Anda di halaman 1dari 10

ARTIKEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TENTANG PEKERJA ANAK DAN

PENANGGULANGANNYA DI KOTA SEMARANG

Arief, Hartuti, Hesti

Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Diponegoro, Jalan Prof H. Soedarto, SH Tembalang Semarang.

Abstraksi

Kota Semarang sebagai Ibukota Provinsi Jawa Tengah membuka peluang kerja bagi
masyarakat dan daerah-daerah termasuk kesempatan kerja bagi anak untuk bekerja atau
kesempatan untuk memperkerjakan anak. Pekerja anak bukan sekedar anak-anak menjalankan
pekerjaan dengan memperoleh upah, akan tetapi lekat sekali dengan eksploitasi, pekerjaan
berbahaya, terhambatnya akses pendidikan dan menghambat perkembangan dan perlindungan
hukum yang mengatur fisik, psikis dan sosial anak serta pemenuhan hak-hak anak.
Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang. metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Deskriptif-Kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
wawancara, observasi, dan kajian pustaka.
Penelitian ini bertujuan untuk ; pertama mendeskripsikan implementasi kebijakan
penanggulangan pekerja anak di Kota Semarang, kedua, mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dari pelaksanaan kebijakan penanggulangan pekerja anak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa ; Kerja sama antara lembaga pemerintah kurang baik,
manfaat dari implementasi kurang dirasakan, sumber daya anggaran kurang mendukung, kondisi
sosial, ekonomi dan keluarga berpengaruh.
Rekomendasi yang penulis berikan : memperluas jangkauan pelayanan dan penanganan
pekerja anak, membangun sanggar-sanggar untuk anak, perlu spesifikasi anggaran, memberikan
keterampilan bagi pekerja anak.

Kata Kunci : Pekerja Anak , eksploitasi anak, perlindungan hukum


Abstrac

Semarang as the capital of Central Java province opens opportunities for communities
and areas including employment opportunities for young people to work or a chance to employ
children. Child labor is not just children running jobs with wages, but once attached to the
exploitation, hazardous work, delays in access to education and hinder the development and
protection of the laws governing the physical, psychological and social development and the
fulfillment of children's rights.
The research was conducted in the city of Semarang. methods used in this research is
descriptive-qualitative. The data was collected by using interviews, observations, and a review of
the literature.
This study aims to: first describe the implementation of child labor reduction policies in
the city of Semarang, second, determine the factors that affect the success of the implementation
of the policy response to child labor.
The results showed that: The cooperation between government agencies is not good, the
benefits of the implementation of the perceived lack of resources, lack of budget support, social,
economic and family influence.
Recommendation the authors provide recommendations: expand the range of services and
the handling of child labor, building studios for children, need to budget specifications, provide
skills for working children.

