Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN

DASAR MANUSIA AMAN NYAMAN (NYERI)

Disusun Oleh :

YANU TRIANA NADHIFA


NIM. 202102040020

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN
PEKALONGAN 2021
A. Pengertian

Menurut koziar (2011), mengatakan bahwa keamanan adalah keadaan

bebas dari segalah fisik fisiologis yang merupakan kebutuhan dasar manusia

yang harus dipenuhi, serta dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Sedangkan

kenyamanan sebagai suatu keadaan terpenuhi kebutuhan dasar manusia

meliputi kebutuhan akan ketentraman, kepuasan, kelegaan dan tersedia.

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan

bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat Alimul

Aziz, 2011).

B. Anatomi dan Fisiologi

Fisiologi nyeri merupakan alur terjadinya nyeri dalam tubuh. Rasa

nyeri merupakan sebuah mekanisme yang terjadi dalam tubuh, yang

melibatkan fungsi organ tubuh, terutama sistem saraf sebagai reseptor rasa

nyeri. Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima

rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah

ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat

yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,

secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada

juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya,

nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada


kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral,

karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki

sensasi yang berbeda. Tahapan fisiologi nyeri

1. Transduksi

Pada fase transduksi, stimulus atau rangsangan yang membahayakan (mis:

bahan kimia, suhu, listrik, atau mekanis) memicu pelepasan mediator

biokimia (mis: prostaglandin, bradikinin, histamine, substansi P) yang

mensensitisasi nosiseptor.

2. Transmisi

Nyeri merambat dari serabut saraf perifer (serabut A-delta dan serabut C)

ke medula spinalis, transmisi nyeri dari medula spinalis ke batang otak

dan thalamus melalui jaras spinotalamikus (STT) -> mengenal sifat dan

lokasi nyeri, Impuls nyeri diteruskan ke korteks sensorik motorik, tempat

nyeri di persepsikan.

3. Persepsi

Tahap kesadaran individu akan adanya nyeri, memunculkan berbagai

strategi perilaku kognitif utk mengurangi kompenen sensorik dan afektif

nyeri.

4. Modulasi

Disebut juga tahap desenden, fase ini neuron di batang otak mengirim

sinyal-sinyal kembali ke medula spinalis, Serabut desenden itu

melepaskan substansi (opioid, serotonin, dan norepinefrin) yg akan


menghambat impuls asenden yg membahayakan di bagian dorsal medula

spinalis

C. Tinjauan Medis

1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di

abdomen

2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal

3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya

4. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang

pecah di otak

D. Faktor yang mempengaruhi

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh beberapa hal, di

antaranya adalah:

1. Arti Nyeri

Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian

arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti

membahayakan,merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi

lingkungan dan pengalaman.

2. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektifdari

seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan perawat tidak mampu

merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.


3. Toleransi Nyeri

Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat

mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang

dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain

alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau garakan, pengalihan

perhatian,kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangkan faktor

yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa

marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung tidak hilang, sakit, dan lain-

lain.

4. Reaksi terhadap Nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk responseseorang terhadap

nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit.

Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi

oleh beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi

nyeri,pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan

fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.

E. Mekanisme

Penggolongan nyeri yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan

satu dimensi yaitu berdasarkan patofisiologi (nosiseptif vs neuropatik)

ataupun berdasarkan durasinya (nyeri akut vs kronik).

1. Nosiseptik vs Neuropatik
Berdasarkan patofisiologinya nyeri dibagi menjadi nyeri nosiseptik

dan nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang disebabkan oleh

adanya stimuli noksius (trauma, penyakit atau proses radang). Dapat

diklasifikasikan menjadi nyeri viseral, bila berasal dari rangsangan pada

organ viseral, atau nyeri somatik, bila berasal dari jaringan seperti kulit,

otot, tulang atau sendi. Nyeri somatik sendiri dapat diklasifikasikan

menjadi dua yaitu superfisial (dari kulit) dan dalam (dari yang lain). Pada

nyeri nosiseptik system saraf nyeri berfungsi secara normal, secara umum

ada hubungan yang jelas antara persepsi dan intensitas stimuli dan

nyerinya mengindikasikan kerusakan jaringan. Perbedaan yang terjadi dari

bagaimana stimuli diproses melalui tipe jaringan menyebabkan timbulnya

perbedaan karakteristik. Sebagai contoh nyeri somatik superfisial

digambarkan sebagai sensasi tajam dengan lokasi yang jelas, atau rasa

terbakar. Nyeri somatik dalam digambarkan sebagai sensasi tumpul yang

difus. Sedang nyeri viseral digambarkan sebagai sensasi cramping dalam

yang sering disertai nyeri alih (nyerinya pada daerah lain).

Nyeri neuropatik adalah nyeri dengan impuls yang berasal dari adanya

kerusakan atau disfungsi dari sistim saraf baik perifer atau pusat.

Penyebabnya adalah trauma, radang, penyakit metabolik (diabetes

mellitus, DM), infeksi (herpes zooster), tumor, toksin, dan penyakit

neurologis primer. Dapat dikategorikan berdasarkan sumber atau letak

terjadinya gangguan utama yaitu sentral dan perifer. Dapat juga dibagi

menjadi peripheral mononeuropathy dan polyneuropathy, deafferentation


pain, sympathetically maintained pain, dan central pain. Nyeri neuropatik

sering dikatakan nyeri yang patologis karena tidak bertujuan atau tidak

jelas kerusakan organnya. Kondisi kronik dapat terjadi bila terjadi

perubahan patofisiologis yang menetap setelah penyebab utama nyeri

hilang. Sensitisasi berperan dalam proses ini. Walaupun proses sensitisasi

sentral akan berhenti bila tidak ada sinyal stimuli noksius, namun cedera

saraf dapat membuat perubahan di SSP yang menetap. Sensitisasi

menjelaskan mengapa pada nyeri neuropatik memberikan gejala

hiperalgesia, alodinia ataupun nyeri yang persisten. Nyeri neuropatik

dapat bersifat terus menerus atau episodik dan digambarkan dalam banyak

gambaran seperti rasa terbakar, tertusuk, shooting, seperti kejutan listrik,

pukulan, remasan, spasme atau dingin. Beberapa hal yang mungkin

berpengaruh pada terjadinya nyeri neuropatik yaitu sensitisasi perifer,

timbulnya aktifitas listrik ektopik secara spontan, sensitisasi sentral,

reorganisasi struktur, adanya proses disinhibisi sentral, dimana mekanisme

inhibisi dari sentral yang normal menghilang, serta terjadinya gangguan

pada koneksi neural, dimana serabut saraf membuat koneksi yang lebih

luas dari yang normal.

2. Akut vs Kronik

Nyeri akut diartikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang

kompleks berkaitan dengan sensorik, kognitif dan emosional yang

berkaitan dengan trauma jaringan, proses penyakit, atau fungsi abnormal

dari otot atau organ visera. Nyeri akut berperan sebagai alarm protektif
terhadap cedera jaringan. Reflek protektif (reflek menjauhi sumber

stimuli, spasme otot, dan respon autonom) sering mengikuti nyeri akut.

Secara patofisiologi yang mendasari dapat berupa nyeri nosiseptif ataupun

nyeri neuropatik.

Nyeri kronik diartikan sebagai nyeri yang menetap melebihi proses

yang terjadi akibat penyakitnya atau melebihi waktu yang dibutuhkan

untuk penyembuhan, biasanya 1 atau 6 bulan, dengan kesulitan

ditemukannya patologi yang dapat menjelaskan tentang adanya nyeri atau

tentang mengapa nyeri tersebut masih dirasakan setelah proses

penyembuhan selesai. Nyeri kronik juga diartikan sebagai nyeri yang

menetap yang mengganggu tidur dan kehidupan sehari-hari, tidak

memiliki fungsi protektif, serta menurunkan kesehatan dan fungsional

seseorang. Penyebabnya bermacam-macam dan dipengaruhi oleh factor

multidimensi, bahkan pada beberapa kasus dapat timbul tanpa penyebab

yang jelas. Nyeri kronik dapat berupa nyeri nosiseptif atau nyeri

neuropatik ataupun keduanya. Nyeri kronik sering di bagi menjadi nyeri

kanker (pain associated with cancer) dan nyeri bukan kanker (chronic non-

cancer pain, CNCP). Banyak ahli yang berpendapat bahwa nyeri kanker

diklasifikasi terpisah karena komponen akut dan kronik yang dimilikinya,

etiologinya yang sangat beragam, dan berbeda dalam secara signifikan

dari CNCP baik dari segi waktu, patologi dan strategi penatalaksanaannya.

Nyeri kanker ini disebabkan oleh banyak faktor yaitu karena penyakitnya

sendiri (invasi tumor ke jaringan lain, efek kompresi atau invasi ke saraf
atau pembuluh darah, obstruksi organ, infeksi ataupun radang yang

ditimbulkan), atau karena prosedur diagnostik atau terapi (biopsy, post

operasi, efek toksik dari kemoterapi atau radioterapi).

