Anda di halaman 1dari 10

Rodwell, PhD

PERAN BIOMEDIS untuk dianalisis adalah suatu tantangan besar yang mungkin
memerlukan beberapa teknik pemurnian secara berturutan.
Protein adalah makromolekul yang secara fisik dan fung- Berbagai pendekatan klasik memanfaatkan perbedaan
sional kompleks yang melakukan beragam peran penting. kelarutan reiatif masing-masing protein sebagai fungsi pH
Suatu jaringan protein internal, sitoskeleton (Bab 48), mem- (pengendapan isoeiektrik), polaritas (pengendapan dengan
pertahankan bentuk dan integritas fisik sel. Filamen aktin etanol atau aseton), atau konsentrasi garam (penggaraman
dan miosin membentuk perangkat kontraksi otot (Bab 48). dengan amonium sulfat). Pemisahan kromatografik
Hemogiobin mengangkut oksigen (Bab 6), sementara antibodi memisahkan molekul-molekul antara dua fase, satu dapat
dalam darah mencari benda asingyang masuk (Bab 49). Enzim bergerak dan yang lain diam. Untuk memisahkan asam
mengatalisis reaksi yang menghasilkan energi, membentuk amino atau guia, fase diam atau matriks dapat berupa
dan menguraikan biomolekul, mereplikasi dan menerjemah- selembar kertas saring (kromatografi kertas) atau lapisan
kan gen, mengoiah mRNA, dsb (Bab 7). Reseptor memung- tipis selulosa, silika, atau alumina (kromatografi lapis-tipis,
kinkan sel mengindera dan berespons terhadap rangsang hor- thin layer chromatography; TLC).
mon dan lingkungan (Bab 41 dan 42). Protein mengalami
perubahan fisik dan fungsional yang mencerminkan sikius Kromotogrqfi Kolom
hidup organisme tempat protein itu berada. Protein biasanya
"lahir" saat translasi (Bab 37), mengalami pematangan me- Kromatografi kolom protein menggunakan suatu kolom (se-
lalui pengolahan pascatranslasi misalnya proteolisis parsial bagai fase diam) yang mengandung seluiosa, akrilamid, atau
(Bab 9 dan 37),beradasecara berselang-seling dalam bentuk silika modifikasi berbentuk manik-manik kecil bulat yang
aktif dan istirahat melalui intervensi faktor-faktor
regulasi permukaannya biasanya telah dilapisi oleh gugus fungsional
(Bab 9), mengalami penuaan melalui oksidasi, deamidasi, kimia. Matrila fase diam ini berinteraksi dengan protein
dsb (Bab 51), dan mati setelah diuraikan menjadi asam-asam berdasarkan muatan, hidrofobisitas, dan sifat pengikatan-li-
amino komponennya (Bab 29). Tujuan utama iimu kedok- gannya. Suatu campuran protein dimasukkan ke dalam ko-
teran molekular adalah mengidentifikasi protein dan proses- lom dan fase cair (bergerak) tersaring melaluinya. Sebagian
proses dalam siklus hidupny^yang keberadaan, ketiadaan, kecil fase bergerak arau eluant dikumpulkan sewaktu keluar
atau defisiensinya berkaitan dengan keadaan fisiologis atau (Gambar 4-2).
penyakit tertentu (Gambar 4-1). Sekuens primer suatu pro-
tein merupakan suatu sidik-jari molekular untuk mengiden-
tifikasi dan mengetahui informasi protein yang bersangku- Kromotogrofi Portisi
tan yang kemudian dapat digunakan untuk mengidentifikasi
dan mengkloning gen (-gen) yang menyandinya. Pemisahan kromatografi kolom bergantung pada afinitas
relatif berbagai protein terhadap fase diam tertentu dan
PROTEIN & PEPTIDA HARUS terhadap fase bergerak. Ikatan antara setiap protein dan
DIMURNIKAN SEBETUM DIANALISIS matriks bersifat lemah dan sementara. Protein yang
berinteraksi lebih kuat dengan fase diam akan tertahan lebih
Untuk meneliti sifat-sifat fisik dan fungsional suatu protein lama. Lama waktu suatu protein berikatan dengan fase diam
secara rinci, diperlukan protein yang sangat murni. Sel merupakan fungsi komposisi fase diam dan bergerak. Oleh
mengandung ribuan protein yang berlainan, masing-masing karena itu, pemisahan optimal suatu protein dari protein
dengan jumlah yang sangat bervariasi. Oleh karena itu' lain dapat dicapai dengan memanipulasi komposisi kedua
isolasi suatu protein spesifik dalam iumlah yang memadai fase secara cermat.