Keywords: child labor, child exploitation, legal protection


PENDAHULUAN anak diseluruh dunia yang masuk bekerja
A. LATAR BELAKANG pada usia sekolah. Pada kenyataannya isu
pekerja anak bukan sekedar isu anak-anak
Negara Indonesia adalah Negara menjalankan pekerjaan dengan
Hukum yang menjunjung tinggi harkat dan memperoleh upah, akan tetapi lekat sekali
martabat manusia, sehingga sudah dengan eksploitasi, pekerjaan berbahaya,
seharusnya setiap manusia baik dewasa terhambatnya akses pendidikan dan
maupun anak-anak dilindungi dari upaya- menghambat perkembangan fisik, psikis
upaya mempekerjakannya pada pekerjaan dan sosial anak.
yang merendahkan harkat dan martabat Pada hakekatnya anak tidak boleh
manusia atau pekerjaan yang eksploitatif bekerja karena waktu mereka selayaknya
karena bersifat tidak manusiawi. dimanfaatkan untuk belajar, bermain,
Upaya perlindungan tenaga kerja bergembira, berada dalam suasana damai,
yang dapat menjangkau seluruh tenaga mendapatkan kesempatan dan fasilitas
kerja baik dewasa maupun tenaga kerja untuk mencapai cita-citanya sesuai dengan
anak, terlebih mengenai tenaga kerja anak perkembangan fisik, psikologik,
akhir-akhir ini banyak disorot dan telah intelektual dan sosialnya.
menjadi isu nasional bahkan internasional Seseorang anak di dalam Konvensi
yang harus mendapat perhatian serius dari Hak Anak yang berusia dibawah 18 tahun
pemerintah dan masyarakat, karena merupakan tergolong anak dan mereka
mempunyai dampak negatif bagi generasi memiliki hak antara lain adalah menerima
penerus bangsa. pendidikan, pengasuhan, kesehatan yang
Indonesia telah mempunyai layak, perlindungan dari eksploitasi
seperangkat peraturan perundang- bekerja, perlindungan aman secara moral,
undangan untuk menjamin hak-hak anak spiritual. Konvensi Hak Anak diadopsi
dan mengurangi dampak bekerja dari oleh Majelis Umum PBB melalui Resolusi
anak, yaitu antara lain UUD 1945, No. 44/25 tanggal 20 November 1989.
ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 Konvensi Hak Anak (KHA) jika
menjadi Undang-Undang Nomor 20 dibandingkan dengan instrumen HAM
Tahun 1999 tentang Usia Minimum Untuk (Hak Asasi Manusia) lainnya, merupakan
Diperbolehkan Bekerja, ratifikasi instrumen yang banyak diratifikasi oleh
Konvensi ILO Nomor 182 menjadi berbagai negara. Sedikitnya ada 192
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 Negara telah meratifikasinya, termasuk
tentang Pelanggaran Dan Tindakan Segera Indonesia. Konvensi Hak Anak merupakan
Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan perjanjian yang mengikat secara yuridis
Terburuk Untuk Anak, Undang-Undang dan politis di antara berbagai negara yang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang mengatur hal-hal yang berhubungan
Perlindungan Anak dan Undang-Undang dengan hak-hak anak.
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Kota Semarang sebagai Ibukota
Ketenagakerjaan. Provinsi Jawa Tengah membuka peluang
Salah satu masalah anak yang harus kerja bagi masyarakat Kota Semarang
memperoleh perhatian khusus, adalah isu sendiri dan daerah-daerah di sekitar Kota
pekerja anak (child labor). Isu ini telah Semarang, termasuk fenomena pekerja
mengglobal karena begitu banyak anak- anak di Kota Semarang dapat dijumpai di
berbagai bidang pekerjaan, seperti di Edward III (dalam Winarno, 2002: 125)
pertokoan, pabrik bersifat home industry, menyatakan bahwa implementasi adalah
warung-warung makan, penjaja koran, tahap pembuatan kebijakan antara
