Anda di halaman 1dari 8

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 271 - 278

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE ROTATING TRIO EXCHANGE (RTE) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI
MATEMATIS PADA SISWA SMP

Karim, Saifudin Nor Haris Saputera

Pendidikan Matematika FKIP Universitas Lambung Mangkurat,


Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin
e-mail : karim_unlam@hotmail.com

Abstrak. Untuk mengembangkan kemampuan matematis siswa, guru dapat


menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan unsur komunikasi matematis,
salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe rotating trio exchange
(RTE). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis
siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe RTE,
yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional, dan untuk mengetahui ada
atau tidaknya pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe RTE dalam
pembelajaran matematika terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan populasi seluruh kelas VIII
SMP Negeri 17 Banjarmasin. Pengambilan sampel mengunakan teknik random
sampling, sehingga diperoleh kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B
sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
dokumentasi dan tes. Data yang diperoleh dianalisis dengan statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi
matematis siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe RTE maupun yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional berada
pada kualifikasi baik. Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
RTE lebih baik dibandingkan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional,
dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe RTE memberi pengaruh pada
kemampuan komunikasi matematis siswa.

Kata kunci: rotating trio exchange, komunikasi matematis.

Salah satu tujuan belajar matematika saat ini adalah proses dimana suatu ide dialihkan
adalah pengembangan komunikasi matematis dari sumber kepada penerima atau lebih
siswa. Komunikasi secara umum dapat dengan maksud untuk mengubah tingkah
diartikan sebagai suatu peristiwa saling laku.
menyampaikan pesan yang berlangsung (2) Rogers dan D. Lawrence Kincaid (1981)
dalam komunitas dan konteks budaya. komunikasi adalah suatu proses di mana
Adapun menurut Cangara (2012) pengertian dua orang atau lebih membentuk atau
komunikasi menurut beberapa pakar sebagai melakukan pertukaran-pertukaran
berikut: informasi dengan satu sama lainnya,
(1) Everret M. Rogers seorang pakar yang pada gilirannya akan tiba pada
sosiologi pedesaan Amerika, komunikasi saling pengertian yang mendalam.
271
Karim, Saifudin Nor Haris Saputera: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio…… 272

