Anda di halaman 1dari 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi kehamilan

Kehamilan adalah suatu matarantai yang berkesinambungan yang

terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu migrasi spermatozoa dan ovum,

konsepsi (pertemuan antara ovum matang dan sperma), pertumbuhan

zigot, nidasi (penanam) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tahap

akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba,

2012).

Kehamilan adalah dimulai terjadinya dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) di hitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi

menjadi tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai

tiga bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ke

tiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifudin, 2010).

Dari sekitar 20-40 juta sperma yang dikeluarkan, hanya satu

sperma saja yang dapat membuahi seltelur. Menurut kalender

internasional, kehamilan terbagi menjadi tiga semester yang masing-

masing terdiri dari 13 minggu atau tiga bulan, kehamilan berlangsung

selama kurang lebih 266 hari atau 38 minggu. Dengan penambahan 14

hari, lama kehamilan menjadi 280 hari, bila dihitung haid terakhir. Pada

praktiknya, trimester pertama secara umum dipertimbangkan berlangsung

7
8

pada minggu pertama hingga minggu ke-12 (12 minggu), trimester ke dua

pada minggu ke 13 hingga ke-27 (15 minggu), dan trimester ke tiga pada

minggu ke-28 hingga ke-40 (13 mnggu) (Varney, 2014).

2. Perubahan Fisiologis dan Hormonal pada Kehamilan

Pada awal kehamilan meliputi perubahan-perubahan anatomi dan

fisiologi, yang terdeteksi saat pemeriksaan. Pada saat ovulasi, ovum

dikeluarkan dari volikel degraaf didalam ovarium, apabila ovum telah

dibuahi korpus luteum akan dipertahankan oleh produksi gonadotropin

korionik (hCG) yang dihasilkan oleh sinsitiotrofoblas di sekeliling

blastokis dan menjadi korpus luteum kehamilan (Varney, 2014)

Progesteron yang terus menerus diproduksi oleh korpus luteum

pada masa hamil akan mempertahankan lapisan uterus hingga siap untuk

implantasi dan tahap awal kehamilan. Segera setelah implantasi, plasenta

mulai memproduksi sejumlah progesteron cukup untuk mengambil alih

fungsi korpus luteum. Progesteron yang dihasilkan korpus luteum pada

masa hamil juga mengakibatkan penigkatan suhu basal tubuh setelah

ovulasi terjadi (Prawirohardjo, 2011).

Plasenta menghasilkan beberapa hormon. Hormon-hormon ini

mengakibatkan sejumah perubahan fisiologis yang dapat membantu

menegakkan diagnosis kehamilan. Kadar progesteron dan estrogen tinggi

yang dihasilkan oleh bertanggung jawab untuk perubahan yang terjadi

pada payudara, pigmentasi kulit dan pembesaran uterus pada trimester

pertama (Varney, 2014).


9

3. Kehamilan Trimester Satu

Kehamilan pada trimester pertama akan mengalami perubahan

produksi dan pengaruh hormonal serta perubahan anatomi dan fisiologi.

Pada awalnya ibu tidak mengetahui bahwa dia sedang hamil, meski

sesungguhnya tubuh secara aktif bekerja untuk menyesuaikan diri bagi

proses kehamilan. Proses tersebut dapat menimbulkan perubahan

fisiologis baik secara fisik maupun psikologis Keluhan yang muncul pada

kehamilan trimester pertama yaitu mual muntah, hipersalivasi, pusing,

mudah lelah, heartburn, peningkatan frekuensi berkemih dan konstipasi

(Manuaba, 2012).

B. Mual Muntah pada Kehamilan

Mual muntah dalam istilah medis disebut sebagai emesis gravidarum

atau morning sickness merupakan suatu keadaan mual yang terkadang disertai

muntah.Selama kehamilan, sebanyak 70-85% wanita mengalami mual muntah

(Irianti, 2015). Mual (Nausea) dan muntah (Emesis Gravidarum) adalah

gejala yang wajar dan sering terdapat pada kehamilan trimester I. Mual

biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam

hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid

terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual muntah yang

berlebihan menyebabkan cairan tubuh berkurang, sehingga darah menjadi

kental (hemokonsentrasi) dan sirkulasi darah ke jaringan terlambat. Jika hal

itu terjadi, maka konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan juga ikut

berkurang. Kekurangan oksigen dan makanan ke jaringan akan menimbulkan

kerusakan jaringan yang dapat mengurangi kesehatan ibu dan perkembangan


10

janin yang dikandungnya. Kasus semacam ini memerlukan penanganan yang

serius (Oktavia, 2016)

1. Etiologi

Penyebabnya belum diketahui dengan jelas, akan tetapi mual dan

muntah dianggap sebagai masalah multifaktorial. Teori yang berkaitan

adalah faktor hormonal, sistem vestibuler, pencernaan, psikologis,

hiperolfaktion, genetik dan faktor evolusi. Berdasarkan suatu studi

prospektif pada 9.000 wanita hamil yang mengalami mual muntah,

didapatkan hasil resiko mual muntah meningkat pada primigravida,

wanita yang berpendidikan kurang, merokok, obesitas dan memiliki

riwayat mual muntah pada kehamilan sebelumnya (Irianti dkk, 2015).

Mual muntah pada kehamilan berhubungan dengan plasenta dan

tidak berkaitan dengan janin. Teori ini diperkuat dengan mual muntah

yang biasanya terjadi setelah implantasi dan bersamaan dengan produksi

hCG mencapai puncak sekresi yang terjadi kurang lebih 60 hari setelah

konsepsi (Walyani, 2015).

Plasenta merupakan tempat utama sintesis dan sekresi hormon

hCG. hCG adalah suatu glikoprotein yang mempunyai berat molekul

39.000 dalton, terdiri dari atas 2 subunit alpha dan beta yang masing-

masing tidak mempunyai aktivitas biologik kecuali bila dikombinasikan.

Tiga puluh persen komponen hCG adalah karbohidrat. Lapisan luar

sinsisium merupakan tempat biosintesis hormon hCG (Winkjosastro,

2014).
11

Gambar 1. Kenaikan hCG dalam kehamilan (Niebyl, 2010).

Pada kehamilan normal, kadar hCG mengalami peningkatan setelah

implantasi dan mencapai puncaknya pada minggu ke 9-12 (kurang lebih

100.00 mIU/mL) dan akan mempengaruhi sistem pencernaan sehingga

terjadi relaksasi jaringan otot yang menyebabkan pencernaan menjadi

kurang efesien seperti menurunnya daya cerna dan peristaltik usus dengan

disertai peningkatan asam lambung serta menurunnya nafsu makan

(Winkjosastro, 2014).