pedagang asong di terminal, dan di pembentukan kebijakan dan konsekuensi-
perempatan lampu merah, serta di konsekuensi kebijakan bagi masyarakat
sejumlah tempat lain yang mudah yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan
ditemukan. Alasan apapun yang digunakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi
bagi anak yang bekerja atau dipekerjakan, masalah yang merupakan sasarn dari
termasuk bekerja di sektor formal seperti kebijakan, maka kebijakan itu mungkin
pengamen, loper koran, tukang semir akan mengalami kegagalan sekaipun
sepatu dan informal seperti anak yang kebijakan itu diimplementasikan dengan
bekerja di garmen, home industry, tidak sangat baik.
dapat dibenarkan, dan dirasakan tidak adil
apabila dibiarkankesempatan kerja bagi Model-model implementasi kebijakan
anak untuk bekerja atau kesempatan untuk
Ada enam variabel, menurut Van
memperkerjakan anak yang sebenarnya
Metter dan Van Horn (Leo Agustino,
menurut peraturan perundang-undangan
2008:144), yang mempengaruhi kinerja
tidak diperbolehkan.
kebijakan publik tersebut, adalah:
B. TUJUAN PENELITIAN 1. Standar dan sasaran
Kinerja implementasi kebijakan dapat
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab diukur tingkat keberhasilannya jika-dan-
permasalahan yang akan dikaji yaitu hanya-jika ukuran dan tujuan dari
sebagai berikut: kebijakan memang realistic dengan
sosio-kultur yang mengada di level
1. Untuk mendeskripsikan implementasi pelaksana kebijakan. Ketika ukuran
kebijakan penanggulangan pekerja anak kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu
di Kota Semarang. ideal untuk dilaksanakan di level warga,
maka agak sulit memang merealisasikan
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
kebijakan publik hingga titik yang dapat
mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan terhadap dikatakan berhasil.
pekerja anak di Kota Semarang. 2. Sumber daya.
C. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Keberhasilan proses implementasi
Implementasi kebijakan pada prinsipnya kebijakan sangat tergantung dan
adalah cara agar sebuah kebijakan dapat kemampuan memanfaatkan sumberdaya
mencapai tujuannya. Di dalam Winarno yang tersedia, sumberdaya manusia,
(2002:101-102) Implementasi kebijakan sumberdaya - sumberdaya lain yang
dipandang dalam pengertian yang luas, perlu diperhitungkan juga, ialah :
merupakan alat administrasi hukum sumberdaya financial dan sumberdaya
dimana berbagai aktor, organisasi, waktu.
prosedur, dan teknik yang bekerja 3. Karakteristik Agen Pelaksana.
bersama-sama untuk menjalankan
kebijakan guna meraih dampak atau tujuan Pusat perhatian pada agen pelaksana
yang diinginkan. meliputi organisasi formal dan
organisasi informal yang akan terlibat
pengimplementasian kebijakan publik. ¾ Kejelasan implementor.
Hal ini sangat penting karena kinerja 2. Lingkungan Kebijakan :
implementasi kebijakan (publik) akan ¾ Kekuasaan, kepentingan, dan strategi
sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri
implementasi,
yang tepat serta cocok dengan para agen
pelaksanaannya. ¾ Karakteristik institusi dan rezim
4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) yang sedang berkuasa,
para Pelaksana. ¾ Tingkat kepatuhan dan responsivitas
kelompok sasaran.
Sikap penerimaan atau penolakan dari
(agen) pelaksana akan sangat banyak D. PENGERTIAN DAN
5. Komunikasi Antarorganisasi dan KARAKTERISTIK PEKERJA ANAK
Aktivitas Pelaksana.
1. Pengertian Anak
Koordinasi merupakan mekanisme
yang ampuh dalam implementasi Pengertian anak menurut Undang-
kebijakan publik. Semakin baik Undang No. 13 tahun 2003 tentang
koordinasi komunikasi diantara, pihak- Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang
pihak yang terlibat dalam suatu proses berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun.
implementasi, maka asumsinya Pada dasarnya anak mempunyai kebutuhan
kesalahan-kesalahan akan sangat kecil khusus yang harus dipenuhi semasa masih
untuk terjadi dan begitu pula anak-anak.
sebaliknya.
2. Pengertian Pekerja Anak
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan
Politik. Pekerja anak adalah anak-anak yang
melakukan pekerjaan secara rutin untuk
Hal terakhir yang perlu juga orang tuanya, untuk dirinya sendiri yang
diperhatikan guna menilai kinerja membutuhkan sejumlah besar waktu dengan
implementasi publik dalam perspektif menerima imbalan atau tidak.
yang ditawarkan oleh Van Metier dan
Van Horn (Leo Agustino, 2008:144) Pekerja Anak menurut ILO / IPEC
adalah, sejauh mana lingkungan adalah anak yang bekerja pada semua jenis
eksternal turul mendorong keberhasilan pekerjaan yang membahayakan
kebijakan publik yang lelah ditetapkan. ataumengganggu fisik, mental, intelektual
mempengaruhi keberhasilan atau dan moral.
tidaknya kinerja implementasi Pengertian anak menurut Undang-
kebijakan publik. Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Keberhasilan implementasi Menurut Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang
Merille S. Grindle (Leo Agustino, berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun.
2008:154) dipengaruhi oleh dua variabel : Pada dasarnya anak mempunyai kebutuhan
1. Isi kebijakan : khusus yang harus dipenuhi semasa masih
¾ Kepentingan kelompok sasaran anak-anak.
¾ Manfaat yang akan diterima
¾ Perubahan yang diinginkan
¾ Ketepatan program
¾ SDM yang memadai
E. METODE
Pada dasarnya tipe penelitian dibagi menjadi
dua macam yaitu :
1. Di dalam penelitian ini peneliti ¾ Wawancara atau interview
memilih menggunakan metode Suatu usaha untuk mengumpulkan
penelitian kualitatif bersifat informasi dengan mengajukan
deskriptif. Di dalam metode sejumlah pertanyaan secara lisan
deskriptif merupakan prosedur untuk dijawab secara lisan pula. Hal
pemecahan masalah yang diselidiki ini didukung dengan menggunakan
dengan menggambarkan/melukiskan alat perekam yang digunakan sebagai
keadaan subyek atau objek bukti. Wawancara tersebut dilakukan
penelitian. kepada pekerja anak di Kota
Semarang dan pihak Disnakertrans
2. Lokasi dan Fokus Penelitian yang mengetahui dan menangani
¾ Dinas Tenaga dan Transmigrasi masalah pekerja anak di Kota
Kota Semarang Semarang.
¾ Perempuan dan KB Bapermas
Kota Semarang PEMBAHASAN
¾ PPT SERUNI A. HASIL PENELITIAN
3. Sumber Data
Sumber data menggunakan sumber implementasi kebijakan penanggulangan
data primer dan sumber data pekerja anak di kota semarang untuk
sekunder. menjadikan kota semarang menjadi kota
Dalam penelitian kualitatif ini, layak anak dikemudian hari. Serta
penulis menentukan informan menyelamatkan hak-hak anak yang telah
menggunakan teknik Accidental hilang. Masa-masa anak sangat
sampling adalah teknik dimana mempengaruhi mental generasi penerus
subyek dipilih karena aksesibilitas negera Indonesia dikemudian hari.
nyaman dan kedekatan mereka
Implementasi kebijakan
kepada peneliti. Peneliti tidak
mempunyai pertimbangan lain Implementasi menurut Buku Leo Agustino
kecuali berdasarkan kemudahan saja yang dipakai didalam penelitian ini adalah
suatu kegiatan atau proses yang dilakukan
4. Tehnik pengumpul data
untuk pencapaian telaksananya suatu
Tehnik analisis data menggunakan
kebijakan yang dapat diambil point-pointnya
¾ Observasi meliputi tersedianya aktor pelaksana,
Teknik pengumpulan data dengan manfaat dari adanya implementasi
melakukan pengamatan langsung penanggulangan pekerja anak, dan ketepatan
terhadap objek penelitian yaitu dari sasaran kebijakan.
pekerja anak di Kota Semarang,
1. Ketepatan Kesesuaian Kebijakan
artinya pengamat atau peneliti berada
ditempat terjadinya fenomena yang Ketepatan kebijakan. Dinilai dari sejauh
diamati mana kebijakan yang ada telah bermuatan
hal-hal yang memang memecahkan masalah
yang hendak dipecahkan seberapa jauh
kebijakan itu ditetapkan, selama ini masih banyaknya pekerja anak di sudut-
sudahkah mencapai tujuan atau berhasil sudut Kota Semarang.
dalam proses penanggulangan pekerja anak
di Kota Semarang ini. Dengan adanya 4. Standar dan sasaran kebijakan
keepatan sasaran kebijakan ini implementasi
Kinerja implementasi kebijakan dapat
penanggulangan pekerja anak dapat dinilai
diukur tingkat keberhasilannya jika-dan-
berdasarkan sasarannya apakah sudah
hanya-jika ukuran dan tujuan dari kebijakan
mencapai harapan yang telah ditentukan
memang realistic dengan sosio-kultur yang
pada proses penyelenggaraanya. Dari total
mengada di level pelaksana kebijakan.
177 kelurahan yang ada di Kota Semarang
Ketika ukuran kebijakan atau tujuan
hanya 35 kelurahan yang terdata pekerja
kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan di
anak. Pendataan yang hanya mencakup 35
level warga, maka agak sulit memang
kelurahan dari 177 kelurahan yang ada di
merealisasikan kebijakan publik hingga titik
Kota Semarang tersisa 142 kelurahan yang
yang dapat dikatakan berhasil. Sulit
belum terdata pekerja anak.
menemukan sasaran kebijakan pekerja anak,
2. Ketepatan pelaksanaan terutama pekerja anak di sektor formal
karena perusahaan-perusahaan yang
Ketepatan pelaksanaan aktor implementasi memekerjakan pekerja anak dibawah umur
kebijakan tidaklah hanya pemerintah. Ada terkesan menutup-nutupi adanya pekerja
tiga lembaga yang dapat menjadi pelaksana, anak. Perusahaan-perusahaan di Kota
yaitu pemerintah, kerjasama antara Semarang sendiri yang biasa memekerjakan
pemerintah-masyarakat / swasta, atau pekerja anak di bawah umur biasanya
implementasi kebijakan yang diswastakan. perusahaan.
Menyampaikan aktor pelaksana ini sangat
penting didalam tercapainya implementasi 5. Sumber daya.
yang baik terhadap penerima kebijakan itu
Keberhasilan proses implementasi kebijakan
sendiri dengan melakukan koordinasi dari
sangat tergantung dan kemampuan
pelaksana kebijakan dan penerima kebijakan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia.
aktor pelaksana ini bukan saja berupa barang
Manusia merupakan sumberdaya yang
namun bisa juga berupa program-program
terpenting dalam menentukan suatu
yang telah ditetapkan. Dengan koordinasi
keberhasilan proses implementasi. Tahap-
dilakukan antara Bapermas dan LSM-LSM
tahap tertentu dari keseluruhan proses
terkait dalam kebijakan penanggulangan
implementasi menuntut adanya sumberdaya
pekerja anak di Kota Semarang.
manusia yang berkualitas sesuai dengan
3. Tipe Manfaat pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan
yang telah ditetapkan secara politik. Ketika
Menunjukkan atau menjelaskan bahwa kompetensi dan kapabilitas dan sumber-
dalam suatu kebijakan harus terdapat sumber daya itu nihil maka kinerja
beberapa jenis manfaat yang menunjukkan kebijakan publik sangat sulit untuk
