Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
IAIN PONOROGO
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penyusun ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karuniaNya, penyusun dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
mata kuliah “Etika Bisnis Islam” tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam
tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak di
hari akhir.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan penyusun terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PEMBAHASAN
A. Pentingnya Pengawasan
B. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan ialah untuk memberikan nilai, analisis,
merekomendasikan, dan menyampaikan hasil laporan atau surat yang
berhubungan dengan bidan pekerjaan sebuah lembaga atau organisasi yang
telah diteliti. Pengawasan juga berfungsi untuk menetapkan apakah telah
terjadi suatu penyimpangan dalam sebuah pekerjaan, serta untuk
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa
semua sumber daya telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna
mencapai tujuan dari proyek tersebut. Berikut poin-poin fungsi dari
pengawasan :
1. Sebagai penilai apakah setiap unit-unit telah melaksanakan
kebijaksanaan dan prosedur yang menjadi tanggung jawab
masingmasing
2. Sebagai penilai apakah surat-surat atau laporan yang didapat sudah
menggambarkan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya secara tepat dan
cermat.
3. Sebagai peniliti apakah kegiatan terlah dilaksanakan secara efisien.
4. Sebagai penilai apakah pengendalian manajemen sudah cukup
memadai dan dilakukan secara efektif.
C. Batas-Batas Intervensi Negara Terhadap Bisnis
Tujuan intervensi negara dalam perekonomian melalui kebijakan publik
Islam adalah keterjaminan pemenuhan kebutuhan pokok setiap warga
negara. Upaya itu dilakukan dengan mendorong individu agar dapat
memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersiernya sesuai dengan
kemampuan yang mereka miliki.
Pada batas-batas tertentu campur tangan pemerintah merupakan hal yang
normal dibanyak negara. Hal ini bahkan terjadi di Amerika Serikat dan
negara-negara industri dengan tatanan pasar kompetitif sangat jelas.
Bidang- bidang ekonomi bisnis yang dapat diintervensi oleh negara :
1. Regulasi jual beli barang yang diharamkan seperti miras, alat-alat
berbahaya, media cetak yang merusak agama dan etika. Ibn Taimiyah
menjelaskan bahwa yang masuk dalam wilayah ini adalah segala
bentuk kemurkaan terhadap Allah dan Rasulnya termasuk didalamnya
transaksi riba dan judi.
2. Regulasi yang melarang peredaran bahan makanan dan minuman, serta
makanan dan minuman yang membahayakan kesehatan umum.
3. Regulasi semua bentuk dan jenis manipulasi dalam aktifitas ekonomi
4. Regulasi terhadap penyimpangan pemanfaatan kekayaan milik umum
Ide Pengawasan
Djazuli menuliskan dalam buku fiqh siyasah secara lengkap bahwa prinsip kontrol
sosial yang substansinya meliputi pelaksanaan sikap saling memberi kontribusi,
sumbangsih dengan kebenaran dan kesabaran, tujuan kontrol sosial itu pada
dasarnya ada tiga arah, yakni; 1). Pengawasan karena Allah, dengan menaati
aturan hukum dan aturan moralnya, yang praktisnya pengawasan dari diri sendiri;
2). Pengawasan dari masyarakat; 3). Pengawasan dari pemerintah. Dalam literatur
Piagam Madinah ada 5 karakter tentang nilai-nilai keluhuran manusia, yakni
persamaan di muka hukum dan kebebasan berpendapat. Prinsip ini tidak
dinyatakan oleh teks Piagam secara eksplisit. Prinsip ini dipahami dari pasal 37
yang menyatakan: " dan bahwa di antara mereka saling memberi saran dan nasihat
yang baik dan berbuat kebaikan, tidak dalam perbuatan dosa. Dua ketetapan ini
mengisyaratkan adanya jaminan kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat
bagi penduduk Madinah. Prinsip tersebut menunjukkan keberadaan rakyat dan
pemerintah sederajat kedudukannya di muka hukum yakni tidak adanya unsur
yang semena-mena atau kebal aturan dan bebas kontrol dalam menjalankan tugas
negara dan adanya saling mengingatkan bila terjadi sesuatu yang berlawanan
dengan tatanan, kegiatan interaksi ini juga termasuk sebagian dari implementasi
maqasid al-syari’ah dengan ushul al-khamsah-nya. Berdasarkan maqasid
alsyari’ah sebagai salah satu prinsip hukum Islam, maka lahirlah konsep nilai
luhur manusia yang mengajarkan proses interaksi antara rakyat dan pemerintah,
yakni hubungan normal, tidak ada yang dirugikan, baik secara materiil ataupun
spiritual.
Kemurnian konsep maqasid al-syari’ah yang bermuara pada moralitas dan muatan
kode etik terhadap perkembangan keanekaragaman hukum, anjuran pola hidup
tanpa melakukan kesalahan yang merugikan orang lain ini sudah ada pada era
Muhammad SAW dengan berbagai bukti yang ada dalam sejarah hukum Islam
sebagai antisipasi dari kelompok- kelompok penguasa yang tiran.
Peraturanperaturan yang mendahulukan etika sebagai dasar dalam menjalankan
tugas negara juga diterapkan pada lingkungan organisasi-organisasi masyarakat
(Ormas) yang memiliki Anggaran atau Pedoman Dasar dan Pedoman organisasi.
Namun, terkadang kondisi itu belum dilengkapi dengan adanya perangkat yang
tepat serta sistem pengelolaan yang baik, sehingga keberadaannya tidak
mempunyai pengaruh atau bahkan tidak berfungsi sama sekali. Untuk menunjang
proses penyelenggaraan negara berlangsung tertib dan teratur, maka gagasan
pembentukan lembaga independen yang mengawasi kinerja wakil rakyat, baik
berbentuk dewan atau badan tidak dapat ditunda-tunda lagi, karena sebagai
tuntutan demokrasi dan modernisasi hukum yang dinamis guna terciptanya
pemerintahan yang mendidik masyarakat sebagai manusia beradab dan beretika.
Era reformasi (1998) merupakan awal dari terciptanya tatanan baru yang
demokratis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam internal DPR-RI
ada sebuah alat kelengkapan yang sifatnya tidak tetap yakni Dewan Kehormatan,
kemudian alat kelengkapan Parlemen ini disempurnakan dan dalam sejarahnya,
badan ini ditetapkan dengan Undang-Undang RI Nomor 27 Tahun 2009 Tentang
MPR, DPR-RI, DPD dan DPRD
Dimasa ini penyelenggaraan negara masih dihadapkan pada kondisi yang belum
sesuai dengan kebutuhan dan perubahan di berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal tersebut bisa disebabkan oleh
ketidaksiapan untuk menanggapi terjadinya transformasi nilai yang berdimensi
luas serta dampak berbagai masalah pembangunan yang kompleks. Sementara itu,
tatanan baru masyarakat Indonesia dihadapkan pada harapan dan tantangan global
yang dipicu oleh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, informasi, komunikasi,
transportasi, investasi, dan perdagangan. Kondisi dan perubahan cepat yang
diikuti pergeseran nilai tersebut perlu disikapi secara bijak melalui langkah
kegiatan yang terus-menerus dan berkesinambungan dalam berbagai aspek
pembangunan untuk membangun kepercayaan masyarakat guna mewujudkan
tujuan pembangunan nasional. Untuk itu, diperlukan konsepsi sistem
penyelenggaraan negara yang berisi nilai, persepsi, dan acuan perilaku yang
mampu mewujudkan hak asasi manusia sebagaimana diamanatkan
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat diterapkan
sehingga masyarakat memperoleh penyelenggaraan negara sesuai dengan harapan
dan citacita tujuan nasional. Hak, Kewajiban, Tanggung jawab, dan Larangan
Penyelenggara Negara Pada awalnya negara merupakan suatu entitas yang
didirikan berdasarkan perjanjian antar masyarakat calon warga negara tersebut.
Tiap orang yang ada dalam masyarakat tersebut bersepakat untuk hidup dalam
wadah negara yang masing-masing memiliki hak dan kewajiban yang sama
sebagai warga negara. Untuk menyelenggarakan operasionalisasi penyelenggaraan
negara maka sebagian dari warga negara tersebut dipilih untuk melakukan tugas
sebagai penyelenggara negara. Masing-masing antara warga negara dan
penyelenggara tersebut secara umum memiliki hak dan kewajiban yang bertimbal
balik. Sebagai warga negara berhak mendapatkan pelayanan dari penyelenggara
negara dan wajib untuk mematuhi atau tunduk kepada peraturan-peraturan yang
dibuat oleh penyelenggara negara tersebut. Sebaliknya dari sisi penyelenggara
negara juga wajib untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan warga negara
termasuk juga dalam membuat berbagai peraturan untuk menciptakan keamanan
dan ketertiban.