Anda di halaman 1dari 13

TUGAS (2) ELEMEN MESIN II

GOODMAN OCTAVIANUS (172110099)

1. Pengertian Mechanichal Properties !


Jawaban : Mechanichal Properties atau Sifat Mekanik material, merupakan
salah satu faktor terpenting yang mendasari pemilihan bahan dalam suatu
perancangan. Sifat mekanik dapat diartikan sebagai
respon atau perilaku material terhadap pembebanan yang diberikan, dapat
berupa gaya, torsi atau gabungan keduanya. Dalam prakteknya pembebanan
pada material terbagi dua yaitu beban statik dan beban dinamik. Perbedaan
antara keduanya hanya pada fungsi waktu dimana beban statik tidak
dipengaruhi oleh fungsi waktu sedangkan beban dinamik dipengaruhi oleh
fungsi waktu. Untuk mendapatkan sifat mekanik material, biasanya
dilakukan pengujian mekanik. Pengujian mekanik pada dasarnya bersifat
merusak (destructive test), dari pengujian tersebut akan dihasilkan kurva
atau data yang mencirikan keadaan dari material tersebut.
Setiap material yang diuji dibuat dalam bentuk sampel kecil atau spesimen.
Spesimen pengujian dapat mewakili seluruh material apabila berasal dari
jenis, komposisi dan perlakuan yang sama. Pengujian yang tepat hanya
didapatkan pada material uji yang memenuhi aspek ketepatan pengukuran,
kemampuan mesin, kualitas atau jumlah cacat pada material dan ketelitian
dalam membuat spesimen. Sifat mekanik tersebut meliputi antara lain:
kekuatan tarik, ketangguhan, kelenturan, keuletan, kekerasan, ketahanan aus,
kekuatan impak, kekuatan mulur,
Sifar-sifat mekanik material yang perlu diperhatikan:
 Tegangan yaitu gaya diserap oleh material selama berdeformasi
persatuan luas. Tegangan yang didapatkan dari kurva tegangan
teoritik adalah tegangan yang membujur rata-rata dari pengujian tarik.
Tegangan tersebut diperoleh dengan cara membagi beban dengan luas
awal penampang lintang benda uji itu.
σ = P / Ao
 Regangan yaitu besar deformasi persatuan luas. Regangan yang
didapatkan adalah regangan linear rata-rata, yang diperoleh dengan
cara membagi perpanjangan (gage length) benda uji (ƒÔ atau ƒ´L),
dengan panjang awal. e = ƒÔ/ Lo = ƒ´L/ Lo = ( L - Lo ) / Lo
 Modulus elastisitas yang menunjukkan ukuran kekuatan material.
Gradien bagian linear awal kurva tegangan-regangan adalah modulus
elastisitas atau modulus Young. Modulus elastisitas adalah ukuran
kekakuan suatu bahan. Makin besar modulus elastisitas makin kecil
regangan elastis yang dihasilkan akibat pemberian tegangan.
Modulus elastisitas dirumuskan :
E= σ /e
Modulus elastisitas biasanya diukur pada temperatur tinggi dengan
metode dinamik.
 Kekuatan yaitu besarnya tegangan untuk mendeformasi material atau
kemampuan material untuk menahan deformasi.
 Kekuatan luluh yaitu besarnya tegangan yang dibutuhkan untuk
mendeformasi plastis. Kekuatan luluh menyatakan besarnya tegangan
yang dibutuhkan tegangan yang dibutuhkan untuk berdeformasi
plastis material. Pengukuran besarnya tegangan pada saat mulai
terjadi deformasi plastis atau batas luluh, tergantung pada kepekaan
pengukuran regangan. kekuatan luluh didiefinisikan sebagai tegangan
yang diperlukan untuk menghasilkan regangan total tertentu, misalnya
e = 0,5 %.
 Kekuatan tarik adalah kekuatan maksimum yang berdasarkan pada
ukuran mula. Kekuatan tarik atau kekuatan tarik maksimum (ultimate
tensile strenght), adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai
hasil suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang
bersifat mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan material.
Kekuatan tarik adalah besarnya beban maksimum dibagi dengan luas
penampang lintang awal benda uji.
σ u = P maks / Ao
 Keuletan yaitu besar deformasi plastis sampai terjadi patah. Ukuran
keuletan dapat digunakan untuk memperkirakan kualitas suatu bahan,
walaupun tidak ada hubungan langsung antara keuletan dengan
perilaku dalam pemakaian bahan. Cara untuk menentukan keuletan
yang diperoleh dari uji tarik adalah regangan teknis pada saat patah
(ef), yang biasa disebut perpanjangan dan pengukuran luas
penampang pada patahan (q). Kedua sifat ini didapat setelah terjadi
patah, dengan cara menaruh benda uji kembali, kemudian diukur
panjang akhir benda uji (Lf) dan diameter pada patahan (Df), untuk
menghitung luas penampang patahan (Af).
ef = ( Lf – Lo ) / Lo
q = ( Ao – Af ) / Ao
 Ketangguhan yaitu besar energi yang diperlukan sampai terjadi
perpatahan. Ketangguhan adalah jumlah energi yang diserap material
sampai terjadi patah, yang dinyatakan dalam Joule. Energi yang
diserap digunakan untuk berdeformasi, mengikuti arah pembebanan
yang dialami. Untuk logam-logam ulet mempunyai kurva yang dapat
didekati dengan persamaan-persamaan berikut:
UT ≈ σ u .ef
UT ≈ (σ o + σ u ) ef / 2
UT ≈ 2/3 (σ u ) ef
 material menahan deformasi plastis local akibat penetrasi pada
permukaan.
 Kelentingan (Resilience), Kelentingan adalah kemampuan suatu
bahan untuk menyerap energi pada waktu berdeformasi secara elastis
dan kembali kebentuk awal apabila bebannya dihilangkan.
Kelentingan biasa dinyatakan sebagai modulus kelentingan, yaitu
energi regangan tiap satuan volume yang dibutuhkan untuk menekan
bahan dari tegangan nol hingga tegangan luluh. Modulus kelentingan
(Resilience Mudulus) dapat dicari dengan menggunakan persamaan.
2
U R= σo
2E