22
BAB 4: PROTEIN: PENENTUAN STRUKTUR PRIMER 123

'
'l'q4*
(W 5
?, Fati
.-.....1> I sr{{dl -
Penoolahen
3 t1---:-::\
,.@j--f-[t t "s,.ol S)l
v"r
Gln
Val
Gln
[."*
-- IY
Asp
Phe
Asp
Phe
| 4l$rodifitcasl
Met Met zH 2e I kovalen (mie.

f ..n'*,uu*,* Mer-Asp-Phe-crn-var V il1H;i"*"'


Trp
cry t
Hi* ct,
+
Pro LYs

lle
1."F$ui;ii'.:.,
i{mitil6h}dsr;l;.i
deamideel, de- r

n*turaeJ) ,

''6,Feng
@
# .l
.........>

Gambar 4-1. Diagram siklus hidup suatu protein hipotetis. (1) Siklus hidup dimulai dengan sintesis di ribosom suatu rantai polipeptida yang
struktur primernya ditentukan oleh mRNA. (2) Seiring dengan berlanjutnya sintesis, polipeptida mulai mengalami pelipatan membentuk
konformasi aslinya (warna terang). (3) Pelipatan dapat disertai proses Iain seperti pemutusan proteolitik sekuens terdepan (leader sequence)
N{erminal (warna gelap) atau pembentukan ikatan disulfida (S S). (a) Modifikasi kovalen selanjutnya sebagai contoh akan berlekatan
dengan sebuah molekul asam lemak untuk (5) translokasi peptida yang telah dimodifikasi ini ke membran. (6) Pengikatan ke suatu efektor
alosterik (lingkaran berwarna gelap) dapat memicu adopsi konformasi yang secara kataiisis aktif. (7) Seiring dengan waktu, protein mengalami
kerusakan akibat proses kimiawi, deamidasi, atau denaturasi, dan (B) mungkin "dilabel" oleh melekatnya beberapa molekul ubikuitin (Ub)
secara kovalen. (9) Protein yang telah mengalami ubikuitinasi ini kemudian diuraikan menjadi asam-asam amino komponennya yang dapat
kembali digunakan untuk membentuk protein-protein baru.

Kromotogrofi Eksklusi Ukuron kinkan protein yang diinginkan berikatan dengan fase-diam
sedemikian kuat sehingga koefisien partisinya mendekati
Kromatografi eksklusi ukuran-atau filtrasi gel-memisahkan satu. Molekul-molekr-rl yang tidak meiekat mula-mula dielu-
protein-protein berdasarkan radius Stokes protein tersebut, si (eluted) dan dibuang. Protein kemudian secara sekuensial
yaitu garis tengah bola yang ditempati protein ini sewaktu dibebaskan dengan mengganggu gaya-gaya yang menstabil-
masuk dalam larutan. Radius Stokes adalah fungsi dari kan kompleks fase diam-protein, terutama dengan menggu-
massa dan bentuk molekul. Protein berbentuk memanjang nakan gradien konsentrasi garam. Komposisi fase bergerak
menempati volume yang lebih besar dibandingkan protein diubah secara bertahap sedemikian sehingga molekul dibe-
bulat dengan massa setara. Kromatografi eksklusi ukuran baskan secara selektif sesuai urutan penurunan afinitasnya
menggunakan manik-manik berpori (Gambar 4-3). Pori-pori terhadap lase diam.
ini analog dengan indentasi (cekungan) di tepi sungai. Sewaktu
obyek bergerak ke arah hilir, obyek yang masuk ke cekungan
Kromotogrofi Pertukorqn lon
akan tertahan sampai obyek tersebut mengalir balik ke arus
utama. Demikian juga, protein dengan radius Stokes yang Pada kromatografi pertukaran ion, protein-protein berinte-
terlalu besar untuk masuk ke pori (protein yang tereksklusi) raksi dengan fase diam melalui interaksi antarmuatan. Pro-
tetap berada dalam fase bergerak yang mengalir dan muncul tein dengan muatan positif netto pada pH tertentu melekat
di depan protein yang dapat memasuki pori (protein yang pada manik-manik dengan gugus fungsional bermuatan ne-
terinklusi). Oleh karena itu, protein muncul dari kolom filtrasi gatif, misalnya karboksilat atau suifat (penukar kation). De-
gel sesuai urutan penurunan radius Stokesnya. mikian juga, protein dengan muatan negatif netto melekat
pada manik-manik dengan gugus fungsional bermuatan po-
Kromotogrofi Absorpsi sitif, biasanya amin tersier atau kuaterner (penukar anion).
Pada kromatografi absorpsi, campuran protein dimasukkan Protein yang bersifat polianion, bersaing dengan ion-ion
ke suatu kolom yang berada dalam kondisi yang memung- monovalen untuk berikatan dengan fase diam sehinggga
24 / BAGIAN l: STRUKTUR & FUNGSI PROTEIN & ENZIM

yang disalurkan karena gravitasi atau


Gambar 4-2. Komponen perangkat kromatografi cair sederhana. R: Reservoar cairan fase bergerak,
menggunakan pompa. t: Kolom kaia atau plastik yang mengandung fase diam. F: Kolektor fraksi untuk mengumpulkan bagian-
dengan
bagiun, yang Jisebut fraksi, cairan pengelusi di tabung{abung reaksi terpisah'

muncul istiiah "pertukaran ion." Sebagai Contoh, protein fase diam yang teiah dilapisi oleh gugus hidrofobik (mis'
mengikat dietilaminoetil (DEAE) selulosa dengan meng- fenil Sepharose, oktil Sepharose). Protein dengan permu-
ganti ion pesaing (biasanya Cl- atau CH3COOJ yang me- kaan hiJrofobik terpajan akan melekat pada matriks meialui
netralkan amin berproton. Protein yang terikat akan digeser interaksi hidrofobik yang meningkat jika digunakan fase
secara selektif dengan peningkatan bertahap konsentrasi ion bergerak dengan kekuatan ionik tinggi. Protein yang tidak
monovalen dalam fase bergerak. Kekuatan protein untuk -.Lk", akan terbilas. Polaritas fase bergerak kemudian ditu-
mengelusi berbanding terbalik terhadap kekuatan interaksi- runkan secara bertahap dengan mengurangi konsentrasi ga-
nya dengan fase diam. ram. Jika interaksi antara protein dan fase-diam sangat kuat'
Karena muatan netto pada suatu protein ditentukan dapat ditambahkan etanol atau gliserol ke fase bergerak un-
oleh pH (lihat Bab 3), eiusi sekuensial protein dapat dicapai ,rrL -.nr'rr.,nkan polaritasnya dan semakin memperlemah
dengan mengubah pH fase bergerak. Alternatifnya, suatu interaksi hidrofobik.
pto,.itt dapat menjalani kromatografi pertukaran ion ber-
i.rrrrt"r, beberapa kali, masing-masing pada pH yang ber- Kromotogrofi Afinilos
beda, sedemikian rupa sehingga protein yang ber-ko-elusi
Kromatografi afinitas memanfaatkan tingginya selektivitas
pada satu pH akan mengelusi pada konsentrasi garam yang
kebanyakan protein terhadap ligannya' Enzim dapat
berbeda dan pada pH yang lain.
dimurnikan dengan kromatografi afinitas dengan
menggunakan substrat, produk, koenzim, atau inhibitor
Kromotogrqfi Interoksi Hidrofobik yang telah diimobilisasi. Secara teoretis, hanya protein yang
Kromatografi interaksi hidrofobik memisahkan protein ber- t..int.r"kri dengan ligan yang telah diimobilisasi akan
dasarkan Lcenderungannya berikatan dengan suatu matriks melekat. Protein yang terikat kemudian dapat dielusi melalui
BAB 4: PROTEIN: PENENTUAN STRUKTUR PRIMER /2s

Gambar 4-3. Kromatografi eksklusi ukuran. A: Campuran molekul-molekul besar (kotak) dan molekul kecil (lingkaran) dimasukkan ke bagian
atas suatu kolom filtrasi gel. B: Saat memasuki kolom, molekul kecil memasuki pori di matriks fase-diam, sedangkan molekul besar tidak
demikian. C: Sewaktu fase bergerak mengalir ke bawah kolom, molekul besar akan ikut mengalir, sedangkan molekul kecil, yang secara
temporer terlindung dari aliran ketika berada di dalam pori, semakin jauh tertinggal di belakang.

kompetisi dengan ligan larut atau yang kurang selektif menggunakan gradien pelarut organik yang dapat bercampur
melalui pemutusan interaksi protein-ligan menggunakan dengan air, misalnya asetonitril atau metanol.
urea, guanidin hidroklorida, pH yang sedikit asam, atau
konsentrasi garam yang tinggi. Matriks fase-diam yang Kemurniqn Protein Dinilqi
tersedia di pasaran mengandung ligan, seperti NAD- atau oleh Elektroforesis Gel Poliokrilomid
analog ATP. Matriks yang digunakan untuk memurnikan
protein rekombinan yang telah dimodifikasi adalah matriks Metode yang paling sering digunakan untuk menentukan
dengan afinitas yang paling kuat dan paling luas digunakan. kemurnian suatu protein adalah SDS-PAGE-elektroforesis
Matriks tersebut antara lain matriks Ni2- yang mengikat gel poliakrilamid (polyamylamide gel electrophoresis, PAGE)
protein dengan " tagj' pohhistidin dan matriks glutarion yang dengan menggunakan deterjen anionik natrium dodesil sulfat
mengikat protein rekombinan yang berhubungan dengan (sodium d.odecyl sulftte, SDS). Elektroforesis memisahkan
glutation S-transferase. biomolekul-biomolekul bermuatan berdasarkan laju migrasi
biomolekul tersebut dalam medan listrik. Pada SDS-PAGE,
Peprido Dimurnikon dengon Reversed- akrilamid mengalami polimerisasi dan pengikatan-silang
Pha se High - P ressu re Ch romalography untuk menghasilkan matriks berpori. SDS mendenaturasi
dan mengikat protein dengan perbandingan satu molekul
Matriks fase diam yang digunakan pada kromatografi kolom SDS per dua ikatan peptida. Jika digunakan bersama 2-
klasik adalah bahan berspons yang kompresibilitasnya merkaptoetanol atau ditiotreitol untuk mereduksi dan me-
membatasi aliran fase-bergerak. Kromatografi cair mutus ikatan disulfida (Gambar 4-4), SDS memisahkan
bertekanan tinggi (high-pressure liquid chromatograph)t, komponen polipeptida dari protein multimerik. Jumlah
HPLC) menggunakan manik-manik halus silika atau molekul SDS anionik yang besar, masing-masing bermuatan
alumina yang tidak dapat dimampatkan sebagai fase diam -1, di masing-masing polipeptida mengalahkan muatan yang
dan tekanan hingga beberapa ribu psi. Matriks yang tidak ditimbulkan oleh gugus fungsional asam amino. Karena per-
dapat dimampatkan ini memungkinkan laju aiiran yang bandingan muatan-terhadap-massa masing-masing kompleks
tinggi dan peningkatan resolusi. HPLC dapat memisahkan SDS-polipeptida kira-kira sama, resistensi fisik yang dijumpai
campuran kompleks lipid atau peptida yang sifat-sifatnya masing-masing pepdda sewaktu bergerak melintasi matriks
hanya sedikit berbeda. Reuersed-phase HPLC memanfaatkan akrilamid menentukan laju migrasi. Karena kompleks besar
polimer alifatik dengan panjang 3-18 atom karbon sebagai menemui resistensi yang lebih besar, polipeptida-polipeptida
fase diam hidrofobik. Campuran peptida dielusi dengan akan terpisah berdasarkan massa molekul relatif polipeptida
26 / BAGIAN l: STRUKTUR & FUNGSI PROTEIN & ENZIM

