Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
“ Membangun Kesadaran Moral Dalam Membayar Pajak
Berdasarkan Pancasila “

Disusun Oleh :
Kelompok D3 Farmasi

1. Dina Septi Hariyanti (SK420001)


2. Fifit Safitri (SK420002)
3. Hesti Kusumaning Ayu Pujaningrum (SK420003)
4. Iqbal Juliya Sukmadewi (SK420004)
5. Mutiara Hasna Khairunnisa (SK420005)
6. Nurul Fatihaturrizqiyah (SK420006)
7. Priya Cyntia Agustin (SK420007)
8. Sania Rizka Mazida (SK420009)

“ Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal “


Tahun Ajaran 2020-2021

Jl. Laut No.31 Ngilir-Kendal Jawa Tengah 51311 tlp.(0294) 381834 fax.(0294) 381343
Website : www.stikeskendal.ac.id email : info@stikeskendal.ac.id
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB I ........................................................................................................................
PENDAHULUAN ....................................................................................................
1. Latar Belakang ..............................................................................................
2. Rumusan Masalah ..........................................................................................
3. Tujuan ...........................................................................................................
BAB II .......................................................................................................................
PEMBAHASAN .......................................................................................................
1. Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan wajib pajak untuk
membayar pajak ............................................................................................
2. Tarif pajak berpengaruh terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar
pajak ..............................................................................................................
3. Penerapan self assessment system pada wajib pajak berpengaruh terhadap
kemauan wajib pajak untuk membayar pajak ...............................................
4. Sanksi perpajakan pada wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan wajib
pajak untuk membayar pajak ........................................................................
5. Sikap fiskus pada wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan wajib pajak
untuk membayar pajak ..................................................................................
BAB III .....................................................................................................................
PENUTUP .................................................................................................................
1. Kesimpulan ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul membangun
kesadaran moral dalam membayar pajak berdasarkan pancasila tepat waktu.
Makalah membangun kesadaran moral dalam membayar pajak berdasarkan
pancasila disusun guna memenuhi tugas ibu andriani mustika n, s.kep., ns., m.h
pada bidang studi pancasila di sekolah tinggi ilmu kesehatan kendal . Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang membangun kesadaran moral dalam membayar pajak berdasarkan
pancasila.
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Andriani
Mustika N, S.Kep., Ns., M.H selaku dosen pengampu mata kuliah pancasila. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Negara republik indonesia adalah negara hukum berdasarkan pancasila
dan undang-undang 1945, bertujuan mewujudkan tata kehidupan negara yang
adil dan sejahtera serta menjamin kedudukan hukum yang sama bagi warga
masyarakat. Selain itu, indonesia merupakan salah satu negara berkembang
yang melaksanakan kegiatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional
adalah pembangunan yang berlangsung secara terus menerus dan
berkesinambungan serta merata di seluruh tanah air yang bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mensejahterahkan rakyat indonesia
secara adil dan merata.
Agar tujuan tersebut tercapai maka dibutuhkan dana yang sangat besar
