Anda di halaman 1dari 5

Nama : Eka Emiliana Purwati

NIM : 201910210311077
Kelas : Agribisnis 4B

Mata Kuliah : Ekonomi Makro


Dosen Pengampu : Ir. Dyah erni Widyastuti, MM

Analisis Data
Komoditas : Ubi Kayu
Judul : Outlook Ubi Kayu Komoditas Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan
Tahun : 2016
Halaman : 59

Ubikayu merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup penting
peranannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah. Hal ini dikarenakan peranan
ubikayu sebagai sumber bahan pangan pengganti bahan pangan utama yaitu beras. Meskipun
masih banyak kendala yang dihadapi dalam merubah pola konsumsi masyarakat yang sudah
terbentuk selama ini, namun demi keamanan pangan suatu wilayah perlu kiranya sosialisasi
diversifikasi pangan berbahan ubikayu atau singkong sebagai bahan pangan alternative selain
beras atau jagung.
Disamping sebagai bahan makanan, ubikayu juga dapat digunakan sebagai bahan
baku industri dan pakan ternak. Ubi yang dihasilkan mengandung air sekitar 60%, pati 25%-
35%, serta protein, mineral, serat, kalsium, dan fosfat. Ubikayu merupakan sumber energi
yang lebih tinggi disbanding padi, jagung, ubijalar, dan sorgum.
Beberapa keunggulan ubi kayu diantaranya adalah :
1. kadar gizi makro (kecuali protein) dan mikro tinggi
2. daun mudanya sebagai bahan sayuran berkadar gizi makro dan mikro paling tinggi
dan proporsional dibandingkan dengan bahan sayuran lainnya
3. kadar glikemik dalam darah rendah,
4. kadar serat pangan larut tinggi
5. dalam usus dan lambung berpotensi menjadi probiotik,
6. secara agronomis mampu beradaptasi terhadap lingkungan marginal sehingga
merupakan sumber kalori potensial di wilayah yang didominasi oleh lahan marginal
dan iklim kering.

Perkembangan Luas Panen, Produksi, dan produktivitas Ubi kayu


Gambar 1. Perkembangan Luas Panen Ubi Kayu di Indonesia, Tahun 1980-2016
Perkembangan luas panen ubi kayu di Jawa dan di Luar Jawa cukup berbeda. Pada
periode 1980 – 2016 secara rata-rata luas panen ubi kayu di Jawa turun sebesar 2,25% per
tahun, sementara pertumbuhan luas panen di Luar Jawa justru meningkat sebesar 0,73% per
tahun. Pada periode lima tahun terakhir, pertumbuhan luas panen ubi kayu di Jawa
mengalami penurunan signifikan yaitu sebesar 6,88% per tahun, dan Luas panen di Pulau
Luar Jawa mengalami penurunan sebesar 5,92% per tahun, sehingga menyebabkan
penurunan luas panen ubi kayu Indonesia sebesar 6,38% per tahun.

Gambar 2. Perkembangan Produktivitas Ubi Kayu di Indonesia, Tahun 1980-2016


Pertumbuhan produktivitas ubi kayu Indonesia menunjukkan pola yang berbeda
dibandingkan dengan pola luas panen, yaitu cenderung meningkat sejak tahun 1980 hingga
2016 dengan pertumbuhan rata-rata pertahun sebesar 2,64%.
Selama lima tahun terakhir (periode 2012-2016) perkembangan produktivitas ubi
kayu Indonesia mengalami peningkatan sebesar 2,85% per tahun, sebagai akibat peningkatan
produktivitas di Pulau Jawa sebesar 4,23%, dan peningkatan produktivitas rata-rata di Luar
Pulau Jawa lebih rendah yaitu sebesar 1,79% per tahun. Peningkatan produktivitas ubi kayu
ptahuada periode tersebut di picu oleh peningkatan pertumbuhan produktivitas di tahun 1990
sebesar 21,41% dan tahun 2003 sebesar 11,87% . Pada tahun 2016 produktivitas ubi kayu
Indonesia mencapai 239,13 ku/ha atau lebuh tinggi 4,19% dari tahun 2015 mencapai 229,51
ku/ha, pada tahun 2014 yang mencapai 233,55 ku/ha.

Gambar 3. Perkembangan Produksi Ubi Kayu di indonesia, Tahun 1980-2016


Perkembangan produksi ubi kayu di Indonesia periode 1980-2016 secara umum
berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan. Secara lebih rinci
perkembangan produksi ubi kayu pada periode 1980-2016 meningkat rata-rata sebesar 1,33%
per tahun. Sementara itu pada periode yang lebih pendek yaitu lima tahun terakhir antara
tahun 2012 hingga tahun 2016, perkembangan produksi ubi kayu Indonesia cenderung
mengalami penurunan yaitu rata-rata 3,73% per tahun.
Perkembangan ubi kayu per wilayah menunjukkan pola serupa antar periode dengan
kecenderungan peningkatan produksi Pulau Luar Jawa lebih tinggi dari pada di Pulau Jawa.
Periode tahun 1980-2016 peningkatan pertumbuhan produksi di Luar Jawa cukup signifikan
yaitu sebesar 3,39% sementara di Pulau Jawa lebih rendah yaitu hanya sebesar 0,13% per
tahun. Secara lebih rinci pada periode lima tahun terakhir yaitu antara tahun 2012 hingga
2016, pola perkembangan ubi kayu di Luar Jawa mengalami penurunan yaitu rata-rata
sebesar 4,21% per tahun, sementara di Pulau Jawa mengalami penurunan yang lebih kecil
yaitu sebesar 3,05% per tahun.

Perkembangan Harga Ubi kayu


6.000

5.000

4.000
Rp/kg
)

3.000
(

2.000

1.000

0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Harga Produsen Harga Konsumen

Gambar 4. Perkembangan Harga Produsen dan Konsumen Ubi Kayu Indonesia, Tahun
2002-2015
Perkembangan harga produsen ubi kayu di Indonesia antara tahun 2002-2015
cenderung terus meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 15,84% per tahun,
demikian juga harga di tingkat konsumen rata-rata terus meningkat sebesar 14,03% (Gambar
9). Selama kurun waktu tersebut terjadi peningkatan pertumbuhan harga tertinggi di tingkat
produsen tahun 2004 sebesar 59,65% dan tahun 2009 sebesar 28,99%. Harga di tingkat
konsumen meningkat tertinggi tahun 2007 dengan peningkatan sebesar 63,34%. Margin
perdagangan terbesr terjadi tahun 2014 sebesar Rp 2.845,-.
Perkembangan Ekpor dan Impor Ubi Kayu

900.000
800.000
700.000
600.000
500.000
Ton
)

400.000
(

300.000
200.000
100.000
0
2016*)
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015

Volume Ekspor Volume Impor

Gambar 5. Perkembangan Volume Ekspor Impor Ubi kayu Indonesia, Tahun 2000-
2016
Pertumbuhan volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu mencapai
1467,13% atau mencapai volume ekspor 448,60 ribu ton. Peningkatan volume ekspor
tersebut memicu peningkatan nilai ekspor komoditas tersebut pada tahun yang sama yaitu
sebesar 1609,22% (57,35juta US$ yang terdiri dari ekspor dalam bentuk segar 20,4 juta US$
dan dalam bentuk olahan 36,9 juta US$).Ekspor ubi kayu Indonesia dalam bentuk segar dan
olahan yaitu dalam bentuk pati ubi kayu (cassava flour), ubi kayu keping kering (cassava
shredded) dan ubi kayu pelet (cassava pellets). Ekspor ubi kayu Indonesia terutama ke
Taiwan, Philipina, Australia, Malaysia, Inggris dan Brunei Darusalam.

Anda mungkin juga menyukai