NIM : 18/429755/HK/21718
Empat faktor dalam penegakan hukum dengan pendekatan corporate criminal lialbility
Tipe legislasi CCL di Indonesia ada dua yakni spesifik diayur jenis perbuatannya dan
tidak spesifik diatur jenisnya.
Terdapat tiga unsur perbuatan korupsi korporasi berdasarkan vicarious liability, yakni
ada tindak pidana korupsi, dilakukan orang, hubungan kerja atau hubungan lain, dan
berada dalam lingkup korporasi. Asas vicarious liability ini dianut dalam Pasal 109 UU
P3H yang menyatakan bahwa “Perbuatan pembalakan, pemanenan, pemungutan,
penguasaan, pengangkutan, dan peredaran kayu hasil tebangan liar dilakukan oleh
korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang perorangan, baik
berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lain, bertindak dalam lingkungan
korporasi tersebut baik secara sendiri maupun bersama-sama.”
Dalam Pasal 4 Perma CCL terdapat tiga pendekatan kesalahan yakni, tidak
membangun sistem pencegahan dan membiarkannya untuk kepentingan korporasi.
Panduan ini tidak memberikan ukuran kepatuhan yang definitive, pembuatan sistem
kepatuhan harus dilakukan oleh korporasi berdasarkan analisis risiko yang dilakukan oleh
korporasi. Kepatuhan menjadi salah satu pertimbangan jaksa untuk menuntut, tidak
menuntut atau DPA berdasarkan flip factor.
Di Indonesia sendiri tidak dijelaskan secara spesifik dalam regulasi terait peran dari
kepatuhan korporasi, walaupun secara teori dapat menjadi pertimbangan bagi hakim
untuk mengukur kesalahan secara tidak langsung dalam perma 13 Tahun 2016. Namun,
sudah ada pedoman khusus di Indonesia terkait konteks pencegahan.