Anda di halaman 1dari 11

PENGANTAR LABORATORIUM MEDIK

SIMBOL BAHAYA BAHAN KIMIA

OLEH :
NI KOMANG ARISTYADEWI
P07134121019
D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN ANALIS
KESEHATAN 2021/2022

SIMBOL BAHAYA BAHAN KIMIA

Simbol bahaya kimia adalah suatu piktogram berlatar belakang orange dengan garis
batas dan gambar berwarna hitam. Gambar yang terdapat dalam piktogram umumnya
menggambarkan sifat bahaya dari bahan yang dilabeli. Sifat bahaya tersebut misalnya
risiko ledakan dan kebakaran, risiko kesehatan dan keracunan, atau kombinasi keduanya.
Bahan-bahan kimia yang ada di laboratorium memiliki sifat yang beraneka ragam. Di
antara sifat-sifatnya tersebut, ada beberapa di antaranya yang ternyata dapat
membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan para pekerja dan lingkungannya (K3LH).
Untuk membedakan antara bahan kimia berbahaya dengan bahan kimia yang tidak
berbahaya diperlukan suatu simbol khusus yang bersifat universal. Inilah yang mendasari
dibuatnya suatu peraturan tentang simbol bahan kimia berbahaya. Melalui peraturan
tersebut, dibuatlah suatu simbol-simbol yang menandakan sifat berbahaya dari suatu bahan
kimia.

1. Corrosive (Korosif)

Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh


manusia
Contoh : klor, belerang dioksida
Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak
dengan kulit dan mata

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup.
Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat
diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2)>11,5),
ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.
Cara Penanganan :
a. Gunakan pelindung
Sebelum melakukan pertolongan pertama bila kulit terkena percikan bahan
corrosive, gunakan sarung tangan atau pelindung lainnya pada tangan agar Anda
tidak terkena bahan corrosive yang ada pada kulit penderita.
b. Melepaskan baju yang terpercik bahan corrosive
Pertolongan pertama bila kulit terkena percikan bahan corrosive adalah dengan
melepaskan baju yang terkena dari kulit penderita. Lepas kain secara perlahan
agar tidak menyentuh daerah lainnya. Jika memungkinkan, sebaiknya robek atau
gunting baju untuk melepaskannya dari penderita. Jangan lap daerah kulit yang
terpercik karena cairan dapat menyebar dan melukai bagian kulit lainnya. Selain
baju, Anda juga bisa melepaskan perhiasan atau pernak-pernik lainnya yang
melekat pada daerah kulit yang terpercik.
c. Bersihkan daerah yang terpercik.
Alirkan air sejuk yang bersih secara perlahan pada kulit yang terpercik selama
setidaknya 20 menit. Pastikan air yang dialirkan tidak tertumpah atau terkena
daerah tubuh lainnya.

Jangan mengelap seusai mengalirkan air pada kulit yang terpercik. Biarkan air mengalir
begitu saja tanpa perlu diusap. Tidak perlu mengoleskan ataupun memberikan antibiotik
atau senyawa kimia apapun pada kulit yang terpercik, cukup gunakan air sejuk yang
bersih saja.
d. Lapisi bagian kulit yang terpercik
e. Anda dapat mengalirkan air hingga bantuan tiba, atau Anda dapat melapisi luka
bakar akibat terpercik dengan kain kasa atau kain bersih biasa yang kering. Ikat
pada luka dengan kain secara longgar.

2. Dangerous for Enviromental (Bahan Berbahaya bagi Lingkungan)

Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi


Contoh : tributil timah klorida, tetraklorometan
Keamanan : hindari pembuangan langsung ke
lingkungan

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat
menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen
lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan
menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan
yaitu R50, R51, R52 dan R53.
Cara Penanganan :
a. Kenali dengan apa kita bekerja atau apa yang kita hasilkan dari pekerjaan kita
untuk memastikan kita memperlakukannya dengan benar
b. Gunakan alat pelindung diri yang dibutuhkan
c. Pasang indentitas (simbol dan label) pada bahan-bahan tersebut
untuk menghilangkan salah penggunaan
d. Tempatkan bahan/limbah tersebut pada tempat yang seharusnya
e. Buang sisa ataupun kemasan bahan tersebut sesuai aturan yang berlaku
f. Jangan pernah melakukan pencampuran bahan-bahan tersebut secara
serampangan
g. Khusus untuk pengelolaan limbah B3 terdapat hal tambahan yang harus
diperhatikan yaitu :

1) Limbah B3 yang dihasilkan hanya boleh diolah oleh pihak yang memang
sudah mendapatkan ijin dari KLH
2) Melaporkan kinerja pengelolaan limbah B3 minimal setiap 3 bulan ke
instansi yang ditunjuk
3) Melakukan penyimpanan limbah B3 maksimal 90 hari di tempat
penyimpanan sementara yang berijin

