bangsa Indonesia menuju cita cita yang di inginkan, yaitu masyarakat
yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Seluruh Warga Negara Indonesia (WNI) memiliki tugas dan tanggung jawab yang
sama dalam memajukan bangsa. Pembangunan tidak akan tercapai secara optimal apabila
tidak ada langkah maju yang antar elemen bangsa termasuk didalamnya umat beragama, oleh
karena itu, kerjasama antar tokoh agama dan Pemerintah menjadi sangat penting. Akan tetapi
masalah toleransi beragama adalah masalah yang selalu hangat dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sampai dewasa ini masih banyak kelompok
masyarakat yang melakukan perbuatan intoleransi. Oleh karena sikap intoleransi harus
dideteksi sejak dini dan menjadikan dasar untuk mengembangkan budaya toleransi, demi
menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam realitasnya, konflik akibat
intoleransi.sampai saat ini ini masih sering terjadi dan melibatkan berbagai lapisan
masyarakat, kelompok dan lain-lain. Masalah yang terjadi seperti perbedaan suku ras dan
kebudayaan pemeluk agama, perbedaan tingkat budaya, serta masalah mayoritas dan
minoritas golongan agama.,

Padahal mestinya kenyataan adanya perbedaan agama, paham, penafsiran dan


organisasi keagaman haruslah diterima sebagai kenyataan yang harus diterima. Solusi yang
harus diupayakan adalah dialog antar pemeluk agama, dengan berkembangnya globalisasi
yang sangat cepat kemungkinan terjadi konflik akan lebih beragaman dan kemungkinan
dalam bentuk yang tak pernah di duga sebelumnya, dan tentunya penting untuk berdialog
antar umat beragama agar meminimalisir terjadinya konflik, dan selalu bersifat optimis dan
membuka diri kepada semua umat beragama. Penting juga bagaimana mengelola perbedaan
itu menjadi kekuatan dalam kehidupan sosial keagaman dan mencerminkan kedewasaan
beragama dalam kerangka kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena
itu sejak dini harus sudah ditanamkan kesadaran kepada anak-anak, Pelajar, pemuda dan
Mahasiswa tentang adanya kemajemukan ini. Dalam masyarakat, Pelajar dianggap sebagai
salah satu kelompok yang menjadi sub elemen penting masyarakat, sebab memiliki potensi
besar dalam menciptakan suatu bentuk tatanan tertentu. Pelajar adalah manusia yang dipenuhi
idealisme. Pelajar dianggap tunas-tunas baru yang akan menggantikan peran para pemimpin
di masa yang akan datang. Ditangan para Pelajar masa depan bangsa ini akan bergantung.
Tongkat estafet kepemimpinan

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka


dikemukakan identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Masih banyak konflik beda agama di Indonesia.


2. Masih rendahnya toleransi sikap umat beragama.

3. Masih sedikit proses pembentukan toleransi beda agama.

4. Masih rendahnya peran guru mengimplementasikan dalam proses


pembelajaran.

5. Rendahnya peran tokoh agama dalam mensosialisasikan toleransi beragama.

BAB II PEMBAHASAN

Indonesia adalah negara hukum yang mewajibkan warga negaranya memilih satu dari 6
agama resmi di Indonesia, Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Walau di
naungi Pancasila namun kerukunan antar umat beragama di Indonesia dinilai masih
banyak menyisakan masalah.  Kasus-kasus yang muncul terkait masalah kerukunan
beragama pun belum bisa terhapus secara tuntas.

Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat tentang kerukunan atar umat
beragama perlu ditinjau ulang. Dikarenakan banyaknya ditemukan ketidak adanya
kerukunan antar agama, yang menjadikan adanya saling permusuhan, saling merasa
ketidak adilan, dan saling menista agama.

Agama merupakan salah satu hak yang paling asasi diantara hak-hak asasi manusia, karena
kebebasan beragama itu langsung bersumber kepada martabat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan. Oleh kerenanya, agama tidak dapat dipaksakan atau dalam menganut suatu
agama tertentu itu tidak dapat dipaksakan kepada dan oleh seseorang. Agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu berdasarkan atas keyakinan, karena
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan yang dipercayai dan diyakininya

Untuk itu, sikap toleransi perlu tumbuh dalam diri setiap warga Negara Indonesia, karena
sikap toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari
aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain
lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial
dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup.

Indonesia adalah negeri yang super majemuk, ada ratusan bahasa, puluhan suku bangsa
dan 6 agama yang diakui pemerintah. Keragaman itulah yang membuat bangsa kita kaya
akan budaya, adat istiadat dan nilai luhur bangsa. Dalam wadah bhinneka tunggal ika,
maka seluruh melebur dalam satu rumah yakni Negara kesatuan republic Indonesia. Dan
Pancasila sebaga dasar Negara memayungi semua perbedaan yang ada di nusantara.

Pancasila sebagai falsafah negara, ideologi negara, landasan dasar dan pandangan hidup
bangsa Indonesia, berarti Pancasila merupakan sumber nilai bagi segala penyelenggaraan
negara baik yang bersifat kejasmanian maupun kerohanian. Hal ini berarti bahwa dalam
segala aspek penyelenggaraan atau kehidupan bernegara yang materiil maupun spiritual
harus sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam sila-sila Pancasila secara bulat dan
utuh.

