Anda di halaman 1dari 6

 

KOMANDO PENDIDIKAN TNI ANGKATAN UDARASEKOLAH KOMANDO


KESATUANUPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEMPUR TNI
AUMELALUI APLIKASI TEKNOLOGI FLIGHT SIMULATIONPADA MASA LIMA
TAHUN MENDATANG Pendahuluan1. TNI AU sebagai
kekuatan udara Indonesia mempunyai tugas pokok diantaranyaadalah sebagai penegak
kedaulatan dan hukum di wilayah udara nasional Indonesia.Tugas penegakan kedaulatan dan
hukum di dirgantara nasional ini menjadi sangatpenting (crucial )dalam situasi kerawanan
pertahanan udara NegaraKesatuan RepublikIndonesia (NKRI) saat ini dan mendatang. Dalam
rangka pelaksanaan tugas pokok inimutlak diperlukan Kesiapan Tempur (Combat Readiness )
dan Kemampuan Tempur(Combat Capability ) yang tinggi. Kemampuan Tempur sangat
bergantung padaKesiapan Tempur yang ditentukan oleh lima elemenyakni Personel (Man ),
Alat UtamaSistem Senjata Udara ( Equipment  ), Pemeliharaan (Maintenance  ),Pelatihan
(Training )dan Keselamatan Terbang dan Kerja (Safety ) dengan penekanan pada elemen-
elemenyang terlibat langsung pada suatu pertempuran udara yang dalam konteks naskah
iniadalah profisiensi para penerbang tempur TNI A

Pembangunan kekuatan TNI AD dilaksanakan atas dasar konsep pertahanan


berbasis kemampuan (based defence capabilities), kekuatan dan gelar satuan
sehingga pembangunan kekuatan TNI AD utamanya diarahkan agar dapat
melaksanakan tugas pokoknya yaitu menegakkan kedaulatan negara, menjaga
keutuhan wilayah darat dan menyelamatkan segenap Bangsa Indonesia yang dalam
pelaksanaannya diarahkan kepada tercapainya kekuatan pokok minimum
(Minimum Essential Force), dengan sasaran tingkat kekuatan yang cukup mampu
menjamin kepentingan strategis pertahanan aspek darat

Untuk dapat mewujudkan pembangunan kekuatan TNI AD maka perlu adanya dukungan
anggaran dari pemerintah guna tercapainya pemantapan satuan yang diharapkan dengan
memiliki daya tangkal yang mampu mengatasi setiap bentuk ancaman yang mungkin timbul
dalam kurun waktu lebih kurang lima sampai dua puluh tahun ke depan.  Adapun modernisasi
Alutsista yang diharapkan secara bertahap dilaksanakan penggantian dan pengadaan senjata yang
baru sesuai dengan perkembangan teknologi dan melaksanakan pembentukan satuan baru di
setiap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya wilayah perbatasan dengan
negara lain, daerah rawan konflik, pulau-pulau terluar serta seluruh wilayah sesuai dengan luas
wilayah dan ancaman yang mungkin timbul baik dari dalam maupun dari luar.        

     Modernisasi dipandang sudah sangat mendesak, karena dengan meningkatnya intensitas dan
eskalasi ancaman, akibat perkembangan lingkungan strategis, menuntut profesionalisme TNI
Angkatan Darat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Untuk dapat meningkatkan
profesionalitas itu, prioritas kita antara lain adalah memenuhi dan melengkapi Alutsista TNI
Angkatan Darat dengan peralatan modern, bukan dengan Alutsista yang sudah tua dan usang.
 http://alutsista.net/read/10/Kiblat_Modernisasi_Militer_Indonesia_2015_2019_ke_Rusia_atau_
NATO

Modernisasi militer Indonesia yang sudah berjalan sejak era pemerintahan Presiden SBY
tampaknya akan terus dilanjutkan oleh pemerintahan baru Indonesia yang dipimpin oleh
Presiden Jokowi dan kabinetnya.Pada era pemerintahan mantan Presiden SBY, modernisasi
militer Indonesia lebih dominan dengan pembelian alutsista dari NATO dibandingkan alutsista
dari Rusia. Lalu pertanyaannya, di era pemerintahan Presiden Jokowi 2015-2019 kedepan,
modernisasi alutsista TNI akan condong ke Rusia atau NATO?