dampak positif yang dihasilkan oleh diharapkan. Pemerintah Kota Semarang
pengimplementasian kebijakan yang hendak belom menerapkan Anggaran Responsif
dilaksanakan. Manfaat dari kebijakan Gender adalah sebuah kerangka kerja atau
tersebut belum sepenuhnya dirasakan oleh alat analisis kebijakan anggaran dalam
pekerja anak sendiri. Kebijakan yang tidak kesetaraan gender, hal ini berarti pada saat
berjalan secara kontinyu yang membuat penyusunan sudah ditentukan sasaran dan
kegiatan yang mempertimbangkan a) Ketepatan / kesesuaian kebijakan :
perspektif gender dan analisis gender. ketepatan / kesesuaian kebijakan
penanggulangan pekerja anak di Kota
6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik Semarang belum berjalan dengan baik,
walaupun Kota Semarang ditetapkan
Lingkungan sangat mempengaruhi
sebagai Kota Layak Anak. Masih
keberhasilan pelaksanaan kebijakan, adanya
banyak program yang diberikan tidak
kondisi lingkungan yang kondusif
sesuai dengan harapan yang telah
memungkinkan implementasi kebijakan
ditentukan, dimana program tersebut
berjalan lancar dan terkendali. Kondisi
cendrung menghabiskan anggaran
lingkungan lain seperti kondisi nilai budaya
tanpa terealisasi dengan baik dalam
masyarakat juga sangat mempengaruhi
implementasi dilapangan.
keberhasilan pelaksanaan implementasi
kebijakan tentang penanggulangan pekerja b) Ketepatan pelaksanaan: dalam
anak. Kondisi nilai budaya masyarakat pelaksanan kebijakan penanggulangan
muncul dari pola pikir masyarakat pada pekerja anak di Kota Semarang aktor-
jaman dahulu, bahwa anak merupakan aktor yang dalam hal ini adalah
tempat bergantung dihari tua. SKPD-SKPD (Satuan Kerja
Perangakat Daerah) Kota Semarang
PENUTUP
dalam pelaksanaan kebijakan
A. KESIMPULAN
penanggulangan pekerja anak masih
Implementasi kebijakan penanggulangan
berjalan sendiri-sendiri.
pekerja anak ini adalah sebuah kebijakan
yang dibuat guna menyelamatkan hak-hak c) Tipe manfaat dari adanya
anak akibat potensi eksploitasi terhadap implementasi kebijakan
anak semakin besar dan maraknya anak penanggulangan pekerja anak :
dipekerjakan karena dijadikan sumber masih banyak kekurangan
pendapatan keluarga. penyelenggaraan kebijakan tentang
penanggulangan pekerja anak, hal ini
Faktor-faktor yang mempengruhi
dilihat dari minimnyamanfaat yang
implementasi
diterima. Manfaat ini harusnya
Proses implementasi adalah merupakan dirasakan oleh anak-anak agar bakat,
suatu kegiatan atau proses pelaksanaan minat, dan keterampilan anak bisa
kebijakan oleh aparatur pelaksana birokrasi tersalurkan dengan baik.
untuk mewujudkan apa yang hendak dicapai
d) Standar dan sasaran kebijakan :
dengan kebijakan meiputi ketepatan sasaran
faktor ini mempengaruhi keberhasilan
kebijakan, tersedianya aktor pelaksana dan
kebijakan yang akan dilakukan,
dampak adanya implementasi tersebut.
sulitnya menentukan sasaran kebijakan
Munculnya kebijakan penanggulangan penanggulangan pekerja anak di Kota
pekerja anak merupakan upaya pemerintah Semarang khususnya di sektor formal.
daerah Kota Semarang dalam pemenuhan Pemerintah Kota Semarang perlu
hak-hak anak dan upaya perlindungan membuat kebijakan yang tepat sasaran
terhadap anak, terlebih mengenai tenaga tentang penanggulangan pekerja anak.
kerja anak dapat ditarik kesimpulan sebagai e) Sumber daya : faktor ini
berikut mempengaruhi keberhasilan kebijakan
yang akan dilakukan, faktor sumber
daya seperti anggaran. Anggaran penanggulangan pekerja anak,
