Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

TENTANG

KEBUTUHAN OKSIGENASI

Disusun Oleh:

Siti Nursuta

Nim: 2130282086

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

T.A 2021

A. Konsep dasar kebutuhan oksigen


1. Pengertian kebutuhan oksigen
Oksigenasi merupakan proses penambahan o2 ke dalam system (kimia atau fisika).
Oksigen merupakan gas tidak berwama dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Pemberian o2 Binasal merupakan pemberian oksigen melalui
hidung dengan kanula ganda. Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (o2)
lebih dari 21 % pada tekanan I atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam
tubuh. Oksigenasi juga dapat diartikan sebagai kegiatan memasukkan zat asam (O) ke
dalam paru dengan alat khusus.
2. Tujuan pemberian oksigenasi:
a. Untuk mempertahankan oksigen yang adekuat pada jaringan
b. Untuk menurunkan kerja paru-paru
c. Untuk menurunkan kerja jantung
3. Klasifikasi
a. Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
- Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat maka tekanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya.
- Adanya kemampuan thorak dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis
- Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf
otonom Terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi
sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan 4% kontriksi sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi atau
proses penyempitan
- Adanya reflek batuk dan muntah Adanya peran mukus sillialis sebagai
penangkal benda asing yang mengandunginterferon dan dapat mengikat
virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience recoil.
Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu adanya sulfaktor pada lapisan alveoli yang berfungsi
untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan thoraks. Sulfaktor
diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan disekresi saat pasien
menerik napas. sedangkan arecoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan
co2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila complience baik akan tetapi
recoil terganggu maka co2 tidak dapat dikelurkan secara maksimal. Pusat
pemapasan yaitu medula oblongata dan pons dapat mempengaruhi proses
ventilasi, karena e02 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan co2 dalam batas 6 mmhg dapat dengan baik merangsang pusat
pernapasan dan bila PaCO, kurang dari sama dengan 80 mmhg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
b. Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kamler paru dan co2,di
kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor:
c. Luasnya permukaan paru
d. Tebalnya membran respirasi atau permeabilitas yang terjadi antara epitel alveoli dan
intertisial. Keduanya ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan
e. Perbedaan tekanan dan konsentrasi o2 hal ini dapat terjadi sebagai mana o2 dari
alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan o2 dari rongga alveoli lebihtinggi
dari tekanan 02 dalam darah vena pulmonalis (masuk dalam darah secara berdifusi)
dan PaCO. Dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalamalveoli
f. Afinitas gas
Yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat hb
4. Transportasi gas
Merupakan proses pendistribusian antara 02 kapiler ke jaringan tubuh c02. jaringan tubuh
ke kapiler. Pada proses transportasi akan berikatan dengan hb membentuk
oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3 %) sedangkan co2 akan berikatan
dengan hb membentuk karbominohemiglobin (30%) dan larut dalm plasma (50%) dan
sebagaian menjadi Hco3 berada pada darah (65%). Transpotasi gas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya:
a. Kardiak output merupakan jumlah darah yang dipompa oleh darah. Normalnya 5
L/menit. Dalam kondisi patologi yang dapat menurunkan kardiak output(misal pada
kerusakan otot jantung, kehilangan darah) akan mengurangi jumlah oksigen yang
dikirim ke jaringan umumnya jantung menkompensasi dengan menambah rata-rata
pemompaannya untuk mening kan transport oksigen
b. Kondisi pembuluh darah, latihan dan lain lain secara langsung berpengaruh terhadap
transpor oksigen bertambahnya latihan menyebabkan peningkatkan transport 02 (20 x
kondisi normal). Meningkatkan kardiak output dan penggunaan 02 oleh sel.
5. Manfaat
Oksigen sangat diperlukan oleh mahkluk hidup untuk bernapas. Oksigen dan makanan
yang ada di dalam tubuh kita bergabung untuk menghasilkan energi, uap air (H2O), dan
karbon dioksida (CO2). Energi yang dihasilkan tadi berguna sekali untuk menggerakkan
kerja organ tubuh.
6. Factor-faktor yang mempengaruhi
- Tahap perkembangan
- Lingkungan
- Gaya hidup
- Status kesehatan
- Narkotika
- Perubahan pola nafas
- Obstruksi jalan nafas
7. Gangguan kebutuhan/ masalah yang terjadi
a. Hypoxia
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang diinspirasi ke
jaringan Penyebab terjadinya hipoksia :
- gangguan pernafasan
- gangguan peredaran darah
- gangguan sistem metabolism
- gangguan permeabilitas jaringan untuk mengikat oksigen (nekrose).
b. Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli. sebab
jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO yang
dieliminasi lebih dari yang diproduksi menyebabkan peningkatan rata-rata dan
kedalaman pernafasan.
Tanda dan gejala:
- Pusing
- Nyeri kepala
- Henti jantung koma
- Ketidakseimbangan elektrolit
c. Hypoventilasi
Ketidakcukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh),
sehingga CO dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai
akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa
obat.
Tanda dan gejala:
- Napas pendek
- Nyeri dada
- Sakit kepala ringan
- Pusing dan penglihatan kabur
d. Cheyne Stokes
Bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari perafasan yang sangat dalam
lambat dan akhirnya diikuti periode apnea, gagal jantung kongestif. dan overdosis
obat. Terjadi dalam keadaan dalam fisiologis maupunpathologis
Fisiologis :
- orang yang berada ketinggian 12000-15000 kaki
- pada anak-anak yang sedang tidur c. pada orang yang secara sadar melakukan
hyperventilasi
- pada orang yang secara sadar melakukan hyperventilasi
Pathologis:
- gagal jantung
- pada pasien uraemi ( kadar ureum dalam darah lebih dari 40mg%)
e. Kussmaul's (hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
f. Apneu
Henti nafas, pada gangguan sistem saraf pusat
g. Biot's
Nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan klien dengan gangguan
sistem saraf usat. Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan
bernafas disebut dyspnea.
B. Asuhan keperawatan teoritis
1. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
o Masalah pernafasan yang pernah dialami
o Pernah mengalami perubahan pola pernafasan dan batuk dengan skutum
o Pernah mengalami nyeri dada
o Aktivitas pendukung masalah
b. Riwayat penyakit pernafasan
o Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma ,TBC
o Frekuensi setiap kejadian
c. Gaya hidup
o Merokok, lingkungan kerja
d. Pemeriksaan fisik
o Mata : monjungtiva pucat dan konjungtiva sianosis
o Kulit : sianosis perifer, penurunan turgor
o Mulut dan bibir, membrane mukosa sianosis, bernafas dengan mengerutkan
mulut
o Dada
- Retraksi otot bantu pemafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan,
dispnea, atau obstruksi jalan pernafsan)
- Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
- Traktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara melewati
saluran/rongga pernafasan)
- Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
- Suara nafas tidak normal
- Bunyi perkusi (resonansi
o Pola pernafasan
- pernafasan normal
- pernafasan cepat
- pernafasan lambat

2. Diagnosis keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan
dibuktikan dengan sputum berlebih
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas dibuktikan
dengan penggunaan otot bantu pernafasasan
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventelasi
dibuktikan dengan pola nafas abnormal
3. Intervensi

No Diagnosa SLKI SIKI


keperawatan
1. Bersihan jalan Bersihan jalan nafas Latihan batuk efektif
nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan O:
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam, - Identifikasi kemampuan batuk
dengan sekresi maka diharapkan kriteria hasil : - Monitor adanya retensi sputum
yang tertahan - Batuk efektif meningkat - Monitor tanda gejala infeksi saluran
dibuktikan dengan - Produksi sputum menurun nafas
sputum berlebih - Wheezing menurun - Monitor input dan output cairan
- Frekuesni nafas membaik T:
-Atur posisi semi-fowler
-Pasang perlak dan bengkok
dipangkuan pasien
-Buang secret pada tempat sputum
E:
-Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
-Anjurkan taerik nafas dalam melalui
selama 4 dertik, ditahan selama 2
detik. Kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu selama 8 detik
-Anjurkan mengulangi tarik nafas
dalam hingga 3 kali
-Anjurkan batuk dengan kuat
K:
-Kalaborasi pemberian mukolitik atau
eskpektoran
2. Pola nafas tidak Pola napas Manajemen jalan nafas
efektif Setelah dilakukan tindakan O :
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam, -Monitor pola nafas
dengan hambatan maka diharapkan kriteria hasil : -Monitor bunyi nafas tambahan
upaya nafas -Dispnea menurun -Monitor sputum
dibuktikan dengan -Penggunaan otot bantu napas T :
penggunaan otot menurun -Pertahankan kepatenan jalan nafas
bantu pernafasasan -Frekuensi nafas membaik dengan head-tilt dan chin-lift
-Kedalaman nafas membaik -Posisikan semi-fowler atau fowler
-Berikan minum hangat
-Lakukan fisioterapi dada
-Lakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik
-Lakukan hiperoksigensi sebelum
penghisapan endotrakeal
-Keluarkan dengan sumbatan benda
padat dengan forsep McGill
-Berikan oksigen
E:
-Anjurkan asupan cairan 2000 ml/
hari, jika kontraindikasi
-Ajarkan teknik batuk efektif
K:
-Kalaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoram, mukolitik.
3. Gangguan Pertukaran gas setelah dilakukan Pemantauan respirasi
pertukaran gas tindakan keperawatan selama O :
berhubungan 2x24 jam, maka diharapkan -Monitor frekuensi, irama, kedalaman,
dengan kriteria hasil : dan upaya napas
ketidakseimbangan -Tingkat kesadaran meningkat -Monitor pola napas
perfusi ventelasi -Dispenea menurun -Monitor kemampuan batuk efektif
dibuktikan dengan -Bunyi napas tambahan menurun -Monitor adanya produksi sputum
pola nafas -Nafas cuping hidung menurun -Monitor adanya sumbatan jalan napas
abnormal -Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
-Auskultasi bunyi napas
-Monitor saturasi oksigen
-Monitror nilai AGD
-Monitor hasil x-ray toraks
T:
-Atur interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
-Dokumentasikan hasil pemantauan
E:
-Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan
4. Implementasi
Implementasi merupakn tindakan rencana keperawatan yang mencakup tindakan mandiri
dan kalaborasi.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai kriteria hasil yang telah
ditetapkan.

C. Bagian Prosedur Tindakan Keperawatan Dasar Kebutuhan Oksigenisasi


1. Teknik Nafas Dalam
a. Pengertian
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas
dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan. Teknik relaksasi memberikan individu
kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stres fisik dan emosi pada
nyeri. Dibutuhkan 5 sampai 10 sesi pelatihan sebelum klien dapat meminimalkan
nyeri dengan efektif (Carney, 1983 dalam Perry,1999). Kegiatan ini tidak hanya dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan
ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Tujuan
 Membantu klien lansia dalam penurunan nadi, tekanan darah, dan pernafasan.
Mengurangi konsumsi oksigen.
 Menurunkan ketegangan otot pada klien lansia.
 Menurunkan kecepatan metabolisme.
 Meningkatkan kesadaran.
 Meningkatkan perasaan damai dan sejahtera.
c. Indikasi / Kontraindikasi
 Klien lansia dengan tingkat kecemasan atau nervous yang tinggi maupun stres
sehingga relaksasi napas dalam sebagai managemen stres untuk lansia.
 Klien lansia dengan hipertensi.
 Klien lansia dengan peningkatan frekuensi pernapasan akibat stres.
d. Alat dan Bahan
Lingkungan yang nyaman
e. Prosedur
 Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman dengan pencahayaan ruangan
rendah.
 Instruksikan klien untuk mengukur dan mencatat denyut dan frekuensi nadinya
pada skala dari 1 sampai 10 (dengan nilai 10 adalah tingkat ansietas yang tidak
pernah dialami dan nilai 1 adalah hampir tertidur).
 Beri dorongan pada klien untuk mengambil posisi rileks yang nyaman dengan
tungkai dan kaki tidak menyilang dan lengan rileks dan mata terpejam.
 Ajarkan klien untuk menarik napas dalam selama 4 hitungan, bernapas dengan
lambat melalui hidung, mengisi abdomen dengan udara sebelum mengisi paru-
paru.
 Ajarkan klien untuk menahan napas selama 3 hitungan.
 Ajarkan klien untuk mengeluarkan napas selama 4 hitungan.
 Jelaskan klien tentang pentingnya menghembuskan napas perlahan melalui mulut
sampai abdomen terasa datar dan merasakan ekstrimitas dan bawah rileks.
 Lanjutkan dengan bernapas lambat dan dalam.
 Katakan pada klien untuk memfokuskan pikiran pada irama yang lambat ini
selama beberapa menit.
 Minta klien merilekskan kepala, leher, dan bahu rileks selama setiap ekshalasi.
2. Proses Batuk Efektif
a. Pengertian
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara
maksimal.Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai
terapi untuk menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan akibat
sejumlah penyakit.Batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang terencana atau
dilatihkan terlebih dahulu.Batuk memungkinkan klien mengeluarkan sekresi dari jalan
napas bagian atas dan jalan napas bagian bawah.
b. Tujuan
 Membebaskan jalan nafas dari hambatan sekret.
 Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laboratorium.
 Mengurangi sesak nafas akibat penumpukkan sekret.
 Meningkatkan distribusi udara saat bernafas.
 Meningkatkan volume paru.
 Memfasilitasi pembersihan saluran napas.
3. Alat dan Bahan
a. Bengkok.
b. Sputum pot berisi desinfektan.
c. Pengalas.
d. Tisu.
4. Prosedur
a. Menyiapkan peralatan dan mencuci tangan.
b. Atur pasien dalam posisi duduk tegak atau duduk setengah membungkuk.
c. Letakkan pengalas pada pasien, letakkan sputum pot pada pangkuan pasien dan
anjurkan pasien memegang tisu.
d. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan ke perut.
e. Ajarkan pasien untuk menarik napas secara perlahan, tarik napas 1-3 detik dan
hembuskan perlahan melalui mulut. Lakukan prosedur ini beberapa kali.
f. Meminta pasien untuk menarik napas dua kali, yang ketiga: inspirasi, tahan nafas dan
batukkan dengan kuat.
g. Menampung lendir dalam sputum pot. Kemudian bersihkan mulut pasien dengan tisu.
h. Tindakan batuk efektif perlu diulang beberapa kali bila diperlukan.
i. Merapikan pasien dan membereskan peralatan
5. Prosedur Tentang Oksigen
a. Pengertian
Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata carapemberian bantuangas oksigen pada
penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalamparu yang melalui saluran
pernapasan dengan menggunakan alatkhusus.Pemberian oksigen berupa pemberian
oksigen ke dalam paru-parumelalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat
bantu oksigen.Pemberian oksigen pada klien dapat melalui 3 cara, yaitu melalui
kateternasal .kanula nasal, dan masker oksigen.
b. Tujuan
 Memenuhi kekurangan oksigen.
 Membantu kelancran metabolisme.
 Sebagai tindakan pengobatan.
 Mencegah hipoksia.
 Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung
c. Indikasi / Kontrainndikasi
 Gagal nafas: Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekananparsial
normal O2 dan CO2
 Di dalam darah, disebabkan oleh gangguanpertukaran O2 dan CO2 sehingga
sistem pernapasan tidak mampumemenuhi metabolisme tubuh.
 Gangguan jantung(gagal jantung) :Ketidakmampuan jantung untuk memompa
darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap
nutrien dan oksigen.
 Kelumpuhan alat pernafasan :Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhanpada alat
pernapasan untuk memenuhi kebutuhan oksigen karenakehilangan kemampuan
ventilasi secara adekuat sehingga terjadikegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
 Perubahan pola napas :Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan),dyspnea
(kesulitan bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi
kebiru-biruan pada permukaan kulit karenakekurangan oksigen), apnea (tidak
bernapas/ berhenti bernapas),bradipnea (pernapasan lebih lambat dari normal
dengan frekuensi kurangdari 16x/menit), takipnea (pernapasan lebih cepat dari
normal denganfrekuensi lebih dari 24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35).
 Keadaan gawat (misalnya : koma):Pada keadaan gawat, misal padapasien koma
tidak dapat mempertahankan sendiri jalan napas yangadekuat sehingga mengalami
penurunan oksigenasi.
 Trauma paru :Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturanatau cedera
akanmengalami gangguan untuk melakukan inspirasi danekspirasi.
 Metabolisme yang meningkat (luka bakar) :Pada luka bakar, konsumsioksigen
oleh jaringan akan meningkat dua kali lipat sebagai akibat darikeadaan
hipermetabolisme.
 Post operasi :Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah danpengaruh
dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruhtubuh, sehingga sel tidak
mendapat asupan oksigen yang cukup.
 Keracunan karbon monoksida :Keberadaan CO di dalam tubuh akansangat
berbahaya jika dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yangberikatan dengan
hemoglobin dalam darah.
d. Alat dan Bahan
 Tabung oksigen atau outlet oksigen sentral dengan flowmeter dan humidefierb.
 Kateter nasal, kanula nasal atau maskerc.
 vaselin/jelly.
6. Prosedur
a. Kateter Nasal(konsentrasi O2 24-44% (1-6 ltr))
 Cuci tangan
 Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkansesuai level
yang telah di tetapkan.
 Atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,kemudian observasi
humidifier pada tabung air dengan menunjukanadanya gelembug air.
 Atur posisi dengan semi fowler/kenyamanan klien.
 Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung danberikan
tanda.
 Buka saluran udara dari flowmeter oksigen.
 Berikan vaselin/jelly.
 Masukkan dalam hidung sampai batas yang ditentukan.
 Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum denganmenekan
lidah pasien dengan menggunakan spatel (akan terlihatposisinya di bawah uvula).
 Fiksasi pada daerah hidung.
 Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam.
 Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatanaliran
oksigen, rute pemberian dan respon pasien.
 Cici tangan setelah melakukan tindakan
b. Kanula Nasal (konsentrasi O2 40-60% (1-5 ltr))
 Cuci tanagan.
 Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkansesuai
Level yang telah di tetapkan.
 Atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan,kemudian observasi
humidifier pada tabung air dengan menunjukanadanya gelembug air.
 Pasangkanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamananklien.
 Periksa kanula nasal setiap 6-8 jam.
 Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatanaliran
oksigen, rute pemberian dan respon pasien.
 Cici tangan setelah melakukan tindakan
c. Masker Oksigen
 Cuci tanagan.
 Atur posisi semi fowlerobservasi humidifier dengan melihat jumlahair yang
sudah disiapkan sesuai level yang telah di tetapkan atur aliranokigen sesuai
dengan kecepatan yang dibutuhkan,kemudian observasihumidifier pada tabung
air dengan menunjukan adanya gelembug air.
 Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung klien dan aturpengikat untuk
kenyamanan kllien.
 Periksa kanula nasal setiap 6-8 jam.
 Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatanaliran
oksigen, rute pemberian dan respon pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Wilkinson, Judith. M. 2006. Diagnosa Keperawatan NIC dan NOC, Edisi 7 Jakarta: EGC

Mubarak. Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC.

Arief mansjoer. 2011. Kapita Selekta kedokteran. Edisi 3. jakarta FKUL

Brunner & Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah. Edisi 8. Vol. 3. jakarta. EGC.

Doengoes. E. marlynn, dkk. 2010. Rencana Asuhan keperawatan, jakarta, EGC.

Elisabeth j.corwin, 2011 buku saku patofisiologi jakarta EGC.

Anda mungkin juga menyukai