F. Keluhan-keluhan yang sering muncul

1. Mengeluh nyeri.

2. Merasa depresi atau tertekan

3. Merasa takut mengalami cedera berulang.

4. Gangguam pola tidur

5. Posisi menghindari nyeri

6. Gerakan menghindari nyeri

7. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)

8. Perubahan nafsu makan

9. Tekanan darah meningkat

10. Pernafasan meningkat

11. Frekuensi nadi meningkat.

12. Tidak mampu menuntaskan aktivitas.

G. Pengakajian Keperwatan

1. Pengumpulan Data

a. Perilaku non verbal

Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain ekspresi

wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.

b. Kualitas

Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.

Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.


c. Faktor presipitasi

Beberapa faktor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara

lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.

d. Intensitas

Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau dapat

menggunakan skala dari 0-10.

2. Keluhan utama

Keluhan yang paling dirasakan

klien Klien mengatakan nyeri :

a) P (Paliatif) : Faktor yang mempengaruhi gawat atau

ringannya nyeri
b) Q (Qualitatif) : Seperti apa, tajam, tumpul, atau tersayat

c) R (Regio) : Daerah perjalan nyeri

d) S (Severe) : Keparahan atau intensitas nyeri

e) T (Time) : Lama waktu serangan atau frekuensi nyeri

3. Pemeriksaan fisik

1) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, pernafasan

2) Perilaku : Meletakkan tangan di paha, tungkai, dan paha flexi

3) Expresi wajah : meringis kesakitan

H. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Nyeri akut b.d agen cidera kimiawi, fisiologis, dan fisik


b. Nyeri kronis b.d gangguan fungsi metabolik, gangguan imunitas,

kerusakan sistem syaraf, kondisi muskuloskeletal kronis, penekanan

syaraf.
I. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Penjelasan Intervensi
Tujuan Rasional
keperawatan keilmuan keperawatan
Nyeri akut Pengalama Setelah - identifikasi - untuk
n dilakukan lokasi, mengetahui
sensorik tindakan karakteristik, krakteristik
atau keperawata durasi, nyeri
emosional n frekuensi, - menentuk
yang diharapkan kualitas, an tindakan
berhubunga nyeri skala, keperawatan
n dengan dan yang tepat
pasien
kerusakan -memberikan
berkurang intensitas
jaringan rasa nyaman
dengan nyeri
aktual dan aman untuk
kriteria -identifikasi
atau mengurangu
hasil : faktor
fungsional nyeri
-mampu
dengan yang - memba
mengint
onset memperberat ntu pasien
rol nyeri
mendadak dan dan
-
atau memperingan keluarga
kemampua
nyeri dalam
lambat dan n
-berikan memberikan
berintensita mengenali
Teknik terapi
s ringan penyebab
relaksasi mengurangi
hingga nyeri
untuk nyeri
berat -
mengurangi
kemampua
yang rasa nyeri
n
berlangsun -ajarkan
menggunak
g kurang 3 pasien dan
a n teknik
bulan keluarga
non
untuk
farmakolog
pemberian
is tindakan non
farmakologis
secara mandiri
Nyeri kronis Pengalaman Setelah indentifikasi - Untuk
sensorik dilakuk lokasi mengetahui
atau an intensitas status nyeri
emosional tindaka nyeri klien
yang n sebagai bahan
keperawatan
berhubunga diharapkan - memberik pertimbang
n dengan klien an teknis an
kerusakan non intervensi
tidak
jaringan farmakologi berikutnya.
mengalami
aktual untuk
nyeri
mengurangi - Untuk
atau
kronis rasa nyeri mengalihkan
fungsional.
dengan dengan rasa nyeri pada

kriteria kompres pasien.

hasil : hangat

-mampu - Untuk

mengatasi - ajarkan menghind

tingkat nyeri teknik non ari cedera

-mampu farmakologis pada

mengontrol untuk pasien.

tingkat nyeri menguragi


rasa nyeri

-kalaborasi
pemberian

anal getik jika


perlu
Daftar Pustaka

Hidayat A. 2011. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1. Jakarta: Salemba


Medika.

Ackley,B.J.,Ladwig,. G.B., & Makic, M.B.F. 2017. Nursing Diagnosis Handbook.


An Evidence-Based Guide to Planning Care. 11th Ed. St. Louis : Elsevier.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
; Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI

Tamsuri A. 2011. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Koziar, (2010). Fundalmental Of Nursing Concepts and Process7. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai