Anda di halaman 1dari 2

MALINGAN ATAU LURAHAN

Nama : Dita Novia Ramdhani

Kelas : 1A

NIM : K7121083

Pada dasarnya permainan lurah-lurahan ini merupakan simbol kehidupan


bermasyarakat di desa. Terdapat seorang pemimpin dan banyak rakyat yang
disimbolkan dengan lidi pelepah daun kelapa. Seorang kepala desa (lurah)
biasanya memiliki kekuasaan yang besar, sedangkan rakyat (masyarakat)
digambarkan sama. Lurah bisa memerintah/menolong rakyatnya yang mengalami
kesulitan dengan mudah. Akan tetapi, sesama rakyat biasanya sukar atau memiliki
keterbatasan kemampuan dalam membantu sesamanya. Lurah juga memiliki
fasilitas yang memadai untuk membantu warganya yang sedang mengalami
kesulitan.
Permainan tradisional ini termasuk salah satu dolanan yang memakai alat, yaitu
lidi karena mudah diperoleh atau dalam istilah bahasa Jawa disebut biting. Selain
itu, juga menggunakan kapur atau sejenisnya untuk menggaris kotak sebagai
pembatas permainan. Biasanya yang bermain ini adalah kelompok anak-anak
sekolah dasar usia 7-12 tahun, baik laki-laki, perempuan, atau campuran. Jenis
permainan ini tidak banyak menguras tenaga, hanya membutuhkan ketekunan dan
kesabaran. Sehingga permainan ini bersifat santai untuk menghilangkan rasa lelah.
Waktu yang sering dipakai untuk bermain lurah-lurahan adalah waktu senggang,
bisa pagi, siang, atau sore hari. Namun biasanya permainan ini dilakukan pada
siang hari, karena diperlukan cahaya yang terang. Seperti dolanan lain yang tidak
banyak membutuhkan tempat yang luas, permainan lurah-lurahan juga hanya
membutuhkan tempat terbatas, minimal 1 meter persegi.

Cara Bermain
1. Permainan dimulai dengan menyebarkan kumpulan lidi ke tanah/lantai.
Usahakan lidi menyebar dengan teratur, sehingga lidi mudah diambil. Lidi yang
melewati garis pembatas/sebagian besar bagian lidi melewati garis pembatas,
maka lidi itu juga dinyatakan keluar.
2. Pemain mengambil lidi satu persatu, lidi yang lain tidak boleh ada yang
bergerak. Apabila lidi yang lain bergerak karena tersentuh lidi itu, maka
permainan selesai dan pemain yang lain mengatakan “Mil”, itu tandanya
permainan berhenti dan ganti giliran pemain yang lain.
3. Setiap lidi yang berhasil diambil diberi nilai 5, dan lidi lurah (yang paling
panjang) diberi nilai 15. Lurah dapat menolong lidi yang lain dengan mencongkel
dengan kepala lurah.
4. Permainan dilanjutkan terus menerus hingga ada salah satu pemain yang
mendapatkan nilai batas.
Selain itu, semua pemain harus menyepakati peraturan bersama, yang
disepakati secara lisan, antara lain :
1) Jika ada batang lidi setelah dilempar berada di luar kotak atau di atas garis,
tidak diikutkan;
2) Saat mengambil sebuah lidi menyebabkan lidi lain bergerak, berarti mati;
3) Batang lidi “lurah” bisa dipakai untu mengambil “nyuthik” batang lidi
lainnya; nilai sebatang lidi, misalkan 10, 20, dan seterusnya;
4) Batas nilai finish (mendapat sawah) disekapati bersama, misalkan 500,
1.000, dan sebagainya); bagi yang paling sedikit mendapat nilai, dianggap
kalah (boleh dengan hukuman atau tanpa hukuman, sesuai kesepakatan).
Apabila dalam 1 kelompok dimainkan oleh 2 pemain, misal A dan B, maka
keduanya bisa bermain saling berhadap-hadapan. Apabila B mendapat giliran
pertama bermain, maka ia memegang 9 batang lidi. Dengan jarak sekitar 30 cm di
atas lantai, pemain B melemparkan batang-batang lidi tersebut ke dalam kotak
yang ada di hadapannya. Maka batang-batang lidi akan terlempar dan bertebaran
di dalam kotak. Jika ada lidi yang terlempar di luar kotak atau berada di atas garis
kotak, maka batang lidi tersebut dianggap diskualifiasi atau tidak diikutkan dalam
penilaian saat itu juga.

Anda mungkin juga menyukai