Berdasarkan pengertian tersebut di model pembelajaran kooperatif tipe RTE


atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi sehingga siswa dapat berdiskusi tentang
merupakan proses menyampaikan pesan dari berbagai masalah dengan teman sekelas.
seseorang kepada orang lain secara Model pembelajaran kooperatif tipe RTE
langsung baik secara lisan maupun tulisan merupakan cara yang efektif untuk mengubah
dengan tujuan untuk mengubah sikap dan pola belajar dalam kelas. Pembelajaran ini
tingkah laku. Menurut NCTM (1989) memiliki prosedur yang memberi siswa lebih
komunikasi matematis merupakan banyak untuk berpikir, menjawab dan saling
kemampuan seseorang untuk menggunakan bekerjasama dengan kelompok berbeda.
kosakata, notasi dan struktur matematika Model pembelajaran ini merupakan upaya
untuk menyatakan dan memahami ide-ide yang tepat untuk mengembangkan
serta hubungan matematika. kemampuan komunikasi matematis.
Keseluruhan indikator kemampuan Menurut Isjoni (2010) langkah-
komunikasi matematis terangkum dalam 4 langkah RTE adalah kelas dibagi ke dalam
aspek, yaitu kemampuan tata bahasa beberapa kelompok yang terdiri 3 orang,
(grammatical competence), kemampuan kelas ditata sehingga setiap kelompok dapat
memahami wacana (discoure competence), melihat kelompok lainnya di kiri dan
kemampuan sosiolinguistik (sociolinguistic kanannya. Berikan pada setiap kelompok
competence) dan kemampuan strategis pertanyaan yang sama untuk didiskusikan.
(strategic competence) agar siswa tertantang Setelah selesai berilah setiap anggota
untuk berpikir dan bernalar secara matematis. kelompok tersebut nomor. Contohnya nomor
Penelitian ini menggunakan beberapa aspek 0, 1 dan 2. Kemudian perintahkan nomor 1
kemampuan komunikasi matematis sebagai untuk berpindah searah jarum jam dan nomor
upaya untuk mengetahui kemampuan 2 sebaliknya, berlawanan arah jarum jam.
komunikasi matematis siswa, yaitu aspek Sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Ini akan
kemampuan sosiolinguistik dan kemampuan mengakibatkan timbulnya trio baru. Berikan
memahami wacana. kepada setiap kelompok pertanyaan-
Untuk mengembangkan kemampuan pertanyaan baru untuk didiskusikan.
matematis siswa, guru dapat menerapkan Rotasikan kembali siswa seusai setiap
dengan model yang sesuai dengan unsur pertanyaan yang telah dikerjakan.
komunikasi matematis. Model pembelajaran Menurut Silberman (2009)
kooperatif adalah model pembelajaran yang beberapa prosedur dalam RTE yaitu:
menggunakan kelompok-kelompok kecil (1) Buatlah berbagai pertanyaan yang
dimana siswa dalam satu kelompok saling membantu siswa memulai diskusi
bekerja sama memecahkan masalah untuk tentang isi pelajaran.
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran (2) Bagilah siswa menjadi kelompok yang
kooperatif terdiri dari beberapa tipe, masing-masing beranggotakan tiga
diantaranya adalah Student Teams orang, kelas ditata sehingga dapat
Achievement Division (STAD), Think-Pair- dengan jelas telihat sebuah trio di
Share (TPS), Number-Head-Together (NHT), sebelah kanannya dan satu trio di
Talking Stick, Picture at Picture, Make A sebelah kirinya.
Match dan Rotating Trio Exchange (RTE). (3) Berilah masing-masing trio pertanyaan
Model pembelajaran kooperatif tipe pembuka (pertanyaan yang sama bagi
RTE merupakan model dimana siswa dapat tiap kelompok trio) untuk didiskusikan.
bekerja sama dengan kelompok yang Pilih pertanyaan mudah untuk memulai
berbeda, membantu jika ada teman dalam pertukaran trio.
kelompoknya yang mengalami kesulitan (4) Setelah masa diskusi selesai, mintalah
dalam memahami materi. Menurut Silberman trio-trio itu menentukan nomor 0,1 atau
(2009) salah satu cara membuat siswa aktif 2 bagi masing-masing dari anggotanya.
dari awal adalah dengan menggunakan Arahkan para siswa dengan nomor 1
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 271 - 278 273

untuk memutar searah jarum jam dan Pembelajaran yang cenderung


nomor 2 berlawanan arah jarum jam berpusat pada guru mengakibatkan siswa
sedangkan nomor 0 diam di tempat. menjadi pasif, sehingga dalam proses
(5) Mintalah sebuah pertukaran baru pembelajaran siswa sulit untuk
dengan sebuah pertanyaan baru. mengembangkan kecakapan berpikir,
(6) Trio dapat diputar berkali-kali sebanyak kecakapan interpersonal dan kecakapan
pertanyaan yang anda miliki untuk beradaptasi dengan baik. Oleh karena itu
ditetapkan dan waktu diskusi yang perlu diperhatikan, model pembelajaran yang
tersedia. digunakan haruslah mampu membuat siswa
Dari uraian di atas dapat menjadi lebih aktif dalam proses
disimpulkan bahwa model pembelajaran pembelajaran.
kooperatif tipe RTE merupakan model Hasil wawancara yang dilakukan
pembelajaran yang dapat melibatkan siswa peneliti dengan guru matematika di SMP
dalam mengulang materi agar siswa terlatih Negeri 17 Banjarmasin menunjukkan bahwa
dalam menemukan menguasai konsep dan hasil belajar siswa kelas VIII masih rendah.
pembelajaran yang berpusat pada siswa, Data yang diperoleh peneliti dari guru mata
adapun langkah model pembelajaran pelajaran matematika SMP Negeri 17
kooperatif tipe RTE ini kelas dibagi dalam Banjarmasin menunjukkan bahwa siswa kelas
beberapa kelompok yang terdiri dari 3 orang VIII yang mengikuti ulangan tengah
setiap kelompoknya atau yang disebut trio, semester (UTS) tidak ada siswa yang
setiap kelompok diberi pertanyaan yang sama mencapai ketuntasan belajar secara individu.
untuk didiskusikan kemudian diberikan nomor Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
0, 1, 2 pada setiap anggota kelompok, setelah rendahnya hasil belajar matematika siswa
selesai diskusi mintalah nomor 1 untuk pindah kelas VIII disebabkan beberapa faktor, antara
searah jarum jam dan nomor 2 berlawanan lain sebagian besar siswa tidak mau atau
jarum jam kemudian berikan pertanyaan merasa takut untuk bertanya kepada guru jika
kedua untuk didiskusikan dengan trio baru, ada hal-hal yang kurang jelas atau tidak
begitu pun seterusnya. dimengerti saat pembelajaran berlangsung,
Sedangkan pembelajaran dan model pembelajaran yang selama ini
konvensional yang dimaksud secara umum digunakan lebih terpusat pada guru sehingga
adalah pembelajaran dengan menggunakan siswa tidak secara aktif dilibatkan dalam
metode yang biasanya digunakan oleh guru proses belajar mengajar.
di sekolah, atau disebut juga dengan metode Peneliti juga mewawancarai
tradisional. Pembelajaran ini cenderung beberapa siswa kelas VIII, yang
berpusat pada guru, mengakibatkan siswa menunjukkan bahwa respon atau tanggapan
menjadi pasif, sehingga dalam proses siswa kurang menyukai pembelajaran yang
pembelajaran siswa sulit untuk selama ini diterapkan guru, yaitu
mengembangkan kecakapan berpikir, pembelajaran konvensional dimana guru
kecakapan interpersonal, dan kecakapan hanya memberikan informasi materi, latihan
beradaptasi dengan baik. Langkah-langkah soal dan pemberian tugas. Pembelajaran
pembelajaran berdasarkan kebiasaan seperti hanya berpusat pada guru, sedangkan siswa
memberi materi melalui ceramah, hanya menjadi objek di dalam kelas. Para
memberikan contoh soal dan latihan. Menurut siswa menyatakan bahwa mereka bosan
Kunandar (2011) pembelajaran konvensional dan tidak tertarik mengikuti pelajaran
sifatnya berpusat pada guru sehingga matematika. Guru jarang menerapkan model
pelaksanaannya kurang memperhatikan pembelajaran kooperatif sehingga siswa
keseluruhan situasi belajar dan pada jarang bekerja sama. Pada saat
umumnya tidak memperhatikan ketuntasan pembelajaran berlangsung siswa juga
belajar khususnya ketuntasan siswa secara merasa segan untuk bertanya kepada guru.
individu.
Karim, Saifudin Nor Haris Saputera: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio…… 274

Hasil penelitian Arifin (2011) pada Skor 0: siswa tidak mampu


siswa kelas X SMA menunjukkan bahwa menyajikan permasalahan dengan
menggunakan model pembelajaran gambar,
kooperatif tipe RTE dapat meningkatkan Skor 1: siswa mampu menyajikan
kemampuan analisis dan aktivitas belajar permasalahan dengan gambar
siswa. tetapi
Model pembelajaran kooperatif tipe gambar yang disajikan
RTE ini merupakan salah satu cara membuat belum benar atau belum lengkap,
siswa aktif dari awal dan juga efektif untuk Skor 2: siswa mampu menyajikan
mengubah pola pikir belajar dalam kelas. permasalahan dengan gambar dan
Dengan demikian, hal ini dapat memotivasi benar.
siswa untuk dapat menggunakan atau b. Menjelaskan gambar kedalam
mengkomunikasikan informasi-informasi uraian yang konstekstual dan
matematika, konsep dan menyelesaikan sesuai.
permasalahan secara runtut. Dengan Skor 0:
demikian, kemampuan komunikasi matematis siswa tidak mampu menjelaskan
siswa diharapkan menjadi lebih baik setelah unsur-unsur pada gambar dengan
dilaksanakan penelitian yang menggunakan benar,
model pembelajaran kooperatif tipe RTE. Skor 1:
Adapun hipotesis dari penelitian ini siswa mampu menjelaskan unsur-
adalah terdapat pengaruh penggunaan model unsur pada gambar tetapi belum
pembelajaran kooperatif tipe RTE dalam lengkap dan ada terdapat
pembelajaran matematika terhadap kesalahan,
kemampuan komunikasi matematis siswa. Skor 2:
siswa mampu menjelaskan unsur-
METODE unsur pada gambar dan benar.
Penelitian ini dilaksanakan dengan (2) Kemampuan wacana
metode eksperimental dengan menerapkan a. Memberikan gagasan (apa yang
bentuk Posttest-Only Control Design. dimana diketahui, ditanya) dari soal.
hasil tes akhir kelas eksperimen dan kelas Skor 0:
kontrol dibandingkan. Populasi dalam siswa tidak mampu menuliskan
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP apa yang diketahui, ditanya dari
Negeri 17 Banjarmasin tahun ajaran 2013- soal,
2014 sebanyak 253 siswa yang terdiri dari 7 Skor 1:
kelas. Sedangkan sampel penelitian adalah siswa mampu menuliskan apa
siswa kelas VIII A dan VIII B SMP Negeri 17 yang diketahui tetapi tidak
Banjarmasin. menuliskan apa yang ditanya dari
Teknik pengumpulan data yang soal atau sebaliknya,
digunakan dalam penelitian ini adalah Skor 2:
dokumentasi dan tes. Adapun kemampuan siswa mampu menuliskan apa
komunikasi matematis yang diamati yaitu (1) yang diketahui dari soal dengan
kemampuan sosiolinguistik dan (2) benar dan salah menuliskan apa
kemampuan wacana. Panduan skor yang ditanya dari soal atau
kemampuan komunikasi adalah sebagai sebaliknya,
berikut: Skor 3:
(1) Kemampuan sosiolinguistik siswa mampu apa yang diketahui
a. Menyajikan permasalahan dan apa yang ditanya dari soal
konstekstual ke dalam bentuk dengan benar dan lengkap.
gambar. b. Memberikan alasan terhadap suatu
pernyataan/pendapat matematika
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 271 - 278 275

Skor 0: 40,00 - 54,99 Kurang


siswa tidak mampu menuliskan < 40,00 Amat Kurang
rumus, dalam langkah penyelesai- (Adaptasi dari Dinas Pendidikan Provinsi
an soal salah dan hasil akhir salah, Kalimatan Selatan)
Skor 1:
siswa mampu menuliskan rumus, Hasil klasifikasi dari nilai akhir
dalam langkah penyelesaian soal kemampuan komunikasi matematis yang
salah dan hasil akhir salah, diperoleh kemudian dipersentasekan. Nilai
Skor 2: kemampuan komunikasi matematis selanjut-
siswa mampu menuliskan rumus, nya dianalisis menggunakan uji beda, yang
dalam langkah penyelesaian soal mana sebelumnya dilakukan uji pendahuluan
benar tetapi hasil akhir salah, berupa uji normalitas dan uji homogenitas.
Skor 3: Data yang berdistribusi normal dianalisis
siswa mampu menuliskan rumus, menggunakan uji t, sementara itu data yang
dalam langkah penyelesaian soal tidak berdistribusi normal dianalisis
benar dan hasil akhir benar. menggunakan uji Mann-Whitney.

Data yang diperoleh merupakan HASIL DAN PEMBAHASAN


nilai kognitif hasil kemampuan komunikasi Kemampuan komunikasi
matematis siswa yang berupa nilai evaluasi matematis kelas eksperimen dan kelas
akhir. Hasil kemampuan komunikasi matema- kontrol dilihat dari hasil evaluasi akhir
tis diinterpretasikan pada tabel berikut: pembelajaran. Evaluasi tersebut dilakukan
Tabel 1 Interpretasi kemampuan komunikasi pada pertemuan ketujuh di kelas eksperimen
matematis dan kelas kontrol..
Nilai Kriteria Frekuensi penilaian kemampuan
> 95,00 Istimewa komunikasi matematis dapat dilihat pada
80,00 - 94,99 Amat Baik tabel berikut:
65,00 - 79,99 Baik
55,00 - 64,99 Cukup

Tabel 2 Distribusi frekuensi penilaian kemampuan komunikasi matematis siswa kelas


eksperimen
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
≥ 95,00 6 22,22 Istimewa
80,00 – 94,90 8 29,63 Amat Baik
65,00 – 79,90 9 33,33 Baik
55,00 – 64,90 2 7,42 Cukup
40,10 – 54,90 1 3,7 Kurang
≤ 40,00 1 3,7 Amat Kurang
Jumlah 27 100

Berdasarkan tabel 2 penilaian kemampuan komunikasi matematis siswa ada 23 siswa atau 85,18%
berada pada kualifikasi baik sampai istimewa dan ada 4 siswa atau 14,82% yang berada pada
kualifikasi cukup sampai amat kurang dari 27 siswa.
Frekuensi penilaian kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat pada tabel berikut:
Karim, Saifudin Nor Haris Saputera: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio…… 276

Tabel 3 Distribusi frekuensi penilaian kemampuan komunikasi matematis siswa kelas


kontrol
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan
≥ 95,00 2 5,13 Istimewa
80,00 – 94,90 10 25,64 Amat Baik
65,00 – 79,90 16 41,02 Baik
55,00 – 64,90 4 10,26 Cukup
40,10 – 54,90 4 10,26 Kurang
≤ 40,00 3 7,69 Amat Kurang
Jumlah 39 100

Berdasarkan tabel 3 penilaian kemampuan


komunikasi matematis siswa ada 28 siswa Rangkuman hasil penilaian
atau 71,79% berada pada kualifikasi baik kemampuan komunikasi matematis kelas
sampai istimewa dan ada 11 siswa atau eksperimen dan kelas kontrol dari evaluasi
28,21% yang berada pada kualifikasi cukup dapat dilihat dalam tabel berikut:
sampai amat kurang dari 39 siswa.

Tabel 4 Deskripsi hasil penilaian kemampuan komunikasi matematis siswa


Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Nilai Tertinggi 100 95,83
Nilai Terendah 37,5 25
Rata-Rata (mean) 79,784 70,299

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa Nilai


rata-rata penilaian kemampuan komunikasi SIMPULAN DAN SARAN
matematis pada kelas eksperimen maupun Simpulan
kelas kontrol berada pada kualifikasi baik. Berdasarkan hasil penelitian yang
Dari pengambilan data diperoleh telah dilakukan, diperoleh simpulan sebagai
bahwa penilaian kemampuan komunikasi berikut:
matematis siswa kelas VIII A yang (1) Kemampuan komunikasi matematis
merupakan kelas eksperimen mempunyai siswa yang belajar dengan
rata-rata 79,784, sedangkan penilaian menggunakan model pembelajaran
kemampuan komunikasi matematis siswa VIII kooperatif tipe RTE berada dalam
B sebagai kelas kontrol mempunyai rata-rata kualifikasi baik.
70,299. Dari data dan hasil pengujian yang (2) Kemampuan komunikasi matematis
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa siswa yang belajar dengan
kemampuan komunikasi matematis siswa menggunakan model pembelajaran
kelas eksperimen lebih baik daripada kelas konvensional berada dalam kualifikasi
kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan baik.
bahwa kemampuan komunikasi matematis (3) Model pembelajaran kooperatif tipe RTE
siswa yang menggunakan model memberi pengaruh pada kemampuan
pembelajaran kooperatif tipe RTE lebih baik komunikasi matematis siswa.
dibandingkan kelas yang menggunakan
pembelajaran konvensional, sehingga dapat Saran
dikatakan bahwa model pembelajaran Berdasarkan hasil penelitian yang
kooperatif tipe RTE memberi pengaruh pada dilakukan, peneliti dapat mengemukakan
kemampuan komunikasi matematis siswa. saran-saran sebagai berikut:
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 271 - 278 277

(1) guru dapat menggunakan model Kardi, S. dan Nur, M. 2001. Pengantar pada
pembelajaran kooperatif tipe RTE Pengajaran dan Pengelolaan
sebagai alternatif untuk model Kelas. University Press, Surabaya.
pembelajaran dengan pokok bahasan Kunandar. 2011. Guru Profesional
yang lain, Implementasi KTSP. Rajawali Press, Jakarta.
(2) siswa diharapkan untuk dapat lebih Lambas, dkk. 2004. Materi Pelatihan
mengembangkan kemampuan Terintegrasi. Badan Proyek
komunikasi matematis dalam Pengembangan Sistem dan
memecahkan permasalahan Pengendalian Program SLTP,
matematika di sekolah maupun dalam Jakarta.
kehidupan sehari-hari, Mahmudi, Ali. 2009. Pengembangan
(3) diharapkan ada penelitian lanjutan Kemampuan Komunikasi
dengan menggunakan model Matematika Siswa Melalui
pembelajaran kooperatif tipe RTE pada Pembelajaran Matematika.
jenjang yang berbeda. Makalalah pada Seminar Nasional
Matematika dan Pendidikan
Matematika. FMIPA UNY,
DAFTAR PUSTAKA Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.
Arifin, S. 2011. Penerapan Model Muhsetyo, Gatot. 2007. Pembelajaran
Pembelajaran Aktif Melalui Strategi Matematika SD. Universitas
Rotating Trio Exchange untuk Terbuka, Jakarta.
Meningkatkan Kemampuan Analis Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia
dan Aktivitas Belajar Siswa SMA Indonesia, Bogor.
Kelas X Semester II Pokok NCTM. 1989. Curriculum and Evaluation
bahasan Kalor. Jurnal Pendidikan Standards for School Mathematics. USA.
Fisika. Unnes, Semarang. ---------. 2000. Principles and Standards for
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur School Mathematics. USA.
Penelitian Suatu Pendekatan Puspitasri, Febriyan Innes. 2013.
Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. Penggunaan Model Pembelajaran
Cangara, Hafied. 2012. Pengantar Ilmu Kooperatif Tipe RTE (Rotating Trio
Komunikasi. Raja Grafindo Exchange) untuk Meningkatkan
Persada, Jakarta. Hasil Belajar IPA pada Siswa
Dinas Pendidikan Pemprov Kalsel. 2004. Kelas 4 SDN 1 Bendosari
Pedoman Penyelenggaraan Ujian Kecamatan Sawit Kabupaten
Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Boyolali Semester Genap Tahun
Nasional bagi Sekolah/Madrasah Ajaran 2012/2013. Skripsi Sarjana.
Tahun ajaran 2003/2004 Provinsi FKIP UKSW, Salatiga. Tidak
Kalimantan Selatan, Banjarmasin. dipublikasikan.
Djarwanto. 2003. Statistika Nonparametrik. Silberman, Melvin L. 2009. Active Learning
BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. 101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Elliot, Portia C & Kenney, Margaret J . 1996. Pustaka Insan Madani,
Communication In Mathematics, K-12 & Yogyakarta.
Beyond.USA. Sudijono, A. 2008. Pengantar Statistik
Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., Nur, M., dan Pendidikan. Raja Grafindo
Ismono. 2000. Pembelajaran Persada, Jakarta.
Kooperatif. Pusat University Press, Sudrajat, Akhmad. 2008. Pengertian
Surabaya. Pendekatan, Strategi, Metode,
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta, Teknik dan Model Pembelajaran.
Bandung. http://akhmadsudrajat.wordpress.c
om/2008/09/12/ pengertian-
Karim, Saifudin Nor Haris Saputera: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Rotating Trio…… 278

pendekatan-strategi-metode-
teknik/ diakses 13 Maret 2014.
Sugiyanto. 2010. Model-model Pembelajaran
Inovatif. Yuma, Surakarta.
Suprihatiningrum, J. 2013. Strategi
Pembelajaran Teori & Aplikasi. Ar-
Ruzz Media, Yogyakarta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning
Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta.
Pustaka Pelajar.
Syah, M. 2010. Psikologi Belajar. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Tim Dosen PMIPA. 2013. Petunjuk Penulisan
Karya Ilmiah Edisi V. Jurusan
Pendidikan MIPA FKIP UNLAM,
Banjarmasin.
Tim MKPBM. 2001. Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung.
Trianto. 2010. Mendesain Pembelajaran
Kontekstual di Kelas. Cerdas
Pustaka, Jakarta.
Uno, H. B. 2009. Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif. Bumi Aksara,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai