Anda di halaman 1dari 6

4 Upaya Pemerintah dalam Menegakkan HAM

1. Penegakan Pemerintah Melalui Undang-Undang


Undang-undang merupakan produk hukum yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia yang
digunakan sebagai pedoman atau aturan main dalam pelaksanaan suatu kebijakan atau
tindakan yang menyangkut kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia. Undang-
undang merupakan produk yang dihasilkan sebagai akibat adanya sistem politik demokrasi di
Indonesia. Produk ini merupakan hasil dari perundingan yang dilakukan oleh pemerintah
melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sesuai dengan tugas dan fungsinya. (baca juga:
Fungsi DPR) Sebelum undang-undang ini diberlakukan, undang-undang perlu disetujui dan
disahkan oleh presiden republik Indonesia.

Undang-undang sebagai pedoman dan acuan kehidupan bermasyarakat dan bernegara juga
mempunyai beberapa kaitan dengan hak asasi manusia. Kaitan tersebut berupa produk
undang-undang yang mengatur tentang perlindungan terhadap hak-hak asasi yang dimiliki
oleh setiap warga negara. Adapun undang-undang yang dimiliki oleh Indonesia dalam
kaitannya dengan penegakan hak asasi manusia bagi warga negaranya diantaranya:

 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Undang-Undang No.1 Tahun 1974 merupakan udang-undang yang berkaitan upaya


pemerintah dalam menegakkan HAM dengan hak asasi manusia yang mengatur tentang
perkawinan di Indonesia. Perlu diketahui, perkawinan atau penikahan merupakan hak asasi
yang dimiliki oleh seseorang yang termasuk dalam hak asasi pribadi (Personal Rights). Di
dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa dasar perkawinan atau pernikahan
merupakan ikatan secara lahir maupun batin yang terjalin diantara seorang pria dan seorang
wanita dengan tujuan membentuk suatu keluarga atau rumah tangga. Keluarga atau rumah
tangga yang dibentuk tentunya bertujuan kepada kebahagiaan yang dilandaskan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai berikut:

 Undang-undang perkawinan ini merupakan bentuk perhatian pemerintah Indonesia


terhadap hak asasi personal yang dimiliki oleh warga negaranya.
 Setiap warga negara di Indonesia berhak untuk memilih pasangannya masing-masing
ke jenjang pernikahan yang diakui secara agama dan hukum yang berlaku di
Indonesia.
 Pada dasarnya undang-undang perkawinan ini merupakan salah satu usaha pemerintah
dalam meningkatkan peran keluarga dalam pembentukan kepribadian anggota
keluarga baik itu ayah, ibu, maupun anak.

Perkawinan tidak dapat dilakukan dengan paksaan karena perkawinan itu membutuhkan
ikatan secara lahir maupun batin seperti yang dijelaskan dalam undang-undang tersebut.
Barang siapa memaksakan suatu perkawinan itu terjadi, maka hak asasi manusia yang
berkaitan dengan hak asasi pribadi dapat terganggu. Jika di dalam pemaksaan perkawinan
terjadi tindakan-tindakan yang tidak diinginkan dan melanggar hukum, maka kasus tersebut
dapat diperkarakan dalam pengadilan.
 TAP MPR Nomor XVII/MPR/1998

Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 merupakan produk dari Majelis Permusyawaratan


Rakyat sesuai dengan tugas dan fungsi MPR di Indonesia dan menurut UUD 1945. (baca
juga: Fungsi MPR) Ketetapan MPR ini merupakan ketetapan yang berkaitan tentang hak-hak
asasi manusia khususnya hak-hak asasi warga negara Indonesia.

Oleh pemerintah saat itu, produk MPR berupa ketetapan ini disebut sebagai piagam hak asasi
manusia yang dimiliki oleh negara Indonesia. Dalam ketetapan MPR ini, hak asasi manusia
diakui sebagai hak yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada ciptaannya yang perlu
dijaga dan dilindungi oleh negara. Selain itu, hak asasi manusia juga diakui sebagai hak-hak
yang mendasar dan melekat dalam diri manusia semenjak manusia tersebut di dalam
kandungan. Penegakan hak asasi bagi warga negara Indonesia dalam keketapan MPR ini
merupakan bentuk perlindungan hak asasi yang menjunjung tinggi arti penting dan fungsi
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Beberapa hak asasi manusia yang
terdapat dalam ketetapan MPR ini antara lain:

 Hak untuk hidup


 Hak untuk berkeluarga
 Hak untuk melakukan pengembangan diri
 Hak untuk mendapatkan keadilan
 Hak untuk mendapatkan kemerdekaan
 Hak atas kebebasan informasi
 Hak atas rasa aman
 Hak atas kesejahteraan

Perlu kita ketahui, Ketetapan MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak-Hak Asasi
Manusia sudah tidak berlaku lagi di Indonesia. Ketetapan MPR ini telah melebur pada
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 yang dibahas pada poin selanjutnya dalam artikel ini.