Dalam kaitannya dengan sila Ketuhanan yang maha Esa mempunyai makna bahwa segala
aspek penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari
Tuhan. Karena sejak awal pembentukan bangsa ini, bahwa negara Indonesia berdasarkan
atas Ketuhanan. Maksudnya adalah bahwa masyarakat Indonesia merupakan manusia yang
mempunyai iman dan kepercayaan terhadap Tuhan, dan iman kepercayaan inilah yang
menjadi dasar dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.

Toleranis dalam kehidupan beragama di lindungi oleh Negara Pancasila. Hal tercermin
dari Butir-butir pengamalan Pancasila, sila Ketuhanan Yang Maha Esa :
1. Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Saling menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
4. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Selain Pancasila, Negara juga mengatur kehidupan beragama dalam Undang-Undang
Dasar 1945 Bab XI, Pasal 29 yang mengatur tentang Agama:

-Pasal 29 Ayat (1) menyatakan: “Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ayat
ini menyatakan bahwa bangsa Indonesia berdasar atas kepercayaan dan keyakinan
terhadap Tuhan.
-Pasal 29 Ayat (2) menyatakan: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaan itu”. Dalam ayat ini, negara memberi kebebasan kepada setiap warga negara
Indonesia untuk memeluk salah satu agama dan menjalankan ibadah menurut kepercayaan
serta keyakinannya tersebut.

Untuk pelaksanaan lebih teknis mengenai kehidupan beragama maka dikeluarkan


Ketetapan MPR No. IV tahun 1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara: Dalam
GBHN dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000, dinyatakan bahwa
sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh keimanan dan ketakwaan,
penuh kerukunan yang dinamis antar umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, secara bersama-sama memperkuat landasan spiritual, moral dan etika
bagi pembangunan nasional, yang tercermin dalam suasana kehidupan yang harmonis serta
dalam kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa selaras dengan penghayatan dan
pengamalan Pancasila.

Selain itu, pembinaan agama merupakan tanggung jawab kementerian agama, sebagai
institusi negara yang memang secara hisoris mempunyai wewenang di bidang itu. Arah
pembinaan kehidupan beragama di Indonesia antara lain membangun kerukunan hidup
antar dan intra umat beragama. Hal ini karena agama mempunyai kecendrungan untuk
menyebarkan kebenaran yang diyakini pada umat manusia. Jika kecendrungan ini tidak
diatur maka akan menjadikan masyarakat beragama saling berebut pengaruh yang pada
gilirannya dapat menimbulkan konflik antar agama.

Karena arahnya adalah pembangunan kerukunan antar dan intra umat beragama, maka
Kementerian Agama di samping mengeluarkan pedoman-pedoman penyiaran agama, juga
member fasilitas bagi kalangan umat beragama untuk mengadakan dialog dan kerja sama.
Kementerian Agama telah mendirikan forum-forum beranggotakan tokoh agama-agama
yang berfungsi sebagai jembatan antar umat beragama dengan pemerintah atau
Kementerian Agama. Forum-forum itu adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persatuan
Gereja Indonesia (PGI), Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI), Parisadha Hindu
Darma Indonesia (PHDI) dan Perwalian Umat Budha Indonesia (WALUBI). Melalui
forum-forum itu dharapkan agama bertindak sebagai kekuatan pemersatu bagi para
pemeluk agama masing-masing.

Membangun kerukunan agama  merupakan agenda yang tidak ringan. Agenda ini harus
dijalankan dengan hati-hati mengingat agama lebih melibatkan aspek emosi daripada rasio,
lebih menegaskan klaim kebenaran dari pada mencari kebenaran. Meskipun sejumlah
pedoman telah digulirkan, pada umumnya masih sering terjadi gesekan-gesekan ditingkat
lapangan, terutama berkaitan dengan penyiaran agama, pembangunan rumah ibadah dan
sebagainya. Pada tingkat tertentu ini dapat mengganggu kerukunan hidup antar umat
beragama.

Beberapa faktor yang dapat memicu konflik, bahkan kerusuhan sosial, seperti pendirian
rumah ibadah, penyiaran agama, bantuan luar negeri, perkawinan berbeda agama,
perayaan Hari Besar Keagamaan, penodaan agama dan kegiatan aliran sempalan.

Faktor-faktor tersebut harus mendapat perhatian agar konflik dan kerusuahan sosial yang
bersumber dari agama sejauh mungkin dapat dideteksi secara dini selain mengedepankan
sikap toleransi dalam menciptakan kerukunan beragama.
DAFTAR PUSAKA

Materi Ajar Mata Kuliah Pendidikan Pancasila, Direktorat Pembelajaran Dan Kemaha
Siswaan Direktorat Jenderal
Pendidikan TinggiDepartemen Pendidikan Nasional Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik
Indonesia, 2013
A. Ubaedillah Pendidikan Kewarganegaraan: Pancasila, Demokrasi, dan
Pencegahan Korupsi Jakarta: Prenada Media,2015
A. Ubaedillah dan Abd. Rozak, Pendidikan Kewarganegaraan: Pancasila,
Demokrasi, dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media, 2015
Ketut Rindjin, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi. CV Prima
Grafika 2012
Kaelan dam Achmad Zubaedi, Pendidikan Kewarganegaraan. Paradigma
Yogyakarta. 2010
Abdul Aziz Wahab dan Sapriya. Pendidikan Kewarganegaraan.
Alfabeta. 2011
Syahrial Syarbaini, Pancasila Di Perguruan Tinggi. Galia Indonesia

Anda mungkin juga menyukai