Anda di halaman 1dari 2

Nama : Alfina Puspita Prayogo

NIM : 18/429755/HK/21718

Resume Klinik Anti Korupsi

Empat faktor dalam penegakan hukum dengan pendekatan corporate criminal lialbility

1. Legislasi mempengaruhi pendekatan teori. Ada beberapa teori:

-Vicarious Liability: merupakan satu doktrin untuk menyeimbangkan sekaligus untuk


melengkapi asas tiada pidana tanpa kesalahann (geen straft  zonder schuld). Doktrin
vicarious liability banyak dikembangkan dalam kasus-kasus yang dilakukan oleh
korporasi, namun doktrin ini juga dapat digunakan dalam konteks pertanggungjawaban
pidana individu. Doktrin maka vicarious liability digunakan dalam kasus yang melibatkan
pelaku lain dalam suatu delik (meski pelaku lain ini tidak mewujudkan delik tersebut).
Dengan kata lain ada pelaku jamak yang terlibat dalam tindak pidana ini.

-Identification Model: yang dimintai pertanggungjawaban adalah jajaran direksi dan


komisaris, bukan pegawai

-Agregation model: melihat suatu pertanggungjawaban secara keseluruhan

-Legal reality model:

a. “bekerja” untuk korporasi

b. bisnis normal korporasi

c. memberikan manfaat korporasi

d. Power and acceptance

2. Teori mempengaruhi pendekatan penyidikan dan penuntutan

Metode penyidikan berdasarkan vicarious liability pada umumnya dilakukan dengan


pemenuhan unsur para pelaku fisik dan perbuatan korporasi. Metode penyidikan berdasarkan
legal reality model mendasarkan pada keadaan factual dan reaksi korporasi. Tata cara
penyidikan adalah sebagai berikut:

a) Pemeriksaan tersangka sebagai korporasi harus menekankan identitas sebagai


korporasi ].
b) Proses penyitaan dan penggeledahan dilakukan dalam rangka penyidikan korporasi.
c) Penyidik dapat memnghentikan pembubaran korporasi.
d) KUHAP tetap berlaku

Dua Tipe Legislasi CCL di Indonesia

Tipe legislasi CCL di Indonesia ada dua yakni spesifik diayur jenis perbuatannya dan
tidak spesifik diatur jenisnya.

Dalam Perma Nomor 13 Tahun 2016 mengatur mengenai pertanggungjawaban pidana


korporasi. Pertama, definisi korporasi adalah berbadan hukum/tidak berbadan hukum
serta beneficial owners. Kedua, ada perbuatan dan kesalahan. Ketiga, mengatur mengenai
tata cara penanganannya. Keempat, tata cara penjatuhan sanksi terhadap korporasi.

Terdapat tiga unsur perbuatan korupsi korporasi berdasarkan vicarious liability, yakni
ada tindak pidana korupsi, dilakukan orang, hubungan kerja atau hubungan lain, dan
berada dalam lingkup korporasi. Asas vicarious liability ini dianut dalam Pasal 109 UU
P3H yang menyatakan bahwa “Perbuatan pembalakan, pemanenan, pemungutan,
penguasaan, pengangkutan, dan peredaran kayu hasil tebangan liar dilakukan oleh
korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh orang perorangan, baik
berdasarkan hubungan kerja maupun hubungan lain, bertindak dalam lingkungan
korporasi tersebut baik secara sendiri maupun bersama-sama.”

Dalam Pasal 4 Perma CCL terdapat tiga pendekatan kesalahan yakni, tidak
membangun sistem pencegahan dan membiarkannya untuk kepentingan korporasi.

Penerapan Kepatuhan pada US FCPA 1977

Panduan ini tidak memberikan ukuran kepatuhan yang definitive, pembuatan sistem
kepatuhan harus dilakukan oleh korporasi berdasarkan analisis risiko yang dilakukan oleh
korporasi. Kepatuhan menjadi salah satu pertimbangan jaksa untuk menuntut, tidak
menuntut atau DPA berdasarkan flip factor.

Di Indonesia sendiri tidak dijelaskan secara spesifik dalam regulasi terait peran dari
kepatuhan korporasi, walaupun secara teori dapat menjadi pertimbangan bagi hakim
untuk mengukur kesalahan secara tidak langsung dalam perma 13 Tahun 2016. Namun,
sudah ada pedoman khusus di Indonesia terkait konteks pencegahan.

Anda mungkin juga menyukai