 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999

Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 merupakan undang-undang yang menggantikan


Ketetapan MPR MPR Nomor XVII/MPR/1998. Undang-undang ini bersikan hak-hak asasi
manusia yang dimiliki oleh setiap warga negara tanpa terkecuali. Melalui undang-undang ini,
penegakan hak asasi bagi seluruh masyarakat Indonesia lebih diperkuat sejalan dengan
pandangan bangsa mengenai Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia. Karena Undang-
Undang No. 39 Tahun 1999 adalah penyempurnaan dari Ketetapan MPR MPR Nomor
XVII/MPR/1998, maka terdapat beberapa tambahan mengenai hak-hak asasi manusia sebagai
warga negara Indonesia. Penambahan cakupan hak-hak asasi tersebut antara lain:

 Hak untuk berperan serta dalam sistem pemeritnahan


 Hak-hak perempuan
 Hak-hak anak

Tiga tambahan dari cakupan hak asasi manusia sebagai warga negara Indonesia menjadi
pelengkap dalam penegakan hak asasi yang dilakukan oleh pemerintah. Penambahan cakupan
hak-hak tersebut telah mewakili enam hak asasi manusia secara umum. Adanya cakupan
khusus terhadap hak-hak perempuan dan anak menjadikan pemerintah Indonesia membentuk
lembaga khusus terkait dengan kedua hal tersebut. Lembaga khusus ini akan dibahas secara
lebih lanjut dalam artikel ini.

 Undang-Undang No. 23 Tahun 2004

Undang-Undang No. 23 Tahun 20014 adalah undang-undang yang berisikan tentang


penghapusan kekerasan dalam rumah tangga. Undang-undang ini merupakan sebuah tindak
lanjut dari Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang perkawinan. Seperti
yang kita ketahui, dalam kehidupan berumah tangga, setiap anggota keluarga berhak untuk
mendapatkan kebahagiaan dan rasa aman di dalam kehidupan berkeluarganya. Kebahagiaan
dan rasa aman merupakan hak asasi yang dimiliki oleh manusia baik itu di dalam kehidupan
berkeluarga maupun di dalam kehidupan bermasyarakat secara luas.

Perwujudan rasa bahagia serta rasa aman terhadap anggota keluarga merupakan peran yang
sebaiknya dilakukan oleh seluruh anggota keluarga tanpa terkecuali. (baca juga: Peran Ayah
dalam Keluarga) Kekerasan baik secara fisik maupun non fisik sangat dilarang dalam
kehidupan keluarga. Pelarangan tindak kekerasan dalam rumah tangga juga dimuat dalam
undang-undang ini. Bagi siapapun yang melakukan kekerasan dalam rumah tangganya, orang
tersebut dapat dikenai sanksi baik secara hukum maupun sosial sesuai dengan undang-undang
ini.

 Undang-Undang No. 35 Tahun 2014

Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 merupakan undang-undang tentang perubahan atas UU


No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak. Undang-undang ini mengatur hak-hak asasi
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia khususnya hak-hak asasi yang dimiliki oleh setiap
anak yang ada di Indonesia. (baca juga: Hak Perlindungan Anak) Di dalam undang-undang
ini disebutkan bahwa hak-hak anak perlu dilindungi dan ditegakkan agar anak tersebut dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan
martabat secara kemanusiaan. Selain itu, anak perlu mendapatkan perlindungan dari segala
bentuk kekerasan dan diskriminasi.

 UUD 1945 Pasal 27 – 34

Isi dari UUD 1945 pasal 27 sampai dengan pasal 34 mengatur dan menjamin hak-hak warga
negara Indonesia dalam berbagai aspek. Pada intinya, isi yang terkandung dalam UUD 1945
pasal 27 sampai dengan pasal 34 ini berkaitan dengan hak-hak asasi yang dimiliki oleh
manusia secara umum seperti yang dipaparkan pada paragraf pertama dalam artikel ini. UUD
1945 Pasal 27 – 34 lebih mekankan kepada penjaminan terhadap hak-hak yang dimiliki oleh
segenap warga negara Indonesia.

2. Pembentukan Pemerintah Komisi Nasional

Dalam upaya pemerintah dalam menegakkan HAM terhadap hak asasi manusia bagi warga
negara Indonesia, pemerintah membentuk beberapa komisi nasional guna membantu
pemerintah dalam menegakkan hak asasi. Adapun komisi nasional tersebut antara lain:

 Komisi Nasional Perempuan


Komisi Nasional Perempuan merupakan komisi nasional yang dibentuk oleh pemerintah
dalam melakukan upaya penegakan hak asasi manusia khususnya pada hak asasi perempuan.
Komisi ini lahir dari tuntutan masyarakat di Indonesia khusunya kaum wanita sebagai bentuk
perwujudan tanggung jawab pemerintah dalam menanggapi contoh konflik sosial dalam
masyarakat yang ditujukan kepada kaum wanita di Indonesia. Dalam menjalankan peran dan
fungsinya, komisi ini mempunyai tujuan untuk:

1. Menghapuskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap kaum wanita.


2. Menegakkan hak-hak asasi manusia khususnya perempuan di Indonesia.
3. Meningkatkan upaya penanggulangan kekerasan terhadap perempuan.

 Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merupakan komisi yang dibentuk oleh
pemerintah untuk melindungi dan menegakkan hak-hak yang oleh dimiliki seluruh anak di
Indonesia tanpa terkecuali. Komisi ini didirikan pada 20 Oktober 2002 atas desakan para
masyarakat sebagai orangtua yang merasa bahwa hak-hak anaknya tidak terpenuhi dengan
baik.

Dalam menjalankan peran dan fungsinya, komisi ini memiliki tugas pokok yaitu melakukan
pengawasan terhadap jalannya perlindungan anak yang di Indonesia baik di dalam
lingkungan keluarga, masyarakat, maupun pendidikan. Selain itu, KPAI juga menekankan
kepada setiap orangtua tentang pentingnya pentingnya pendidikan anak usia dini agar anak
nantinya dapat mengembangkan keterampilannya dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Pembentukan Pengadilan HAM

Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan salah upaya pemerintah dalam


menegakkan hak asasi manusia bagi setiap warga negara Indonesia. Pengadilan HAM ini
dibentuk berdasarkan UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Dalam menjalankan
perannya, pengadilan ini berperan khusus dalam mengadili kejahatan genosida dan kejahatan
terhadap kemanusiaan, sebagai berikut:

 Keberadaan pengadilan HAM di Indonesia merupakan salah satu langkah dalam


megakkan keadilan bagi warga negara Indonesia khususnya yang berkaitan dengan
pelanggaran HAM.
 Proses pelimpahan perkara yang terkait dengan pelanggaran HAM yang terjadi
tentunya dilakukan oleh pengadilan HAM sesuai dengan mekanisme pelaksanaan
sistem peradilan di Indonesia.

Berawal dari persitiwa itulah, Indonesia melalui pemerintah kembali menegakkan hak asasi
manusia yang didasarkan pada Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Melalui
sistem pemerintahan presidensial dan parlementer yang dilaksanakan di Indonesia,
pemerintah mulai mengkencangkan perjuangannya dalam menegakkan hak-hak asasi
manusia bagi warga negara Indonesia tanpa terkecuali.

Tentunya dalam penegakkan hak asasi manusia di Indonesia, pemerintah tidak melakukannya
sendirian. Pemerintah memerlukan bantuan dari beberapa lembaga penegak hukum yang ada
di Indonesia. Selain itu, dalam menegakkan hak asasi bagi warga negaranya, pemerintah
Indonesia mempunyai landasan hukum persamaan kedudukan warga negara yang semakin
mendukung dan menguatkan proses penegakan hak asasi manusia.

4. Penegakan Melalui Proses Pendidikan

Penegakan hak asasi manusia juga dapat dilakukan melalui proses pendidikan, baik itu dalam
pendidikan formal, informal, maupun non formal. Proses penegakan yang dilakukan melalui
proses pendidikan merupakan penanaman konsep tentang HAM itu sendiri kepada peserta
didik yang ikut di dalam proses pendidikan.