untuk membiayai kelangsungan pembangunan dan salah satu dana tersebut
berasal dari penerimaan pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah untuk
mencapai tujuan mendapatkan penerimaan, baik yang bersifat langsung
maupun tidak langsung dari masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin dan
pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Salah satu indikator yang
digunakan pemerintah untuk mengukur keberhasilan dalam penerimaan negara
dari pajak adalah tax ratio, yaitu perbandingan jumlah pajak yang diperoleh
atau dikumpulkan pemerintah dengan jumlah pendapatan domestik bruto
dalam satu tahun fiskal. Semakin besar tax ratio mengindikasikan semakin
besar porsi penerimaan pajak dalam apbn.
Penerimaan dari sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
terbesar negara. Dari tahun ke tahun penerimaan pajak terus mengalami
peningkatan dan memberi andil besar dalam penerimaan negara. Pajak
merupakan sektor yang sangat vital dalam rangka mensukseskan
pembangunan. Dalam reformasi perpajakan tahun 1983, sistem pemungutan
pajak telah mengalami perubahan yang signifikan yaitu official assessment
system menjadi self assessment system.
Menurut mardiasmo (2011:7) self assessment system adalah sistem
pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam sistem ini
mengandung pengertian bahwa wajib pajak menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan surat pemberitahuan dengan benar, lengkap dan
tepat waktu. Self assessment system memungkinkan adanya wajib pajak yang
tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya akibat dari kelalaian,
kesengajaan atau mungkin ketidaktahuan wajib pajak terhadap kewajiban
perpajakan. Agar self assessment system ini berjalan dengan efektif maka sudah
selayaknya kepercayaan tersebut diimbangi dengan upaya penegakan hukum
dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan
kewajiban perpajakannya.
Tingkat kepatuhan wajib pajak dalam hal menyampaikan spt tahunan ke
kantor pelayanan pajak menurut data direktorat jendral pajak menunjukkan
bahwa dari 238 juta penduduk indonesia, sekitar 44 juta orang dianggap layak
membayar pajak, tetapi dari jumlah tersebut hanya 8,5 juta orang yang
memenuhi kewajiban perpajakannya. Dari sektor wajib pajak badan, yang
tercatat direktorat jenderal pajak terdapat 22,6 juta badan usaha baik yang
berdomisili tetap maupun tidak, namun hanya 466 ribu badan usaha yang
membayar pajak. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kepatuhan
wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya masih sangat rendah.
Pemungutan pajak memang bukan suatu pekerjaan yang mudah,
disamping peran serta aktif dari petugas perpajakan, juga dituntut kemauan dari
wajib pajak itu sendiri. Menurut undang-undang perpajakan, indonesia
menganut sistem self assessment system yang memberi kepercayaan terhadap
wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melapor sendiri pajaknya,
menyebabkan kebenaran pembayaran pajak 3 tergantung pada kejujuran wajib
pajak sendiri dalam pelaporan kewajiban perpajakannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan untuk
membayar pajak?
2. Apakah tarif pajak berpengaruh terhadap kemauan wajib pajak untuk
membayar pajak?
3. Apakah penerapan self assessment system pada wajib pajak berpengaruh
terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar pajak?
4. Apakah sanksi perpajakan pada wajib pajak berpengaruh terhadap
kemauan wajib pajak untuk membayar pajak?
5. Apakah sikap fiskus pada wajib pajak berpengaruh terhadap kemauan
wajib pajak untuk membayar pajak?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah menjelaskan secara
empiris :
1. Pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kemauan membayar pajak.
2. Pengaruh tarif pajak terhadap kemauan membayar pajak.
3. Pengaruh penerapan self assessment system terhadap kemauan membayar
pajak.
4. Pengaruh sanksi perpajakan terhadap kemauan membayar pajak.
5. Pengaruh sikap fiskus terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar
pajak?
BAB II
PEMBAHASAN