2. Patofisiologi

Hormon hCG dihasilkan dari plasenta yang berkembang, diduga

bahwa hormon inilah sebagai pemicu mual dan muntah yang bekerja pada

chemoreseptor trigger zone (CTZ) pada pusat muntah melalui rangsangan

terhadap otot polos lambung. Kehamilan ganda memiliki kadar hCG lebih

tinggi semakin meningkatkan risiko mual muntah. Kadar hCG

merangsang produksi estrogen pada ovarium yang diketahui dapat

meningkatkan risiko mual dan muntah. Peningkatan hormon estrogen ini

juga dapat memancing peningkatan keasaman lambung yang membuat ibu

merasa mual (Irianti dkk, 2015).


12

Perubahan hormon kehamilan juga bisa menganggu fungsi

neuromuskular dari sistem gastrointestinal, yang mengakibatkan mual

muntah. Hormon progesteron dapat mengurangi kontraktilitas otot polos

dan menyebabkan gastric dysrythmias atau pengosongan lambung yang

terhambat. Neurotransmiter seperti serotonin, histamin, asetilkolin, dan

dopamin sering terlibat pada jalur patofisiologi mual muntah dan banyak

digunakan sebagai target terapi (Wiraharja, 2011).

Gambar 2. Mekanisme fisiologi mual muntah

Serotonin berperan penting dalam pengaturan motilitas dan sekresi

gastrointestinal. Oleh sebab itu, perubahan dalam biosintesis, kandungan,

pelepasan ataupengambilan kembali dari serotonin dapat menyebabkan

gangguan fungsi gastrointestinal seperti mual muntah. Serotonin

disekresikan oleh sel enterokromafin dari mukosa lambung menyebabkan

reflek peristaltik dan sekretori dengan bekerja pada reseptor yang terletak

pada sistemneuromuskuler di lambung.

Efek serotonin yang dominan terhadap otot polos saluran cerna

ialah stimulasi, tetapi dapat juga terjadi relaksasi, misalnya dalam kolon

sistem manusia. Serotonin membawa ion Ca ke dalam sel-sel otot


13

selanjutnya mengaktifkan kompleks aktomiosin sehingga terjadi

kontraksi. Saluran cerna dirangsang secara langsung melalui

perangsangan sel ganglion dan ujung saraf intramular. Akibatnya terjadi

peningkatan kontraksi dan tonus otot polos, kejang abdomen, mual dan

muntah (Wiraharja, 2011).

3. Faktor –Faktor yang mempengaruhi mual muntah

a. Faktor psikososial yaitu masalah psikologis dapat menyebabkan

beberapa wanita mengalami mual dan muntah dalam kehamilan,

geajala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi

gejala normal. Kehamilan yang tidak direncanakan atau kehamilan

yang tidak diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial

akan menyebabkan penderitaan batin, ambivalensi dan konflik.

Kecemasan berdasarkan pengalaman kehamilan sebelumnya, terutama

kecemasan akan datangnya hiperemesis gravidarum atau

preeklampsia, dapat membuat perasaan tidak nyaman bagi ibu hamil.

Wanita yang mengalami mual muntah akan kesulitan dalam membina

hubungan, rentan terhadap masalah dengan tekanan emosional

menambah ketidaknyamanan fisik dan syok, atau kehamilan yang

terjadi dalam rentang waktu relatif dekat dapat menjadi faktor

emosional yang membuat mual muntah menjadi berat, terlepas dari

dampak fisik seperti kemungkinan anemia (Tiran, 2013).

b. Faktor fisiopatologis yang menyebabkan mual muntah menurut Tiran

(2013) yaitu :
14

1) Perubahan karbohidrat dan metabolisme lemak

2) Situasi korpus luteum

3) Faktor genetic

4) Adaptasi saluran gastrointestinal

5) Infeksi Helicobcter pylori

6) Human chorionic gonadotrophin (hCG)

7) Hipotensi dan penurunan sirkulasi serebri

8) Faktor imunologis

9) Dampak pada kemampuan mencium atau melihat

10) Migrain dan sakit kepala

11) Estrogen dan progesterone

12) Stimulasi saraf vagal saring

13) Mekanisme protektif

14) Stimulasi saraf sensorik di dalam lambung dan duodenum

15) Serotonin

16) Perubahan hormon tiroid

17) Distensi, trauma, infeksi uterus, kandung kemih, atau pelvis ginjal

c. Faktor predisposisi peningkatan keparahan mual dan muntah menurut

Tiran (2013) yaitu:

1) Keletihan

2) Janin wanita

3) Refluks gastroesofagus

4) Mual dan muntah pada kehamilan sebelumnya

5) Penggunaan pil kontrasepsi saat prakonsepsi


15

6) Mual pramenstruasi

7) Merokok

8) Stres, cemasdan takut

9) Masalah sosioekonomi

10) Kesulitan dalam masalah membina hubungan

11) Wanita yang memiliki ibu yang mengalami mual dan muntah saat

hamil.

4. Gejala dan Tanda

Gejala klinik mual muntah adalah kepala pusing, terutama pada

pagi hari, disertai mual muntah sampai usiakehamilan tiga bulan

(Manuaba, 2012). Mual dan muntah mengakibatkan berkurangnya nafsu

makan (Yeyeh, 2010). Tanda-tanda mual muntah berupa:

a. Rasa mual bahkan dapat sampai muntah. Terjadi pagi hari tetapi

dapat pula terjadi setiap hari (Irianti dkk, 2015).

b. Nafsu makan berkurang

c. Kepala pusing

d. Mudah lelah

e. Berat badan menurun (Manuaba, 2012).

5. Diagnosis

Mual sering kali merupakan gejala pertama yang di alami ibu yang

sering kali terjadi bahkan sebelum periode menstruasi pertama tidak

datang. Oleh karena itu rasa mual didiagnosis oleh diri sendiri dan dalam

banyak kasus, ditangani oleh diri sendiri. Muntah juga merupakan


16

manifestasi visual adanya masalah dan tidak memerlukan bantuan medis

atau bidan untuk menegakkan diagnosis, meskipun penegakkan diagnosis

kehamilan dapat dilakukan oleh professional kesehatan (Tiran, 2013).

6. Penatalaksanaan

Jarang ada terapi untuk mual dan muntah pada kehamilan yang

menyebabkan calon ibu benar-benar terbebas dari keluhan mual dan

muntah ini (Williams, 2016). Secara keseluruhan penatalaksanaan

untuk hiperemesis gravidarum harus tergantung pada angka kesakitan

yang dirasakan ibu, pengaruh yang kuat pada kualitas kehidupan seorang

wanita dan aman bagi bayi. Penatalaksanaan dimulai dari perubahan pola

makan dan pola hidup sampai penggunaan supplement vitamin, terapi

antiemetic, sampai pada hospitalisasi. Penatalaksaan umum dimulai dari

intervensi nonfarmakologi, terapi obat-obatan diperlukan jika mual dan

muntah tidak dapat diatasi. Pertimbangan yang ada yaitu dengan

pendekatan terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi, petugas

kesehatan harus mengerti bahwa penatalaksanaan yang adekuat dengan

menggabungkan terapi nonfarmakologi dan terapi farmakologi (Smith, et

al., 2016).

a. Terapi nonfarmakologi

1) Pengobatan psikologis

Pendekatan psikologik sangat penting dalam pengobatan

hiperemsis gravidarum. Bantuan moral dengan meyakinkan

wanita bahwa gejala-gejala yang terjadi wajar dalam kehamilan

muda dan akan hilang dengan sendirinya menjelang kehamilan 4


17

bulan sangat penting artinya (Wikjosastro, 2014).

Kasus-kasus yang berat perlu dirawat dan ditempatkan di

dalam kamar isolasi. Dengan demikian wanita yang bersangkutan

dibebaskan dari lingkungan yang mungkin menjadi sumber

kecemasan baginya. Memang suatu kenyataan bahwa gejala-gejala

yang dialami mulai berkurang, bahkan kadang-kadang

penderita sudah tidak muntah lagi sebelum terapi dimulai, atau

sebelum pengaruh terapi dapat diharapkan (Wikjosastro, 2014).

Ketika dirawat dan dilakukan isolai, petugas dapat

memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang

berbagai masalah berkaitan dengan kehamilan untuk

mengurangi stress yang dialami ibu (Manuaba, 2012). Konsultasi

pada psikiater juga terkadang diperlukan bila ibu mengalami

depresi, dicurigai mengalami kekerasan dalam rumah tangga, atau

memiliki penyakit jiwa.

2) Makan porsi kecil tapi sering

Keluhan mual dan muntah ini dapat diminimalisasi

dengan makan porsi kecil tapi sering dan berhenti sebelum

kenyang dan menghindari makanan yang mungkin akan memicu

atau memperparah gejala. Rekomendasi umum yang dapat dipilih

adalah makan makanan lunak dan manis, tinggi karbohidrat,

rendah lemak, menghindari makanan berbau menyengat, dan

tidak mengkonsumsi tablet besi (Mesics, 2013).

Mesics (2013) juga merekomendasikan makan dalam


18

porsi kecil tapi sering setiap 2 sampai 3 jam, minum minuman

mengandung gas diantara makanan lebih baik daripada dengan

makanan untuk menghindari distensi lambung: makan rendah

lemak, tinggi protein, menghindari makanan berminyak dan

makanan asin untuk rasa.

3) Perubahan tingkah laku

Perubahan tingkah laku yang direkomendasikan untuk

pasien yang menderita hiperemesis gravidarum yaitu untuk

meningkatkan waktu istirahat, jalan-jalan mencari udara segar,

menghindari gerak yang tiba-tiba, menghindari menggosok

gigi segera setelah makan, dan berdiri sesaat setelah makan

akan mengurangi muntah (Mesics, 2013).

Menghindari bau sangat penting dilakukan. Terlalu sensitif

terhadap bau terjadi pada kehamilan, kemungkinan karena

peningkatan hormon estrogen. Bau yang menusuk hidung

umumnya adalah bau makanan tapi kadang-kadang juga bau

parfum atau bahan kimia. Meminimalkan bau dan peningkatan

udara segar adalah kunci untuk menghindari mual (Mesics, 2013).

4) Penggunaan akupresure dan aromaterapi

Murphy dan Chez (2010, dalam Williams, 2016) mengkaji

terapi-terapi alternatif antara lain penggunaan akupuntur pada

titik P6 dan bubuk jahe yang diberikan 250 mg 3-4 kali sehari.

Smith, et al. (2016) juga menyatakan terapi alternatif yang biasa

digunakan adalah penggunaan jahe, peppermint, dan daun


19

raspberry.

5) Pemijatan

Terapi pemijatan juga berperan untuk meningkatkan

serotonin dan dopamine dan menurunkan kadar kortisol, dapat

membantu secara umum untuk relaksasi dan penurunan

stress. Pemijatan taktil dengan lembut, lambat dapat dilakukan

pada tangan dan kaki atau pada seluruh tubuh (Mesics, 2013).

Mesics (2013) juga menyebutkan bahwa pemijatan taktil dapat

membantu untuk meningkatkan relaksasi, melapangkan pikiran

dan memberikan pemikiran kepada ibu bahwa tubuhnya dapat

berfungsi kembali. Pemijatan taktil merupakan terapi alternatif

dan saling melengkapi untuk hiperemesis gravidarum. Smith, et

al. (2016) menyatakan bahwa ada alternatif pengobatan lain yang

dapat digunakan untuk pengobatan hiperemesis gravidarum.

Tetapi walaupun terapi dan produk alternatif sering diuraikan

sebagai “yang alami”, kemujaraban dan keamanan produk tidak

diatur oleh FDA. Herbal dan zat kimia lebih sering

dipertimbangkan lebih aman untuk umum, walaupun demikian,

kepercayaan bukanlah dasar yang ilmiah. Wanita memilih

produk herbal yang tidak mepunyai catatan keamanan yang

tersedia pada resep yang ada, mungkin karena kesalahan

kepercayaan bahwa alami adalah sama dengan aman.

b. Terapi farmakologi

Tujuan dari perawatan eremesis gravidarum adalah


20

mengurangi mual dan muntah, menggantikan cairan dan elektrolit,

meningkatkan gizi dan berat badan ibu (Tiran, 2013).

1) Hospitalisasi

Jika mual dan muntah yang dialam diikuti oleh dehidrasi,

diperlukan perawatan di rumah sakit untuk rehidrasi dan

penggantian vitamin dan mineral yang disebut sebagai terapi

antiemetik. Setelah ketonuria dan mual dan muntah teratasi, perlu

perawatan di rumah, salah satunya adalah obat-obatan per oral

(Mesics, 2013). Dalam keadaan muntah yang berlebihan dan

dehidrasi ringan, penderita hiperemesis gravidarum sebaiknya

dirawat sehingga dapat mencegah komplikasi dari hiperemesis

gravidarum (Mansjoer, 2011)

2) Pemberian obat-obatan

Rusydi (2014) menyatakan bahwa NaCl-Kaen MG 3 hidup

lebih efektif dibandingkan dengan standar hidup dalam

perawatan hyperemesis gravidarum kelas dua.

3) Penghentian kehamilan

Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum

tidak berhasil, malah mengakibatkan keadaan ibu bertambah

buruk sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan

penghentian kehamilan. Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus,

anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik

yang dapat menyebabkan penghentian kehamilan dapat dilakukan

(Wikjosastro, 2014; Manuaba, 2012).


21

Menurut Irianti dkk (2015) penatalaksanaan yang boleh dilakukan

oleh bidan yaitu:

a. Mengatur pengaturan pola makan yaitu dengan memodifikasi jumlah

dan ukuran makanan. Makanan dengan jumlah kecil dan minum

cairan yang mengandung elektrolit atau suplemen lebih sering.