3. Explosive (Mudah Meledak)

Bahaya : eksplosif pada kondisi tertentu


Contoh : ammonium nitrat, nitroselulosa,
TNT
Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan
api, dan panas

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “Explosive“ dapat
meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain
bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari
bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak
sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam
Law for Explosive Substances Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi
kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak. Sebagai
contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa
solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan
mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun
keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus
dijaga sekecil/sedikit,mungkin baik untuk penanganan maupun
persediaan/cadangan. Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3.
Cara Penanganan :
a. Pertama, jauhkan bahan kimia yang menyebabkan luka bakar.
b. Bilas bagian yang kena luka bakar di bawah air mengalir selama 10-20 menit
(jangan terlalu sebentar). Jika bahan kimia bersentuhan dengan mata, bilas mata
terus- terusan selama minimal 20 menit sebelum mencari perawatan darurat
selanjutnya. Segera membilas area yang terluka dengan banyak air sangat
penting untuk melarutkan zat kimia yang menempel.
c. Lepaskan pakaian atau perhiasan atau kain yang terkontaminasi bahan kimia di
tubuh. Lepaskan dengan hati-hati, jangan sampai bahan kimia ini menempel
area tubuh lainnya yang tidak terpapar zat kimia, atau pada orang lain.

d. Untuk menjaga kondisi luka agar tidak semakin parah, bungkus area yang
terbakar dengan perban atau lap bersih secara longgar.
e. Jika luka bakar tidak terlalu dalam, Anda bisa menggunakan pereda nyeri seperti
ibuprofen atau paracetamol (acetaminophen). Jika luka tersebut sangat berat,
tunggu petugas medis datang untuk melakukan tindakan selanjutnya. Atau
segera ke IGD terdekat.

4. Oxidizing (Pengoksidasi)
Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab timbulnya api
atau penyebab sulitnya pemadaman api
Contoh : hidrogen peroksida, kalium perklorat
Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing“
biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar
atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran
secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam
(salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase R
untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.
Cara Penanganan :
a. Pertama, jauhkan bahan kimia yang menyebabkan luka bakar.
b. Bilas bagian yang kena luka bakar di bawah air mengalir selama 10-20 menit
(jangan terlalu sebentar). Jika bahan kimia bersentuhan dengan mata, bilas mata
terus- terusan selama minimal 20 menit sebelum mencari perawatan darurat
selanjutnya. Segera membilas area yang terluka dengan banyak air sangat
penting untuk melarutkan zat kimia yang menempel.

c. Lepaskan pakaian atau perhiasan atau kain yang terkontaminasi bahan kimia di
tubuh. Lepaskan dengan hati-hati, jangan sampai bahan kimia ini menempel
area tubuh lainnya yang tidak terpapar zat kimia, atau pada orang lain.
d. Untuk menjaga kondisi luka agar tidak semakin parah, bungkus area yang
terbakar dengan perban atau lap bersih secara longgar.
e. Jika luka bakar tidak terlalu dalam, Anda bisa menggunakan pereda nyeri seperti
ibuprofen atau paracetamol (acetaminophen). Jika luka tersebut sangat berat,
tunggu petugas medis datang untuk melakukan tindakan selanjutnya. Atau
segera ke IGD terdekat.

5. Flammable (Mudah Terbakar)


Bahaya : mudah
terbakar Meliputi :
a. Zat terbakar langsung
Contoh :aluminium alkil fosfor;
Keamanan : hindari campuran dengan
udara.
b. Gas amat mudah terbakar.
Contoh : butane,
propane.
Keamanan : hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api.
c. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila
kena air atau api.
d. Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 21
0C. contoh : aseton dan benzene.
Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan bunga api.
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat
sangat mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar. Untuk
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely
flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah
0ºC) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +35ºC). Bahan amat
sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran
bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan amat sangat
mudah terbakar adalah R12. Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan
notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan
di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di
bawah +21ºC). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat
sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat
menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan
akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai ‘highly flammable’. Frase-R untuk
bahan sangat mudah terbakar yaitu R11.
Cara Penanganan :
a. Pertama, jauhkan bahan kimia yang menyebabkan luka bakar.
b. Bilas bagian yang kena luka bakar di bawah air mengalir selama 10-20 menit
(jangan terlalu sebentar). Jika bahan kimia bersentuhan dengan mata, bilas mata
terus- terusan selama minimal 20 menit sebelum mencari perawatan darurat
selanjutnya. Segera membilas area yang terluka dengan banyak air sangat
penting untuk melarutkan zat kimia yang menempel.
c. Lepaskan pakaian atau perhiasan atau kain yang terkontaminasi bahan kimia di
tubuh. Lepaskan dengan hati-hati, jangan sampai bahan kimia ini menempel area
tubuh lainnya yang tidak terpapar zat kimia, atau pada orang lain.
d. Untuk menjaga kondisi luka agar tidak semakin parah, bungkus area yang
terbakar dengan perban atau lap bersih secara longgar.
e. Jika luka bakar tidak terlalu dalam, Anda bisa menggunakan pereda nyeri seperti
ibuprofen atau paracetamol (acetaminophen). Jika luka tersebut sangat berat,
tunggu petugas medis datang untuk melakukan tindakan selanjutnya. Atau
segera ke IGD terdekat.