"Berdasarkan undang-undang ketentuan umum dan tata cara perpajakan (UU


KUP) nomor 28 tahun 2007 pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pengertian pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan undang- undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar
besarnya kemakmuran rakyat" secara sederhana, pajak adalah sejumlah uang yang
wajib dibayar- kan seorang warga negara kepada pemerintahnya. Kontribusi ini
bersifat memaksa dan pembayar pajak tidak akan mendapatkan imbalan secara
langsung. Dengan kata lain, uang yang dibayar imbalan secara langsung. Dengan
kata lain, uang yang dibayar- kan pembayar pajak kepada pemerintah akan
dikembalikan dalam bentuk pembangunan fasilitas-fasilitas umum. Misalnya,
pemba- ngunan jalan raya, penerangan jalan dan fasilitas lainnya. Dalam pengertian
berdasarkan undang-undang tersebut ada beberapa komponen yang perlu anda ingat
yaitu:
1. Pajak adalah kontribusi wajib setiap warga negara kontribusi wajib warga
negara dalam konteks ini artinya ada- lah setiap wajib pajak memiliki
kewajiban untuk membayar pajak. Dalam uu kup dijelaskan bahwa walaupun
pajak merupakan kontribusi wajib seluruh warga negara. Namun wajib pajak
yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif lah yang dikenakan
kewajiban perpajakan. Syarat subjektif merupakan syarat wajib pajak agar
wajib pajak menjadi subjek pajak. Sedangkan subjek pajak yang sudah
memperoleh penghasilan disebut syarat objektif. Penjelasan subjek pajak di
pasal 2 dan 3 undang-undang pajak penghasilan. Sedangkan penjelasan objek
pajak di pasal 4 dan 5 undang-undang pajak penghasilan.
2. Ajak bersifat memaksa untuk setiap warga negara pengertian memaksa dalam
konteks perpajakan adalah apa- bila kewajiban perpajakan tidak terpenuhi
dengan baik oleh wajib pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan
objektif. Wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakan dengan
baik dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
3. Pajak tidak memberikan imbalan langsung
Pembayar pajak memang tidak akan menerima imbalan langsung atas apa
yang ia bayarkan. Ini karena pajak berbeda dengan retribusi. Retribusi adalah
imbalan yang diberikan langsung setelah anda membayar uang tertentu.
Misalnya retribusi parkir kendaraan atau retribusi jalan tol. Uang yang anda
bayarkan sebagai pajak akan dikembalikan dalam bentuk berbeda, misalnya
subsidi bbm, fasilitas kesehatan, beasiswa atau perbaikan fasilitas umum di
lingkungan masyarakat. Pajak diatur dalam undang-undang negara. Landasan
hukum pe- mungutan pajak terdapat dalam uud 1945 pasal 23 ayat (2) yang
berbunyi: ada tujuh undang-undang yang mengatur mekanisme perhitung- an,
pembayaran, dan pelaporan pajak. Sedangkan lembaga pemerintah yang
bertanggung jawab mengelola perpajakan negara di indonesia adalah
direktorat jenderal pajak (DJP) yang merupakan salah satu unit eselon i yang
ada di bawah naungan kementerian keuangan republik indonesia. Undang-
undang yang mengatur sistem perpajakan adalah:
A. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan.
B. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. →
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
C. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan. →
Undang Undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Meterai.
D. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah
E. Undang Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak
Dengan Surat Paksa. Dalam Undang-Undang Perpajakan Tersebut, Ada
Beberapa Definisi Yang Berkaitan Dengan Pajak, Yakni:
1. Wajib pajak definisi dari wajib pajak (WP) adalah seseorang atau
badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan harus melakukan kewajiban perpajakan. Lebih mu-
dahnya orang atau badan yang memiliki kewajiban membayar pajak.
2. Badan badan adalah sekumpulan orang dar/atau modal yang me-
rupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, bumn, bumd, firma, kongsi, koperasi, ya- yasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik dan but