tersebut (M,).Setiap polipeptida yang terperangkap dalam gel


akriiamid divisualisasikan dengan pulasan zat pewarna, sePerti
Coomassie blue (Gambar 4-5).

H
NH Isoelectric Focusing (lEF)
Untuk menghasilkan suatu gradien pH di dalam matriks
SH
poliakrilamid, digunakan penyangga ionik yang disebut
I amfolit (ampholyte) dan medan listrik. Protein akan
C,.H- bermigrasi sampai mencapai regio matriks temPat pH sama
l'" dengan titik isoelektrik protein (pI), yaitu pH saat muatan
OH
\ netto molekul nol. IEF digunakan bersama dengan SDS-
PAGE untuk elektroforesis dua dimensi yang memisahkan
polipeptida-polipeptida berdasarkan pI di satu dimensi
dan berdasarkan M. di dimensi kedua (Gambar 4-6) '
Elektroforesis dua dimensi sangat cocok untuk memisahkan
komponen-komponen suatu campuran protein yang
kompleks.

SANGER ADATAH ORANG PERIAMA


YANG MENENTUTIru SEXUENS
Gambar 4-4, Pemutusan oksidatif rantai-rantai polipeptida
SUATU POTIPEPTIDA
berdekatan yang disatukan dengan ikatan disulfida (berwarna
gelap) oteh asam performat (kiri) atau pemutusan reduktif oleh
p-merkaptoetanol (kanan) membentuk dua peptida yang masing- Tnsulin matur terdiri dari rantai A 21-residu dan rantai B 30-
masing mengandung residu asam sisteat atau residu sisteinil. residu yang dihubungkan dengan ikatan disulfida- Frederick
Sanger mereduksi ikatan disulfida (Gambar 4-4), yang
memisahkan rantai A dan B, dan memutus masing-masing
rantai menjadi peptida-peptida yang lebih kecil dengan
ffi ffi # il* $3 menggunakan tripsin, kimotripsin, dan pepsin. Peptida
yang terbentuk kemudian diisolasi dan diberi asam untuk
menghidrolisis ikatan peptida dan menghasilkan peptida
[3k dengan hanya dua atau tiga asam amino. Masing-masing

?s pepdda direaksikan dengan l-fluoto-2,4-dinitrobenzen


(reagen Sanger) yang menghasilkan turunan gugus c-amino
yang terpajan pada residu terminal amino' Kemudian
dilakukan pengukuran kandungan asam amino masing-
masing peptida. Sementara gugus e-amino lisin juga bereaksi
dengan reagen Sanger, lisin terminal-amino dapat dibedakan
dari lisin di posisi lain karena lisin ini bereaksi dengan 2
mol reagen Sanger. Sangeq dengan merunut ke belakang
ke fragmen yang lebih besar, dapat menentukan sekuens
ffid*- M lengkap insulin, suatu PencaPaian yang menyebabkannya
dianugerahi hadiah Nobel pada tahun 1958.

H#" ,,,,, .r,r r,,, $u{tlnlrutlll

REAKSI EDMAN MEMUNGKINKAN


SEKUENS PEPTIDA
Gambar 4'5. Pemakaian SDS-PACE untuk mengamati pemurnian & PROTEIN DITENTUKAN
suatu protein rekombinan secara berturut{urut. Cel dipulas dengan
Coomassie b/ue. Tampal< standar protein (lajur S) dengan massanya/ Pehr Edman memperkenalkan fenilisotiosianat (reagen
ekstrak sel kasar (E), sitosol (C), cairan supernatan berkecepatan
Edman) untuk secara selektif melabel residu terminal
tinggi (H), dan fraksi DEAE-sepharose (D). Protein rekombinan
memiliki massa sekitar 45 kDa. amino suatu peptida. Berbeda dari reagen Sanger, turunan
BAB 4: PROTEIN: PENENTUAN STRUKTUR PRIMER / 27

PH*3
{[F

I.,.rS

sD* ..i*'
PAGE
''ffiw.
t" tli

':ffiq Gamhar 4-6. IEF-SDS-PACE dua-dimensi. Cel dipulas dengan


ri{i-

Cc.tc.tmassieb/ue. Suatu el<strak bakteri mentah mula-mula men.ialani


$1
isoelectric focusing (lEF) pada gradien pH 3-10. Cel IEF kemudian
diletakkan secara horizontal di atas gel SDS, dan protein kemudian
diuraikan lebih lan.lut dengan SDS-PACE. Perhatikan peningkatan
*, :16
pesat resolusi polipeptida-polipeptida dibandingkan dengan gel
ii:#s'ri'i lir :l SDS PACE biasa (Cambar 4-5).

feniltiohidantoin (PTH) dapat disingkirkan dalam kondisi Untuk mengklon dan mengetahui sekuens DNA yang
ringan untuk menghasilkan residu terminal amino yang baru menyandi protein tertentu, diperlukan beberapa cara
(Gambar 4-7). Oleh karena itu, derivatisasi berturut-turur untuk me ngidentifikasikan klon yang tepat, misalnya
dengan reagen Edman dapat digunakan untuk menentukan pengetahuan tentang sebagian sekuens nukleotidanya.
sekuens banyak residu dari satu sampel pepdda. Sementara Oleh karena itu, muncullah pendekatan hibrid. Penentuan
20-30 residu pertama dari suatu peptida mudah ditentukan sekuens cara Edman digunakan untuk menghasilkan
dengan metode Edman, sebagian besar polipeptida sekuens asam amino parsial. Kemudian, digunakan primer
mengandung beberapa ratus asam amino. Oleh karena oligonukleotida yang disesuaikan dengan sekuens parsial
itu, kebanyakan polipeptida mula-mula harus dipotong- ini untuk mengidentifikasi kion atau memperbanyak gen
potong menjadi pepdda yang lebih kecil sebelum menjalani yang sesuai dengan reaksi berantai polimerase (PCR) (lihat
penentuan sekuens dengan cara Edman. Pemotongan ini Bab 39). Jika klon DNA otendk telah berhasil diperoieh,
juga mungkin harus dilakukan untuk mengatasi modifikasi sekuens oligonukleotidanya dapat ditentukan dan kode
pascatranslasi yang menyebabkan gugus tt-amino protein genetik digunakan untuk menyimpulkan struktur primer
"terhambat," atau tidak bereaksi dengan reagen Edman. polipeptida yang bersangkutan.
Biasanya perlu dihasilkan beberapa pepdda dengan Pendekatan hibrid ini meningkatkan kecepatan dan
menggunakan iebih dari satu metode pemutusan. Hal ini efisiensi analisis struktur primer dan ragam protein yang
mencerminkan inkonsistensi dalam jarak antara rempar- dapat ditentukan sekuensnya. Gknik ini juga mengatasi
tempat pemutusan (secara kimiawi atau enzimatis) maupun kendala seperti adanya gugus penghambat terminal-amino
periunya set peptida-pepdda yang sekuensnya tumpang- atau ketiadaan peptida kunci yang turnpang-tindih. Hanya
tindih sedemikian rupa sehingga kita dapat menyimpulkan beberapa segmen dari struktur primer yang harus ditentukan
dari sekuens polipeptida mana peptida tersebut berasal. dengan analisis Edman.
Seteiah pemutusan, peptida-peptida yang terbentuk Penentuan sekuens DNA mengungkapkan urutan
kemudian dimurnikan dengan reuersecl-pbase HPLC dan bagaimana asam-asam amino ditambahkan ke rantai
ditentukan sekuensnya. polipeptida yang baru sewaktu disintesis di ribosom.
Namun, penentuan ini tidak memberikan informasi
BIOLOGI MOLEKU LAR MEMPERCEPAT mengenai modifikasi pascatranslasi, misalnya pemrosesan
PENENTUAN STRUKTUR PRIMER proteoiitik, metiiasi, glikosilasi, fosforilasi, hidroksiiasi
prolin dan lisin, dan pembentukan ikatan disulfida
Pengetahuan tentang sekuens DNA memungkinkan kita yang menyertai pematangan protein. Untuk sementara,
menyimpulkan struktur primer polipeptida. Penentuan penentuan sekuens cara Edman dapat mendeteksi sebagian
sekuens DNA hanya memerlukan sejumlah kecil DNA besar proses pascatranslasi, namun keterbatasan teknis sering
dan mudah menghasilkan sekuens ratusan nukleotida. menghambat identifikasi suatu modifikasi spesifik.
28 / BAGIAN l: STRUKTUR & FUNGSI PROTEIN & ENZIM

Tabel 4-1. Peningkatan massa akibat modifikasi


s
lt
pascatranslasi yang umum.
/.u
N'/
+
fl*T"
\r-*--a-*-rA*
HIJ
Fenilisotiosianal (reagen Edman)
dan Eebuah peptida

mendeteksi perubahan fisik yang relatif ringan pada protein


yang terjadi sewaktu siklus hidup sel atau organisme. Sampel
o dalam vakum diuapkan dalam kondisi saat protonasi dapat
il
\r-^t-z- terjadi sehingga dihasilkan muatan positif. Kemudian medan
Hl, listrik mendorong kation melalui suatu medan magnet yang
membelokkan kation-kation tersebut tegak lurus dari arah
Sebuah asam fe
semula dan memfokuskannya ke suatu detektor (Gambar
H., nitro-
4-8). Gaya magnet yang diperlukan untuk membelokkan
metan lintasan masing-masing substrat ionik ke detektor yang
diukur sebagai arus yang diaplikasikan ke elektromagnet
S direkam. Untuk ion-ion yang muatan nettonya identik' gaya
\A-NH
*A*" -nA
.-ru-Y ini setara dengan massanya. Pada spektrometer m^ss time-
ffiight, suatu medan listrik yang diaktifkan secara singkat
r___l-R
d'// akan mempercepat ion ke arah suatu detektor yang mencatat
waktu saat masing-masing ion tiba. Untuk molekul yang
Sebuah feniltiohidentoin dan sebuah peptida
yang lebih pendek satu residu

