Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem ekonomi dunia saat ini bersifat sekuler, di mana terjadi
pemisahan antara kehidupan agama dengan kehidupan duniawi termasuk
di dalamnya aktivitas ekonomi. Proses perkembangan ilmu pengetahuan
pada masyarakat sekuler semata-mata hanya mengandalkan kemampuan
olah pikir (ratio) untuk mengamati dan meneliti fenomena alam dengan
mengesampingkan informasi dari wahyu sementara kebenaran ilmiah
adalah bersifat spekulatif dan bebas nilai ( free Value ). Hal tersebut tidak
berlaku dalam Islam, sebab Islam tidak mengenal pembedaan antara ilmu
agama dengan ilmu duniawi. Hal ini terbukti bahwa pada masa kegelapan
yang terjadi di Eropa, justru terjadi masa keemasan dan kejayaan Islam. Di
mana terjadi pembaharuan dan perkembangan pemikiran oleh para
ilmuwan muslim, bahkan menjadi dasar landasan pengembangan keilmuan
sampai saat ini, seperti ilmu aljabar. Ilmuwan muslim klasik memiliki
pengetahuan yang mendalam mengenai ilmu agama dan ilmu yang bersifat
duniawi. Proses perpaduan ilmu pengetahuan tersebut menjadikan umat
Islam berjaya ketika negara-negara barat mengalami masa kegelapan.

Sedangkan perkembangan ilmu pengetahuan dalam konteks


masyarakat islam senantiasa berpijak pada kaidah-kaidah agama. Ajaran
islam memberikan jalan yang tengah yang adil untuk berbagai pasangan,
antara dunia dan akhirat, antara ratio dan hati, antara ratio dan norma,
antara idealisme dan fakta, dan lain sebagainya. Ajaran islam mengacu
pada berbagai sumber yang telah ditetapkan. Perhatian masyarakat luas
terhadap ekonomi Islam semakin meningkat, sejak kegagalan sistem
ekonomi kapitalis mewujudkan kesejahteraan bagi warga negara penganut-
penganutnya.

Paradigma islam dalam memandang masalah ekonomi secara prinsip


berbeda dari paradigma kapitalis. Sistem kapitalisme memberikan hak
kepemilikan tiada batas kepada individu yang mengakibatkan ketimpangan
kepada masyarakat, antara lain distribusi kekayaan yang tidak seimbang,
persaingan bebas yang menimbulkan ketidakselarasan dalam masyarakat,
dan akibat lebih jauh, nilai-nilai moral seperti persaudaraan, kerjasama,
saling membantu, kasih sayang dan kemurahan hati tidak lagi mendapat
tempat yang semestinya dalam masyarakat. Islam juga menolak

1
paradigma ekonomi sosialis-komunis yang ingin menghapuskan semua
hak individu dan menjadikan mereka budak ekonomi yang diawasi secara
ketat oleh negara. Islam memberikan jalan terbaik untuk fitrah manusia.
Islam justru mengarur hubungan individu dengan masyarakat pada proposi
yang benar. Dalam sistem ekonomi islam, mekanisme pasar tidak
dibiarkan berjalan tanpa bingkai normatif yang mengacu kepada nilai-nilai
agama.

Dari sinilah tampak pentingnya ekonomi islam dan penerapanya dalam


hubungannya dengan dunia islam. Ia merupakan jalan yang akan
mengikatkan seluruh bangsa-bangsa di dunia dalam keimanan. Ada
peranan lain yang masih mungkin dapat dilaksanakan dalam ekonomi
islam yaitu lapangan penerapan dalam dunia islam itu sendiri yakni
melaksanakan penerapan ekonomi islam sampai terwujudnya kesatuan
ekonomi bagi seluruh dunia. Hubungan ekonomi islam dengan akidah dan
syariat islam itulah yang menyebabkan kegiatan ekonomi islam berbeda
dengan kegiatan ekonomi menurut sistem-sistem hasil penemuan manusia,
menyebabkannya memiliki sifat pengabdian dan cita-cita yang luhur dan
memiliki pengawasan yang atas pelaksanaan kegiatan ini dengan
pengawasan sebenarnya. Oleh karena itu pada makalah kali ini akan
dibahas secara mendalam bagaimana perbedaan sistem ekonomi islam
dengan sistem ekonomi yang ada di dunia.

B. Rumusan Masalah
Sistem ekonomi islam merupakan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dalam kerangka dasar ajaran islam dan moralitas yang baik.
Keduanya saling bersimbiosis mutualisme yang kemudian melahirkan
keseimbangan antara individu dan masyarakat. Oleh karena itu sistem
ekonomi merupakan akumulasi dari konsep-konsep universal dan realistis
yang penuh keberanian. Hal inilah yang menarik penulis untuk membahas
bagaimana sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi didunia.
Selanjutnya untuk membahas permasalahan tersebut maka, penulis akan
merumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa rancang bangun atau konsep ekonomi islam?
2. Bagaimana sistem ekonomi di dunia ?
3. Apa dasar-dasar pokok sistem ekonomi islam?

2
C. Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami rancang bangun
ekonomi islam.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dasar-dasar sistem
dalam ekonomi islam.
3. Mahasiswa mampu memahami definisi, nilai-nilai dan prinsip-prinsip
dalam ekonomi islam.
4. Mahasiswa mampu membedakan sistem ekonomi islam dengan sistem
ekonomi yang lain.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Rancang Bangun Ekonomi Islam


Menurut Hasanuz Zaman bahwa “Ekonomi Islam adalah pengetahuan
tentang penerapan perintah perintah (injuctions) dan tata cara (rules) yang
ditetapkan oleh syari’ah, dalam rangka mencegah ketidakadilan dalam
penggalian dan penggunaan sumber daya material guna memenuhi
kebutuhan manusia yang memungkinkan mereka memenuhi kewajiban
meraka kepada Allah dan masyarakat”.1
Muhammad Abdul Manan (1992) berpendapat bahwa ilmu ekonomi
Islam dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam.
Ia mengatakan bahwa ekonomi Islam merupakan bagian dari suatu tata
kehidupan lengkap, berdasarkan pada sumber hukum Islam, yaitu
Alquran, as-Sunah, Ijma’, dan Qiyas. Setiap pengambilan hukum dalam
ekonomi Islam harus berbasis minimal kepada keempat hal tersebut agar
hukum yang diambil sesuai dengan prinsip dan filosofi yang terdapat pada
ekonomi Islam.2
Sistem ekonomi islam merupakan pemenuhan kebutuhan dasar
manusia dalam kerangka dasar ajaran islam dan moralitas yang baik.
Keduanya saling bersimbiosis mutualisme yang kemudian melahirkan
keseimbangan antara individu dan masyarakat. Hasilnya adalah penemuan
kebutuhan secara meterial dan spiritual manusia dengan memanfaatkan
dengan baik.3
Berdasarkan definisi diatas bahwa ekonomi islam dibangun dari sendi-
sendi agama dengan landasan sumber-sumber hukum islam yaitu Alquran,
As-Sunnah, ijma’, dan Qiyas. Jelas hal ini bahwa ekonomi islam ingin
mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang berprinsip pada agama dalam
rangka mewujudkan dan menjaga maqashid syariah (agama, jiwa, akal,
nasab, dan harta).
Sistem ekonomi islam adalah sebuah sistem ekonomi yang
berdasarkan ketuhanan dan etika. Ia terpancar dari akidah islamiyah. Islam
sengaja diturunkan oleh Allah SWT untuk seluruh umat manusia.
Sehingga ekonomi islam akan bekerja sekuat tenaga untuk mewujudkan
1
Dawam Raharjo, Modul Rancang Bangun Ekonomi Islam, hal. 4.
2
Nur Riyanto, Modul 1 Filosofi Ekonomi Islam, hal. 15.
3
Agil Husin dan Rini M. Sumarno, Bangunan Ekonomi Yang Berkeadilan, ( Yogyakarta: Magistra
Insania Pers, 2004 ), hal. 77.

4
kehidupan yang baik dan sejahtera bagi manusia. Namun, hal ini bukanlah
sebagai tujuan akhir, sebagaimana dalam sistem ekonomi yang lain.
Ekonomi islam bertitik tolak dari Allah sebagai satu-satunya sesembahan
dan memiliki tujuan akhir pada Allah juga (Allah kaghayyatul ghayayah).4

Ada pendapat yang mengatakan sistem ekonomi islam merupakan


sistem ekonomi pertengahan dan alternatif antara sistem ekonomi kapitalis
dan komunis dengan mengambil kebaikan dari keduanya. Akan tetapi
pendapat ini kurang tepat karena yang pertama memposisikan ekonomi
islam sebagai sistem yang hanya sebagian pilihan atas kegagalan dari
kedua sistem tersebut. Yang kedua adalah sistem ekonomi islam
memposisikan sebagai sistem tambal sulam atas kelemahan dari kedua
sistem tersebut. Pendapat yang tepat adalah sistem ekonomi islam sebagai
sistem solutif. Hal ini karena memposisikan sistem ekonomi islam sebagai
jawaban atas kegagalan dalam ekonomi kapitalis maupun komunisme dan
memberikan solusi yang dapat mensejahterakan umat.5

Sistem ekonomi Islam mengalami perkembangan sejarah baru pada era


modern. Menurut Khurshid Ahmad, yang dikenal sebagai bapak Ekonomi
Islam, ada empat tahapan perkembangan dalam wacana pemikiran
ekonomi Islam, yaitu:6

a. Tahapan Pertama, dimulai ketika sebagian ulama, yang tidak


memiliki pendidikan formal dalam bidang ilmu ekonomi namun
memiliki pemahaman terhadap persoalan-persoalan sosio-ekonomi
pada masa itu, mencoba untuk menuntaskan persoalan bunga. Mereka
berpendapat bahwa bunga bank itu haram dan kaum muslimin harus
meninggalkan hubungan apapun dengan perbankan konvensional.
Mereka mengundang para ekonom dan banker untuk saling bahu
membahu mendirikan lembaga keuangan yang didasarkan pada
prinsip-prinsip syariah dan bukan pada bunga. Yang menonjol dalam
pendekatan ini adalah keyakinan yang begitu teguh haramnya bunga
bank dan pengajuan alternatif. Masa ini dimulai kira-kira pada
pertengahan dekade 1930-an dan mengalami puncak kemajuannya
pada akhir dekade 1950-an dan awal dekade 1960-an.
b. Tahapan kedua dimulai pada akhir dasa warsa 1960-an. Pada tahapan
ini para ekonom muslim yang pada umumnya dididik dan dilatih di

4
Veithzal dan Andi Buchari, Islamic Economic ( Jakarta : Pt Bumi Aksara, 2013), hal. 212.
5
Ahmad Muhammad Al-‘Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan
Ekonomi Islam, Terj. Imam Sefudin ( Bandung : CV Pustaka Setia, 1999 ), hal. 13-21.
6
Illy Yanti dan Radifah, “Ekonomi Islam dalam Sistem Ekonomi Indonesia” Vol. 25. No. 1, 2009,
hal. 12

5
perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat dan Eropa mulai
mencoba mengembangkan aspek-aspek tertentu dari sistem moneter
Islam. Mereka melakukan analisis ekonomi terhadap larangan riba
(bunga) dan mengajukan alternatif perbankan yang tidak berbasis
bunga. Serangkaian konferensi dan seminar internasional tentang
ekonomi dan keuangan Islam digelar beberapa kali dengan
mengundang para pakar, ulama, ekonom baik muslim maupun non-
muslim. Konferensi internasional pertama tentang ekonomi Islam
digelar di Makkah al-Mukarromah pada tahun 1976 yang disusul
kemudian dengan konferensi internasional tentang Islam dan Tata
Ekonomi Internasional yang baru di London pada tahun 1977. Setelah
itu digelar dua seminar tentang Ekonomi Moneter dan Fiskal dalam
Islam di Makkah pada tahun 1978 dan di Islamabad pada tahun 1981.
Kemudian diikuti lagi oleh konferensi tentang Perbankan Islam dan
Strategi kerja sama ekonomi yang diadakan di Baden-Baden, Jerman
pada tahun 1982 yang kemudian diikuti Konferensi Internasional
Kedua tentang Ekonomi Islam di Islamabad pada tahun 1983. Belasan
buku dan monograf telah diterbitkan semenjak konferensi dan seminar
ini digelar yang berhasil memberikan gambaran yang lebih terang
tentang Ekonomi Islam baik dalam teori maupun praktek. Menurut
Khurshid Ahmad, kontribusi yang paling signifikan selain dari hasil-
hasil konferensi dan seminar tadi adalah laporan yang dikeluarkan oleh
Dewan Ideologi Islam Pakistan tentang penghapusan riba dari
ekonomi. Laporan ini tidak saja menjelaskan tentang hukum bunga
bank yang telah ditegaskan haram oleh ijma’ para ulama masa kini,
tetapi juga memberikan pedoman bagaimana menghapuskan riba dari
perekonomian.
c. Tahapan ketiga ditandai dengan upaya-upaya konkrit untuk
mengembangkan perbankan dan lembaga-lembaga keuangan non-riba
baik dalam sektor swasta maupun dalam sektor pemerintah. Tahapan
ini merupakan sinergi konkrit antara usaha intelektual dan material
para ekonom, pakar, banker, para pengusaha dan para hartawan
muslim yang memiliki kepedulian kepada perkembangan ekonomi
Islam. Pada tahapan ini sudah mulai didirikan bank-bank Islam dan
lembaga investasi berbasis non-riba dengan konsep yang lebih jelas
dan pemahaman ekonomi yang lebih mapan. Bank Islam yang pertama
kali didirikan adalah Islamic Development Bank (IDB) pada tahun
1975 di Jeddah, Saudi Arabia. Bank Islam ini merupakan kerjasama
antara negara-negara Islam yang tergabung dalam Organisasi
Konferensi Islam (OKI). Tidak lama kemudian disusul oleh Dubai

6
Islamic Bank. Setelah itu banyak sekali bank-bank Islam bermunculan
di mayoritas negara-negara muslim termasuk di Indonesia.
d. Tahapan keempat ditandai dengan pengembangan pendekatan yang
lebih integratif dan sophisticated untuk membangun keseluruhan teori
dan praktek ekonomi Islam terutama lembaga keuangan dan perbankan
yang menjadi indikator ekonomi umat.
Dalam pembahasan tentang apa yang dimaksud dengan ekonomi
Islam, kita harus mengetahui terlebih dahulu mengenai rancang bangun
ekonomi Islam, dengan mengetahui rancang bangun ekonomi Islam kita
dapat memperoleh gambaran utuh dan menyeluruh secara singkat tentang
ekonomi Islam. Rancang bangun ini terdiri dari atap, tiang dan landasan.
Tentunya tanpa rancang bangun sebuah bangunan tidak akan berdiri. Pada
pokoknya mendirikan suatu bangunan itu dimulai dengan meletakkan
fondasi yang kuat. Di atasnya dibangun lantai dasar. Di atas lantai dasar
ditegakkan tiang-tiang penyengga. Dalam sistem rumah Jawa, pendopo di
bagian tengahnya ditegakkan 4 tiang utama yang disebut soko-guru. Lalu
dibangun flafon. Dan paling atas dibangun atap. Pada bangunan rumah itu
tentu ada pintu-pintu yang merupakan ruang masuk dan keluar dan jendela
yang menghubungkan ruang dalam dan dunia luar.

Bangunan ekonomi Islam didasarkan atas lima nilai universal, yakni :


Tauhid (keimanan), Adl (keadilan), Nubuwwah (kenabian), Khilafah
(pemerintahan), dan Ma‟ad (hasil). Kelima nilai ini menjadi dasar
inspirasi untuk menyusun proporsi-proporsi dan teori-teori ekonomi Islam.
(Karim,2002:17).7

Akhlak

Multiple Freedom Social


Ownership of Act Justice

Tauhid ‘Adl Nubuwwah Khilafah Ma’ad

Gambar : 1.1

7
Gita Ganuprananta, Ilmu Ekonomi Islam ( Yogyakarta : 2005 ), hal. 7.

7
1. Tauhid ( keimanan )
Secara Filosofis, sistem ekonomi islam adalah sistem ekonomi
yang di bangun di atas nilai-nilai islam, di mana prinsip tauhid
yang mengedepankan nilai-nilai illahiyyah yang menjadi inti dari
sistem ini. Ekonomi bukanlah sebuah entitas yang berdiri sendiri,
melainkan sebuah bagian kecil dari bingkai ibadah kepada Allah
SWT.8
Tauhid merupakan inti pokok ajaran Islam yang berupa
pengakuan bahwa tiada tuhan selain Allah, satu-satunya zat yang
berhak disembah. Tauhid terbagi dua macam, yaitu tauhid al-
uluhiyah dan tauhid al-rububiyah. Tauhid al-uluhiyah berarti
mengesakan Allah, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, tak
punya sekutu atau rekanan. Dalam pandangan ini, Allah adalah
Tuhan yang mutlak. Dia meliputi dan mengatasi segala sesuatu.
Dia Tuhan dan selain-Nya harus menyembah kepada- Nya. Tauhid
al-rububiyah berkenaan dengan Allah sebagai Tuhan, pencipta, dan
pengatur alam semesta. Keberadaan Tuhan dalam pengertian ini
dapat diketahui terutama rnelalui ciptaan- Nya (Idri & Tutik,
2008:24).9
2. ‘Adl
Selanjutnya harus disadari bahwa salah satu prinsip utama
berjalannya sistem ekonomi islam pada tataran operasional adalah
prinsip keadilan (al-‘Adl). Islam adalah agama yang adil dan adil
itu adalah islam. Diharamkannya bunga juga dalam bingkai
keadilan. Kebijakan Rasul membuka pasar baru juga dalam
konteks keadilan.10

Secara garis besar keadilan dapat didefinisikan sebagai suatu


keadaan ketika terdapat kesamaan perilaku di mata hukum,
kesamaan hak kompensasi, hak hidup secara layak hak menikmati
pembangunan dan tidak adanya pihak yang dirugikan serta adanya
keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan. Keadilan dapat
menghasilkan keseimbangan dalam perekonomian dengan
meniadakan kesenjangan antata pemilik modal (orang kaya)
dengan pihak yang membutuhkan Walaupun tentu Islam tidak

8
Veithzal dan Andi Buchari, Islamic Economic ( Jakarta : Pt Bumi Aksara, 2013), hal. 212.
9
Illy Yanti dan Radifah, “Ekonomi Islam dalam Sistem Ekonomi Indonesia” Vol. 25. No. 1, 2009,
hal. 17.
10
Veithzal dan Andi Buchari, Islamic Economic. . ., hal. 213.

8
menganjurkan kesamaan ekonomi dan mengakui adanya
ketidaksamaan ekonomi antar orang per orang (Sudarsono:
2003:107).11

Terminologi keadilan dalam Al-quran disebutkan dalam


berbagai istilah antara lain ‘adl, qisth, mizan,hiss, qasd atau variasi
ekspresi tidak langsung sementara untuk terminologi ketidakadilan
adalah Zulm, itsm, dhalal dan lainnya. 12 Seluruh makna adil akan
terwujud jika setiap individu menjunjung tinggi nilai kebenaran,
kejujuran, keberanian, kelurusan, dan kejelasan.

Pembahasan tentang adil merupakan salah satu tema yang


mendapat perhatian serius dari para ulama. M. Quraish Shhab,
dalam buku Wawasan Al-Quran (2009: 111) ketika membahas
perintah penegakan keadilan dalam Alquran mengutip tiga kata
yakni al-‘adl, al-qisth, dan al-mizan13. Penggunaan kata al-qisth
dan al-mizan digunakan Alquran dalam surah ar-Rahman/55: 7-9:

“Dan Allah telah ditinggika-Nya dan dia meletakkan neraca


keseimbangan (keadilan).Agar kamu jangan memerusak
keseimbangan itu.Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil
dan janganlah kamumengurangi neraca itu.”

Dalam operasional ekonomi syariah keseimbangan menduduki


peran yang sangat menentukan untuk mencapai falah
(kemenangan, keberuntungan). Dalam terminologi fikih, adil
adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan
sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu pada
posisinya (wadh‘ al-syai` fi mahallih).

3. Nubuwwah
Karena sifat rahim dan kebijaksanaan Allah, manusia tidak
dibiarkan begitu saja di dunia tanpa mendapat bimbingan. Karena
itu diutuslah para Nabi dan Rasul untuk menyampaikan petunjuk
dari Allah kepada manusia tentang bagaimana hidup yang baik dan
benar di dunia, dan mengajarkan jalan untuk kembali (taubat) ke
asal muasal segala sesuatu yaitu Allah. Fungsi Rasul adalah untuk
menjadi model terbaik yang harus diteladani manusia agar
mendapat keselamatan di dunia dan akhirat. Untuk umat Muslim,

11
Illy Yanti dan Radifah, “Ekonomi Islam dalam Sistem Ekonomi Indonesia”. . . ., hal. 18
12
Universitas Islam Indonesia, Ekonomi islam ( Depok : PT Raja Grafindo Persada, 2015 ), hal.59
13
Mursal, “Implementasi Prinsip-prinsip Ekonomi Islam” Vol.1. No.1, 2015, hal. 78.

9
Allah telah mengirimkan manusia model yang terakhir dan
sempurna untuk diteladani sampai akhir zaman yaitu Nabi
Muhammad Saw. Sifat-sifat utama sang model yang harus
diteladani oleh manusia pada umumnya dan pelaku ekonomi serta
bisnis pada khususnya adalah Sidiq (benar, jujur), amanah
( tanggung jawab, dapat dipercaya, kredibilitas), fathonah
(kecerdikan, kebijaksanaan, intelektualitas) dan tabligh
14
(komunikasi keterbukaan dan pemasaran).

4. Khilafah
Dalam Islam pemerintah memainkan peran yang sangat penting
dalam ekonomi, yaitu memastikan bahwa kegiatan berjalan secara
benar tanpa kezaliman. Pemerintah memiliki hakikat campur dalam
kegiatan ekonomi yang dilakukan individu-individu, baik untuk
mengawasi kegiatan ini maupun mengatur atau melaksanakan
beberapa macam kegiatan ekonomi yang tidak mampu
dilaksanakan oleh individu-individu (Assal dan Abdul Karim :
1999: 101).15

5. Ma’ad
Secara harfiah Ma’ad artinya kembali. Karena kita semua akan
kembali kepada Allah Swt.16 Ma’ad atau return, ini berarti dalam
Islam pun membolehkan mengambil keuntungan dalam melakukan
aktivitas perekonomian. Oleh karenanya, salah besar yang
beranggapan bahwa dalam Islam tidak boleh mengambil
keuntungan. Keuntungan merupakan salah satu hal yang
dianjurkan dalam suatu aktivitas ekonomi. Namun, yang dilarang
dalam Islam adalah mengambil keuntungan yang berlebihan
apalagi sampai merugikan orang banyak, misal dengan melakukan
penimbunan untuk menciptakan kelangkaan barang–agar mendapat
harga yang berlipat ganda.17
Teori tersebut hanya akan menjadi kajian ilmu saja jika tidak
diterapkan menjadi sebuah sistem. Oleh karena itu dari kelima dasar itu
harus dibangun tiga prinsip yaitu :

1. Multiple Ownwership ( kepemilikan multi jenis )


Merupakan turunan dari nilai tauhid dan adil. Dalam ekonomi
Islam, kepemilikan swasta atau pribadi tetap diakui. Akan tetapi
14
Akhmad Mujahidin,Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Wali Pers, 2007), hal. 14-15
15
Ibid., hal 18.
16
Veithzal dan Andi Buchari, Islamic Economic. . ., hal. 209.
17
Dawam Raharjo, Modul Rancang Bangun Ekonomi Islam, hal. 15

10
untuk menjamin adanya keadilan, maka cabang-cabang produksi
yang strategis dapat dikuasai oleh negara.
2. Freedom to Act ( kebebasan berusaha )
Merupakan turunan dari nilai nubuwwah, adil dan khilafah.
Freedom to act akan menciptakan mekanisme pasar dalam
perekonomian karena setiap individu bebas untuk bemuamalah.
Pemerintah akan bertindak sebagai wasit yang adil dan mengawasi
pelaku-pelaku ekonomi serta memastikan bahwa tidak terjadi
distorsi dalam pasar dan menjamin tidak dilanggarnya syariah.
3. Social Justice ( Keadilan Sosial )
Merupakan turunan dari nilai khilafah dan ma’ad. Dalam ekonomi
islam, pemerintah bertanggungjawab menjamin pemenuhan
kebutuhan dasar rakyatnya dan menciptakan keseimbangan sosial
antara kaya dan miskin.
B. Sistem Ekonomi Dunia
Dengan mulainya abad kedua puluh dan dengan bertambahnya peranan
yang dimainkan oleh ekonomi dalam berbagi kehidupan bangsa mulailah
studi ekonomi mengambil bentuk baru yang mengarah pada pembentukan
mazhab-mazhab di samping bentuknya sebagai masalah ilmiah. Dengan
demikian terpecahlah mazhab ekonomi yang berbeda satu sama lain. Pada
mulanya mazhab ekonomi terbagi menjadi dua mazhab yaitu kapitalisme
dan sosialisme.18 Namun pada pratiknya ada lima sistem ekonomi yang
dikenal masyarakat dunia yaitu kapitalisme, sosialisme, fasisme,
komunisme dan ekonomi islam

a. Mazhab Kapitalisme
Kapitalisme menurut Collins Dictionary, adalah sebuah sistem
ekonomi yang didasarkan pada pemilikan pribadi atau swasta atas alat-
alat produksi, distribusi, dan pertukaran. Secara luas di dalam sistem
ekonomi kapitalisme ini alat-alat produksi, distribusi dan pertukaran
yang utama berada pada tangan swasta.19
Kapitalisme menjurus ke arah materialisme, dan mengakui segi
rohani dan moral, tetapi tidak meletakan segi rohani dan moral tersebut
itu sebagai sesuatu yang berharga. Bahkan dalam ajarannya mazhab ini
memperkuat pemisahan antara segi material dari segi rohani dan
moral.20

18
Ahmad Muhammad Al-‘Assal dan Fathi Ahmad Abdul Karim, Sistem, Prinsip, dan Tujuan
Ekonomi Islam. . . ., hal. 13.
19
Muhammad Syarif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam ( Jakarta : Kencana Prenadamedia Grup,
2014), hal. 354
20
Ibid., hal. 14

