Anda di halaman 1dari 3

FRAKTUR

No. Dokumen : C. /SOP-BJG/BJG/III/2018


No. Revisi : 0
SOP Tanggal Terbit :
Halaman : 1/5

RSU Fika Widia Khairani


PIRNGADI P07520119066
1. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial.

Fraktur dapat dibagi menjadi :


1. Fraktur tertutup (closed fracture) bila tidak terdapat hubungan antara
fragnen tulang dengan dunia luar,
2. Faktur terbuka (open/compound fracture), bila terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukan di kulit,
Fragmen terbuka terbagi atas tiga derajat ( menurut R Gustillo ), yaitu :
a. Derajat I
1)Luka < 1 cm
2)Kerusakan jaringan lunak sedikit, tada ada tanda luka remuk
3)Fraktur sederhana, transverval, oblik atau kominutif rinagn
4)Kontaminasi minimal
b. Derajat II
1) Laserasi > 1 cm
2) Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/avulsi
3) Fraktur komunutif sedang
4) Kontaminasi sedang
c. Derajat III
1) Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas, meliputi struktur kulit,
otot, dan neurovaskuler serta kontaminasi derajat tinggi.
Fraktur derajat III terbagi atas :
a) Jaringan lunak yang menutupi fraktur tulang adekuat, meskipun
terdapat laserasi luas / flap / avulsi atau fraktur segmental /
sangat kominutif yang disebabkan oleh trauma berenergi tinggi
tanpa melihat besarnya ukuran luka
b) Kehilangan jaringan lunak dengan fraktur tulang yang terpapar
atau kontaminasi masif
c) Luka pada pembuluh arteri/ saraf perifer yang harus diperbaiki
tanpa melihat kerusakan jaringan lunak
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien dengan Fraktur di RSU Pirngadi.
3. Kebijakan SK Kepala RSU Pirngadi Nomor C.006/SK/PKM-BJG/I/2018, tentang
Kebijakan Pelayanan Klinis.
4. Referensi Peraturan Menteri Kesehata Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.
5. Prosedur/ 1. Menerima pasien dengan 3S (senyum, salam, sapa),
Langkah- 2. Menyiapkan alat (stetoskop, tensimeter, senter, timbangan dewasa,
langkah handscoen, spalak),
3. Melakukan anamnesa (tanya jawab) :
a. Tanyakan riwayat trauma (bila tidak ada riwayat trauma, berarti
fraktur patologis),
b. Jika terdapat riwayat trauma, tanyakan kapan terjadinya, di mana
terjadinya, jenisnya, berat ringannya trauma, arah trauma dan posisi
pasien atau ekstremitas yang bersangkutan (mekanisme trauma),
c. Tanyakan pula lokalisasi nyeri dan gangguan fungsi yang
bersangkutan,
4. Melakukan pemeriksaan fisik,
a. Tekanan Darah dan Nadi, Suhu, dan Pernafasan,
b. Cari kemungkinan komplikasi umum seperti syok pada faktur
multipel, fraktur pelvis, fraktur terbuka, tanda - tanda sepsis pada
fraktur terbuka yang mengalami infeksi,
c. Teliti kembali trauma di tempat lain secara sistematik dari kepala,
muka, leher, dada dan perut,
d. Pemeriksaan status lokalis
1) Look (Inspeksi)
a) cari apakah terdapat deformitas, terdiri dari penonjolan yang
abnormal (misalnya pada fraktur kondilus lateralis humerus)
angulsi, rotasi dan pemendekan,
b) Functio laesa (hilangnya fungsi) misalnya pada faktur kruris
tidak dapat berjalan,
c) Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan,
misalnya pada tungkai bawah meliputi apparent length (jarak
antara umbilikus dengan maleolus medialis) dan true length
(jarak antara SIAS dengan maleolus medialis)
d) Pembengkakan, ekskoriasi dan darah yang keluar
2) Feel (Palpasi)
a) Robekan kulit yang terpapar dunia luar
b) Nyeri tekan
c) Terabanya jaringan tulang yang menonjol keluar
d) Adanya deformitas
3) Gerak (move)
a) Umumnya tidak dapat digerakan
5. Menentukan diagnosa dan melakukan kolaborasi dengan tim medis untuk
melakukan tindakan :
a. Pertolongan pertama
1) Fraktur biasanya menyertai trauma, untuk itu sangat penting untuk
melakukan pemeriksaan terhadap jalan nafas (airway), proses
pernafasan (breathing) dan (circulation) apakah terjadi syok atau
tidak pastikan airway lancar,
2) Jika ada luka terbuka lakukan hacting,
3) Hentikan perdarahan dengan menekan bagian berdarah secara
lokal,
4) Berikan obat anti nyeri yang kuat,
5) Jika terjadi trauma pada leher atau tulang belakang, prevensi
gerakan fleksi untuk menghindarkan kerusakan medula spinalis,
6) Lakukan pembidaian, jika ada patah tulang – prevensi gerakan
ekstremitas tersebut,
1. Melakukan observasi keadaan pasien setelah dilakukan tindakan,
6. Melakukan konseling dan edukasi (penyuluhan)
7. Segera merujuk pasien (jika kondisi pasien semakin memburuk/ menurun),
8. Melakukan dokumentasi kegiatan yang dilakukan di Rekam Medis,
9. Membereskan alat dan mencuci tangan
6. Unit Terkait Pelayanan Gawat Darurat

Anda mungkin juga menyukai