menjadi kendala karena dalam pemerintah Daerah Kota Semarang
penanggulangan pekerja anak di Kota perlu menghidupkan kembali sanggar-
Semarang hanya dilakukan apabila ada sanggar anak agar anak bisa
anggaran dari pemerintah daerah saja. menyalurkan bakat dan minatnya
Hal ini mengakibatkan pendataan dalam pengembangan minat dan bakat.
tentang pekerja anak tidak dilakukan Serta memberikan pelatihan bagi
secara kontinyu. anak-anak ( reparasi ponsel, kursus
f) Lingkungan sosial, ekonomi, dan memasak, kursus menjahit ).
politik : faktor ini mempengaruhi Mendapatkan pendidikan , kesehatan
keberhasilan pelaksanaan kebijakan, dan kehidupan yang layak menjadi hak
hal ini dilihat dari kondisi sosial bagi seluruh warga Indonesia terutama
pekerja anak. Kondisi sosial dari bagi anak usia sekolah.
keluarga dan kondisi perekonomian
suatu keluarga. d) Standar dan sasaran kebijakan,
F. SARAN Kota Semarang telah di bentuk forum
anak tingkat kota dengan Surat
a) Ketepatan / kesesuaian kebijakan, Keputusan Walikota Semarang
perlu adanya perda untuk pemenuhan no.463/000279 Tentang pembentukan
hak-hak anak berdasarkan KHA. forum anak Kota Semarang ( FASE ).
Dalam penanggulangan pekerja anak Untuk tingkat kecamatan, sudah ada
perlu kebijakan dari pemerintah 16 forum anak di 16 kecamatan yang
daerah yang bersifat continue, ada. Pemerintah Kota Semarang juga
sehingga penanggulangan pekerja melibatkan LSM Pemerhati anak yaitu
anak berjalan dengan baik dan KOMPASS. Pembentukan Forum
berangsur-angsur pekerja anak Anak untuk mewujudkan generasi
berkurang. muda yang berprestasi, bertanggung
jawab dan mampu mengapresiasikan
b) Ketepatan pelaksanaan , dalam potensi yang dimiliki serta berguna
penanggulangan pekerja anak perlu bagi diri sendiri dan masyarakat.
adanya kerja sama antara SKPD e) Sumber daya, pengawasan pekerja
sehingga kebijakan penanggulangan anak dan sektor informal yang
pekerja anak dapat terselesaikan. mempekerjakan anak. Adanya peran
Peran LSM dalam memperluas serta pemerintah, lembaga swadaya
jangkauan pelayanan PPT seruni agar dan masyarakat dalam pengawasan
menjangkau semua korban pekerja pekerja anak di Kota Semarang.
anak dan korban kekerasan di Kota Pemerintah daerah Kota Semarang
Semarang dapat diminimalisir. mulai saat ini sudah harus
Pemerintah daerah Kota Semarang merumuskan anggaran guna
perlu membentuk PPT seruni dan kelangsungang kebijakan
PPTK di 6 Kecamatan di Kota penganggulangan pekerja anak dengan
Semarang serta Membentuk 111 posko system responsive gender. Hal ini
PPA di 9 kecamatan di Kota dimaksudkan untuk lebih spesifiknya
Semarang. anggaran yang digunakan, sehingga
tepat sasaran dan anggaran yang
c) Tipe manfaat dari adanya
digunakan tidak sia-sia.
implementasi kebijakan
f) Lingkungan sosial, ekonomi, dan Perlindungan Anak dan Perspektif
politik, bantuan permodalan usaha dan Konvensi Hak- hak Anak, Citra
kerja bagi pekerja anak di Kota Aditya Bakti, Bandung
Semarang untuk keluarga pekerja anak
sehingga dapat meningkatkan Winarno, Budi, 2002, Kebijakan publik :
perekonomian keluarga pekerja anak teori dan Proses, Yogyakarta :
tanpa menjadi pekerja anak. Media Pressindo.
Pemerintah Daerah Kota Semarang
perlu membangun rintisan untuk Sofian, Ahmad, S.H, M.A. 2012.
sekolah ramah anak. Perlindungan Anak di Indonesia
Dilema dan Solusinya, PT.
DAFTAR PUSTAKA SOFMEDIA, Jakarta.

Agustino, Leo, 2008, Dasar-dasar Kebijakan


Publik, cv AlfaBeta, Bandung.
Muhammad Joni dan Zulechaina Z,
Tanamas 1999. Aspek Hukum

Anda mungkin juga menyukai