2. Macam-macam Heat Treatment :


Jawaban :
Proses laku-panas atau Heat Treatment kombinasi dari operasi pemanasan
dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam
atau paduan dalam keadaan padat, sebagai suatu upaya untuk
memperoleh sifat-sifat tertentu.
Proses heat treatmen terdiri dari 2 pendekatan:
1. Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
2. Non Equilibrium (Tidak setimbang)
Near Equilibrium (Mendekati Kesetimbangan)
Tujuan dari perlakuan panas Near Equilibrium adalah :
a. Melunakkan struktur kristal
b. Menghaluskan butir
c. Menghilangkan tegangan dalam
d. Memperbaiki machineability.
Jenis dari perlakukan panas Near Equibrium, misalnya :
 Full Annealing (annealing)
 Stress relief Annealing
 Process annealing
 Spheroidizing
 Normalizing
 Homogenizing.
Non Equilirium (Tidak setimbang)
Tujuan panas Non Equilibrium adalah untuk mendapatkan kekerasan dan
kekuatan yang lebih tinggi.
Jenis dari perlakukan panas Non Equibrium, misalnya :
 Hardening
 Martempering
 Austempering
 Surface Hardening (Carburizing, Nitriding, Cyaniding, Flame hardening,
Induction hardening).

Anealing
Anealing adalah perlakuan panas logam dengan pendinginan yang
lambat berfungsi untuk memindahkan tekanan internal atau mengurangi dan
menyuling struktur Kristal (melibatkan pemanasan di atas temperatir kritis
bagian atas).
Tahapan dari proses Anneling
 dimulai dengan memanaskan logam (paduan) sampai temperature
tertentu,
 menahan pada temperature tertentu tadi selama beberapa waktu
tertentu agar tercapai perubahan yang diinginkan
 mendinginkan logam atau paduan tadi dengan laju pendinginan yang
cukup lambat.
Jenis Anneling itu beraneka ragam, tergantung pada :
1. jenis atau kondisi benda kerja
2. temperature pemanasan
3. lamanya waktu penahanan
4. laju pendinginan (cooling rate), dll
Full annealing (annealing)
Proses perlakuan panas untuk menghasilkan perlite yang kasar (coarse
pearlite) tetapi lunak dengan pemanasan sampai austenitisasi dan
didinginkan dalam furnace. Tujuannya untuk memperbaiki ukuran butir dan
machinibility.
Pada proses full annealing ini biasanya dilakukan:
memanaskan logam sampai keatas temperature kritis
 baja hypoeutectoid , 25 C - 50 C diatas garis A3
 baja hypereutectoid 25 C - 50 C diatas garis A1
Dilanjutkan proses pendinginan yang cukup lambat (biasanya dalam furnace
atau dalam bahan yang mempunyai sifat penyekat panas yang baik).

Normalizing
• Merupakan proses perlakuan panas yang menghasilkan perlite halus
• Sifat lebih keras dan kuat dari hasil anneal.
• pendinginannya dengan menggunakan media udara
• Secara teknis prosesnya hampir sama dengan annealing :
 memanaskan logam sampai keatas temperature kritis (untuk baja
hypoeutectoid , 50 C diatas garis A3 sedang untuk baja hypereutectoid 50
Cdiatas garis Acm).
 dilanjutkan dengan pendinginan pada udara. Pendinginan ini lebih cepat
daripada pendinginan pada annealing.

Spheroidizing
• process perlakuan panas untuk menghasilkan struktur carbida berbentuk
bulat (spheroid) pada matriks ferrite.
• Tujuannya memperbaiki machinibility baja paduan Carbon tinggi.
• Secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. baja hypereutectoid yang dianneal mempunyaistruktur yang terdiri dari
pearlite yang “terbungkus” oleh jaringan cemented. Jaringan cemented
(cemented network) ini meyebabkan baja (hypereutectoid) mempunyai
machinibility rendah. Untuk memperbaikinya maka cemented network
tersebut harus dihancurkan dengan proses spheroidizing
2. Spheroidizing ini dilaksanakan dengan melakukan pemanasan sampai
disekitar temperatur A1 bawah atau sedikit dibawahnya dan ditahan dalam
waktu yang lama (sekitar 24 jam) baru kemudian didinginkan.
3. Karena berada pada temperature yang tinggi dalam waktu yang lama
maka cemented yang tadinya berbentuk plat atau lempengan itu akan hancur
menjadi bola-bola kecil (sphere) yang disebut dengan spheroidite yang
tersebar dalam matriks ferrite.

Stress relief Annealing


 Process perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa akibat
proses sebelumnya.
 Perlu diingat bahwa baja dengan kandungan karbon dibawah 0,3% C
itu tidak bisa dikeraskan dengan membuat struktur mikronya berupa
martensite.
 agar kekerasannya meningkat tetapi struktur mikronya tidak
martensite, dapat dilakukan dengan pengerjaan dingin (cold working)
tetapi perlu diingat bahwa efek dari cold working ini akan timbul yang
namanya tegangan dalam atau tegangan sisa
 untuk menghilangkan tegangan sisa ini perlu dilakukan proses Stress
relief Annealing.

Hardening
Hardening adalah perlakuan panas terhadap logam dengan sasaran
meningkatkan kekerasan alami logam. Perlakuan panas menuntut
pemanasan benda kerja menuju suhu pengerasan, jangka waktu yang
memadai pada suhu pengerasan dan pendinginan (pengejutan) berikutnya
secara cepat dengan kecepatan pendinginan kritis. Akibat pengejutan dingin
di daerah suhu pengerasan ini, dicapailah suatu keadaan paksaan bagi
struktur baja yang merangsang kekerasan ,oleh karena itu maka proses
pengerasan ini disebut pengerasan kejut.
Hardening dilakukan untuk memperoleh sifat tahan aus yang tinggi,
kekuatan dan fatigue limit/strength yang lebih baik. Kekerasan yang dapat
dicapai tergantung pada kadar karbon dalam baja dan kekerasan yang terjadi
akan tergantung pada temperature pemanasan (temperature autenitsing),
holding time dan laju pendinginan yang dilakukan serta seberapa tebal
bagian penampang yang menjadi keras banyak tergantung pada
hardenability.
Kekerasan pada kecepatan pendinginan kritis (martensit) ini diiringi
dengan kerapuhan yang besar dan tegangan pengejutan, karena itu pada
umumnya dilakukan pemanasan ulang kembali menuju suhu tertentu dengan
pendinginan lambat.

Tempering
Tempering didefinisikan sebagai proses pemanasan logam setelah
dikeraskan pada temperature tempering (di bawah suhu kritis), yang
dilanjutkan proses pendinginan. Menurut tujuannya proses tempering
dibedakan sbb :
a) Tempering pada suhu (150o – 300oC), untuk mengurangi tegangan-
tegangan kerut dan kerapuhan.
b) Tempering pada suhu (300o – 550oC), untuk menambah keuletan dan
kekerasannya sedikit berkurang.
c) Tempering pada suhu (550o – 650oC), bertujuan memberikan daya
keuletan yang besar dan sekaligus kekerasannya menjadi agak rendah.

3. Contoh soal dan penyelesain beban stress dan beban shear !


Contoh 1:
Suatu silinder berdinding tipis mendapat beban kombinasi kearah tarik dan
puntir secara bersamaan. Silinder tersebut mempunyai diameter = 400 mm
dan tebal dinding = 2 mm. Silinder menerima beban tarik sebesar 200 kN
dan beban puntir sebesar 50 kNm secara simultan.
Ditanyakan :
a) Gambar kondisi tegangan pada elemen kubus dari dinding silinder
b) Matriks tegangan pada elemen kubus tersebut
c) Tegangan utama yang bekerja pada silinder tersebut
d) Tegangan geser maksimum yang terjadi pada silinder tersebut
e) Menurut kriteria luluh Rankine, Tresca, Von Mises bagaimana kondisi
material tersebut bila material mempunyai tegangan luluh sebesar
350 MPa?
Penyelesaian :
(a) (b)
Tegangan tarik aksial sebesar 200 MPa menghasilkan distribusi tegangan yg
uniform sepanjang silinder sebesar :

200 x103
 P
x 
A  ( 400)( 2)
 79,6 MPa

Tegangan tarik tersebut bekerja pada setiap penampang seperti pd gbr (a)
Tegangan geser akibat beban puntir dihitung dengan menggunakan rumus :

 xy 
Tr
J
T = momen puntir
r = jari-jari silinder
J = momen kelembaman polar luasan silinder
Silinder dinding tipis harga J adalah :

J  2r 3t  2( 2003 )( 2)  100x106 mm4


Tegangan geser pada silinder dinding tipis :

Tr (50 x103 )(103 )( 200)


 xy    100 MPa
J 100 x106
Tegangan geser txy terlihat pada gambar (b) diatas.
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tegangan yang bekerja pada silinder
dinding tipis adalah :

a) Kondisi tegangan pada elemen kubus dari dinding silinder :

b) Matriks tegangan pada elemen kubus :

79,6 100 0
ij   100 0 0

 0 0 0

Tegangan tarik sx dan tegangan geser txy bekerja secara simultan :

c) Tegangan utama :
 maks 
 x  ( x / 2) 2  ( xy ) 2
2
79,6
  (79,6 / 2) 2  (100) 2  147,4 MPa
2

 min 
 x  ( x / 2) 2  ( xy ) 2
2
79,6
  (79,6 / 2) 2  (100) 2  67,8MPa
2
d) Tegangan geser maksimum :

 maks   
( x ) 2  ( ) 2
xy
2
79,6 2
 ( )  (100) 2  107,7 MPa
2
e) Kondisi material menurut Kriteria Luluh Rankine, Tresca dan Von
Mises :
Kriteria Tegangan Normal Maksimum (Rankine) :

Kriteria Tegangan Geser Maksimum (Tresca) :


Kriteria Von Mises :

 eq 
2
2
 x
2 2
 2 2 2 
  y    y   z    z   x   6  xy   yz   zx 2
2
1

 eq 
2
2
 79,6  2
   79,6  2
 6 100 
1

2 2

 190,62 MPa
 eq  190,62 MPa  350 MPa

Contoh 2 :
Sebuah poros berdiameter 50 mm mendapat beban tekan aksial
sebesar 200 kN dan momen puntir sebesar 2 kNm secara simultan.
Ditanyakan:
a) Tegangan utama yang bekerja pada silinder tersebut ?
b) Tegangan geser maksimum yang terjadi pada silinder tersebut ?
Penyelesaian :
Gaya tekan aksial akan menimbulkan tegangan tekan aksial sebesar :
3
200 x10
x 
1
 102MPa
 (50) 2
4
Tegangan geser yang terjadi pada bagian terluar dari poros adalah
terbesar , dihitung dengan menggunakan rumus :
 xy 
Tr
J
T = momen puntir
r = jari-jari silinder
J = momen kelembaman polar luasan silinder
Tegangan geser yang terjadi pada bagian terluar dari poros :

 xy 
Tr (2 x103 )(103 )(25)
J

 (25) / 32
4
 130MPa
Sebuah elemen pada permukaan terluar dari poros akan mempunyai
tegangan geser paling besar seperti ditunjukkan pada gambar di
bawah:

a) Tegangan utama :

x
 maks   ( x / 2)  ( xy )
2 2

2
 102
  ( 102 / 2)2  (130)2  88,6MPa
2
x
min   (  x / 2)2  (  xy )2
2
102
  ( 102 / 2)2  (130)2  191MPa
2
b) Tegangan geser maksimum :

x 2  102 2
maks   ( )  (  xy )2   ( )  (130)2  140MPa
2 2

Sumber Refrensi :

http://staff.unila.ac.id/atusi/files/2013/03/Sifat-Material.pdf
http://share.its.ac.id/pluginfile.php/2052/mod_resource/content/1/3._HEAT_TREA
TMENT.pdf
http://eprints.unpam.ac.id/6313/3/BAB%20II.pdf
https://latifmechanical.files.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai