712 ID Dinamika Konsumsi Pangan
712 ID Dinamika Konsumsi Pangan
PENDAHULUAN
35 000 000.00
35.000.000
Rupiah/Kapita/Tahun
30 000 000.00
30.000.000
25.000.000
25 000 000.00
20.000.000
20 000 000.00 Pendapatan Nasional
15.000.000
15 000 000.00
10.000.000
Per Kapita (Harga
10 000 000.00
5.000.000 Berlaku)
5 000 000.00
0
0.00 Pendapatan Nasional
Per Kapita (Harga
2012*
2000
2002
2004
2006
2008
2010 Konstan)
Tahun
0,50
0.50
0,40
0.40
0,30
0.30
0,20
0.20
0,10
0.10
0,00
0.00
Mar Sep Mar Sep Mar Sep
Kalau dilihat dari nilai penurunan pangsa pengeluaran pangan selama periode
1999–2013, penurunan di wilayah perkotaan dan perdesaan relatif sama.
Penurunan pangsa pengeluaran pangan di kota sebesar 10,3%, sedangkan di desa
sebesar 11% selama periode 1999–2013. Kondisi ini memperkuat argumentasi
tentang pentingnya untuk melaksanakan reorientasi kebijakan atau program yang
memprioritaskan pembangunan perekonomian di perdesaan.
Bila dikaitkan dengan konsep ketahanan pangan rumah tangga seperti yang
disampaikan oleh Soekirman (2000), yaitu proporsi pengeluaran pangan ≥60%
dapat dikategorikan rawan pangan dan sebaliknya, rumah tangga dengan proporsi
pengeluaran pangan <60% dikategorikan tahan pangan, maka secara umum rumah
tangga di perkotaan termasuk pada kategori tahan pangan. Sementara itu, rumah
Perubahan pola memasak ini diduga berkaitan erat dengan adanya fakta
bahwa jumlah perempuan yang bekerja dari tahun ke tahun terus meningkat. BPS
(2007) menyebutkan bahwa peningkatan partisipasi angkatan kerja perempuan
selama Februari 2006–Februari 2007 mencapai 2,12 juta orang, yang dominan
bekerja di sektor pertanian dan perdagangan. Pada waktu yang sama, peningkatan
partisipasi untuk laki-laki hanya 287 ribu. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga mendorong ibu rumah tangga untuk ikut bekerja membantu suami.
Dampaknya, adalah berkurangnya waktu yang tersedia untuk menyiapkan
kebutuhan keluarga. Banyaknya wanita yang bekerja mengakibatkan pemenuhan
kebutuhan pangan rumah tangga sehari-hari diperoleh melalui pembelian dari
restoran atau warung makan. Wanita sebagai ibu rumah tangga dan juga berprofesi
sebagai pekerja di luar rumah akan mencari pramuwisma untuk membantu
menyiapkan makanan bagi keluarganya. Namun, dengan sulitnya mencari
pramuwisma menyebabkan makanan siap saji menjadi menu utama sehari-hari di
rumah. Banyak masyarakat mengonsumsi makanan siap saji terutama pada saat
mereka bekerja di luar rumah.
Wilayah/ Perumahan & Barang & Pakaian Barang Tahan Pajak & Pesta &
Tahun Fasilitas Jasa Lama Asuransi Upacara
Kota
1999 20,2 13,8 5,0 2,3 1,2 1,4
2002 21,0 14,7 5,0 3,9 1,0 1,5
2005 21,5 18,7 4,6 4,4 1,2 1,5
2008 23,2 19,4 3,3 6,2 1,6 1,5
2009 22,3 20,1 3,2 5,8 1,8 1,2
2010 23,0 18,8 3,3 5,1 2,0 1,3
2011 22,2 20,0 2,0 7,8 2,0 1,5
2012 23,7 19,3 1,6 5,2 1,7 1,9
2013 22,3 20,1 2,2 5,9 2,0 1,6
Desa
1999 11,4 7,4 5,5 3,5 0,5 1,5
2002 13,2 8,3 5,5 4,4 0,5 1,6
2005 15,3 10,2 5,0 4,9 0,7 1,3
2008 15,3 13,5 3,6 6,7 0,8 1,5
2009 16,1 13,3 3,5 6,0 0,9 1,6
2010 16,2 13,6 3,6 5,2 0,9 1,4
2011 16,0 14,4 2,1 7,0 1,0 1,5
2012 16,5 15,3 1,9 5,0 1,1 1,2
2013 16,5 15,7 1,8 4,4 1,1 1,3
Sumber: BPS (2005a, 2009a, 2011a, 2012a, 2013a)
Hal yang menarik adalah pengeluaran untuk pembelian pulsa HP atau nomor
perdana di wilayah kota menduduki tempat kedua, sedangkan di desa di peringkat
ketiga. Peningkatan porsi pengeluaran untuk pembelian pulsa HP ini paling
signifikan dibandingkan jenis pengeluaran lainnya. Pengeluaran yang besar untuk
pembelian pulsa HP dan nomor perdana merupakan perubahan budaya pada
masyarakat yang menunjukkan peningkatan kebutuhan akan komunikasi di samping
dalam rangka mengikuti tren. Menurut Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia
(ATSI) jumlah pelanggan seluler Indonesia per tahun 2011 telah mencapai lebih dari
240 juta pelanggan, naik 60 juta pelanggan dibanding tahun 2010. Angka ini
mendekati jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 258 juta penduduk pada
Desember 2010. Budaya memiliki lebih dari satu buah HP juga semakin meningkat.
Bank Dunia telah membuat laporan bahwa jumlah ponsel didunia akan segera
melebihi jumlah penduduk. Pada saat ini, jumlah sambungan ponsel di seluruh
dunia lebih dari 6 miliar, sedangkan jumlah total manusia adalah 7 miliar (Saptoadi,
2012).
Konsumsi pangan adalah informasi mengenai jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang (keluarga atau rumah tangga) pada
waktu tertentu. Secara umum jenis zat gizi yang sering dianalisis adalah konsumsi
energi dan protein. Kedua zat gizi makro ini tidak hanya digunakan sebagai ukuran
ketahanan pangan akan tetapi juga ukuran kesejahteraan masyarakat. Dengan
pertimbangan hal tersebut, analisis zat gizi yang dilakukan oleh BPS hanya untuk
kedua zat gizi tersebut.
Kebutuhan energi umumnya diperoleh dari konsumsi makanan pokok sebagai
sumber karbohidrat, sedangkan kebutuhan protein diperoleh dari konsumsi
makanan yang berasal dari hewani seperti daging, ikan, telur, dan susu (protein
hewani) serta berasal dari beragam pangan nabati (protein nabati). Di Indonesia
setiap empat tahun diadakan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WKNPG) yang
salah satu rekomendasinya adalah menetapkan Angka Kecukupan Energi (AKE) dan
Kenyataan Kesenjangan
Kelompok Pangan Anjuran
Kota Desa Kota Desa
Padi-padian 275 285,7 306,3 +10,7 +31,3
Umbi-umbian 100 24,0 40,5 (76,0) (59,5)
Pangan hewani 150 109,5 87,5 (40,5) (62,5)
Kacang-kacangan 35 26,1 20,5 (8,9) (15,0)
Sayur+buah 250 239,8 237,9 (10,2) (12,1)
Gula 30 23,2 27,8 (6,8) (2,2)
Minyak+lemak 20 26,5 25,4 +6,5 +5,4
Sumber: BKP (2013)
Jenis Pangan 2002 2005 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Beras 111,4 97,0 98,3 96,2 94,5 97,2 92,6 92,5
Jagung 0,8 0,5 0,9 0,8 0,7 0,6 0,6 0,7
Terigu 10,6 9,9 12,6 11,7 11,6 12,0 10,8 11,2
Ubi kayu 6,8 9,7 9,1 7,1 6,8 7,3 5,9 5,4
Ubi jalar 2,3 1,8 1,6 1,5 1,2 1,5 0,9 1,1
D. ruminansia 2,5 2,6 2,5 2,3 2,5 2,8 4,6 2,6
D. unggas 5,5 5,5 5,6 5,4 6,0 6,1 5,9 6,7
Telur 7,1 7,6 7,6 7,4 8,2 7,9 8,0 8,3
Susu 2,2 2,3 3,1 2,9 2,9 2,9 2,2 3,2
Ikan 17,6 18,4 18,0 16,8 17,9 18,5 17,2 19,2
Minyak sawit 5,0 5,3 6,9 7,0 6,9 7,0 8,3 8,3
Kedelai 8,2 8,6 8,8 8,3 7,9 8,6 8,0 8,8
Gula pasir 9,5 9,1 8,0 7,6 7,3 6,8 5,6 7,9
Sayur 49,4 50,1 53,0 47,5 46,8 46,9 45,6 55,0
Buah 30,0 32,5 32,9 24,9 29,2 24,4 26,1 32,6
Sumber: BKP (2008, 2013, dan 2014)
Jenis Pangan 2002 2005 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Beras 118,8 112,4 111,0 107,8 106,7 108,4 102,6 100,2
Jagung 5,5 5,4 4,8 3,6 3,3 2,5 3,2 2,6
Terigu 6,7 7,1 10,0 9,0 9,2 9,9 9,0 9,0
Ubi kayu 17,3 19,8 16,5 11,9 11,4 12,8 8,7 8,1
Ubi jalar 3,3 5,8 3,8 3,2 3,5 4,5 3,9 4,0
D. ruminansia 0,9 1,1 1,0 0,9 1,0 1,2 1,0 1,0
D. unggas 2,2 2,9 2,9 2,5 3,1 3,5 2,9 3,4
Telur 4,3 4,9 5,2 5,4 6,3 6,3 6,0 6,2
Susu 0,6 0,7 1,2 1,1 1,2 1,3 1,2 1,4
Ikan 16,5 18,8 18,8 17,4 18,4 19,4 18,0 19,8
Minyak sawit 3,8 4,3 5,9 6,1 6,0 6,2 6,7 7,9
Kedelai 6,2 7,1 6,6 6,1 6,2 6,5 6,2 6,8
Gula pasir 9,0 8,7 8,8 8,2 8,0 7,9 7,4 9,3
Sayur 46,3 51,9 59,5 51,8 51,6 50,6 49,3 58,9
Buah 25,1 30,9 30,9 21,3 26,6 22,0 24,4 28,0
Sumber: BKP (2008, 2013, 2014)
KESIMPULAN
Alexandratos, N. and J. Bruinsma. 2012. World Agriculture Towards 2030/2050. The 2012
Revision. ESA Working Paper No. 12-03. Agricultural Development Economics Division
Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Anonim. 2013. Data dan Informasi Kinerja Pembangunan 2004-2012. Jakarta
Ariani, M. 2013. Dinamika Konsumsi pangan Masyarakat. Bahan Presentasi di Kementerian
Perdagangan. Jakarta. Tidak Dipublikasikan.
[Aptindo] Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia. 2013. Overview Industri Tepung
Terigu Nasional Indonesia. Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2005a. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Buku 1. Pengeluaran
untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2005b. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Buku 3. Konsumsi Kalori
dan Protein Penduduk Indonesia dan Propinsi. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Statistik Indonesia. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Buku 1. Pengeluaran
untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Buku 3. Konsumsi Kalori
dan Protein Penduduk Indonesia dan Propinsi. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011a. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Buku 1. Pengeluaran
untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011b. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Buku 3. Konsumsi Kalori
dan Protein Penduduk Indonesia dan Propinsi. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012a. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Buku 1. Pengeluaran
untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2012b. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Buku 3. Konsumsi Kalori
dan Protein Penduduk Indonesia dan Propinsi. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013a. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Buku 1. Pengeluaran
untuk Konsumsi Penduduk Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013b. Survei Sosial Ekonomi Nasional. Buku 3. Konsumsi Kalori
dan Protein Penduduk Indonesia dan Propinsi. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014a. Produk Domestik Bruto. www.bps.go.id (12 Mei 2014)
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014b. Indikator Konsumsi Terpilih. www.bps.go.id (12 Mei
2014).
[BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2008. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan.
Kementerian Pertanian. Jakarta.
[BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2013. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan.
Kementerian Pertanian. Jakarta.
[BKP] Badan Ketahanan Pangan. 2014. Direktori Pengembangan Konsumsi Pangan.
Kementerian Pertanian. Jakarta.