Jika penegakan itu dilakukan dalam pendidikan formal yaitu sekolah, penegakan HAM
tentang penanaman konsep HAM kepada peserta didik dapat dilakukan melalui tujuan dari
mata pelajaran PPKn dan agama. (baca juga: Tujuan Pendidikan Pancasila) Harapannya,
melalui penanaman konsep HAM melalui pendidikan, peserta didik dapat melakukan
penegakan HAM secara sederhana misalnya dengan melakukan penerapan Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, sebagai berikut:

 Di Indonesia sendiri, hak asasi manusia dijunjung tinggi di dalam kehidupan


bermasyarakat dan bernegara sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar
negara kita.
 Pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia di dalam masyarakat telah
dilakukan dari zaman nenek moyang kita meskipun dulu belum mengenal dengan
betul apa itu hak asasi manusia.
 Nenek moyang kita di Indonesia mengenal hak asasi manusia sebagai hak-hak
sebagaimana umumnya seperti hak yang tercantum dalam UUD 1945. (baca juga:
Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam UUD 1945)
 Setiap warga negara Indonesia mempunyai hak untuk memperjuangkan hak-hak
asasinya jika hak-hak asasi tersebut belum terpenuhi secara maksimal.
 Setiap warga negara Indonesia tidak perlu merasa takut atau sungkan dalam menuntut
hak asasinya karena terdapat dasar hukum yang mengatur itu semua. (baca juga:
Dasar Hukum HAM)

Indonesia sebagai negara yang mengimplementasikan nilai-nilai dasar Pancasila dalam


kehidupan bermasyarakat dan bernegara sudah seharusnya menjunjung tinggi setiap hak asasi
yang dimiliki oleh warga negaranya. Tindakan seperti ini sangat diperlukan guna
meminimalisir dan mengurangi kemungkinan terjadinya pelanggaran hak warga
negara Indonesia. Perlu diketahui oleh kita semua, pada era sistem pemerintahan orde baru
berlangsung, terdapat banyak peristiwa atau kasus yang menimpa warga negara Indonesia
terkait dengan pelanggaran hak asasi manusia seperti yang diungkapkan oleh Ignatius
Haryanto dalam bukunya tentang Kejahatan Negara (1999). Selain itu, setelah masa
pemerintahan orde baru selesai, pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia juga masih
terjadi. Peristiwa atau kasus yang pernah kita dengar tekait dengan hal ini adalah peristiwa
pelanggaran HAM di Timor Timur pada tahun 1999.

UPAYA PENANGANAN KASUS PELANGGARAN HAM


 Upaya pencegahan pelanggaran HAM :
 1. Pendidikan karakter
 pentingnya pendidikan karakter bagi manusia karena itu juga merupakan hak asasi
manusia dan dijamin oleh Undang-Undang. HAM lebih mudah ditegakkan karena
sudah diberikan pengetahuan sejak dini dan dapat dicegah berbagai bentuk
pelanggarannya
 2. Mempelajari HAM
 Belajar tentang HAM serta metode penegakannya di lingkungan masyarakat membuat
kita sadar akan tingginya rasa kemanusiaan dalam HAM. Belajar tentang UU HAM
agar tidak melakukan pelanggaran(UU no. 39 th 1999 danUU no 26 th 2000)

 3. Menegakkan HAM dengan berbuat baik

 Bersikap ramah,jujur,adil dan baik hati dengan sesama mencerminkan pribadi yang
menjunjung tinggi HAM dan bersedia melaporkan suatu pelanggaran HAM ke pihak
yang berwajib agar segera ditindak

 4. Meningkatkan persatuan dan kesatuan

 Adanya rasa bersatu dan sikap nasionalisme sesuai sila ke 3 membuat setiap orang
memiliki rasa yang erat satu sama lain dan saling bergandengan untuk menegakkan
HAM serta melakukan hal positif yang dapat meningkatkan kesatuan antar
masyarakat

 5. Melakukan pengawasan upaya penegakan HAM

 Mengetahui siapa saja yang berwenang untuk melakukan penindakan dan mengawasi
jika terjadi kekeliruan dalam penanganan pelanggaran HAM

Membangun Harmonisasi hak dan kewajiban HAM

Salah satu cara untuk mengharmonisasikan hak dan kewajiban asasi manusia dalam
kehidupan sehari-hari adalah dengan menghindarkan diri kita dari sikap egois atau terlalu
mementingkan diri sendiri. Sikap egois dapat menyebabkan seseorang untuk selalu menuntut
haknya, sementara kewajibannya sering diabaikan. Seseorang yang mempunyai sikap egois
akan menghalalkan segala cara agar haknya dapat terpenuhi, meskipun caranya dapat
melanggar hak orang lain.

Anda mungkin juga menyukai