Mengkonumsi makanan tinggi protein dapat mengurangi mual dan

melambatkan efektifitas lambung terutama pada trimester pertama

dibandingkan dengan makanan yang didominasi oleh karbohidrat atau

lemak.

b. Menghindari ketegangan yang dapat meningkatkan stres dan

mengganggu istirahat tidur pada ibu hamil.

c. Memberikan minuman air jahe yang dapat mengurangi gejala mual

muntah secara signifikan karena dapat meningkatkan motilitas saluran

cernayaitu dengan menggunakan satu gram jahe sebagai minuman,

satu kali sehari selama empat hari.

d. Melakukan akupuntur atau hipnosis dapat mengurangi mual dan

muntah secara signifikan.

e. Menjelaskan pada ibu hamil untuk menghindari mengkonsumsi

kopi/kafein, tembakau dan alkohol karena dapat menimbulkan mual

muntah dan memiliki efek yang merugikan untuk embrio, serta

menghambat sintesis protein selama kehamilan.

f. Memberikan tablet vitamin B6 1,5 mg/hari untuk meningkatkan

metabolime serta mencegah terjadinya ensepalopati.


22

Menurut Manuaba (2012) penatalaksanaan yang dapat diberikan

terhadap ibu hamil yang mengalami mual muntah yaitu :

a. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang hamil muda yang

selalu dapat disertaimual muntah.

b. Dinasehatkan agar tidak terlalu cepat bangun dari tempat tidur,

sehingga dapat tercapai aliran darah menuju susunan saraf pusat.

c. Nasehat diet, dianjurkan makan dengan porsi kecil, tetapi lebih sering

dan menghindari makanan yang merangsang mual muntah.

7. Instrumen Mengukur Mual Muntah

Pregnancy-Unique Quantification of Emesis And Nausea (PUQE)-

(Koren et al, 2012) merupakan salah satu alat untuk mengukur mual

muntah yang sudah teruji validitas dan reabilitasnya (Tiran, 2013).

Pregnancy-Unique Quantification of Emesis And Nausea (PUQE)-24

scoring system adalah system penilaian untuk mengukur tingkat

keparahan mual muntah kehamilan dalam 24 jam. Skor PUQE untuk

setiap pasien dihitung dengan menggunakan tiga kriteria untuk menilai

keparahan mual muntah selama kehamilan (jumlah jam merasakan mual,

jumlah episode muntahdan jumlah episode muntah kering dalam 24 jam

terakhir). Skor PUQE dihitung dengan menjumlahkan nilai-nilai dari

masing-masing kriteria dan dapat berkisar 1-15 (Latifah, 2017).

Table 1.Motherisk Kehamilan-Unik Kuantifikasi Emesis dan Mual (Motherisk


Pregnancy-Unique Quantification of Emesis And Nausea (PUQE)-24)
Scoring System.

Dalam 24 jam terakhir, tidak sama 1 jam atau 2-3 jam 4-6 jam >6 jam
23

untuk berapa lama anda sekali kurang


merasa mual atau sakit
perut?
(1) (2) (3) (4) (5)
Dalam 24 jam terakhirlah Tidak 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali ≥ 7 kali
anda, Apakah anda muntah- Muntah
muntah?
(1) (2) (3) (4) (5)
Dalam 24 jam terakhir, Tidak 1-2 kali 3-4 kali 5-6 kali ≥ 7 kali
berapakali anda telah Muntah
mengalami muntah kering?
(1) (2) (3) (4) (5)
PUQE-24, tidak ada gejala 3, ringan ≤ 6; sedang 7-12; berat 13-15.

C. Aromaterapi Jeruk

1. Definisi Aromaterapi

Kata aromaterapi berarti terapi dengan memakai minyak esensial

yang ekstrak dan unsur kimianya diambil dengan utuh. Aromaterapi

adalah bagian dari ilmu herbal (herbalism) (Poerwadi, 2006). Sedangkan

menurut Sharma (2011) aromaterapi berarti ‘pengobatan menggunakan

wangiwangian’. Istilah mual muntah juga merujuk pada penggunaan

minyak esensial dalam penyembuhan holistik untuk memperbaiki

kesehatan dan kenyamanan emosional dan dalam mengembalikan

keseimbangan badan. Terapi komplementer (pelengkap), seperti

homoeopati, aromaterapi dan akupuntur harus dilakukan seiring dengan

pengobatan konvensional (Jones, 2006)

2. Cara Kerja Aromaterapi

Secara farmakologi, aromaterapi bekerja di dalam tubuh manusia

melalui dua sistem, yaitu melalui sitem saraf dan sistem sirkulasi. Melalui

jaringan saraf yang mengantarnya, sistem saraf akan mengenali bahan

aromatic sehingga sistem saraf vegetative yaitu sistem saraf yang


24

berfungsi mengatur fungsi organ seperti mengatur denyut jantung,

pembuluh darah, pergerakan saluran cerna akan terangsang.

a. Melalui Saluran Pencernaan

Oleh para dokter dan ahli aromaterapi di Prancis. Beberapa

penelitian yang dilakukan oleh para ahli aromaterapi kedokteran

(aromatologist) menunjukkan bahwa setiap tetes minyak esensial yang

digunakan melalui cara ini seluruhnya akan sampai ke sistem di dalam

tubuh.

b. Indra Penciuman

Proses melalui penciuman merupakan jalur yang sangat cepat

dan efektif untuk menanggulangi masalah gangguan emosional seperti

stres atau depresi. Hal ini disebabkan rongga hidung mempunyai

hubungan langsung dengan sistem susunan saraf pusat yang

bertanggung jawab terhadap kerja minyak esensial. Hidung sendiri

bukan merupakan organ penciuman, hanya merupakan tempat untuk

mengatur suhu dan kelebapan udara yang masuk dan sebagai

penangkal masuknya benda asing melalui pernafasan.Bila minyak

esensial dihirup molekul yang mudah menguap akan membawa unsur

aromatik yang terdapat dalam kandungan minyak tersebut ke puncak

hidung.

Ramnut geotar yang terdapat didalamnya, yang berfungsi

sebagai reseptor, akan mengahntarkan pesan elektrokimia ke susunan

saraf pusat. Pesan ini akan mengaktifkan pusat emosi dan daya ingat

seseorang yang selanjutnya akan mengantarkan pesan balik ke seluruh


25

tubuh melalui sistem sirkulasi. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh

akan dikonversikan menjadi suatu aksi dengan pelepasan substannsi

neurokimia berupa perasaan senang, rileks, tenang atau terangsang.

Melalui penghirupan, sebagian molekul akan masuk ke dalam

paru-paru. Cara ini sangat dianjurkan untuk digunakan pada mereka

yang memiliki gangguan pernafasan. Molekul aromatik akan diserap

oleh lapisna mukosa pada saluran pernafasan, baik pada bronkus

maupun pada cabang halusnya (bronkeoli) secara mudah. Pada saat

terjadi pertukaran gas di dalam alveoli, molekul kecil tersebut akan di

angkut oleh sirkulasi darah di dalam paru-paru. Pernapasan yang

dalam akan meningkatkan jumlah bahan aromatik ke tubuh.

Dr. Alam Huch, seorang ahli neurologi, ahli psikiatri dan juga

direktur smell and taste research centre di chicago mengatakan “bau

berpengaruh secara langsuhg pada otak seperti obat” hidung

mempunyai kapasitas untuk membedakan 100.000 bau yang berbeda

(banyak diantaranya) yangmempengaruhi tanpa diketahui. Ketika

minyak essensialdihirup, memasuki hidung dan berhubungan dengan

cilia (rambut-rambut halus di dalam hidung) Reseptor di cilia

berhubungan dengan tonjolan olfaktorius yang berada di ujung saluran

penciuman. Ujung dari saluran penciuman itu berhubungan dengan

otak. Bau diubah oleh cilia menjadi impuls listrik yang diteruskan ke

otak lewat sistem olfaktorius, semua impuls mencapai sistem limbik,

sistem limbik sendiri adalah bagian dari otak yang dikaitkan dengan

suasana hati, emosi, memori dan belajar tubuh kita. Semua bau yang
26

mencapai sistem limbik memiliki pengaruh kimia langsung pada

suasana hati (Sharma, 2011).

Minyak aroma bekerja sebagai sihir untuk penyakit yang

berkaitan dengan stress, gangguan psikosomatik, infeksi kulit, rambut

rontok, peradangan, rasa sakit yang muncul dari otot atau gangguan

kerangka, untuk menyebutkan bebrapa diantaranya, minyak essensial

memiliki aplikasi yang tak terhitung (Sharma, 2011). Poerwadi (2016)

mengatakan bahwa tanaman teraupetik yang beraroma mengandung

minyak esensial di tubuhnya. Struktur minyak esensial sangatlah

rumit, terdiri dari berbagai unsur senyawa kimia yang masing-masing

mempunyai khasiat teraupetik serta unsur aroma tersendiri dari setiap

tanaman. Berdasarkan pengalamanlah, para ahli aromaterapi

menentukan secara tepat bagian tanaman yang terbaik.

3. Cara Terapi Menggunakan Aromaterapi

a. Pijat

Pijat merupakan metode perawatan yang paling banyak dikenal

dalam kaitannya dengan aromaterapi. Minyak esensial mampu

menembus kulit dan terserap ke dalam tubuh, sehingga memberikan

pengaruh penyembuhan dan menguntungkan pada berbagai jaringan

dan organ internal. Minyak yang digunakan dalam pijat pertama

dilarutkan dengan dicampur dengan minyak dasar dn tidak boleh

dipakai langsung padk mengetahui kulit dalam bentuk murni karena

bisa menimbulkan reaksi alergi yang merugikan.


27

Ahli aromateapi dapat merancang pijatan seluruh tubuh

seseorang berdasarkan pada riwyat akurat yang diambil dari pasien

dan banyak pengalaman dalam menggunakan minyak esensial.

Minyak akan dipilih secara khusus untuk menyesuaikan temperamen

pasien dan juga untuk mengatasi berbagai persoalan medis dan

emosional tertentu yang dapat menyusahkan dirinya. Meskipun belum

ada pengganti untuk pijat aromaterapi yang memberikan ksejukan

dalm jangka waktu panjang yang diberikan oleh seorang ahli terapi,

teknik-teknik tersebut tidak sulit untuk dipelajari dan dapat dilakukan

secara memuaskan di rumah.

b. Penghirupan / Inhalasi

Akses minyak esensial melalui hidung (nasal passages)

merupakan rute yang jauh lebih cepat disbanding cara lain dalam

penanggulangan problem emosional seperti stress dan depresi

termasuk beberapa jenis sakit kepala, karena hidung mempunyai

kontak langsung dengan bagian-bagian otak yang bertugas

merangsang terbentuknya efek yang ditimbulkan oleh minyak

esensial. Hidung sendiri bukanlah organ untuk membau, tetapi hanya

memodifikasi suhu dan kelembaban udara yang masuk serta

mengumpulan benda asing yang mungkin ikut terhisap.

Saraf otak (cranial) ertama bertanggung jawab terhadap indera

pembau dan menyampaikannya pada sel-sel reseptor. Ketika

aromaterapi tersebut dihirup, molekul yang mudah menguap (volatile)

dari minyak tersebut dibawa oleh arus kea tap hidung di mana silia-
28

silia yang lembut muncul dari sel-sel reseptor. Ketika molekul-

molekul itu menempel pada rambut-rambut tersebut, suatu pesan

elektrokimia akan ditransmisikan melaui bola dan saluran olfactory

kedalam sitem limbic. Hal ini akan merangsang memori dan respon

emosional. Hipotalamus berpern sebagai relay dan regulator,

memunculkan pesan-pesan yang harus disampaikan ke bagian lain

otak serta bagian bdan yang lain. Pesan yang diterima itu kemudian

diubah menjadi tindakan yang berupa pelepasan senyawa elektrokimia

yang menyebabkan euphoria, relaks, atau sedatif. Sistem limbic ini

terutama digunakan dalam ekspresi emosi. Inhalasi dilakukan dengan

berbagai cara, seperti :

1) Dengan bantuan botol semprot

Botol semprot (spray bottle) biasa digunakan untuk

meghilangkan udara yang berbau kurang enak pada kamar pasien.

Minyak yang biasa digunakan adalah minyak Pinus sylvestris,

Thymus vulgaris, Syzigium aromaticum, Eucalyptus smithii, dan

Mentha piperita. Dengan dosis 10-12 tetes dalam 250 ml air,

setelah dikocok kuat-kuat terlebih dahulu, kemudian disemprotkan

ke kamar pasien.

2) Dihirup Melalui Tissue

Inhalasi dari kertas tissue yang mengandung minyak esensial

4-5 tetes (3 tetes pada anak kecil, orang tua, ibu hamil) sangat

efektif bila dibutuhkan hasil yang cepat (immediate result), dengan

2-3 kali tarikan nafas dalam-dalama. Untuk mendapatkan efek


29

yang panjang, tissue dapat diletakkan di dada sehingga minyak

esensial yang menguap akibat panas badan tetap terhirup oleh

nafas pasien.

Setiap 10 menit aromaterapi diganti karena aromaterapi sangat

mudah menguap dengan bercampur ke udara sehingga jika

digunakan terlalu lama , maka aromaterapi akan habis.

3) Dihisap Melalui Telapak Tangan

Inhalasi dengan menggunakan telapak tangan merupakan

metode yang baik, tetapi sebaiknya hanya dilakukan oleh orang

dewasa saja. Satu tetes minyak esensial diteteskan pada telapak

tangan yang kemudian ditelungkupkan, digosokkan satu sama lain

dan kemudian ditutupkan ke hidung. Mata pasien sebaiknya

terpejam saat melakukan hal ini. Paseien dianjurkan untuk menarik

nafas dalam-dalam. Cara ini sering dilakukan untuk mengatasi

kesukaran dalam pernapasan atau kondisi stress.

4) Penguapan

Cara ini digunakan untuk mengatasi problem respirasi dan

masuk angina (Commond cold). Untuk kebutuhan ini digunakana

suatu wadah dengan air panas yang ke dalamnya diteteskan

minyak esensial sebanyak 4 tetes, atau 2 tetesuntuk anak dan

wanita hamil. Kepala pasien menelungku dia atas wasah dan

disungkupkan dengan handuk sehinggatidak ada uap yang keluar

dan pasien dapat menghirupnya secara maksimal Selama


30

penanganan, pasien diminta untuk menutup matanya

(Koesoemidyah, 2019)

c. Kompres

Kompres efektif untuk menyembuhkan berbagai macam sakit,

nyeri otot, dan rematik sekaligus rum-ruam dan sakit kepala. Untuk

mempersiapkan kompres, tambahkan 5 tetes minyak pada semangkun

kecil air. Rendam sepotong kecil flannel atau bahan serbet lainnya

dalam larutan tersebut. Peraslah kain basah yang berlebihan

(meskipun kompres harus tetap cukup basah) dan pastikan posisinya

dengan pembalut atau lekatkan lapisan tipis. Untuk rasa nyeri yang

akut, kompres harus diulang-ulang bila telah mencapai Blood

temperature, jika tidak maka kompres harus tetap dibiarkan pada

posisinya selama minimal dua jam dan yang lebih baik adalah

semalam. Air dingin harus \digunakan bilamana demam, nyeri akut,

au pembengkakan yang panan menuntut perawatan, sedangkan air

haus panas jika nyeri tersebut telah kronis. JIka ada demam, kompres

harus sering diganti.

d. Mandi

Mandi yang sebagian besar orang merasakan manfaatnya

untuk relaksasi adalah mandi panas yang sebelumnya telah

ditambahkan persiapan wewangian yang memiliki khasiat trtentu,

Sebagian besar persiapan ini mengandung minyak esensial yang

digunakan dalam aromaterapi. Penambahan beberapa tetes minyak

esensial pada air mandi dapat menenangkan dan melemaskan,


31

meredakan sakit dan nyeri, dan juga dapat menimbulkan efek

ransangan, menghilankan keletihan dan mengembalikan tenaga.

Di samping itu, ada manfat tambahan uap minyaknya uang

minyaknya saat menguap dari air panas. Mandi yang bisa dilakukan

seperti mandi berendam. Tambahkan beberapa tetes 5-10 minyak

esensial pada bak mandi setelah airnya dimasukkan dan tutup pintunya

untuk menjada aagar uap aromanya tidak hilang. Pilihan minyak

spenuhnya terserah pada masing-masing orang, tergantung pada efek

yang diinginkan, meskipun orang-orang yang mengalami kulit

sensitive dianjurkan untuk menggunakan minyk yang telah mengalami

kulit sensitive dianjurkan untuk menggunakan mnyak yang telah

dilarutkan dalam minyak dsar sebelum mandi. Mandi dengan minyak

esensial dapat merangsang dan menyegarkan kembali atau

melemaskan dan menenangkan tergantung pada minyak yang dipilih:

minyak mawar dan pinus dapat menimbulkan efek menenangkan pada

anggota badan yang lelah atau sakit, chamomile dan lavender popular

untuk meredakan insomnia dan kecemasan. Pengaruh serupa

(meskipun sebenarnya tidak sangat menenangkan) dapat diperoleh di

tengah-tengah mandi dengan merendam sepotong spons dalam

campuran minyak esensial, kemudian menggosokkannya pada tubuh

di bawa semprotan air hangat.

e. Mandi kaki (Rendam Kaki)


32

Kaki lelah dan bengkak dapat disegarkan kembali dengan

direndam dalam baskom air hangat yang mengandung 4-5 tetes

minyak lavender, peppermint, rosemary, atau thyme. Aduk dan

kemudian rendam selama minimal 10 menit untuk mendapatkan

manfaat.

f. Cuci vulva

Cuci vulva berguna untuk membantu mencegah infeksi,

menyemprot vagina tidak boleh digunakan di periode intrapartum dan

pascapartum. Gunakan 3 tetes minyak esensial ke dalam satu liter air

hangat, aduk dan alirkan ke area vulva (Medforth, 2012)

g. Spray Ruangan

Caranya, 10 tetes minyak dimasukkna ke dalam 201 ml air,

lebuh baik dalam wadah pipa semprot spray yang halus (Medforth, et

al. 2012)

h. Penguap (vaporizer atau diffuser)

Pembakaran murni dilarang di dalam unit maternitas, tetapi

penguap elektrik adalah yang paling cocok dan aman untuk digunakan

di institusi. 1-2 tetes minyak esensial diteteskan dan penguap

dinyalakan selama tidak lebih dari 10-15 menit per jam untuk

mencegah intiksikasi minyak yang telah dipilih. Jika wanita ingin

menguap minyak esensial di rumah melalui sebuah alat dengan

pembakar murni, mereka harus dianjurkan untuk menggunakanna

secra tepat dan diinformasikan tentang implikasi keamanannya

(Medforth, et al. 2012)


33

4. Dosis Pemberian Aromaterapi.

Menurut Dr. Primadiati, Rachmi (2012 58-59) Minyak essensial

merupakan bahan yang bersifat sangat kuat dan harus diencerkan terlebih

dahulu sebelum digunakan. Menggunakan minyak essesnsial dengan dosis

ganda tidak berarti mendapat manfaat ganda pula. Dosis minyak essensil

yang berlebihan akan sangat beracun dan menimbulkan perasaan mual.

Cara terbaik untuk melarutkan minyak essensial adalah dengan

menggunakan minyak pengencer, yang disebut juga minyak karier (carier

oil) seperti Minyak Zaitun (Virgin Olive Oil).

Agar minyak esensail dapat digunakan dengan aman, para ahli telah

menetapkan suatu kadar larutan ideal yang dapat digunakan pada kondisi

normal (yaitu tanpa indikasi atau tanpa suatu kelainan). Larutan ini

dikenal dengan nama larutan standar, yaitu dengan konsentrasi 1-2 %

untuk penggunaan pada wajah dan larutan dengan konsentrasi 3% untuk

penggunakan pada tubuh.

Tabel 2.1 : Tabel Konversi untuk Menghitung Konsentrasi Larutan

Konsentrasi ƩMinyak Ʃ Minyak Karier


Esensial (untuk campuran)
Larutan 1% 5-6 tetes 1 𝜊𝑧 (±30 ml) minyak karier
Larutan 2% 10-12 tetes 1 𝜊𝑧 (±30 ml) minyak karier
Larutan 3% 15-18 tetes 1 𝜊𝑧 (±30 ml) minyak karier
Sumber : Primardiati Rahmi 2015, hal 36-37

Keterangan: Gunakan alat penetes standar yang banyak dijual ditoko-toko

obat atau apotek.

5. Kontraindikasi Aromaterapi
34

Menurut Dr. Primadiati, Rachmi (2015), kontraindikasi pemberian

aromaterapi sebagai berikut:

a. Penderita kanker, gangguan sirkulasi dan jantung, kecuali dibawah

pengawasan aromatherapist atau aromatologist.

b. Adanya kelainan atau penyakit kulit, seperti infeksi, peradangan,

varises, patah tulang, luka memar yang terbuka, serta peradangan kulit

terutama untuk pemberian aromaterapi dengan massase.

6. Hubungan Aromaterapi Jeruk terhadap Emesis

Rasa mual pada kehamilan dapat ditangggulangi dengan

menggunakan terapi pelengkap antara lain dengan aromaterapi. Salah satu

aromaterapi yang dapat menurunkan mual muntah dalam kehamilan

adalah aromaterapi jeruk, Aromaterapi jeruk memberikan ragam efek bagi

penghirupnya, seperti ketenangan, kesegaran, bahkan bisa membantu ibu

hamil mengatasi mual. Setiap minyak essensial memiliki efek

farmakologis yang unik, seperti antibakteri, antivirus, diuretik,

vasodilator, penenang, dan merangsang adrenal.

Ketika minyak essensial dihirup, memasuki hidung dan

berhubungan dengan reseptor di cilia berhubungan dengan tonjolan

olfaktorius yang berada di ujung saluran penciuman. Ujung dari saluran

penciuman itu berhubungan dengan otak. Bau diubah oleh cilia menjadi

impuls listrik yang diteruskan ke otak lewat sistem olfaktorius, semua

impuls mencapai sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian dari otak

yang dikaitkan dengan suasana hati, emosi, memori dan belajar kita.

Semua bau yang mencapai sistem limbik memiliki pengaruh kimia


35

langsung pada suasana hati kita. Ketika semua impuls dari aroma terapi

sampai di sistem limbik, impuls tersebut akan memblok serotin (rasa ingin

muntah) sehingga mual muntah dapat ditekan karena jeruk sendiri

memiliki manfaat untuk memblokir serotin (Rachmi, 2015).

Aromaterapi jeruk merupakan jenis aromaterapi yang dapat

digunakan untuk mengatasi mual muntah. Limone 70%, beta-pinene 11%,

gammaterpinene 8%, citral 2%, trana-alpha-bergamodhine 0,4% adalah

kandungan yang terdapat dari minyak essensial citrus jeruk yang memiliki

manfaat sebagai mentaly, stimulating, antitheumatic, antispasmodic,

hypotensive, antistress dan sedative (Perry, 2012).

Limonene adalah kandungan dari citrus limon yang sangat

bioavailable oleh paru manusia sebesar 70% dan 60%

dimetabolisme/diredistribusi dengan cepat. Limonene, gamma-terpirnene

dan citral dapat menghambat kadar serum corticosterone dan monoamin

di otak ketika mengalami stres fisik maupun psikologis sehingga dapat

mengurangi stress (Pimenta et al, 2012).

Park et al, pada tahun 2011 menemukan bahwa limonene dapat

langsung mengikat reseptor adenosin A24 yang memberikan efek seperti

obat penenang. Dari uji vitro radioligand menunjukkan bahwa limonene

dapat bertindak sebagai ligan dan agonis untuk reseptor adenosin

A24.Penelitian tentang minyak essensial citrus pada tikus sebagai

objeknya menemukan bahwa citrus merupakan agen anxyolytiol anti

cemas yang kuat dimana satu minyak essensialnya dapat meningkatkan

serotonin di korteks prefrontal, dan dopamin (DA) dalam hippocampus


36

yang dimediasi melalui 5HT1A. Komoriet et al juga menunjukkan bahwa

pasien depresi yang menghirup aroma citrus mendapatkan skore normal

pada Hamilton Depresi Skore. Limonene juga menghasilkan hasil yang

signifikan dapat menurunkan mual muntah pada pasien kanker payudara

setelah dilakukan kemoterapi (Fakumoto et al, 2008)

D. Penelitian Terkait

1. Penelitian Dilon (2018) tentang pengaruh pemberian terapi aroma jeruk

terhadap intensitas rasa mual muntah pada ibu hamil di Wilayah Kerja

Puskesmas Harapan  Raya Tahun 2017. Menunjukkan ada pengaruh

pemberian terapi aroma jeruk terhadap intensitas rasa mual muntah,

dengan nilai p-value 0.000 < 0.05.

2. Penelitian Megasari (2016) tentang Pemberian Aromaterapi Jeruk Dengan

Penurunan Rasa Mual Pada Ibu Hamil Trimester I Di Klinik Pratama

Deliana, menunjukkan hasil penelitian tentang efektifitas pemberian aroma

terapi jeruk terhadap penurunan mual muntah pada ibu hamil trimester I,

terdapat 30 ibu hamil didapatkan hasil Mean Rank pretest dan posttest

untuk kelompok eksperimen, didapatkan hasil aroma terapi jeruk efektif

terhadap penurunan mual muntah (8.00).

E. Kerangka Teori
37

Menurut Notoatmodjo (2012) kerangka teori merupakan gambaran dari

teori dimana suatu riset berasal atau dikaitkan. Sehingga dalam penelitian ini

kerangka teorinya adalah sebagai berikut:

a. Terapi nonfarmakologi
1) Pengobatan psikologis
2) Makan porsi kecil tapi sering
3) Perubahan tingkah laku
4) Penggunaan akupresure dan Mengurangi Mual
aromaterapi jeruk Muntah Kehamilan
5) Pemijatan
b. Terapi farmakologi
1) Hospitalisasi
2) Pemberian obat-obatan
3) Penghentian kehamilan

Gambar 2.1 Kerangka teori

Sumber: Wikjosastro, (2014)

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu abstrak yang dibentuk dengan

menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu konsep tidak dapat

diukur dan diamati secara langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur,

maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel. Dari

variabel itulah konsep dapat diamati dan di ukur. Variabel penelitian adalah

sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau

didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu

(Notoatmodjo, 2012). Variabel independen ini adalah aroma terapi jeruk dan

variabel dependen mual muntah pada ibu hamil.

Variabel Independen Variabel Dependen


38

Aromaterapi jeruk Mual muntah

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam suatu penelitian merupakan jawaban sementara

penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan

dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012). Hipotesis

penelitian ini adalah:

Ha: ada pengaruh pemberian aromaterapi jeruk terhadap penurunan mual

muntah pada ibu hamil Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung

Agung Tahun 2019.

BAB III
39

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini mengunakan jenis penelitian kuantitatif, Penelitian

kuantitatif adalah metode yang digunakan untuk menyelidiki objek

(masyarakat) yang dapat diukur dengan angka-angka, sehingga gejala-gejala

yang diteliti dapat diteliti/diukur dengan menggunakan skala-skala, indeks-

indeks atau tabel-tabel yang kesemuanya lebih banyak menggunakan ilmu

pasti. Penelitian ini menggunakan desain analitik, yaitu penelitian yang

menyangkut pengujian hipotesis, yang mengandung uraian- uraian tetapi

fokusnya terletak pada analisis hubungan antara variabel (Notoatmodjo,

2010).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada Februari 2020.

2. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Agung.

C. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini peniliti menggunakan rancangan analisis dengan

menggunakan pendekatan praexperiment. Penelitian dalam ini menggunakan

bentuk design penelitian one group pre test post test. Dengan rancangan

penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1
One group Pretest
39 – Posttest Design
40

Pre Intervensi Perlakuan Post Intervensi


X1 X X2

Keterangan :

X : Intervensi (arometerapi jeruk)

X1 : mual muntah sebelum Intervensi

X2 : mual muntah sesudah terapi

D. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang

mengalami mual muntah di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Agung

pada saat penelitian sejumlah 30 ibu.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2016). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini berdasarkan konsep

dan penerapan metodelogi penelitian oleh Dempsey (2012) menyatakan

bahwa lima belas subjek pada setiap kelompok dianggap minimum untuk

riset eksperimental. Sepuluh sampai duapuluh subjek per kelompok

dianggap minimum untuk studi yang simple dengan kontrol ekperimen

yang kuat. Sehingga dalam penelitian ini melibatkan 15 ibu.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel independent/bebas, sebab, mempengaruhi atau independen

variabel atau variabel risiko, dengan kata lain, variabel independen pada
41

penelitian ini adalah pemberian aromaterapi jeruk

2. Variabel dependen/terikat adalah variabel tergantung, terikat, akibat,

terpengaruh karena varaibel ini dipengaruhi oleh variabel bebas atau

variabel independen, variabel dependen pada penelitian ini adalah mual

muntah

F. Definisi Operasional

Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan atau mengamati

variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrument

penelitian (alat ukur). Definisi operasional variabel – variabel dalam

penelitian ini ialah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Alat Ukur Hasil Skala
Ukur Ukur
Variabel
Independen
Pemberian Suatu metode pemberian Tissue
aromaterapi aromaterapi jeruk pada ibu
jeruk hamil yang mengalami mual
muntah yaitu Pasien mengirup
aromaterapi pada tisu
sebanyak 3 kali tarikan nafas
dan diulangi lagi 5 menit jika
ibu masih merasa mual
muntah (Koesoemidyah,
2019)

Variabel Suatu keadaan mual muntah Lembar Pengisian 1- 15 Rasio


Dependen yaitu salah satu keluhan yang kuisoner lembar
mual muntah di alami ibu hamil trimester I PUQE- kuisoner
yang mengganggu aktifitas 24
sehari-hari.

G. Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Pretest
42

1) Responden datang melakukan kunjungan ANC

2) Memberikan informed consent sebagai pernyataan persetujuan

menjadi responden penelitian.

3) Peneliti mengukur mual dan muntah responden dengan

menggunakan lembar kuisoner PUQE-24

4) Kemudian ibu hamil yang telah terpilih menjadi sampel yang akan

diberi pelakuan.

b. Intervensi yaitu aromaterapi jeruk

1) Mempersiapkan responden

2) Memberikan responden aromaterapi jeruk yaitu dengan cara

inhalasi dari kertas tissue yang mengandung minyak esensial 3

tetes, dengan 2-3 kali tarikan nafas dalam-dalam, kemudian tissue

dapat diletakkan di dada sehingga minyak esensial yang menguap

akibat panas badan tetap terhirup oleh nafas ibu pada pagi hari.

3) Pelaksanaan dilakukan di lokasi responden berada.

c. Post test

1) Setelah hari ke tiga peneliti kembali mengukur mual dan muntah

responden dengan menggunakan lembar kuisoner PUQE-24

2) Melakukan menganalisis data.

Alat ukur atau instrument dalam penelitian quasy eksperimen untuk variabel

dependen dan independen yaitu lembar kuisoner. Lembar kuisoner penelitian

ini menggunakan (PUQE)-24 yang sudah dilakukan uji validitas dan uji

reliabitas yang berisi 3 pertanyaan dengan skor diinterprestasikan 1-15 untuk

mengatahui frekuensi mual muntah. Kuisoner (PUQE)-24 merupakan


43

kuisoner baku yang banyak digunakan dalam penelitian yang berhubungan

dengan mual muntah, sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas dan uji

reliabitas kembali. Skor PUQE untuk setiap pasien dihitung dengan

menggunakan tiga kriteria untuk menilai keparahan mual muntah selama

kehamilan (jumlah jam merasakan mual, jumlah episode muntahdan jumlah

episode muntah kering dalam 24 jam terakhir). Skor PUQE dihitung dengan

menjumlahkan nilai-nilai dari masing-masing kriteria dan dapat berkisar 1-15.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data menurut Hastono (2017) dilakukan dengan:

1. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Pada penelitian ini melakukan editing

dengan cara memeriksa kelengkapan, kesalahan pengisian dan konsistensi

dari setiap jawaban dan pertanyaan.

2. Processing

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke

dalam master tabel atau data base komputer.

3. Cleaning (Pembersihan data)

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di–Entry

terdapat kesalahan atau tidak.

I. Analisis Data

1. Analisa Univariat
44

Analisa univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dengan

menggunakan rumus presentase (Arikunto, 2010: 150).

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk melihat perbedaan antara sebelum

dengan sesudah intrevensi, analisis bivariat dilakukan dengan cara: Uji t-

dependen. Uji dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan variabel bebas

dan varibel terikat. Tingkat kemaknaan (taraf kesalahan) yang digunakan

dalam penelitian ini sebesar 95% (α 0,05).

Keputusan dari pengujian t-test:

a. Jika t-hitung < t tabel, Ho diterima Ha ditolak, berarti data sampel

tidak mendukung adanya efektifitas yang bermakna (signifikan).

b. Jika t-hitung > t-tabel, Ho ditolak Ha diterima, berarti data sampel

mendukung adanya efektifitas yang bermakna (signifikan).

Anda mungkin juga menyukai