Modernisasi militer Indonesia 2015 – 2019 yang merupakan kelanjutan dari modernisasi militer
Indonesia 2009 -2014 yang sudah dijalankan oleh mantan Presiden SBY sebelumnya. Dalam
artikel penulis sebelumnya yang berjudul Alutsista terbaru TNI 2014 sudah dijabarkan alutsista-
alutsista yang dibeli oleh pemerintah Indonesia sebagai bagian modernisasi alutsista TNI 2014.
Dari daftar alutsista terbaru TNI 2014 tersebut, kebanyakan berasal dari teknologi negara NATO.
Hanya sedikit saja yang menggunakan teknologi Rusia.

Alutsista TNI terbaru 2014 yang menggunakan teknologi NATO diantaranya dari TNI AD
adalah MBT Leopard, IFV Marder, Howitzer 155mm Caesar, Helikopter Bell-412, Helikopter
Fennec, Helikopter Apache, rudal anti tank Javelin, Nlaw, dan lainnya. Sedangkan dari TNI AU
juga kebanyakan mendapat alutsista dengan teknologi NATO diantaranya T-50i Golden Eagle,
F-16 Block 25 Upgrade, C-295, C-130 H, Helikopter Cougar, dan mariam anti pertahanan udara
Skysheild 35 Mk-2. Dalam rentang 2009-2014 pun praktis hanya pesawat tempur Su-30 MK2
dan persenjataan serta simulatornya yang berasal dari teknologi Rusia.

Alutsista TNI AL 2014 juga kebanyakan menggunakan teknologi NATO, diantaranya adalah
pesawat patrol maritim CN-235 MPA, Helikopter Anti Kapal Selam Panther, Kapal Perang Light
Fregat Bung Tumo Class, dan lainnya. Untuk alutsista TNI AL 2014 yang menggunakan
teknologi Rusia adalah Tank Aphibi BMP-3F dari Rusia. Dan Kapal Cepat Rudal KCR-40 dan
KCR-60 dikabarkan menggunakan teknologi China didalamnya.

Alutsista TNI 2015 – 2019 Condong ke Mana?

Jika di pemerintahan sebelumnya, modernisasi militer Indonesia cenderung mendatangkan


alutsista dengan teknologi negara-negara NATO, maka modernisasi militer Indonesia 2015 –
2019 yang akan dijalankan pemerintah baru Indonesia ini akan condong kemana, ke teknologi
Rusia atau ke teknologi NATO? Hal ini belakangan menjadi banyak dibicarakan di media social.

Apalagi beberapa hari yang lalu, Presiden Indonesia Bapak Jokowi sudah mengumumkan
susunan cabinet yang akan membantu beliau dalam pemerintahan 5 tahun kedepan. Dalam
cabinet yang diumumkan tersebut, Presiden Jokowi menunjuk Bapak Jenderal TNI
(purnawirawan) Ryamizard Ryacudu sebagai menteri pertahanan Indonesia periode 2015 – 2019.
Dengan adanya presiden baru dan menteri pertahanan baru ini, kita mungkin bertanya-tanya
kemana arah modernisasi militer Indonesia 5 tahun kedepannya.
Namun penulis memandang, kearah manapun kecenderungan modernisasi alutsista TNI 2015 –
2019 nantinya bukan suatu masalah, asalkan bertujuan untuk membawa perubahan yang semakin
baik untuk kekuatan militer Indonesia 2015 – 2019 nantinya. Namun tentu saja, pemerintahan
baru ini tetap harus mempertimbangkan pentingnya membangun kekuatan militer Indonesia yang
terkoneksi dalam satu Network Centryc Warfare System yang tentu saja harus memilih teknologi
NATO atau teknologi Rusia.

