Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Divisi Marchantiophyta

(Lumut Hati)

Disusun Oleh:

Kelompok VI:

Edieli Zebua 19507075

Ninda Mokoginta 18507075

Feronika T. Mokansi 18507093

Etin Ruban 18507137

Teninko Wenda 18507169

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERTSITAS NEGERI MANADO

2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini.Walaupun berbagai hambatan dan permasalahan,
rencana untuk menyusun makalah ini yang berjudul “Lumut (bryophyta)” dapat
terwujud juga. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Botani
pada program studi Farmasi.Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa
dapat menambah wawasan dan dapat menganalisa persoalan-persoalan yang
dihadapkan. Kami sadar makalah ini masih jauh dari sempurna.Oleh karena itu,
kami mengharapkan ide, kritik, dan saran yang membangun atas isi makalah.
Masukan tersebut akan dengan senang hati kami terima guna perbaikan di
kemudian hari. Akhirnya, semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan
kepada pembaca sekalian.

Tondano, 16 Oktober 2021

Penyusun

Kelompok VI

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................4

1. Rumusan Masalah................................................................................5
2. Tujuan Masalah....................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................6

A. Pengertian Lumut.................................................................................6
B. Ciri – Ciri.............................................................................................7
C. Struktur Tubuh Lumut..........................................................................8
D. Klasifikasi Tumbuhan Lumut................................................................9
E. Metagenesis Tumbuhan Lumut................................................................16
F. Siklus Hidup Tumbuhan Lumut...........................................................17

BAB III PENUTUP................................................................................................19

Kesimpulan...................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Lumut merupakan kelompok tumbuhan kecil yang tumbuh
menempel pada berbagai jenis substrat. Substrat yang umum dapat di
tumbuhi lumut adalah pada pohon, kayu mati, kayu lapuk, serasah, tanah
dan batuan dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran yang
cukup. Kehidupan lumut dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti, suhu,
kelembaban dan cahaya. Lumut yang hidup seperti pada pohon akan
dipengaruhi oleh struktur permukaan kulit kayu atau tempat tersebut harus
lembab dengan intensitas cahaya yang cukup. Lumut merupakan salah satu
kelompok tumbuhan rendah dan bagian dari keanekaragaman hayati yang
belum banyak mendapat perhatian (Windadri, 2009). Ada 24.000 spesies
Bryophyta yang dikenal, dan semua tumbuhan lumut membutuhkan
kondisi lingkungan yang lembab yang masuk kedalam siklus kehidupan
tumbuhan tersebut. Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga kelas, yaitu
lumut hati (Hepatophyta) dengan 9000 spesies dan 240 genus, lumut
tanduk (Anthocerotopyhta)hanya 500 spesies, dan lumut daun(Bryopsida)
memiliki 12.000-14.500 spesies dan 670 genus. Bryophyta termasuk salah
satu bagian kecil dari flora yang belum banyak tergali juga merupakan
salah satu penyokong keanekaragaman flora. Tumbuhan lumut tersebar
luas dan merupakan kelompok tumbuhan yang menarik. Mereka hidup di
atas tanah, batuan, kayu, dan kadang - kadang di dalam air. Lumut hati dan
lumut daun yang hidup menyendiri biasanya tidak menarik. Namun dapat
tampak bahkan menarik jika tumbuh berkelompok. Pada umumnya jenis
tumbuhan ini kurang beradaptasi pada kondisi kehidupan daratan, dan
sebagian besar merupakan tumbuhan yang hidup pada lingkungan lembab
dan terlindung. Meskipun demikian, lumut tertentu khususnya lumut sejati
(Bryopsida), dapat bertahan hidup pada musim kering. Pertumbuhannya
mengalami peremajaan jika air tersedia kembali. Kelas Bryopsida terdiri
dari ordo Archidiales, Polytrichales, Fissidentales, Dicranales, Funariales,