Gambar 4-7. Reaksi Edman. Fenilisotiosianat menghasilkan turunan


residu terminal-am ino sebuah peptida sebagai asam feniltiohidantoat
Pemberian asam dalam pelarut nonhidroksilat membebaskan
sebuah feniltiohidantoin yang kemudian diidentifikasi berdasarkan
mobilitas kromatografiknya, dan sebuah peptida yang lebih pendek
satu residu. Proses ini kemudian diulang.

SPEKTROMETRI MASSA
MENDETEKSI MODIFIKASI KOVATEN
Berkat sensitivitas, kecepatan, dan kegunaannya yang lebih
baik, spektrometri massa (SM) telah menggantikan metode Gambar 4-8. Komponen dasar spektrometer massa sederhana.
Edman sebagai cara utama untuk menentukan sekuens pePtida Campuran moleku I diuapkan dalam keadaan terion isasi dalam kamar
dan protein. Demikian juga, modi6kasi pascatranslasi Protein sampel, S. Molekul-molekul ini kemudian dipercepat menelusuri
tabung aliran oleh suatu potensial listrik yang diaplikasikan pada
melalui penambahan atau Pengurangan gugtts karbohidrat,
grld akselerator, A. Suatu elektromagnet yang dapat disesuaikan,
fosforil, hidroksil, atau gugus lain akan menambah atau E, memberikan medan magnet yang membelokkan perjalanan
mengurangi massa spesifik yang mudah diidentifikasi masing-masing ion sampai ion-ion tersebut menumbuk detektor,
(Tabel 4-1). Oleh karena itu, spektrometri massa yang D. Semakin besar massa ion, semakin besar medan magnet yang
membedakan molekul hanya berdasarkan beratnya, dapat diperlukan untuk memfokuskannya ke detektor.
BAB 4: PROTEIN: PENENTUAN STRUKTUR PRIMER / 29

muatannya identik, kecepatan moiekul-molekul tersebut- GENOMIKA MEMUNGKINKAN KITA


dan karenanya waktu yang diperiukan untuk mencapai MENGIDENTIFIKASI PROTEIN
detektor-akan berbanding terbalik dengan massanya. DARI SEJUMTAH KECIT DATA SEKUENS
Spektrometer massa konvensional umumnya digunakan
untuk menentukan massa molekul sebesar 1000 Da atau Analisis struktur primer telah mengalami revolusi dengan
kurang, sedangkan spektrometer massa time-of-flighr cocok adanya genomika, yaitu penerapan metode penentuan
untuk menentukan massa protein yang besar. Analisis sekuens oligonukleotida secara otomatis serta pengambiian
peptida dan protein dengan spektometri massa pada awalnya dan analisis data terkomputerisasi untuk mengetahui
diperumit oleh kesulitan dalam menguapkan molekul organik sekuens komplemen genetik lengkap suatu organisme. Sejak
besar. Namun, manix-assisted Luer-desorptioz (MALDI) dan diketahuinya sekuens genom Haemophilus influenzae secara
electrospray dispersion (mis. nanos?ray) memungkinkan massa menyeluruh pada tahun 1995, genom ratusan organisme lain
polipeptida yang besar sekalipun (>100.000 Da) dapat telah berhasii diungkapkan. Jika sekuens genom diketahui,
ditentukan dengan tingkat keakuratan yang luar biasa (+ 1 secara praktis tugas untuk mengetahui sekuens primer
Da). Dengan menggunakan electrospray dispersion, peptida- protein yang berasal dari DNA menjadi lebih sederhana.
peptida yang dikeluarkan dari kolom reaersed-phase HPLC Pada hakikatnya, paruh kedua pada pendekatan hibrid
dimasukkan secara langsung ke dalam spektrometer massa telah selesai. Tugas yang tersisa hanyalah mencari informasi
untuk segera diketahui massanya. memadai untuk mengetahri open readingfame (ORF) yang
Peptida-peptida di bagian dalam spektrometer massa menyandi protein, dari database genom yang dapat diakses
dapat diuraikan menjadi satuan-satuan yang lebih kecil dari Internet dan mengidentifikasikannya. Pada sebagian
melalui tumbukan dengan atom helium netral (penguraian kasus, suatu segmen sekuens asam amino yang memiliki
yang dipicu oleh tumbukan), dan massa masing-masing panjang hanya empat atau lima residu sudah cukup untuk
fragmen kemudian dapat ditentukan. Karena ikatan peptida mengidentifikasi ORF yang repat.
jauh lebih labil daripada ikatan antarkarbon, fragmen yang Berbagai algoritme pencari terkomputerisasi telah
paling banyak akan berbeda satu sama lain sebesar unit membantu kita mengidentifikasi gen yang menyandi suatu
yang ekuivalen dengan satu atau dua asam amino. Karena protein. Pada penentuan profil massa peptida, contohnya
massa molekul masing-masing asam amino-kecuali leusin suatu peptida diintroduksikan ke dalam spektrometer massa
dan isoleusin-bersifat unik maka dari massa fragmen- dan ukurannya ditentukan. Suatu komputer kemudian
fragmennya kita dapat merekonstruksi sekuens peptida. digunakan untuk menemukan suatu ORF yang perkiraan
produk proteinnya akan menghasilkan satu set pepdda
Spektrometri Mqsso Tqndem dengan massa yang menyamai massa peptida yang diamati
oleh spektrometer massa, jika perkiraaan produk protein
Campuran peptida yang komplela kini dapat dianalisis tanpa tersebut diuraikan menjadi pepdda-peptida dengan metode
pemurnian terlebih dahulu dengan tandrm mass spectrometryt pemutusan yang dipilih.
(spektrometri massa tandem) yang menggunakan ekuivalen
dua spektrometer massa yang dihubungkan dalam rangkaian.
PROTEOMIKA & PROTEOM
Spektrometer pertama memisahkan masing-masing pepdda
berdasarkan perbedaan massanya. Dengan menyesuaikan Tuiuon Profeomikq Adoloh Mengidentifikosi
kekuatan medan magnet pertama, suatu peptida dapat Komplemen Keseluruhqn Protein
diarahkan ke dalam spektrometer massa kedua, tempat yong Dihosilkon oleh Suofu Sel
fragmen-fragmen dihasilkan untuk kemudian ditentukan dqlom Berbogoi Kondisi
massanya.
Meskipun sekuens genom manusia telah diketahui, namun
Spektrometri Msssq Tqndem gambaran yang diberikan oleh genomika saja bersifat statis
Dopot Mendeteksi Keloinqn Merqbolik dan belum lengkap. Proteomika (proteomics) bertujuan
untuk mengidentifikasi komplemen protein keseluruhan
Spektrometri massa tandem dapat digunakan untuk menapis yang dikeluarkan oleh sebuah sel dalam berbagai kondisi.
sampel darah dari bayi baru lahir untuk melihat ada tidaknya Ketika gen "dihidupmatikan", terjadi sintesis protein di jenis
dan konsentrasi asam amino, asam lemak, dan metabolit sel tertentu pada periode pertumbuhan atau diferensiasi
lain. Kelainan dalam kadar metabolit dapat digunakan tertentu, sebagai respons terhadap rangsang eksternal. Sel
sebagai indikator diagnostik untuk berbagai penyakit otot mengekspresikan protein yang ddak diekspresikan
genetik, misalnya fenilketonuria, ensefalopati etilmalonat, oleh sel saral dan jenis subunit yang terdapat di tetramer
dan asidemia glutarat tipe 1. hemogiobin mengalami perubahan pra- dan pascapartum.
30 / BAGIAN l: STRUKTUR & FUNGSI PROTEIN & ENZIM

Banyak protein mengalami modifikasi pascatranslasi arrays/chips untuk secara langsung memeriksa fungsi potensial
sewaktu pematangan menj adi bentuk yang secara fungsional suatu protein secara massal masih berada dalam tahap awal.
kompeten atau sebagai suatu cara untuk mengatur sifat-sifat Namun, kemajuan terkini dalam bidang bioinformatika
protein yang bersangkutan. Oleh karena itu, pengetahuan memungkinkan para peneliti membandingkan sekuens-
tentang genom manusia hanya mencerminkan awal dari sekuens asam amino untuk menemukan petunjuk tentang
tugas menjabarkan organisme hidup secara molekular sifat potensial, peran fisiologis, dan mekanisme kerja protein.
dengan terperinci dan memahami dinamika berbagai proses, Algoritme memanfaatkan kecenderungan alam untuk
misalnya pertumbuhan, penuaan, dan penyakit. Karena menggunakan variasi suatu tema struktural untuk melakukan
tubuh manusia rnengandung ribuan jenis sel yang masing- fungsi serupa di beberapa protein (misalnya Rossmann
masing mengandung ribuan protein, proteom (proteome)- nucleotide bindingfold untuk mengikat NAD[P]H, nuclear
kumpulan semua protein yang diekspresikan oleh sebuah targeting sequences, dan lengan EF untuk mengikat Ca2-].
sel pada waktu tertentu-merupakan suatu tujuan yang Domain-domain ini biasanya terdeteksi dalam struktur
dimensinya cukup besar. primer melalui konservasi asam amino tertentu di posisi-
posisi kunci. OIeh karena itu, pemahaman tentang sifat dan
Elektroforesis Dus-Dimensi & Gene Array peran fisiologis suatu protein yang baru ditemukan dapat
Chips Digunokon untuk Menyurvei Ekspresi diperkirakan dengan membandingkan struktur primernya
Protein dengan struktur primer protein yang telah diketahui.

Salah satu tujuan proteomika adalah mengidentifikasi RINGKASAN


protein yang tingkat ekspresinya berkorelasi dengan proses-
proses medis penting. Anggapannya adalah bahwa protein . Poiimer panjang asam amino atau polipeptida merupakan
yang hilang timbulnya berkaitan dengan kondisi fisiologis unit struktural dasar daii protein, dan struktur protein
atau penyakit tertentu akan memberi petunjuk tentang memberikan petunjuk tentang mekanisme protein
penyebab dan mekanisme dasar kondisi atau penyakit yang tersebut melaksanakan fungsinya.
bersangkutan. Untuk menentukan karakteristik proteom . Protein, selama perjalanan hidupnya, mengalami per-
masing-masing jenis sel diperlukan isolasi dan identifikasi ubahan pascatranslasi yang memengaruhi fungsi serta
masing-masing protein dengan efisiensi yang tinggi. Saat ini menentukan nasibnya
pendekatan yang digunakan adalah dengan automasi robot . Metode Edman umumnya telah diganti oleh spektrometri
untuk mempercepat persiapan sampel dan gel dua-dimensi massa, suatu alat yang sensitif dan serba-guna untuk
besar untuk menguraikan protein-protein sel. Kemudian menentukan struktur primer, untuk mengidentifikasi
masing-masing polipeptida diekstraksi dan dianalisis modifikasi pascatranslasi, dan untuk mendeteksi
dengan spektroskopi massa atau penentuan sekuens cara kelainan metabolik.
Edman. Sementara, hanya sekitar 1.000 protein yang dapat . Pengklonan DNA dan biologi molekular disertai oleh
diuraikan pada satu gel, elektroforesis dua-dimensi memiliki ilmu kimia protein merupakan pendekatan gabungan
keunggulan besar, yaitu metode ini melakukan sendiri yang sangat meningkatkan kecepatan dan efisiensi
pemeriksaan protein. Pendekatan alternatif yang sekaligus penentuan struktur primer protein
melengkapi adalah penerapan gene arrals, yang kadang . Genomika-analisissekuensoligonukleotidakeseluruhan
disebut DNA chips untuk mendeteksi ekspresi mRNA yang pada materi genetiklengkap suatu organisme-meruPalorl
menyandi protein. Sementara perubahan ekspresi mRNA langkah maju berikutnya
yang menyandi suatu protein tidak selalu mencerminkan . A.lgoritme komputer mempermudah kita mengidentifi-
perubahan kadar protein yang bersangkrstan, namw gene kasi open reading fames yanB menyandi suatu proteiri
arrays merupakan detektor yang lebih sensitif daripada gei dengan menggunakan sebagian sekuens serta penentuan
dua-dimensi dan karenanya dapat memeriksa lebih banyak profil massa peptida untuk mencari database sekuens.
produk gen. . Para ilmuwan kini sedang mencoba rnenentukan
sekuens primer dan peran fungsional setiaP protein
Bioinformotikq Membqntu Kitq yang diekspresikan di sel hidup, yang dikenal sebagai
Mengidentifikqsi Fungsi Protein proteom-nya
. Tirjuan utama adalah identifikasi protein (dan modifikasi
Saat ini, fungsi sebagian besar protein yang dikode oleh pascatranslasinya) yang hilang timbulnya berkaitan de-
genom manusia belum diketahui. Pengembangan protein ngan fenomena faali, penuaan, atau penyakit tertentu.
BAB 4: PROTEIN: PENENTUAN STRUKTUR PRIMER / ST

REFERENSI Rodland KD: Proteomics and cancer diagnosis: the potential of

Austin cp: rhe impact orthe completed human senome sequence ,.n.fflio::'il{.1;ltJ,t#':T,?:::ft;7t1... .*0..,.,o.,
on the development of novel therapeutics for human disease. patterns with a complemenrary DNA microarray. Science
Annu Rev Med,2004:55:1. 1995;270:467.
Cutler P: Protein arrays: the current state-of-the-art. Proteomics Semsarian C, Seidman CE: Molecular medicine in the 21" century.
2003;3:3. Intern MedJ 2001;31:53.
Deutscher MP (editor): Guide to Protein Purifcation. Methods Temple LK, et al. Essays on science and sociery: defining disease in
Enzymol 1990;182. (seluruh volume.) the genomics era. Science 2007;293:807.
Geveart K, Vandekerckhove J: Protein identification methods in Viikins MR et al: High-throughput mass spectrometric discovery
proteomics. Electrophoresis 2000;21:1145. of protein post-translational modifications. J Mol Biol
DNA microarray technology: the anticipated impact
Khan J et al: 1999;289:645.
on the study of human disease. Biochim Biophys Acta \Toodage T, Broder S: The human genome and comparative
1999;7423:M17. genomics: understanding human evolution, biology, and
Patnaik SK, Blumenfeld OO: Use of on-line tools and databases for medicine. J Gastroenterol 2003;15:68.
routine sequence analyses. Anal Biochem 2001:289:1.
funaldo B Tortorelli S, Matern D: Recent deveiopments and
new applications of tandem mass specffometry in newborn
screening. Curr Opin Pediatrics 2004;16:427.

Anda mungkin juga menyukai