3. Masa pajak masa pajak adalah jangka waktu tertentu yang digunakan
sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang
4. Tahun pajak
5. Definisi dari tahun pajak yaitu jangka waktu satu tahun takwin atau
satu tahun buku.
6. Surat pemberitahuan (SPT)
7. Surat pemberitahuan adalah surat yang dikeluarkan oleh direktorat
pajak untuk diisi oleh wajab pajak. Tujuan surat pem- beritahuan
(SPT) adalah untuk melaporkan perhitungan dan pehbayaran pajak
terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
8. Tarif pajak pengertian dari tarif pajak adalah dasar pengenaan
besarnya pajak yang dibebankan kepada wajib pajak. Dengan kata
lain, besar pajak yang harus dibayarkan oleh seseorang/badan atau
lembaga tertentu.
1. Kesadaran Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap Kemauan Untuk
Membayar Pajak Di Desa Ngilir
Kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak di desa ngilir belum
terlaksana secara optimal. Beberapa warga masih enggan untuk membayar
pajak tepat pada waktunya, bahkan banyak terjadi penunggakan dalam
membayar sehinga akan ada sanksi untuk para penungak. Wajib pajak di desa
ngilir akan meningkat bilamana dalam masyarakat muncul persepsi positif
terhadap pajak. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan
perpajakan merupakan hal yang harus dimiliki oleh masyarakat khususnya
wajib pajak itu sendiri. Dalam penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
pengetahuan dan pemahaman tentang peraturan perpajakan berpengaruh
positif terhadap kemauan membayar pajak. Semakin tinggi pengetahuan dan
pemahaman tentang peraturan perpajakan maka semakin tinggi pula kemauan
wajib pajak dalam membayar pajak.
Karakteristik wajib pajak yang dicerminkan oleh kondisi budaya, sosial,
dan ekonomi akan dominan membentuk perilaku wajib pajak yang tergambar
dalam tingkat kesadaran di suatu desa atau daerah setempat dalam membayar
pajak. Penyuluhan pajak yang dilakukan secara intensif dan bekelanjutan di
desa ngilir akan dapat meningkatkan pemahaman wajib pajak tentang
kewajiban membayar pajak sebagai wujud gotong royongan nasional dalam
menghimpun dana untuk kepentingan pembiayaan pemerintahan dan
pembangunan nasional. Meskipun sistem pemungutan pajak self assessment
system sudah dijalankan. Namun dalam prakteknya sulit berjalan sesuai
dengan yang diharapkan atau bahkan disalah gunakan. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya wajib pajak yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran wajib pajak
yang masih rendah atau kombinasi keduanya, sehingga membuat wajib pajak
enggan melaksanakan kewajiban membayar pajak. Beberapa orang yang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban memberikan data dan informasi.
Rendahnya kepatuhan dan kesadaran wajib pajak ini bisa terlihat dari sangat
kecilnya jumlah mereka yang memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan
mereka yang melaporkan surat pemberitahuan (SPT) tahunannya.
Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain, wajib
memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan kepada
direktorat jenderal pajak. Ketentuan mengenai hal ini diatur pada pasal 35a
undang-undang nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang nomor 16 tahun
2009. Direktorat jenderal pajak membutuhkan data dan informasi yang
berkaitan dengan perpajakan dari instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan
lain-lain. Selain sebagai konsekuensi penerapan sistem self assessment, data
dan informasi tersebut dibutuhkan untuk mengawasi kepatuhan pelaksanaan
kewa jiban perpajakan. Data dan informasi yang dimaksud adalah data dan
informasi orang pribadi atau badan yang menggambarkan kegiatan atau usaha,
peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan. Hal ini
termasuk informasi mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan
lalu lintas devisa, kartu kredit serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan
usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar direktorat jenderal.

2. Tarif Pajak Berpengaruh Terhadap Kemauan Untuk Membayar Pajak


Tarif pajak merupakan ketentuan dalam bentuk presentase (%) atau jumlah
dalam mata uang suatu negara pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak
berdasarkan objek pajaknya. Tarif menjadi dasar pengenaan ketika menghitung
pajak dari suatu objek pajak. Tarif pajak penghasilan diterapkan atas PKP
(penghasilan kena pajak), yakni suatu jumlah yang berasal dari penghasilan
kotor setelah dikurangi berbagai potongan yang diperkenankan oleh undang-
undang. Tarif pajak penghasilan orang pribadi diterapkan atas penghasilan
kotor dikurangi dengan biaya-biaya yang diperkenankan menghasilkan
penghasilan neto. Selanjutnya penghasilan neto dikurangi dengan PTKP
menghasilkan PKP. Secara historis pengurangan pkp berasal dari pendapat
montequieu," bahwa untuk diterapkan tarif pajak penghasilan, maka
penghasilan kotor harus dikurangi dulu dengan suatu jumlah yang
memungkinkan pajak orang pribadi dan keluarganya dapat "hidup minumum"
yang disebut necessaire physique atau kebutuhan pisik. Penghasilan di atas
jumlah ini yang masih bermanfaat bagi wajib pajak (utile) dapat mulai
diterapkan tari pajak yang rendah sampai menengah. Sedangkan jumlah
penghasilan yang sudah berlebih-lebih (superflues) dapat dikenakan tarif pajak
yang tinggi. Dikenal pula tanf efcktif dan tarif marginal. Yang dimaksud
dengan dengan tarif efektif adalah tarif yang sesungguhnya berlaku atas
penghasilan wajib pajak. Penghasilan di sini dapat berarti penghastlan kotor,
atau penghasilan neto atau penghasilan kena pajak, tergantung pada kebutuhan
atau dan segi mana seseorang ingin melihat beban tarifnya..
Tarif pajak merupakan presentase yang digunakan sebagai dasar untuk
menghitung besarnya pajak terutang yang harus disetor. Besarnya tarif pajak
dapat menjadi motivasi atau harapan yang dapat mempengaruhi persepsi
seseorang untuk lebih patuh terhadap kewajiban perpajakannya. Berdasarkan
teori perilaku terencana, penurunan tarif pajak yang lebih rendah berkaitan
dengan norma subjektif (normative beliefs) yang diharapkan oleh wajib pajak
umkm. Penurunan tarif pajak menjadi 0.5% pada pp 23 tahun 2018 bertujuan
agar tidak memberatkan wajib pajak umkm sehingga dapat menjadi motivasi
wajib pajak UMKM sehingga untuk patuh membayar pajak dan mematuhi
kewajiban perpajakan lainnya.

3. Penerapan Self Assessment System Pada Wajib Pajak Berpengaruh


Terhadap Kemauan Untuk Membayar Pajak
Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada wajib pajak dalam menentukan sendiri
jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif
serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di
tangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap dapat menghitung pajak,
mempunyai kejujuran yang tinggi, menyadari arti pentingnya membayar
pajak, dan dapat memahami undang-undang perpajakan yang sedang
berlaku.
Dalam self assessment system wajib pajak mempertanggungjawabkan
pemenuhan kewajiban perpajakannya setiap bulan dengan surat
pemberitahuan (SPT) masa PPN. Peningkatan nilai dari penerimaan ppn
diikuti dengan peningkatan nilai self assessment system dan penurunan nilai
penerimaan ppn diikuti pula dengan penurunan nilai self assessment system.
Dengan diterapkannya self assessment system, maka akan mendorong
wajib pajak untuk dapat lebih percaya dengan mekanisme perpajakan di djp
sehingga pemenuhan kewajiban perpajakan dapat dilakukan dengan baik
oleh wajib pajak baik menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang
terutang dan seluruhnya dipertanggungjawabkan di dalam spt. Self
assessment system menyebabkan timbulnya tunggakan pajak. Dalam
mengatasi masalah tersebut maka dilaksanakan pemeriksaan dan penagihan
pajak.

4. Sanksi Perpajakan Pada Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap


Kemauan Untuk Membayar Pajak
Pajak merupakan pungutan wajib yang dibebankan kepada
masyarakat (induvidu dan badan) sesuai dengan kemampuan ekonomis
yang dimiliki. Pajak juga merupakan peralihan kekayaan dari sektor
rakyat ke sektor pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara.
Pajak menekankan pada unsur pemaksaan dalam pemungutannya. Hal
tersebut dikarenakan apabila wajib pajak tidak melakukan pembayaran
pajak maka akan dikenakan sanksi atau denda.
Pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.
Pemberian sanksi yang memberatkan wajib pajak bertujuan untuk
memberikan efek jera sehingga tercipta kepatuhan pajak. Kontribusi
pemasukan dana yang bersumber dari wajib pajak merupakan
pendapatan yang berarti dan memiliki makna yang luas Bagi
pembangunan Negara Republik Indonesia.
Hal yang sangat menjadi perhatian adalah usaha untuk meningkatkan
kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak adalah inti dari peraturan
dan pengenaan sanksi pidana di bidang perpajakan. Sanksi ini diberikan
bagi wajib pajak yang memiliki tunggakan pajak dengan jumlah yang
besar, yaitu di atas seratus juta rupiah. Sanksi pajak sangat diperlukan
dalam sistem pajak agar wajib pajak patuh akan kewajiban dalam
membayar pajak. Namun, pengetahuan wajib pajak akan sanksi pajak
masih sangat minim sehingga pemerintah perlu berperan aktif untuk
mensosialisasikan dengan baik mengenai peraturan dan sanksi dalam
perpajakan serta mempertegas sanksi-sanksi dalam perpajakan. Apabila
pemerintah memberikan pemahaman mengenai peraturan dan sanksi
dalam perpajakan serta dapat menerapkan sanksi yang lebih tegas bagi
wajib pajak yang tidak mematuhi peraturan, maka wajib pajak akan
lebih taat membayar pajak dan penerimaan pajak dapat lebih maksimal
setiap tahunnya.
Kelalaian dalam membayar pajak dapat berupa terlambat membayar
pajak, membayar pajak tidak sesuai dengan jumlah kewajibannya,
ataupun tidak membayar pajak sama sekali. Bagi wajib pajak yang lalai
dalam membayar pajak, maka akan dikenakan sanksi administratif yang
dapat berupa bunga, denda, ataupun kenaikan/tambahan jumlah
pembayaran. Jenis sanksi yang diberikan tergantung dari jenis kelalaian
yang diperbuat. Berikut ini adalah beberapa contoh sanksi tersebut.
a. Wajib pajak yang terlambat atau tidak memberikan laporan bulanan
akan dikenakan sanksi berupa denda.
b. Wajib pajak yang tidak atau kurang dalam membayar pajak, tetapi
memberikan laporan bulanan, ia akan dikenakan sanksi berupa
bunga.
c. Wajib pajak yang tidak atau kurang dalam membayar pajak dan
tidak memberikan laporan bulanan akan dikenakan sanksi berupa
kenaikan/tambahan jumlahpembayaran.
5. Sikap Fiskus Pada Wajib Pajak Berpengaruh Terhadap Kemauan Untuk
Membayar Pajak
Kemauan membayar pajak diikuti adanya kepatuhan dan kesadaran wajib
pajak. Rendahnya kemauan untuk membayar pajak berarti rendahnya pula
kepatuhan dan kesadaran wajib pajak. Tanggung jawab atas kewajiban
pelaksanaan pemungutan pajak sebagai penerimaan kewajiban di bidang
perpajakan berada pada wajib pajak. Kemauan membayar pajak dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan suatu
negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan, dan tarif
pajak. Faktor kesadaran membayar pajak dan persepsi yang baik atas efektifitas
sistem perpajakan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap
kemauan wajib pajak untuk membayar pajak. Sedangkan faktor pengetahuan
dan pemahaman tentang peraturan pajak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kemauan wajib pajak untuk membayar pajak. Penyebab kurangnya
kemauan tersebut antara lain adalah asas perpajakan, yaitu bahwa hasil
pemungutan pajak tersebut tidak langsung dinikmati oleh para wajib pajak.
Memang harus disadari bahwa jalanjalan raya yang halus, pusat-pusat
kesehatan masyarakat, pembangunan sekolah-sekolah negeri, irigasi yang baik,
dan fasilitas-fasilitas publik lainnya yang dapat dinikmati masyarakat itu
merupakan hasil dari 4 pembayaran pajak. Masyarakat sendiri dalam
kenyataanya tidak suka membayar pajak. Hal ini disebabkan masyarakat tidak
pernah tahu wujud konkret imbalan dari uang yang dikeluarkan untuk
membayar pajak.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada dasarnya kita semua sebagai warga negara Indonesia memiliki kewajiban
untuk melakukan pembayaran pajak. Karena hal tersebut sudah diamanatkan dalam
pasal 23A Undang-Undang Dasar 1945. Pajak merupakan salah satu instrumen
pokok kebijakan pemerintah untuk menjalankan fungsi-fungsi dasarnya, di mana
pemerintah memiliki kewajiban untuk mengadakan barang publik yang akan
dimanfaatkan oleh rakyat. Sebab, salah satu penopang pendapatan nasional berasal
dari penerimaan pajak yang menyumbang sekitar 70 % dari seluruh penerimaan
negara. Sehingga pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah Negara.
Tanpa pajak, kehidupan negara tidak akan bisa berjalan dengan baik. Pembangunan
infrastruktur, biaya pendidikan, biaya kesehatan, subsidi bahan bakar minyak,
pembayaran para pegawai negara dan pembangunan fasilitas publik semua dibiayai
dari pajak. Karena itu, pajak merupakan ujung tombak pembangunan sebuah
negara. Jika masyarakat teredukasi dan paham akan pajak, maka potensi
penerimaan negara akan bertambah. Namun perlu diketahui tidak semua
masyarakat akan dikenakan pajak.
Bagi masyarakat yang memiliki penghasilan di atas batas ketentuan bayar
pajak (PTKP) maka hukumnya wajib membayar pajak, sebaliknya jika di bawah
batas ketentuan tidak akan dikenakan pajak. Jadi, membayar pajak wajib dipatuhi
oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa kecuali dan sudah sepatutnya kita sebagai
warga negara yang baik, taat akan bayar pajak berdasarkan daya pikulnya masing-
masing.
Kesadaran wajib pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, yang
artinya apabila wajib pajak memiliki kesadaran yang tinggi, maka akan
meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar
pajak. Sebaliknya, apabila wajib pajak kurang kesadaran dalam memenuhi
kewajiban membayar pajak, maka akan mengakibatkan tingkat kepatuhan wajib
pajak menurun.
Tingkat moral wajib pajak di Indonesia belum tumbuh dari motivasi intrinsik
individu melainkan paksaan dari faktor eksternal yaitu oleh besar-nya denda pajak.
Semakin besar denda pajak maka akan mengurangi motivasi intrinsik seseorang
untuk membayar pajak, namun demikian wajib pajak tetap termotivasi untuk
membayar pajak karena merasa berat untuk membayar denda pajak. Tingkat moral
pajak menentukan tingkat kepatuhan sese-orang terhadap peraturan perpajakan.
Faktor kepercayaan terhadap sistem hukum dan perpajakan berperan penting untuk
meningkatkan moral perpajakan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.pajakku.com/read/5d9ee449b01c4b456747b6cd/Pengaruh-Sanksi-
Terhadap-Kepatuhan-Wajib-Pajak-di-Indonesia
https://books.google.co.id/books?id=Thli56yKM2cC&pg=PA109&dq=sanksi+paj
ak&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjCt4uoq_PtAhVdIbcAHfAJDZkQ6AEwAHoE
CAQQAg#v=onepage&q=sanksi%20pajak&f=false
https://www.pajakku.com/read/5db6a1534c6a88754c088109/Pengaruh-Self-
Assessment-System-Pemeriksaan-Pajak-dan-Penagihan-Pajak-Terhadap-
Penerimaan-Pajak-Pertambahan-Nilai-(PPN)
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/pajakdiva.pdf
https://books.google.co.id/books?id=sqBYDgAAQBAJ&pg=PP6&dq=pentingnya
+membayar+pajak&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwis9LmskfPtAhWU6XMBHYfz
CD4Q6AEwAHoECAAQAg#v=onepage&q=pentingnya%20membayar%20pajak
&f=false
https://s.docworkspace.com/d/ANna7wfj3fFT0sv89Z2nFA
https://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/fe1/article/download/472/328
https://www.researchgate.net/publication/337058910_UPAYA_MENINGKATK
AN_KESADARAN_DAN_KEPEDULIAN_MASYARAKAT_TERHADAP_PE
RPAJAKAN_DI_INDONESIA
 

Anda mungkin juga menyukai