4
Eubryales, Isobryales, Buxbaumiales, Hyponobryales dan Tetraphidales
(Eddy,1988). Polytrichales merupakan lumut yang memiliki penyebaran
yang luas di dunia beberapa yang telah dikenali sebanyak 19 genus dan
lebih kurang 370 spesies. Secara ekologis lumut berperan penting di dalam
fungsi ekosistem. Seperti lahan gambut sangat tergantung pada lapisan
atau tutupan lumut. Sehingga keberadaan lumutsebagai penutup
permukaan tanah juga mempengaruhi produktifitas, dekomposisi
sertapertumbuhan komunitas di hutan (Saw dan Goffinet, 2000).
Richardson (1981 5 Windadri dan Siti, 2005) melaporkan bahwa beberapa
jenisanggota dari marga Polytrichum dimanfaatkan untuk memperindah
taman di sekitar pura Saihoji di kaki Gunung Koinzan di sebelah barat
Kyoto. Selain itu Polytrichum digunakan sebagai indikator terhadap
kondisi asam serta memiliki mineral dan unsur hara yang kaya.

2. Rumusan Masalah
Dari penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Apa saja ciri-ciri tumbuhan lumut?
2) Bagaimanakah klasifikasi dari lumut?
3) Bagaimana metagenesis tumbuhan lumut?
4) Apa saja manfaat/ fungsi tumbuhan lumut?
5) Bagaimana siklus hidup tumbuhan lumut?

3. Tujuan Masalah
1) Untuk mengetahui ciri-ciri tumbuhan lumut
2) Untuk mengetahui klasifikasi tumbuhan lumut
3) Untuk mengethaui metagenesis tumbuhan lumut
4) Untuk mengetahui manfaat dan fungsi tumbuhan lumut
5) Untuk mengetahui siklus hidup lumut

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Lumut
Marchantiophyta (Hepaticophyta) atau  lumut hati  banyak
ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembap.
Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan.
Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai ,akar ,batang dan daun. Hal
ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati
merupakan kelompok peralihan dari
tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih
dari 6000 spesies.
Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi
dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya
menggunakan spora dan telah mendiami bumi semenjak kurang lebih 350
juta tahun yang lalu. Pada masa sekarang ini Bryophyta dapat ditemukan
disemua habitat kecuali di laut (Gradstein,2003). Dalam skala evolusi
lumut berada diantara ganggang hijau dan tumbuhan berpembuluh
(tumbuhan paku dan tumbuhan berbiji). Persamaan antara ketiga
tumbuhan tersebut adalah ketiganya mempunyai pigmen fotosintesis
berupa klorofil A dan B, dan pati sebagai cadangan makanan utama
(Hasan dan Ariyanti, 2004). Perbedaan mendasar antara ganggang dengan
lumut dan tumbuhan berpembuluh telah beradaptasi dengan lingkungan
darat yang kering dengan mempunyai organ reproduksi (gametangium dan
sporangium), selalu terdiri dari banyak sel (multiselluler) dan dilindungi
oleh lapisan sel-sel mandul, zigotnya berkembang menjadi embrio dan
tetap tinggal di dalam gametangium betina. Oleh karena itu lumut dan
tumbuhan berpembuluh pada umumnya merupakan tumbuhan darat tidak
seperti ganggang yang kebanyakan aquatik (Tjitrosoepomo, 1989). Lumut
dapat dibedakan dari tumbuhan berpembuluh terutama karena lumut
(kecuali Polytrichales) tidak mempunyai sistem pengangkut air dan
makanan. Selain itu lumut tidak mempunyai akar sejati, lumut melekat

6
pada substrat dengan menggunakan rhizoid. Siklus hidup lumut dan
tumbuhan berpembuluh juga berbeda (Hasan dan Ariyanti, 2004). Pada
tumbuhan berpembuluh, tumbuhan sesungguhnya di alam merupakan
generasi aseksual (sporofit), sedangkan generasi gametofitnya sangat
tereduksi. Sebaliknya pada lumut, tumbuhan sesungguhnya merupakan
generasi seksual (gametofit). Sporofit lumut sangat tereduksi dan selama
perkembangannya melekat dan tergantung pada gametofit (Polunin, 1990).

B. Ciri – ciri lumut


Adapun ciri – ciri dari lumut ialah sebagai berikut :
a. Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh
di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit.
Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian
disebut hutan lumut.
b. Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut
(xilem dan floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-
alat kelamin) yaitu: Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang
menghasilkan Spermatozoid. Alat kelamin betina disebut Arkegonium
yang menghasilkan Ovum.

7
c. Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah
satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua
(Dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak
Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang
dihasilkna oleh sel telur.
d. Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian - bagian
:Vaginula (kaki), Seta (tangkai), Apofisis (ujung seta yang melebar),
Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak
spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.
e. Lumut mengalami keturunan (metagenesis). Dalam daur hidupnya,
lumut mengalami duafase kehidupan, yaitu fase gametofit (haploid)
dan fase sporofit (diploid). Alat perkembangbiakan jantan berupa
antheridium dan alat perkembangbiakan betina berupa arkegonium.

C. Struktur tumbuhan lumut

8
Bryophyta memiliki struktur tubuh sebagai berikut:

1) Batang dan daun pada tumbuhan lumut yang tegak memiliki susuna
yang berbeda-beda. Jika batang dilihat dari penampang melintang
maka akan tampak bagian-bagian berikut: Selapis sel kulit, beberapa
sel diantaranya memanjang dan membentuk rhizoid-rhizoid epidermis
Lapisan kulit dalam tersusun atas beberapa lapisan sel yang dinamakan
korteks. Silinder pusat terdiri dari sel-sel parenkim yang memanjang
untuk mengangkut makanan
2) Daun lumut umunya setebal satu lapis sel, kecuali ibu tulang daun.
Sel-sel daun kecil, sempit, panjang dan mengandung kloroplas yang
tersusun seperti jala. Diantaranya sel-sel mati yang besar dengan
penebalan dinding dalamnya berbentuk spiral. Sel-sel mati ini
berfungsi untuk tempat persediaan air dan cadangan makanan.
3) Pada ujung batang terdapat titik tumbuh titik tumbuh dengan sel
pemula dipuncaknya. Sel pemula tersebut umumnya bebertuk bidang
empat (tetrader: kerucet terbalik) dan membentuk sel-sel baru ketiga
arah menurut sisinya. Ukuran terbatas mungkin disebabkan karena
tidak adanya sel berdinding sekunder yang berfungsi sebagai
penyokong seperti pada tumbuhan berpembuluh.
4) Rhizoid (bulu-bulu akar), berfungsi sebagai akar untuk melekat pada
tempat tumbuhnya dan menyerap makanan. Rhizoid terdiri dari deret
sel yang memanjang kadang-kadang dengan sekat yang tidak
sempurna.

Struktur sporofit tubuh lumut terdiri dari:

- Vaginula yaitu akar yang diselubungi oleh sisa dinding arkegonium.


- Seta (tangkai) Apofisis yaitu ujung seta yang melebar dan merupakan
peralihan seta dengan kotak spora.
- Kaliptra (tudung) berasal dari dinding arkegonium seebelah atas menjadi
tudung kotak spora.
- Kolumera, yaitu jaringan yang tidak ikut serta dalam pembentukan spora.

9
D. Klasifikasi Lumut
Divisio tumbuhan lumut dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1. Musci (lumut daun)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Bryophyta

Kelas : Bryopsidas

Ordo : Bryopceales

Family : Bryopcea

Genus : Bryopsida

Spesies : Bryopsida sp

10
Ciri morfologi tumbuhan lumut :

- Berkembang biak dengan spora


- Habitat di tempat lembab
- Memiliki akar semu
- Hidup Berkoloni
- Tidak memiliki sistem pembuluh angkut
- Mengalami metagenesis ( Pergiliran Keturunan )

Lumut daun juga disebut lumut sejati. Bentuk tubuhnya berupa


tumbuhan kecil dengan bagian seperti akar (rizoid), batang dan daun.
Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang-cabang batang.
Kuncup akan membentuk lumut baru. Lumut daun banyak terdapat ditempat –
tempat yang lembab, mempunyai struktur seperti akar yang disebut rizoid dan
struktur seperti daun.

Bryopsida adalah kelas yang terbesar di antara anggota Bryophyta


lainnya dan paling tinggi tingkat perkembangannya karena baik gametofit
maupun sporofitnya sudah mempunyai bagianbagian yang lebih kompleks.
Gametofit dari lumut daun umumnya dibedakan dalam 2 tingkatan yaitu
protonema yang terdiri dari benang bercabang-cabang, dan gametafora yang
berbatang dan berdaun. Sporogonium dari lumut daun terdiri atas bagian kaki,
seta dan kapsul. Selanjutnya bagian kapsul mempunyai bagian-bagian yang
dinamakan apofise, kotak spora atau teka, dan tutup atau operculum.
Kebanyakan ahli bryologi membagi Bryopsida menjadi 3 anak kelas yaitu
Sphagnidae, Andreaeidae, dan Bryidae. Perbedaan dari ketiga anak kelas
tersebut terutama terletak pada struktur anatomi sporogoniumnya. Anak kelas
Sphagnidae mempunyai ciri-ciri antara lain: protonema berbentuk daun kecil
yang terdiri dari satu lapis sel, gametafora pada ujungnya membentuk cabang-
cabang sebagai roset yang menyerupai jambul dan tidak mempunyai rizoid.

Sporofit didukung oleh perpanjangan ujung batang yang namanya


pseudopodium. Andreaeidae mempunyai persamaan dengan Sphagnidae
dalam hal sporofitnya yang didukung oleh pseudopodium, tetapi berbeda

11
dalam hal cara membukanya kapsul spora yaitu dengan membentuk 4 katup.
Anggota Bryidae yang tergolong Stegocarpi mempunyai peristoma pada
kapsul sporanya, didasarkan atas sifat dari peristomanya Bryidae dibedakan
menjadi 2 golongan yaitu Nematodonteae dan Arthrodonteae. Peristoma
adalah gigi-gigi atau rambut-rambut yang mengelilingi stoma pada kapsul
spora-spora yang dapat mengadakan gerakan higroskopis, yaitu apabila spora-
spora sudah masak peristoma bergerak membuka ke arah luar hingga spora
dapat keluar. Dalam klasifikasi lumut daun, bentuk kapsul, jumlah gigi
peristom, bentuk operkulum 11 maupun kaliptra dapat dijadikan dasar
penggolongan yang penting. Protonema sekunder ialah protonema yang tidak
berasal dari perkecambahan spora, biasanya berupa benang-benang hijau
seperti ganggang. Melalui tunas-tunas yang timbul dari prononema sekunder
dapat terbentuk individu yang lebih banyak.

Tumbuhan sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ


penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun
sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-
alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar").
Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis.Secara lengkap ciri-ciri yang
dimilik lumut daun yaitu: fase dominannya adalah fase gametofit akarnya
belum berupa akar, masih berupa rhizoid.

Reproduksi vegetatif dengan spora, generatif dengan arkegonium yang


menghasilkan ovum dan anteridium yang menghasilkan sperma. Mempunyai
struktur seperti akar (rizoid) dan struktur seperti daun.

Sporofit pada umumnya lebih kecil, berumur pendek, dan hidup


tergantung pada gametofit. Tubuhnya mempunyai struktur yg mirip batang,
daun, dan akar, ttpi tdk mempunyai sel/jaringan dan fungsi seperti pada
tumbuhan tingkat tinggi. Gametofit dibedakan dengan 2 tingkatan, yaitu
protonema yang berbebtuk benang dan gametofora yang berupa tumbuhan
lumut sporofitnya terdiri dari bagian seta, apofiksis, kapsul, gigi peristom, dan
kaliptra. Spora terdiri 2 lapisan, yaitu endospora dan eksospora, habitatnya
pada tempat lembab. Lumut daun dapat tumbuh diatas tanah-tanah gundul

12
yang periodic mengalami masa kekeringan, bahkan diatas pasir yang
bergerakpun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut-lumut ini dapat juga kita
jumpai diantara rumputrumput, diatas batu-batu cadas, pada batang pohon dan
cabang-cabang pohon, dirawa-rawa, tetapi jarang didalam air.Tumbuhan
tersusun dari sumbu (batang), daun, dan rizoid multiseluler. Daun tersusun
dalam 3 sampai 8 baris. Daun mempunyai rusuk (simetri radial). Sumbu
batang pada lumut daun biasanya menunjukkan diferensiasi menjadi epidermis
korteks, dan silinder pusat.

Alat kelamin tubuh pada bagian ujung batang, sporogonium terdiri dari
kaki, tangkai dan kapsul. Gigi peristoma terdapat satu atau dua deret
melingkari lubang diujung kapsul. Alat-alat kelamin terkumpul pada ujung
batang atau pada ujung cabang-cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun
yang letaknya paling atas. Daun-daun tersebut kadang-kadang mempunyai
bentuk dan susunan yang khusus seperti pada jungermaniales juga dinamakan
periantum. Alat-alat kelamin itu dikatakn bersifat banci atau berumah satu,
jika dalam kelompok itu terdapat baik arkogenium dan dinamakn berumah dua
jika kumpulan arkegonium dan anteredium terpisah tempatnya. Diantara alat-
alat kelamin dalam kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut
yang terdiri dari banyak sel dan dapat mengeluarkan suatu cairan. Seperti pada
tubuh buah fungi rambut-rambut steril itu dinamakan parafisis.

Peranan Bryosida (Lumut Daun)

a. Fungsi Memiliki peran dalam ekosistem sebagai penyedia oksigen,


penyimpan air (karena sifat selnya yang menyerupai spons). Digunakan
sebagai ornament tata ruang, spagnum sebagai pembalut atau pengganti
kapass, jika spagnum ditambahkan ke tanah dapat menyerap air dan
menjaga kelembaban tanah.
b. Manfaat Lumut ini bisa digunakan sebagai bahan obat, meski masih
diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional
lumut dari marga Usnea dipakai untuk obat diare atau sakit perut dengan

13
cara direbus. Sementara dari marga lumut sphagnum dikenal sebag obat
penyakit kulit dan mata.

2. Hepaticae (lumut hati)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Hepaticophyta

Kelas : Hepaticosida

Ordo : Hepaticoceales

Family : Hepaticoceae

Genus : Hepaticopsida

Spesies : Hepaticopsid

14
Lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau
dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk
hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai
akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang 13 menganggap
kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan
Thallophyta menuju Cormophyta. Terdapat rizoid berfungsi untuk
menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan
daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup),
secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Tubuhnya
terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus
hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel
yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul
terbuka, sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat
melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut
gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan
gametofit. Tubuhnya masih berupa talus dan mempunyai rhizoid
gametofitnya membentuk anteredium dan arkegonium yg berbentuk
seperti payung. Sporofit perumbuhannnya terbatas krn tdk mempunyai
jaringan meristematik. Berkembang biak secara generatif dengan oogami,
dan secara vegetatif dengan fragmentasi, tunas, dan kuncup eram,
habitatnya ditempat lembab. Pada tempat-tempat yang basah, untuk
struktur tubuh yang himogrof. Pada tempat-tempat yang kering, untuk
struktur tubuh yang xeromorf (alat penyimpan air). Sebagai epifit
umumnya menempel pada daun-daun pepohonan dalam rimba di daerah
tropika. Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati dibagi menjadi 2
kelompok yaitu lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun menyerupai
talus (dorsiventral), bagian atas dorsal berbeda dengan bagian bawah
ventral. Alat kelamin terletak pada bagian dorsal talus pada /pada jenis
terletak pada bagian terminal, sporogonium sederhana tersusun atas bagian
kaki dan kapsul atau kaki tangkai dan kapsul. Mekanisme merakahnya
kapsul tidak menentu dan tidak teratur. Seperti pita bercabang menggarpu
dan menyerupai rusuk ditengah mempunyai rizoid. Pada rusuk tengah,

15
terdapat badan seperti piala dengan tepi yang bergigi, yang disebut piala
eram atau keranjang eram kepala atau mangkok. Kemudian puncup-
puncup eram atau tunas yang disebut gema mudah terlepas oleh air hujan
protonema lumut hati umumnya hanya berkembang menjadi suatu bulu
yang pendek. Sebagian besar lumut hati mempunyai sel-sel yang
mengandung minyak, minyak itu terdapat dalam bentuk yang spesifik
kumpulan tetes-tetes minyak aksiri dalam bentuk demikian. Minyak tadi
tidak pernah ditemukan pada tumbuhan lain. Tubuh lumut ini tipis, serupa
kulit, memipihr ata di atas medium penunjangnya (air tenang atau tanah
basah). Lumut banyak terdapat di permukaan dan dasar kolam.Tubuhnya
terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus
hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel
yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul
terbuka , sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat
melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut
gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan
gametofit.

Peranan Hepatocopsida/Hepaticae (Lumut Hati)

- Fungsi Sebagai penyedia tanah bagi tumbuhan yang lebih besar yang
tumbuh dipohon karena akarakar lumut dapat menyimpan tanah. Sebagai
penyedia makanan bagi hewan-hewan kecil dan tanaman lain yang
semuanya tersimpan diakar lumut. Sebagai sarang hewan-hewan kecil
Karena biasanya terdapat celah-celah pada tumbuhan tersebut sehingga
hewan bisa masuk kedalamnya. Sebagai penyimpanan air dalam jumlah
yang cukup besar. Lumut menjaga kelembaban udara dan porositas tanah.
- Manfaat Lumut dari marga Polythrichum adalah salah satu contoh yang
dapat digunakan sebagai penutup media tanam tanaman hias atau taman
dan bahan kasur. Manfaat lainnya, ada lumut yang dipercaya bisa
digunakan sebagai bahan obat, meski masih diperlukan penelitian lebih
lanjut, termasuk uji klinis. Secara tradisional lumut dari marga Marchantia

16
(lumut hati) yang bentuknya mirip hati, digunakan untuk mengobati
penyakit hepatitis. Sementara, lumut spagnum dikenal sebagai obat
penyakit kulit dan mata

3. Anthocerotaceae (lumut tanduk)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Division : Antheceroptophyta

Class :Antheceroptopsida

Ordo :Antheceroptoceales

Family :Antheceroptoceae

Genus : Antheceroptopsida

Species : Antheceroptopsida.sp

17
Bentuk tubuhnya seperti lumut hati yaitu berupa talus, tetapi
sporofitnya berupa kapsul memanjang. Sel lumut tanduk hanya mempunyai
satu kloroplas. Hidup di tepi sungai, danau, atau sepanjang selokan.
Reproduksi seperti lumut hati. Mempunyai gametofit lumut hati.
Perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul
memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing – masing
mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari
kebanyakan tumbuhan lumut. Contoh lumut tanduk adalah anthoceros laevis.

Lumut tanduk sering dijumpai hidup di tepi danau, sungai atau di


sepanjang selokan. Lumut ini juga mengalami pergiliran keturunan antara
generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofitnya membentuk
kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk.

Tubuh utama berupa gametofit yang mempunyai talus berbentuk


cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara-
perantara rizoid-rizoid susunan talus masih sederhana, sel-selnya hanya
mempunyai suatu kloroplas dengan satu pirunoid besar. Pada sisi bawah talus
terdapat stoma dengan dua sel penutup berbentuk ginjal. Sporofit umumnya
berupa kapsul yang berbentuk silender dengan panjang antara 5-6 cm. pangkal
sporofitnya dibungkus dengan selubung dari jaringan gametofit.

Perkembangbiakan secara seksual, dengan membentuk anteridium dan


arkhegonium. Anteridium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus
arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukan pada sisi atas talus. Zigot
mula-mula membelah menjadi dua sel dengan suatu dinding pisah melintang.
Sel diatas terus membelah yang merupakan sporogenium diikuti oleh sel
bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki yang berfungsi
sebagai alat penghisap, bila sporogenium masak maka akan pecah seperti buah
plongan, menghasilakan jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel
mandul yang dinamakan kolum lainin diselubungi oleh sel jaringan yang
kemudian menghasilkan spora, yang disebut arkespora

18
E. Metagenesis Lumut

Metagenesis tumbuhan lumut diawali dengan berkecambahnya spora yang


sangat kecil (haploid) menjadi protalium (protonema). Protonema ada yang
tumbuh menjadi besar dan ada yang tidak tumbuh. Di dalam protonema terdapat
kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumut ( tumbuhan
gametofit).

Pada tumbuhan lumut (gametofit) dibentuk gametangium, yaitu sel


kelamin jantan (spermatozoid) dan sel kelamin betina (ovum). Sel kelamin jantan
ini dihasilkan oleh anteridium dan sel kelamin betina dihasilkan oleh arkegonium.
Peleburan spermatozoid dan ovum akan menghasilkan zigot yang terus
berkembang menjadi embrio yang diploid. Embrio kemudian akan tumbuh
menjadi suatu badan yang bulat dengan tangkai pendek atau panjang yang disebut
sporogonium (tumbuhan sporofit).

Dalam bagian yang bulat tersebut dibentuk spora sehingga sering disebut
dengan kapsul spora yang identik dengan sporogonium. Spora akan terkumpul

19
dalam kotak spora (sporangium). Jika spora jatuh di tempat yang lembap dan
sesuai dengan tempat tumbuhnya, spora akan tumbuh menjadi protonema dan
protonema akan tumbuh menjadi tumbuhan lumut dan begitu seterusnya.

Reproduksi generatif dilakukan melalui perkawinan antara gamet jantan


dan gamet betina. Reproduksi vegetatif dilakukan dengan dua cara berikut:

 Membentuk spora haploid (n) yang bersifat homospora.


 Membentuk pundi kuncup (gemma cup).

F. Siklus hidup lumut

Lumut mengalami siklus hidup diplobiontik dengan pergantian


generasi heteromorfik. Kelompok tumbuhan ini menunjukkan pergiliran
generasi gametofit dan sporofit yang secara morfologi berbeda. Generasi

20
yang dominan adalah gametofit, sementara sporofitnya secara permanen
melekat dan tergantung pada gametofit. Generasi sporofit selama hidupnya
mendapat makanan dari gametofit seperti pada Gambar 2.2 (Mishler et al.,
2003). Pada siklus hidup tumbuhan lumut, sporofit menghasilkan spora
yang akan berkecambah menjadi protonema. Selanjutnya dari protonema
akan muncul gametofit. Generasi gametofit mempunyai satu set
kromosom (haploid) dan menghasilkan organ sex (gametangium) yang
disebut archegonium (betina) yang menghasilkan sel telur dan
antheredium (jantan) yang menghasilkan sperma berflagella (antherezoid
dan spermatozoid). Gametangium biasanya dilindungi oleh daun-daun
khusus yang disebut bract (daun pelindung) atau oleh tipe struktur
pelindung lainnya (Mishler et al., 2003). Gametangium jantan
(antheredium) berbentuk bulat atau seperti gada, sedangkan
gametogonium betinanya (arkegonium) berbentuk seperti botol dengan
bagian lebar disebut perut dan bagian yang sempit disebut leher.
Gametangia jantan dan betina dapat dihasilkan pada tanaman yang sama
(monoceous) atau pada tanaman berbeda (dioceous) (Gradstein, 2003).
Fertilisasi sel telur oleh antherezoid menghasilkan zigot dengan dua set
kromosom (diploid). Zigot merupakan awal 18 generasi sporofit.
Selanjutnya pembelahan zigot membentuk sporofit dewasa yang terdiri
dari kaki sebagai pelekat pada gametofit, seta atau tangkai dan kapsul
(sporangium) di bagian ujungnya. Kapsul merupakan tempat
dihasilkannya spora melalui meiosis. Setelah spora masak dan dibebaskan
dari dalam kapsul berarti satu siklus hidup telah lengkap (Hasan dan
Ariyanti, 2004).

21
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai lumut ini dapat disimpulkan bahwa :

- Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan


lingkungan darat.
- Klasifikasi tumbuhan lumut di bagi berdasarkan kelasnya yaitu: lumut
daun, lumut hati, lumut tanduk.
- Metagenesis tumbuhan lumut diawali dengan berkecambahnya spora yang
sangat kecil (haploid) menjadi protalium (protonema)

22
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, Merjin M.B, Kuswata. K, Sri S.T, Guhardja, S. Robbert. G, 2008.


Bryophytes on tree trunks in natural forests, selectively logged Forests and cacao
agroforests in central sulawesi, Indonesia. Artical in Press Biological
Conservation.

Gradstein, S.R. (2003). Ecology of Bryophuta. A Handout Lecture of Regional


Training Course On Biodeversity and Conservation of Bryophyta and Lichens.
Bogor. Indonesia.

Tjitrosomo, S. S. 1984. Botani Umum 3, edisi ketiga. PenerbitAngkasa, Bandung

23

Anda mungkin juga menyukai