11
Dasar pemikiran ekonomi kapitalis bersumber dari tulisan Adam
Smith dalam bukunya yang berjudul An Inquiry into the Nature and
Cause of the Wealth of National yang ditulis pada tahun 1776.21
Berikut ciri-ciri ekonomi kapitalisme bedasarkan konsep dasar
ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Hak Milik
Kapitalisme memberikan hak kepemilikan penuh kepada
individu tanpa halangan maupun beban apapun. Sistem ini
mempercayai pemilik atas alat produksi, distribusi dan
pertukaran yang dikelola dan dikendalikan oleh individu atau
sekelompok individu.
2. Kebebasan ekonomi
Kebebasan ekonomi yang tidak terbatas dan tidak ada campur
tangan negara adalah ciri lain dari perekonomian kapitalisme.
Kebebasan tanpa batas ini biasanya menimbulkan pikiran untuk
mendapatkan harta dengan cara curang seperti judi dan
pelacuran. Juga bisnis malapraktik dapat timbul karenanya
seperti penyelundupan, pasar gelap, pencarian laba yang
berlebih, penimbunan, dan lain sebagainya.
3. Monopoli
Pengakuan atas keberadaan monopoli akan mendorong
terjadinya marger beberapa bisnis kecil menjadi satu sehingga
menjadi monopoli atau kartel. Monopoli membunuh persaingan
bebas, menyebabkan inflansi dan akhirnya menyebabkan
pengangguran.
4. Bunga
Lembaga perbankan dan bunga adalah darah kehidupan
kapitalisme bagi bisnis, perdagangan, dan industri terutama
bagi proyek-proyek usaha ekonomi yang benar diperlukan dana
besar yang tak seorang pun dan tak satu pun dapat
menanggungnya. Hal itu mendorong didirikannya bank yang
meminjam dana dari penabung dan investor pada tingkat bunga
yang rendah lalu menghutangkannya kepada banyak
perusahaan dengan bunga yang lebih tinggi.
5. Kebebasan penuh22
Kapitalisme identik dengan kebebasan (liberalisme/ laisses
faire), yang dianggap sebagai iklim yang paling sesuai dengan
sendi kapitalisme. Liberalisme adalah suatu paham yang

21
Veithzal dan Andi Buchari, Islamic Economic. . ., hal. 219.
22
Gita Ganuprananta, Ilmu Ekonomi Islam. . . ., hal. 20.

12
berpendapat dan bercita-cita bahwa manusia dilahirkan di
dunia mempunyai hak untuk bebas seperti yang diinginkannya.
Teori ekonomi liberal atau laissez faire dipertajam dengan
teori Neo-Klasik menjadi teori ekonomi pasar yang merupakan
interaksi antara penawaran (supply) dan permintaan (demand).
Pada masa itulah ilmu ekonomi sebagai ekonomi moral (moral
economy) dan ekonomi politik (political economy) hilang dari
wacana digantikan dengan ilmu ekonomi (economics)
mengikuti Alfred Marshall. Sementara itu dalam ekonomi
liberal di masa Adam Smith terkandung esensi ekonomi pada
pengertian “tangan gaib” (invisible hand) dengan pengertian
bahwa mekanisme pasar bisa mengatur dirinya sendiri ke arah
keseimbangan melalui peranan tangan ghaib tersebut. Padahal,
dalam konteks ekonomi moral, yang mengatur pasar yang
dibiarkan bebas atau laissez faire ketika itu, itu sebanarnya
adalah moral yang dalam teori Adam Smith dalam bukunya
“The Theory of Moral Sentiment ” (17 ) merupakan interaksi
antara self-interest dan altruism. Ekonomi moral mutahir,
dalam mengertian Islam, ingin mengembalikan pengertian awal
dalam ilmu ekonoimi liberal itu. Dalam pengertian Ekonomi
Islam, yang mengatur diri sendiri (self-regulating) itu bukanlah
pasar itu sendiri, melainkan moral manusia dan dianut oleh
masyarakat.23
6. Mementingkan diri sendiri
Aktivitas individu diyakini tidak akan membawa kekacauan,
bahkan sebaliknya akan membawa kemakmuran bangsa-
bangsa. Adam Smith mengatakan “Bukan berkat kemurahan
hati tukang daging, tukang pembuat bir dan tukang roti kita
dapat makan siang, akan tetapi karena mereka memperhatikan
kepentingan pribadi mereka. Kita bicarakan bukan kepada
rasa kemanusiaan mereka melainkan cinta mereka kepada diri
mereka sendiri”.
7. Harga sebagai penentu / Price system
Paham serba bebas (laissez faire) akan menciptakan
keseimbangan baru yang mampu membawa kepada
kemakmuran masyarakat. Apabila terjadi kelebihan faktor
produksi, maka akan tidak terserap oleh pasar sehingga akan
terjadi pengurangan faktor produksi tersebut karena mekanisme

23
Dawam Raharjo, Modul Rancang Bangun Ekonomi Islam, hal. 12

13
pasar dan sebaliknya. Kondisi semacam ini akan dapat
memunculkan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi.

8. Campur tangan pemerintah minimum


Doktrin laissez faire sistem ekonomi merupakan orde alamiah
(natural orde) yang tunduk pada hukum alam (natural law).
Campur tangan pemerintah dalam bidang ekonomi akan
menghambat proses pengaturan diri (self regulation)
b. Mazhab Sosialisme
Menurut Collins Dictionary Sosialisme adalah teori atau sistem
ekonomi. Di dalam sistem itu, alat produksi, distribusi dan pertukaran
dimiliki oleh masyarakat secara kolektif melalui negara. Advanced
Learner’s Dictionary menerangkan sosialisme sebagai “teori politik
dan ekonomi yang mengajarkan bahwa tanah, transportasi , sumber
daya alam, dan industri-industri utama harus dimiliki dan dikendalikan
oleh masyarakat atau negara dan bahwa kekayaan haruslah
terdistribusikan dengan sepenuhnya sama.24
John Struat Mill (1806-1873) menyebutkan sebutan sosialisme
menunjukan kegiatan untuk menolong orang-orang yang tidak
beruntung dan tertindas dengan sedikit bergantung pada bantuan
pemerintah. Sosialisme juga diartikan sebagai bentuk perekonomian
dimana pemerintah paling kurang bertindak sebagai pihak yang
dipercayai oeleh seluruh masyarakat dan menasionalisasikan industri-
indutri besar dan strategis seperti pertambangan, jalan-jalan, jembatan,
kereta api, dan cabang-cabang produk lain yang menyangkut hajat
hidup orang banyak. Dalam bentuk yang paling lengkap sosialisme
melibatkan pemilikan semua alat-alat produksi, termasuk di dalamnya
tanah-tanah pertanian oleh negara dan menghilangkan milik negara
( Briton :1981)25
Berikut ciri-ciri ekonomi sosialisme berdasarkan konsep dasar
ekonomi adalah sebagai berikut :
1. Hak kepemilikan26
Pemilikan harta oleh pribadi maupun swasta serta kepemilikan
alat produksi , distribusi dan pertukaran semuanya di hapus
semuanya itu ditempatkan dalam kendali pemerintah. Hal itu
menyebabkan manajeman seluruh alat produksi itu ada
ditangan birokrasi.
2. Materialisme
24
Muhammad Syarif Chaudhry, Sistem Ekonomi Islam. . ., hal. 362.
25
Veithzal dan Andi Buchari, Islamic Economic. . ., hal. 222
26
Ibid., hlm.

14
Sosialisme atau komunisme bertumpu semata-mata pada
materialisme. Karl marx berusaha menerangkan setiap kegiatan
manusia terletak pada faktor ekonomi. Marx tidak percaya pada
agama yang dalam pandangannya dibuat oleh kaum borjuis
untuk menjaga agar kaum proletar tetap berada dalam kendali
mereka. Engels mengatakan materi adalah satu-satunya yang
nyata di dunia, kaum komunis percaya bahwa akal manusia
hanyalah perwujudan dari materi dan jiwa tidaklah wujud
secara independen melainkan produk dari materi.

c. Mazhab Komunisme
Aliran ekstrem yang muncul dengan tujuan yang sama dengan
sosialisme, sering bersifat gerakan ideologis dan mencoba hendak
mendobrak sistem kapitalisme dan sistem lain yang telah mapan.
Kampiun komunis adalah Karl Marx. Kata komunisme secara historis
sering digunakan untuk menggambarkan sistem sosial di mana barang-
barang dimiliki secara bersama-sama dan didistribusikan untuk
kepentingan bersama. Produksi dan konsumsi bersama berdasarkan
kapasitas ini merupakan hal pokok dalam mendefinisikan paham
komunis sesuai dengan moto mereka : From each according to his
abilities to each according to his needs (dari setiap orang sesuai
dengan kemampuan, untuk semua orang sesuai dengan kebutuhannya).
Perkembangan kapitalisme global di abad ini sudah semakin
canggih dan kompleks. Keserakahan kaum kapitalis tidak hanya
sampai pada pemerasan kaum buruh dan pencaplokan pengusaha kelas
teri, namun keserakahan mereka sudah menerobos dan menjarah di
banyak sektor, dan didukung berbagai fasilitas dan lembaga yang
mereka ciptakan sendiri. Menurut Triono (2007) berbagai sector
maupun lembaga itu diantaranya adalah:27
1. Sektor keuangan
Kaum kapitalis tidak hanya ingin membesar, tetapi mereka juga ingin
membesar dengan cepat. Caranya ialah dengan menciptakan lembaga
perbankan dan pasar saham. Fungsi utamanya adalah untuk mengeruk
dana masyarakat dengan cepat, sehingga dapat segera mereka
manfaatkan untuk menambah modal perusahaannya agar bisa menjadi
cepat besar dan cepat menggurita.
2. Sektor kepemilikan umum
Kaum kapitalis tidak hanya ingin berhenti untuk untuk bermain di
wilayah pasar hilir saja, tetapi mereka terus merangsek untuk
27
Supriyanto, “Memahami Cara Bekerja Sistem Perekonomian” Vol.6. No.2, 2009, hal.197-198.

15
mencaplok sumber-sumber ekonomi di wilayah hulu. Mereka juga
ingin menguasai wilayah-wilayah ekonomi yang seharusnya menjadi
milik umum yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Wilayah
ekonomi yang ingin terus mereka kuasai tersebut misalnya adalah
berbagai macam sektor pertambangan, sumber daya hutan, sumber
daya air, minyak bumi, gas, jalan raya, pelabuhan, bandara dan lain
sebagainya.
3. Sektor kepemilikan Negara
Kaum kapitalis juga melirik kepada perusahaan-perusahaan yang
banyak dimiliki oleh Negara. Dengan dalih demi efektivitas dan
efisiensi perusahaan, mereka akan mendorong perusahaan milik
Negara tersebut untuk go public, dengan jalan melegosahamnya ke
pasar, dengan harga yang murah (melalui resep IMF “Privatisasi”).
4. Sektor kekuasaan
Kaum kapitalis juga ingin memiliki rasa aman terhadap keberadaan
perusahaan-perusahaan mereka. Jaminan rasa aman hanya dapat
diperoleh jika mereka bisa merambah ke wilayah kekuasaan
(Pengusahajadi Penguasa). Sebab, di sektor inilah berbagai produk
hukum akan dibuat. Jika mereka bisa memasuki sektor ini, maka
mereka akan dengan mudah untuk dapat melahirkan berbagai produk
hukum dan kebijakan yang dapat menguntungkan dan menjamin
kelestarian kerajaan bisnis mereka.

d. Fasisme
Fasisme muncul dari filsafat radikal yang muncul pada revolusi
industri yakni sindikalisme. Eksponen sindikalisme adalah George
Sorel ( 1847-1922). Dalam sistem fasisme pemerintah melakukan
pengendalian dalam bidang produksi, sedangkan kekayaan dimiliki
oleh pihak swasta. Dalam praktiknya fasisme dan komunisme adalah
dua gejala penyakit yang sama. Keduannya sering dikelompokan
sebagai sistem totaliter. Keduannya sama dalam hal pemerintahan
yaitu kediktatoran satu partai.28
Ciri-ciri fasisme adalah sebagai berikut :29
1. Tidak rasional
Fasisme menonjolkan sifat-sifat manusia yang tidak rasional. Dalam
soal ras dan pemimpin adalah masalah tabu untuk dipersoalkan atau
didiskusikan secara kritis. Hal ini tentu berbeda dengan prinsip-prinsip

28
Veithzal dan Andi Buchari, Islamic Economic. . ., hal. 223-224.
29
https://www.sejarah-negara.com/2014/01/6-ciri-paham-fasisme.html

16
negara demokrasi yang tidak mengenal persoalan tabu apapun, karena
semua hal dapat dipersoalkan bahkan ditentang.
2. Tidak mengakui persamaan derajat manusia
Fasisme menganggap bahwa martabat manusia tidak sama, ada yang
super dan ada yang inferior. Pria dianggap melebihi kaum wanita,
kelompok militer melebihi sipil, anggota partai lebih dari yang bukan
anggota partai, kebangsaan seseorang melebihi kebangsaan yang
lainnya, yang kuat mengatasi yang lemah, para pemenang perang
membawahi pihak yang kalah.
3. Tidak mengakui oposisi
Di negara-negara fasis, oposisi dianggap sebagai musuh dan harus
dimusnahkan sampai tuntas. Doktrin ini berlaku untuk musuh-musuh
di dalam maupun di luar negeri. Oleh karena itu, kaum Nazi di Jerman
membuat kamp konsentrasi dan kamar-kamar gas untuk memusnahkan
musuh-musuhnya. Rezim fasis ingin menunjukkan kepada seluruh
penduduk bahwa hukuman mati akan diberlakukan kepada mereka
yang tidak mendukung penguasa.
4. Pemerintahan oleh kelompok elite
Fasis berpendapat bahwa hanya ada satu kelompok minoritas kecil
penduduk yang terpandang baik karena asal-usul penduduk maupun
karena statusnya dalam masyarakat yang mampu menjalankan
pemerintahan. Oleh karena itu, pemimpin selalu dianggap benar. Kalau
ada pertentangan rakyat dan pemimpin, kehendak yang berlaku adalah
kehendak pemimpin.

e. Ekonomi Islam
Dari keempat paham ekonomi konvesional di atas, terlihat jelas
terdapat perbedaan yang sangat mencolok dan bertolak belakang antara
sitem ekonomi kapitalis dan sosialis. Oleh karena itu, pada umumnya
sistem ekonomi di dunia dikelompokan menjadi dua yaitu kapitalis dan
sosialis.
Adapun ekonomi islam merupakan sistem yang dibangun di atas nilai-
nilai islam, dimana prinsip tauhid yang mengedepankan nilai Illahiyah
menjadi inti dari sistem ini. Berikut ciri-ciri atau prinsip-prinsip dalam
ekonomi islam adalah sebagai berikut :30

1. Kebebasan Individu

30
Veithzal dan Andi Buchari, Islamic Economic. . ., hal. 238-239.

17
Individu mempunyai hak kebebasan sepenuhnya untuk berpendapat
atau membuat suatu keputusan yang dianggap perlu dalam sebuah
negara islam. Karena tanpa kebebasan tersebut individu muslim tidak
dapat melaksanakan kewajiban mendasar dan penting dalam
menikmati kesejahteraan dan menghindari terjadinya kekacauan dalam
masyarakat.
2. Hak terhadap harta
Islam mengakui hak indivudu untuk memiliki harta. Walaupun begitu
ia memberikan batasan tertentu agar kebebasan itu tidak merugukan
masyarakat banyak.
3. Distribusi kekayaan secara meluas
Islam mencegah penumpukan kekayaan pada kelompok kecil tertentu
orang dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada semua lapisan
mayarakat.
4. Larangan menumpuk kekayaan
Sistem ekonomi islam melarang individu mengumpulkan harta
kekayaan secara berlebihan dan mengambil langkah-langkah yang
perlu untuk mencegah perbuatan yang tidak baik tersebut supaya tidak
terjadi dalam negara.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
ekonomi Islam adalah prinsip-prinsip yang sesuai dengan ajaran lslam.
Dalam prinsip-prinsip ini diterapkan prinsip ketuhanan, keadilan, larangan
riba, dan kewajiban zakat. Hal inilah yang membuat pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi Islam maju. Karena itu perlu adanya
implementasi prinsip ekonomi Islam dalam sistem perekonomian nasional.
Berbeda dengan sistem ekonomi yang lain yang lebih mengedepankan
materi. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu di dunia ini hanyalah
titipan yang kita jaga dan rawat semua yang bernyawa pasti akan kembali
padanya.

B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut, pembaca nantinya dapat
melengkapi isi makalah ini dengan menambahkan pokok bahasan lain
seperti etika dan perilaku bisnis dalam sistem ekonomi islam atau pokok
bahasan lainnya demi menunjang pengembangan makalah ini.

19

Anda mungkin juga menyukai