Semoga pemerintahan baru ini memilih yang terbaik untuk kebaikan negara Indonesia
kedepannya. Sekian dari penulis, mohon maaf atas kekurangan dan jika ada kata kata yang
kurang berkenan, mohon dimaafkan. Saran dan kritik silahkan disampaikan di form komentar di
bawah ini. Salam

Indonesia sebagai negara yang berada dalam posisi yang strategis seharusnya mutlak
memiliki kekuatan militer yang setara dan seimbang dengan negara lain. Pada saat ini kondisi
perekonomian negara Indonesia mulai membaik sehingga kita sebaiknya perlu memperhatikan
kebutuhan alutsista. Dalam kondisi anggaran yang terbatas, upaya untuk membangun kekuatan
angkatan perang yang besar tentu masih jauh dari harapan. Walaupun demikian, Pemerintah
Indonesia lebih mengedepankan konsep Minimum Essential Force (MEF) dalam pembangunan
alutsista untuk menjaga pertahanan dan keamanan Indonesia.[1]
Minimum Essential Force (MEF) merupakan amanat pembangunan nasional bidang
pertahanan keamanan yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014 sesuai Peraturan Presiden
Nomor 5 Tahun 2010.[2] Langkah strategis dalam mewujudkan kekuatan pokok minimum
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertahanan Nomor 2 Tahun 2010 sebagai bagian dari postur
ideal pertahanan negara. Kepentingan utama kebijakan ini adalah untuk mengoreksi terhadap
faktor perencanaan, mekanisme penyelenggaraan dan anggaran pertahanan dan tidak
menyimpang dari sistem manajemen pengambilan keputusan pertahanan negara sesuai dengan
tataran kewenangan. Adapun unsur-unsurnya terdiri dari sumber daya manusia, materiil/alat
utama sistem senjata (Alutsista) TNI, sarana  pangkalan dan daerah latihan, industri pertahanan,
organisasi, dan anggaran. Adapun tujuannya agar dapat dijadikan pedoman bagi penyusunan
kebijakan-kebijakan terkait pembangunan postur TNI, khususnya MEF Komponen Utama.

http://www.indonesianmilitary.com/2015/01/daftar-modernisasi-alutsista-tni-2007.html 

IndonesianMilitary.com - Wakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin menyampaikan “Update”


modernisasi Alutsista TNI yang dilaksanakan dalam rangka membangun kekuatan TNI, kepada Pimpinan
Redaksi Media, Selasa (29/4) di Kantor Kemhan, Jakarta.
Wamenhan yang juga selaku Ketua High Level Committee (HLC) mengatakan pembahasan update kali ini
merupakan yang ketiga dari gelombang terakhir perkembangan modernisasi alutsista tahun 2010-2014
sebelum masuk kepada tahap terakhir menghadapi HUT TNI pada tanggal 5 Oktober yang akan datang.

Pada tahun 2014 ini juga merupakan tahun kedatangan dari pada Alutsista untuk menuju kepada
tahap akhir dari modernisasi Alutsista tahun 2010-2014 yang dilaksanakan oleh Kabinet
Indonesia Bersatu ke 2 sabagai bagian dari Renstra jangka panjang sampai tahun 2029.

http://www.indonesianmilitary.com/2015/08/alutsista-militer-indonesia-terkuat.html
Survei Global Firepower saat ini menempatkan Indonesia diurutan 12 dunia dalam hal kemampuan
alutsistanya. Data itu bisa dijadikan landasan bagi pemerintah dan pembuat kebijakan untuk
mendorong, dan memotivasi setidaknya dalam 10 tahun ke depan Indonesia bisa masuk 10 atau 3
besar dunia,” ujarnya.
Ryamizard mengaku, bersyukur ada perubahan posisi Indonesia di dunia terkait kemampuan
alutsista. Sebelumnya, Indonesia menduduki urutan ke 19 dunia, namun kini naik menjadi nomor
12 dunia.

“Insyaallah, (masuk tiga dunia) kita semua ada bahan-bahannya, seperti tembaga numpuk itu di
Papua dan yang lain-lain ada, tinggal bagaimana ada campuran dimana kita perlu belajar untuk
menggabungkan itu,” ujarnya.

Untuk mewujudkan keinginan tersebut sekaligus


meningkatkan kemampuan PT Pindad, sambung Ryamizard, pihaknya akan menggandeng
Kementerian Perindustrian.

“Tinggal sekarang itu dapat ilmunya, kita bekerja sama dengan yang lain. Kalau sudah itu tinggal
perbanyak pemasaran. Kita mau buat bom untuk Sukhoi, mau cannon dari semua meriam,
mungkin nanti termasuk Leopard, kita sudah bisa buat semua,” jelasnya.

Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini mengakui, kemampuan PT Pindad dalam
memproduksi amunisi. Menurut Ryamizard, kualitas amunisi yang diproduk Pindad sudah diakui
karena memenuhi standar internasional.

“Ini aja kita kewalahan, ada pesanan dari Arab 40 juta butir amunisi. 40 juta banyak. Kita
kewalahan, yang ada duluan aja kita jual. Kita proses satu hari sudah mencapai 600.000 peluru
produksinya. Arab kan bisa saja beli dimana-mana dia (negara) kaya, tapi dia beli di sini,”
ujarnya.

Ryamizard menilai, bila produk Pindad bisa terjual dalam jumlah besar maka roda perekonomian
akan berjalan. Untuk itu, Menhan juga akan menggandeng perusahaan lain untuk memajukan
kemampuan produk alutsista dalam negeri.

Mengenai permintaan PT Pindad untuk disediakan tempat uji coba, Ryamizard mengaku akan
mencarikannya. “Kita akan cari yang lebih luas lagi untuk tempat uji cobanya,” ucapnya.

Selain membangun kemampuan alutsista, Ryamizard juga menargetkan pembentukan 100 juta
kader bela negara di seluruh Indonesia. Sebagai tahap awal, sebanyak 47 kabupaten pada tahun
ini akan memulai perekrutan.

“Guna mewujudkan kondisi tersebut (tiga besar), Kemhan menargetkan kader bela negara 100
juta kader dengan kesadaran bela negara di 47 kabupaten/kota di bawah Kodal,” pungkas
Ryamizard.

http://www.indonesianmilitary.com/2016/01/kontrak-alutsista-tni-senilai-59.html
IndonesianMilitary.com - JAKARTA - Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI)
menandatangani Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa Secara Kolektif senilai Rp5,954 triliun.

Di antaranya meliputi Pengadaan Rantis, Sucad Rantis, Pengadaan Non-Alutsista/Senjata,


Pengadaan Munisi Kaliber Kecil, Pengadaan Munisi Khusus, Pengadaan Material Khusus,
Pengadaan Munisi Kaliber Besar, Pengadaan Senjata, Pengadaan Non Alut Alpalsus, Alkom dan
Pembangunan Sarpras Pendukung.

Acara Penandatanganan Kontrak Secara Kolektif Pengadaan Barang dan Jasa Mabes TNI tahun
anggaran 2016 dengan Mitra Penyedia Barang dan Jasa tersebut, dilakukan oleh Kepala Staf
Umum (Kasum) TNI Laksdya TNI Didit Herdiawan, mewakili Panglima TNI, bertempat di Aula
Gatot Subroto, Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (29/1/2016).

Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo dalam amanat tertulisnya yang dibacakan oleh
Kasum TNI menyampaikan bahwa Penandatanganan Kontrak Secara Kolektif antara para PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen) Satker Mabes TNI
dengan Mitra Penyedia Barang dan Jasa merupakan wujud nyata dalam mendukung kebijakan
pemerintah.

“Kontrak yang ditandatangani tersebut telah melalui proses lelang sebagaimana diatur dalam
Perpres Nomor 70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Penandatanganan
kontrak tersebut terdiri dari 389 kontrak dan sudah termasuk ketiga angkatan, untuk pengadaan
keperluan TNI diluar belanja rutin,” ujar Panglima TNI.

Lebih lanjut dikatakan bahwa, kegiatan penandatanganan kontrak ini merupakan tindak lanjut
dari kebijakan Presiden RI dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi dan percepatan
pelaksanaan anggaran 2016.

“Di lingkungan Mabes TNI sendiri kebijakan tersebut sangat terkait dengan proses pengadaan
barang dan jasa sebagai realisasi dari DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran) yang telah
diterbitkan oleh pemerintah, dengan dilaksanakannya penandatangan kontrak di awal tahun,”
tegas Panglima TNI.

Mengakhiri amanatnya, Panglima TNI mengatakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan untuk
pertama kalinya ini diharapkan dapat berlangsung secara konsisten pada masa mendatang,
sehingga dari waktu ke waktu daya serap anggaran Mabes TNI dapat meningkat secara
signifikan dan mencapai sasaran pembangunan yang telah direncanakan. “Semoga apa yang kita
upayakan pada hari ini akan memberikan manfaat bagi bangsa dan negara pada umumnya, serta
bagi TNI pada khususnya,” pungkasnya

Anda mungkin juga menyukai