6. Toxic (Beracun)

Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, terteln atau


kontak dengan kulit, dan dapat mematikan.
Contoh : arsen triklorida, merkuri klorida
Kemananan : hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat ke dokter
bila kemungkinan keracunan.
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat
menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada
konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.
Cara Penanganan :
a. Segera cuci bahan kimia yang mengenai tubuh, baik di mata, kulit maupun
bagian tubuh lainnya.
b. Jika pakaian yang kita kenakan juga terkena bahan kimia, segera lepaskan
pakaian yang terkena.
c. Jangan mengoleskan bahan secara sembarangan ke daerah yang terpapar tadi.
Contohnya seperti jangan mengoleskan pasta gigi, mentega atau minyak.
d. Bila kita terkena bahan oksidator, segera lepaskan logam yang melekat pada
tubuh. Seperti contohnya perhiasan dan lain sebagainya.
e. Jika terjadi luka, tutup luka dengan kasa pembalut atau kapas yang sudah diberi
cairan steril. Jika tidak ada, bisa gunakan kain biasa.

7. Harmful Irritant (Bahaya Iritasi)

a. Kode Xn (Harmful)
Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada
tubuh
Contoh : peridin
Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau hindari
menghirup, segera berobat ke dokter bila
kemungkinan keracunan.
b. Kode Xi (irritant)

Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan


alat pernapasan
Contoh : ammonia dan benzyl klorida
Keamanan : hindari terhirup pernapasan
Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan Xi.
Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko merusak
kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion),
atau kontak dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria
berikut: LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan LD50 dermal (tikus atau
kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5
mg/L LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L Frase-R untuk bahan
berbahaya yaitu R20, R21 dan R22. Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi
‘irritant’ atau kode Xi adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika
kontak dengan kulit atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37,
R38 dan R41

Cara Penanganan :
a. Mata
Pada mata, jika terjadi kontak yang membahayakan, bagi pengguna lensa kontak,
cek kemudian lepaskan dari mata. Bilas mata dengan air bersih sealama 20-30 menit
sebelum menghubungi rumah sakit. Disarankan tidak memberikan obat apapun
tanpa saran dari dokter atau tenaga medis.
b. Kulit
Jika anggota tubuh yang mengalami kontak adalah kulit, cepat-cepat siram dengan
air sebanyak mungkin selagi menyisihkan semua benda yang terkontaminasi.
Perlahan-lahan, cuci daerah yang terkena bahan kimia dengan air dan sabun. Jika
ditemui tanda kemerahan atau iritasi, hubungi dan segera bawa korban ke dokter.
c. Pernapasan
Sementara jika kontak terjadi melalui saluran pernapasan atau inhalasi, segera
tinggalkan tempat yang terkontaminasi dan hirup udara segar. Jika didapati gejala
Gangguan Pada Sistem Pernapasan Manusia seperti batuk, bersin, sesak napas, atau
rasa terbakar, hubungi tenaga medis. Pada korban yang tidak dapat bernapas atau
mengalami apnea, berikan napas buatan segera. Sementara pada korban yang sesak
napas atau dyspnea, disarankan memberikan tabung oksigen. Bagi tenaga
penyelamat atau medis, terlebih dahulu siapkan perlengkapan pelindung pernapasan
sebelum memasuki area yang terkontaminasi.
d. Pencernaan
Yang tak boleh diabaikan lagi, kebanyakan kita akan segera berusaha memuntahkan
atau mengeluarkan zat tidak dikenal yang tanpa sengaja tertelan dalam tubuh,
bukan? Namun perlu dipahami bahwa jika tertelan bahan kimia ini, hindari
memancing muntah. Jika korban masih dalam ambang kesadaran, berikan 1 atau 2
gelas air untuk melarutkan bahan kimia.
e. Namun jika korban tidak sadarkan diri, jangan masukkan apapun ke mulut korban,
pastikan lubang keluar masuk udara terbuka dan baringkan korban dengan posisi

f. kepala lebih rendah daripada badan. Setelah pertolongan pertama dilakukan, segera
minta bantuan medis dan bawa korban untuk mendapatkan penanganan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai