Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

HAK DAN KEWAJIBAN BERNEGARA BERDASARKAN


PANCASILA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

KELAS INDRALAYA

ARINI NASIHAH ( 06031182126001 )

SITI ATIKAH SURI ( 06031182126002 )

BINTANG DWI LESTARI ( 06031182126013 )

DOSEN PENGAMPUH :

NURHIDAYATULOH, SHI., S.Pd., SH., LL.M., MH., MHI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

TAHUN AJARAN 2021 / 2022

1
KATA PENGANTAR

Assallamu’allaikum Wr.Wb.

Segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa kehadiratnya tentunya kami tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa
selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
kita dari zaman jahiliyah menuju zaman sekarang ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai dalam Mata Kuliah


Kewarganegaraan. Dalam makalah ini kami akan memaparkan materi tentang
“HAK DAN KEWAJIBAN BERNEGARA BERDASARKAN PANCASILA “

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami sungguh berterima kasih kepada semua orang yang telah mendukung
kami.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Dengan ini, kami berharap semoga makalah ilmiah ini dapat memberi
pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan pembaca, dan mungkin dapat
dijadikan referensi bagi pembaca.

Palembang, 25 Oktober 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3
BAB I ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................. 6
C. TUJUAN MAKALAH ..................................................................................................... 6
BAB II ....................................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 7
A. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ............................................................. 7
B.WARGA NEGARA ........................................................................................................ 10
C. KEWARGANEGARAAN INDONESIA ...................................................................... 12
D. FUNGSI WARGA NEGARA ....................................................................................... 14
E. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA DALAM NILAI
DASAR/NILAI SILA PANCASILA ............................................................................. 14
F. HUBUNGAN ANTARA NILAI KELIMA SILA PANCASILA DENGAN
HAK DAN KEWAJIBAN ASASI MANUSIA SECARA SEDERHANA ................... 15
G. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA DALAM NILAI
INSTRUMENTAL SILA-SILA PANCASILA ............................................................. 17
H. HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA DALAM NILAI PRAKTIS
SILA-SILA PANCASILA ............................................................................................. 18
I. SIKAP POSITIF UNTUK MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK ................... 21
BAB III ................................................................................................................................... 24
PENUTUP ............................................................................................................................... 24
A. KESIMPULAN .............................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 25

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia dikenal sebagai bangsa yang pluralistik atau heterogen


karena terdiri atas banyak bangsa atau suku bangsa. Suku bangsa-suku bangsa
yang ada di Indonesia memiliki ikatan-ikatan etnik atau ikatan primordial, seperti
kesatuan ras, budaya, agama, bahasa, dan tradisi. Bangsa Indonesia dapat bersatu
bukan karena ikatan-ikatan primordial tetapi karena perasaan satu nasib dan cita-
cita bersama. Kesatuan inilah yang menumbuhkan nasionalisme Indonesia.

Indonesia merupakan suatu negara yang demokratis dan tentunya


mempunyai elemen, seperti masyarakat. Masyarakat di sini sangat berperan dalam
pembangunan suatu negara. negara mempunyai hak dan kewajiban bagi warga
negaranya begitu pula dengan warga negaranya juga mempunyai hak dan
kewajiban terhadap negaranya. seperti apakah hak dan kewajiban tersebut yang
seharusnya dipertanggungjawabkan oleh masing-masing elemen tersebut. dalam
makalah ini akan mencoba membahas tentang hak dan kewajiban bernegara
berdasarkan Pancasila.

Dalam kehidupan sehari-hari, hak adalah sesuatu yang sangat penting.


Ketertiban masyarakat akan segera terwujud jika semua orang sanggup berbuat
sesuai dengan haknya. Jika ada segelintir orang saja yang bertindak tidak sesuai
dengan haknya, niscaya ketertiban masyarakat akan terganggu. Seseorang dapat
saja berbuat suatu perilaku yang melangar hak orang lain dalam kehidupan sehari-
hari, seperti mengambil barang milik orang (mencuri). Oleh penegak hukum ia
akan ditangkap dan menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku karena
telah melanggar hak orang lain.

Negara dan warga negara memiliki Hubungan timbal balik dalam


kehidupan berbangsa dan bernegara. Dimana, negara memiliki tanggungjawab
terhadap warga negaranya begitu juga sebaliknya. Untuk memfomulasikan
Menurut Miriam Budiardjo (Suryo 2008 : 49).“Negara adalah suatu daerah
teritorial yang rakyatnya di perintah oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil
menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangan
melalui penguasaan monopolistis terhadap kekuasaan yang sah”.

Dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945 yang menjadi tujuan


negara adalah “Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

4
perdamaiaan abadi dan keadilan sosial”. Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa
hubungan antara negara dan warga negaranya memiliki relevansi dalam aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Namun demikian, negara yang berkewajiban dalam memenuhi hak-hak


warga negaranya tidak dapat berlangsung dengan baik tanpa dukungan warganya.
Dukungan yang dimaksud adalah adanya bentuk pelaksanaan kewajiban sebagai
warga negara. Dalam pemenuhan hak warga negaranya haruslah sejalan dengan
pelaksanaan kewajibannya, salah satunya warga negara harus menunjukkan sikap
patuh terhadap peraturan yang diberlakukan.

Menjadi warga negara yang baik (be a good citizen) merupakan suatu hasil
yang diharapkan dari hubungan antara negara dengan warga negara. Warga negara
yang baik adalah warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya mampu
mengkritisi, serta partisipatif, dan bertanggungjawab dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dari hal tersebut, maka warga negaranya mampu melaksanakan
serta memahami keseimbangan antara hak dan kewajibannya maka terbentuklah
masyarakat yang mandiri sering disebut madani (civil society).

Di kehidupan sehari-hari sering kita mendengar kata-kata seperti warga


desa, warga kota, warga masyarakat, warga sekolah, warga kampus, warga RT
dan sebagainya. Misalnya dengan kalimat seperti “Warga Desa Sukomaju
bergotong royong membersihkan selokan”. Ada juga istilah warga bangsa, warga
dunia, dan warga negara.

Status kewarganegaraan seseorang untuk diakui negara itu sangat penting.


Karena setiap manusia yang khususnya dilahirkan di wilayah suatu negara
mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama di hadapan Tuhan Yang
Maha Esa. Selain itu, hal yang penting adalah bahwa setiap orang harus
mendapatkan hak untuk memperoleh status kewarganegaraan sehingga terhindar
dari hukuman yang berlaku di negara yang ditempatinya.1

Pemberdayaan siswa pada dasarnya dapat dilakukan dengan cara


mengoptimalisasikan siswa sesuai dengan karakteristik perilaku dan aktivitas
pembelajaran yang mengarah kepada kebiasaan mandiri, berinisiatif, produktif,
berencana, tuntas, kreatif, sabar, jujur, terbuka atau transparan, dengan transaksi
horizontal secara proporsional. Kebiasaan-kebiasaan ini menjadi faktor
pendukung dalam tatanan civil society.

Pendidikan memiliki peran yang penting dalam pengembangan serta


kemajuan masyarakat. Dalam pasal 3 undang- undang Nomor 20 tahun 2003

1
(Bambang Tri Purwanto - Sunardi H.S 2020)

5
mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional, “ Tujuan pendidikan nasional
adalah mengembangkan potensi siswa menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.

Membicarakan hubungan antara warga negara dan negara pada hakikatnya


adalah membicarakan suatu hubungan kekuasaan, di mana antara yang berkuasa
dan yang dikuasai.

Hubungan antara rakyat dan pemerintah adalah hubungan antara pemberi


mandat dengan yang diberikan mandat dalam sebuah negara berdaulat.
Keberadaan negara (dalam hal ini pemerintah) tidak memiliki makna apabila tidak
memiliki dukungan dan legitimasi dari warga negaranya sebagai pemegang
kedaulatan. Itulah pentingnya kedudukan warga negara dalam sebuah negara
berdaulat, seperti negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hak, Kewajiban dan Warga Negara ?


2. Bagaimana Hak dan Kewajiban warga negara berdasarkan Pancasila ?
3. Jelaskan apa saja sikap positif yang kita dapatkan karena menjadi warga
negara yang baik ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui arti dari hak,kewajiban dan warga negara.


2. Untuk mengetahui keterkaitan antara hak dan kewajiban dengan pancasila.
3. Untuk mengetahui Sikap positif menjadi warga negara yang baik.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hak dan Kewajiban Warga Negara


1. Hak dan Kewajiban.

Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, kita


harus mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara,
kita harus tahu hak dan kewajiban masing-masing.

Begitu pun dengan pejabat atau pemerintah juga harus tahu akan
hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan
aturan-aturan yang berlaku, jika hak dan kewajiban seimbang dan
terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera.

2. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Menurut Para Ahli :

a. Menurut Prof. Dr. Notonegoro

Pengertian hak dan kewajiban warga negara menurut para ahli


dimulai dari Prof. Dr. Notonegoro. Beliau mengungkapkan bahwa hak
adalah sebuah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu hal yang
memang semestinya diterima atau dilakukan. Dalam hal ini, tidak bisa
dilakukan atau diterima oleh pihak yang lain.

Prof. Dr. Notogeoro menyatakan kewajiban sebagai sebuah


beban memberikan suatu hal yang sudah semestinya diberikan oleh
pihak tertentu. Dalam hal ini tidak bisa diberikan oleh pihak yang lain
dan sifatnya bisa dituntut secara paksa jika tidak dipenuhi. Kewajiban
juga diartikan sebagai suatu hal yang harus dilakukan.

b. Menurut Curzon

Curzon membagi hak menjadi 5 kelompok. Hak sempurna dapat


dipaksakan melalui hukum. Hak utama adalah hak yang diperluas
hak-hak tambahan. Hak publik adalah hak yang dimiliki masyarakat.
Hak positif adalah hak melakukan perbuatan tertentu. Hak milik
adalah hak yang berhubungan dengan barang atau kedudukan.

Curzon juga membagi 5 kelompok kewajiban. Kewajiban mutlak


yaitu kewajiban diri sendiri. Kewajiban publik yaitu kewajiban

7
mematuhi hak publik. Kewajiban positif yaitu kewajiban
menghendaki dilakukan sesuatu. Kewajiban umum yang berlaku
untuk umum. Kewajiban primer yang tidak timbul dari perbuatan
melawan hukum.

c. Menurut Soerjono Soekanto

Soerjono Soekanto membedakan hak menjadi dua pengertian


yaitu hak searah atau relatif dan hak jamak arah atau absolut. Hak
searah merupakan hak yang ada dalam hukum perjanjian. Contohnya
adalah hak menagih yang artinya sudah ada perjanjian atau ikatan
untuk ditagih.

Sementara itu hak jamak arah terdiri dari 4 jenis hak. Pertama,
hak dalam hukum tata negara. Kedua, hak kepribadian atas tubuh dan
kebebasan. Ketiga, hak kekeluargaan atas suami, orang tua, dan anak.
Keempat, hak cipta dan hak atas merek atau paten.

d. Menurut John Salmond

John Salmond membagi hak ke dalam 4 pengertian. Hak dalam


arti sempit yaitu hak yang berpasangan dengan kewajiban. Hak
kemerdekaan yaitu hak kebebasan tanpa melanggar hukum. Hak
kekuasaan yaitu hak mengambil keputusan tanpa melanggar peraturan
hukum. Hak kekebalan yaitu hak dibebaskan dari kekuasaan orang
lain.

e. Menurut Prof. R. M. T. Sukamto Notonagoro

Kewajiban menurut Prof. R. M. T. Sukamto Notonagoro adalah


sesuatu yang harus dilakukan oleh pihak tertentu dan bisa dituntut
paksa oleh orang yang berkepentingan. Kewajiban dapat timbul
karena keinginan dari diri sendiri dan orang lain. Kewajiban ini bisa
muncul dari hak yang dimiliki oleh orang lain.

Sementara itu menurut Prof. R. M. T. Sukamto Notonagoro hak


adalah sebuah kuasa menerima atau melakukan suatu hal yang
memang semestinya diterima atau dilakukan. Dalam hal ini tidak bisa
dilakukan dan diterima oleh pihak lainnya. Hak dan kewajiban warga
negara, keduanya bisa dituntut paksa oleh yang bersangkutan.

f. Menurut KBBI

8
Hak dan kewajiban juga bisa dipahami melalui arti kata yang
tercantum di KBBI. Kata hak dan kewajiban memiliki arti masing-
masing yang bisa membantu kita memahami lebih jauh mengenai hak
dan kewajiban. Berikut akan diberikan pemahaman hak dan
kewajiban berdasarkan arti kata di KBBI.

Hak diartikan sebagai kewenangan, kekuasaan untuk berbuat


sesuatu, kekuasaan yang benar atas sesuatu, milik atau kepunyaan,
dan kewenangan dalam hukum. Menurut arti ini, bisa kita ketahui
bahwa hak merupakan sebuah kewenangan dan kebebasan melakukan
sesuatu. Namun, kebebasan tersebut harus dilandasi hukum.2

3. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia tercantum dalam UUD


1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yakni :

1. Pasal 26 UUD 1945, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

Pasal 26 UUD 1945, ayat (2), syarat-syarat mengenai


kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

2. Pasal 27 UUD 1945, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahannya, wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu.

Pasal 27 UUD 1945, ayat (2), tiap-tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3. Pasal 28 UUD 1945, kemerdekaan berserikat dan berkumpul,


mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang.

4. Pasal 30 UUD 1945, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk
ikut serta dalam pembelaan negara.

Pasal 30 UUD 1945, ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut


diatur dengan undang-undang.

4. Hak Warga Negara Indonesia :

22
(Hairon Nisa 2020) (Abriansyah Liberto 2021)

9
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak: "Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan" (pasal 27 ayat 2).

2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: "Setiap orang


berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya" (pasal 28A).

3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui


perkawinan yang sah (pasal 28B ayat 1).

4. Hak atas kelangsungan hidup: "Setiap anak berhak atas kelangsungan


hidup, tumbuh, dan Berkembang".

5. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan


dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya
demi kesejahteraan hidup manusia (pasal 28C ayat 1).

6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara


kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya (pasal
28C ayat 2).

7. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum


yang adil serta perlakuan yang sama di depan hukum (pasal 28D ayat
1).

8. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi, hak untuk hidup, hak untuk
tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun (pasal 28I ayat 1).

B. Warga Negara

Warga negara diartikan dengan orang-orang yang menjadi bagian


dari suatu penduduk. Istilah warga negara dahulu dikenal dengan sebutan
hamba atau kawula negara. Warga negara berasal dari dua kata, yaitu warga
dan negara. Warga diartikan sebagai anggota atau peserta. Warga
mengandung arti peserta atau anggota dari suatu kelompok atau organisasi
perkumpulan. Warga negara, artinya warga atau anggota dari suatu negara.

10
A.S. Hikam mendefinisikan warga negara sebagai terjemahan dari
citizenship, yaitu anggota dari suatu komunitas yang membentuk negara itu
sendiri. Sebaliknya, menurut Koerniatmanto S. dinyatakan bahwa warga
negara sebagai anggota negara yang memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban
terhadap negaranya. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 26
menyatakan bahwa warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli
dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga
negara. Selanjutnya yang dimaksud orang-orang bangsa lain menurut UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah orang-orang peranakan
Belanda, peranakan Tionghoa, dan peranakan Arab yang bertempat
kedudukan di Indonesia dan mengakui Indonesia sebagai tanah airnya dan
bersikap setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pasal 1 poin 1 UU No. 12 Tahun 2006 menyatakan warga negara


adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan. Selain itu, pada Pasal 2 UU No. 12 Tahun 2006 dinyatakan bahwa
yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang
sebagai warga negara. UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia menyatakan bahwa dimaksud dengan warga negara
Indonesia adalah

a. Setiap orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan/atau


berdasarkan perjanjian pemerintah Republik Indonesia dengan negara lain
sebelum Undang-Undang ini berlaku sudah menjadi warga negara
Indonesia;
b. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah dan ibu
warga negara Indonesia;
c. Anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga
negara Indonesia dan ibu warga negara asing:
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah warga negara
asing dan ibu warga negara Indonesia;
e. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu warga negara
Indonesia, tetapi ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan atau hukum
negara asal ayahnya tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak
tersebut;
f. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 (tiga ratus) hari setelah
ayahnya meninggal dunia dari perkawinan yang sah dan ayahnya warga
negara Indonesia;
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara Indonesia;

11
h. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari seorang ibu warga
negara asing yang diakui oleh seorang ayah warga negara Indonesia
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut
berusia 18 (delapan belas) tahun atau belum kawin;
i. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesa yang pada waktu
lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya;
j. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik
Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui;
k. anak lahir di wilayah negara Republik yang Indonesia apabila ayah dan
ibunya tidak mem- punyai kewarganegaraan atau tidak diketahui
keberadaannya;
l. anak yang dilahirkan di luar wilayah negara Republik Indonesia dari
seorang ayah dan ibu warga negara Indonesia yang karena ketentuan dari
negara tempat anak tersebut dilahirkan memberikan kewarganegaraan
kepada anak yang bersangkutan;
m. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia
sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

C. Kewarganegaraan Indonesia

Sebagai warga negara Indonesia, setiap manusia yang khususnya


dilahirkan di wilayah Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban
yang sama di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Kita sudah mempunyai hak
asasi manusia sejak kita dilahirkan. Selain itu, hal yang penting adalah setiap
orang harus mendapatkan hak untuk memperoleh status kewarganegaraan
sehinggaterhindar dari hukuman yang berlaku di Indonesia dalam peraturan
perundang-undangan tentang kewarganegaraan.

Sementara pengertian kewarganegaraan itu sendiri adalah keanggotaan


seseorang dalam saruan politik tertentu (secara khusus: negara) yang
dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam kegiatan politik.
Sescorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara.
Scorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang
dianggotainya.

Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa


Inggris: citizenship). Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan
kebangsaan (bahasa Inggris: nationality). Yang membedakan adalah hak-hak
untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk memiliki
kebangsaan tanpa menjadi scorang warga negara (contoh, secara hukum

12
merupakan subjek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki
hak berpartisipasi dalam politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak
politik tanpa menjadi anggota bangsa dari suatu negara.

Seorang warga negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh
UU sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan
diberikan kartu tanda penduduk, berdasarkan kabupaten atau (khusus DKI
Jakarta) provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang
ini akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan,
NIK) apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor
pemerintahan. Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai
bukti identitas ang bersangkutan dalam tata hukum internasional.

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU No. 12 Tahun


2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Warga negara sesuai
dengan definisi yang tertera di peraturan perundang-undangan, yaitu Pasal 1
angka 1 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan adalah warga
suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Lebih lanjut khusus mengenai warga negara Indonesia (WNI) dijelaskan di
dalam pasal 26 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang kemudian direpetisi di
dalam pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006. Bahwa yang menjadi WNI adalah
orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan Undang Undang sebagai warga negara.

Adapun untuk menentukan siapa siapa yang menjadi warga negara, di-
gunakan dua kriteria.

1. Kriteria kelahiran.
Berdasarkan kriteria ini, masih dibedakan lagi menjadi dua.
a. Kriteria kelahiran menurut asas keibubapaan atau disebut pula ius
Sanguinis. Di dalam asas ini, seseorang memperoleh
kewarganegaraan suatu negara berdasarkan asas kewarganegaraan
orang tuanya, di mana- pun ia dilahirkan.
b. Kriteria kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau ius soli. Di
dalam asas ini, sescorang memperoleh kewarganegaraannya
berdasarkan negara tempat di mana dia dilahirkan, meskipun orang
tuanya bukan warga negara dari negara tersebut.
Kedua prinsip kewarganegaraan ini digunakan secara bersama
dengan mengutamakan salah saru, tetapi tanpa meniadakan yang satu.
Konflik antara ius soli dan ius sanguinis akan menyebabkan
terjadinya kewarganegaraan rangkap (bi-patride) atau tidak
mempunyai kewarganegaraan sama sekali (a-patride).

13
Berhubungan dengan itu maka untuk menentukan
kewarganegaraan sescorang digunakan dua stelsel kewarganegaraan
(di samping kedua asas di atas), yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif.
Pelaksanaan kedua stelsel ini kita bedakan dalam hal berikut.
1) Hak opsi ialah hak untuk memiliki kewarganegaraan (pelaksanaan
stelsel aktif).
2) Hak repudisi ialah hak untuk menolak kewarganegaraan
(pelaksana stelsel pasif).
3) Naturalisasi atau pewarganegaraan adalah suatu proses b. kan
sescorang dengan syarat-syarat tertentu mempunyai
kewarganegaraan hukum; yang menyebab- negara lain.

D. Fungsi Warga Negara

1. Menjunjung hukum dan pemerintahan yang sah dan berdaulat.


2. Ikut serta dalam upaya pembelaan negara sesuai kapasitas dan bidang
masing-masing.
3. Menghormati hak asasi manusia (HAM) orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
4. Tunduk kepada peraturan dan batasan yang ditetapkan dengan undang-
undang.
5. Menjaga persatuan dan kesatuan negara.
6. Mentaati dasar negara, hukum, dan pemerintahan tanpa terkecuali.
7. Turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa.3

E. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Dalam Nilai Dasar/Nilai Ideal Sila
Pancasila

Diterimanya Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara


membawa konsekuensi logis bahwa nlai-nilai Pancasila harus selalu
dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi pengaturan serta
penyelenggaraan negara. Pelaksanaan dari Pancasila adalah dengan
menjabarkan nilai-nilai Pancasila dalam peraturan perundangundangan yang
berlaku. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, dasar negara, dan
ideologi nasional secara konseptual mengandung niai demokrasi, Hak Asasi
Manusia, persatuan dan kesatuan dalam semangat kekluargaan dan
kebersamaan yang harmonis serta mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

3
(Faozan Tri Nugroho 2020)

14
Kita tahu bahwa Pancasila adalah ideologi yang meletakkan
penghormatan hak dan kewajiban warga negara serta menjamin hak dan
kewajiban asasi manusia dalam nilainilai yang terkandung didalamnya. Nilai-
nilai Hak Asasi Manusia dalam Pancasila dapat dikategorikan menjadi hak
asasi manusia dalam nilai dasar/ideal sila pancasila, dalam nilai instrumental
sila-sila pancasila, dan dalam nilai praksis sila-sila Pancasila.

Nilai dasar atau nilai ideal Pancasila adalah nilai yang relatif tetap
(tidak berubah) seperti yang tercantum dalam alenia ke IV Pembukaan UUD
Negara republik Indonesia Tahun 1945 . Nilai dasar atau nilai ideal
merupakan nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar ini mendasari
semua aktivitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Niai
dasar/nilai ideal dalam konteks kehidupan bangsa Indonesia tercermin di
dalam Pancasila yang secara eksplisit tertuang dalam UUD NRI tahun 1945.

F. Hubungan antara nilai kelima sila Pancasila dengan hak dan kewajiban
asasi manusia secara sederhana dapat diuaraikan sebagai berikut:

1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, memberikan jaminan kebebasan kepada


pemeluk agama sesuai dengan keyakinannya, tidak ada paksaan dalam
memeluk agama, sekaigus berkewajiban untuk saling menghormati dan
bekerjasama dengan sesama umat beragama dan antar umat beragama
yang berbeda.
2. Setiap agama dipandang sama hak dan kedudukannya terhadap negara.
Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan jaminan kepada
setiap manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahkluk
Tuhan Yang Maha Esa yang sama derajatnya, hak dan kewajiban
asasinya. Tindakan yang selaras dengan Nilai Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab diantaranya dengan kewajiban untuk mengembangkan sikap
saling mencintai dengan sesama manusia, sikap tenggang rasa dan tepo
sliro.
3. Nilai Persatuan Indonesia, mengamanatkan adanya unsur pemersatu
diantara warga negara dengan semangat rela bekorban dan menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
golongan. Adanya perbedaan suku, budaya, bahasa, adat istiadat jangan
dijadikan alasan berselisih tetapi sebagai daya tarik ke arah kerjasama
yang harmonis memperkuat persatuan dan kesatuan.
4. Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan, mencerminkan pemerintahan rakyat yang
dalam menetapkan suatu peraturan ditempuh dengan jalan musyawarah
untuk mufakat berdasarkan kebenaran dari Tuhan YME dan akal sehat

15
dengan mempertimbangkan kehendak rakyat untuk mencapai kebaikan
hidup bersama (kehidupan Demokrasi). Dalam sistem demokrasi setiap
warga negara mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama,
sehngga dalam hal ini setiap warga negara berkewajiban untuk
menghargai, bertanggung jawab serta melaksanakan semua hasil
keputusan bersama.
5. Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, setiap warga negara
mendapatkan segala sesuatu yang telah menjadi haknya sesuai dengan
esensi adil dan beradab. Dalam pelaksanaannya setiap warga negara
berkewajiban untuk mengembangkan sikap adil terhadap sesama.,
menjaga keseimbangan, keserasian, dan keselarasan, antara hak dan
kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.

No Sila Pancasila Contoh Jenis Hak Asasi yang Terkait

1 Ketuhanan Hak memeluk agama sesuai dengan keyakinan


Yang Maha Esa masing- masing.
Hak untuk melaksanakan ibadah menurut
kepercayaannya masing-masing.
Hak dan kewajiban menghormati dan bekerjasama
dengan
antar umat beragama
2 Kemanusian Hak perlakuan yang adil dan setara baik dihadapan
yang Adil dan hukum maupun dalam kehidupan keseharian
Beradab Hak dan kewajiban untuk mengembangkan sikap
saling mencintai dengan sesama manusia, sikap
tenggang rasa dan tepo sliro
Hak mendapatkan penghidupan yang layak dan
Kesejahteraan
3 Persatuan Hak ikut serta dalam pembelaan negara.
Indonesia Hak hidup dan bergaul satu sama lainnya dalam
semangat persaudaraan
hak dan kewajiban berkerjasama secara harmonis
dalam
memperkuat persatuan dan kesatuan

16
4 Kerakyatan Hak mengeluarkan pendapat baik secara tertulis
yang Dipimp- maupun lisan.
in oleh Hikmat Kewajiban untuk menghargai, bertanggung jawab
Kebijaksanaan serta melaksanakan semua hasil keputusan bersama
dalam Permusy- Hak memperoleh kesempatan yang sama dalam
awaratan/ Per- pemerintahan, misalnya menduduki kursi jabatan di
wakilan pemerintahan.

5 Keadilan Sosial Hak mendapatkan jaminan sosial


bagi Seluruh Hak mendapatkan pekerjaan dan perlindungan
Rakyat kesehatan
Indonesia Hak setiap warga negara memiliki hak milik serta
kewajiban menggunakan hak miliknya sesuai dengan
kegunaannya tanpa mengganggu hak milik orang
lain.

G. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Nilai Instrumental Sila-Sila


Pancasila.

Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar yang


sifatnya lebih khusus. Nilai instrumental dalam pelaksanaannya dapat
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi serta perkembangan jaman dengan
tetap berdasarkan pada nilai dasar. Pada umumnya berbentuk
ketentuanketentuan konstitusional mulai dari Undang-Undang Dasar sampai
dengan peraturan daerah.

Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang


menjamin Hak Asasi manusia adalah :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang


tercantum dalam Pembukaan dan pasa l-pasalnya mulai pasal 27 sampai
dengan pasal 34, terlebih khusus pasal 28 A -28 J tentang Hak Asasi
Manusia.

2. Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia yang


didalamnya juga tertuang Piagam HAM Indonesia.

17
3. Ketentuan dalam Undang-Undang antara lain :

a. UU Nomor 9 Tahun 1998 yang berisi tentang kebebasan menyatakan


pendapat.
b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2005 tentang
Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik
e. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005 tentang
Kovenan Internasional Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya. f. UU
Nomor 26 TAhun 2006, berisikan tentang pengadilan terhadap
pelanggar HAM.

H. Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Nilai Praksis Sila-Sila


Pancasila.

Nilai praksis merupakan penjabaran dari nilai instrumental. Nilai


praksis ini berkaitan langsung dengan kehidupan nyata kita sehari-hari baik
dalam kehidupan lingkungan, kehidupan keluarga, masyarakat, berbangsa
dan bernegara. Nilai praksis Pancasila akan senantiasa mengalami
perkembangan, selalu berubah dan mengalami perbaikan sesuai dengan
perkembangan situasi, kondisi yang terjadi dewasa ini, perkembangan
teknologi serta aspirasi masyarakat. Sebagai ideologi, Pancasila merupakan
kumpulan nilai-nilai, norma-norma, dan cita-cita yang merupakan acuan
dalam mencapai tujuan bangsa Indonesia. Lebih jauh, Pancasila adalah
ideologi terbuka yang mampu selaras dengan dinamika kehidupan
masyarakat Indonesia. Sebagai ideologi terbuka Pancasila mempunyai 3
dimensi (Ari Tri Soegito. 2016) yaitu

1. Dimensi realitas, yaitu di mana nilai-nilai dasar yang terkandung dalam


ideologi secara riil berakar dan hidup dalam masyarakat.

2. Dimensi idealisme, yaitu ideologi yang memberikan harapan tentang masa


depan yang lebih baik.

3. Dimensi fleksibilitas, yaitu ideologi yang memiliki keluwesan dan


memungkinkan pengembangan pemikiran.

18
Pancasila sebagai kumpulan nilai-nilai, norma-norma dan cita-cita
bangsa Indonesia membawa konsekuensi bahwa setiap perilaku dan sikap
warga negara harus didasarkan pada Pancasila baik dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara. Implementasi nilai praksis
Pancasila dapat ditunjukkan dengan sikap postif yang ditunjukkan warga
negara dalam kehudupan sehari-hari. Nah untuk memahami bagaimana
pelaksanaan nilai praksis pancasila, mari kita cermati uaraian di bawah ini.

1. Pelaksanaan Nilai Praksis Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Berbicara tenang nilai praksis Pancasila berarti berbicara tentang


bagaimana pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan nyata sehari-hari. Nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung makna Berikut ini adalah
perwujudan pelaksanaan Nilai Ketuhanan yang Maha Esa dalam
kehidupan sehari-hari.

a. Memberikan kebebasan kepada saudara, tetangga sekitar dan


masyarakat yang berbeda agama untuk melaksanakan ibadah sesuai
dengan keyakinan masingmasing
b. Saling bekerjasama dan Tidak mengganggu tetangga, dan masyarakat
sekitar yang berbeda agama dalam menyelenggarakan hari besar
keagamaan
c. Tidak memaksakan agama kita kepada saudara, tetangga sekitar
ataupun orang lain

2. Pelaksanaan Nilai Praksis Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab

Nilai Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menempatkan bahwa


setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama dalam hukum serta
memiliki kewajiban dan hakhak yang sama untuk mendapat jaminan dan
perlindungan hukum. Nilai Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
memberikan jaminan kepada setiap manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai mahkluk Tuhan Yang maha Esa yang sama
derajatnya, hak dan kewajiban asasinya. Perwujudan perilaku nilai
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam kehidupan keseharian antara
lain:

a. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban antara sesama


manusia dengan idak membeda-bedakan teman berdasarkan suku,
agama, warna kulit, tingkat ekonomi, maupun tingkat pendidikan
ketika bergaul dan bermain

19
b. Membantu teman yang sedang kesusahan sesuai dengan kemampuan
yang kita miliki tanpa mengharapkan imbalan/balasan atas kebaikan
yang kita berikan.
c. Tidak berbuat semena-mena kepada orang lain seperti memotong
jalur antrian orang lain tanpa alasan yang dapat diterima, tidak
menganggu hak milik orang lain, senang melakukan perbuatan
kemanusiaan.
3. Pelaksanaan Nilai Praksis Sila Persatuan Indonesia

Nilai sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur


pemersatu diantara warga negara dengan semangat rela bekorban, cinta
tanah air dengan menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Persatuan dan kesatuan akan terwujud
dengan adanya semangat persaudaraan dalam bergaul dan berkomunikasi
antar manusia.

Perwujudan perilaku nilai Persatuan Indonesia dalam kehidupan


keseharian antara lain:

a. Ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat, diantaranya kerjabakti


dan gotong royong membersihkan lingkungan sekitar tanpa
membedabedakan status
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, dengan taat
membayar pajak tepat waktu sesuai dengan peraturan yang berlaku
c. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan

4. Pelaksanaan Nilai Praksis Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat


Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/ Perwakilan mencerminkan pemerintahan rakyat yang
demokratis. Dalam sistem demokrasi setiap warga negara Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Perwujudan
perilaku nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/ Perwakilan dalam kehidupan keseharian antara
lain:

a. Mengutamakan musyawarah dengan mempertimbangakan kehendak


peserta musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan
bersama

20
b. Ikut serta dalam memberikan suara dalam pemilihan umum sebagai
pelaksanaan hak dalam bidang politik.
c. Tidak memaksakan kehendak ketika sedang melaksanakan
musyawarah, serta menyampaikan pendapat setelah dipersilahkan
oleh pimpinan musyawarah

5. Pelaksanaan Nilai Praksis Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat


Indonesia.

Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia mengakui hak


milik perorangan dan dilindungi pemanfaatannya oleh negara serta
memberi kesempatan sebesar-besarnya pada masyarakat. Setiap warga
negara mendapatkan segala sesuatu yang telah menjadi haknya sesuai
dengan esensi adil dan beradab.

Perwujudan perilaku nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat


Indonesia dalam kehidupan keseharian antara lain :

a. Tidak mencorat-coret dan merusak fasilitas umum serta menggunakan


fasilitas umum untuk kepentingan pribadi
b. Tidak membeda-bedakan ataupun pilih kasih dalam berteman dan
pergaulan di masyarakat
c.
Memberikan bantuan modal kepada orang lain untuk
mengembangkan usahanya sehingga berkembang.
I. Sikap Positif untuk Menjadi Warga Negara yang Baik

Untuk membangun suatu tatanan mayarakat yang demokratis dan


berkeadaban maka setiap warga negara haruslah memiliki karakter atau sifat
positif. Ada beberapa karakteristik bagi warga negara yang disebut sebagai
warga yang baik dan bersikap positif adalah sebagai berikut.4

1. Rasa Hormat dan Tanggung jawab

Sebagai warga negara yang baik, hendaknya memiliki rasa hormat


terhadap sesama warga negara terutama dalam konteks adanya pluralitas
masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai etnis, suku, ras,
keyakinan, agama, dan ideologi politik. Selain itu, sebagai warga negara
yang baik, seorang warga negara juga dituntut untuk turut bertanggung
jawab menjaga keharmonisan hubungan antar etnis serta keteraturan dan
ketertiban negara yang berdiri di atas pluralitas tersebut.

4
(Bambang Tri Purwanto - Sunardi H.S 2020)

21
2. Bersikap Kritis

Warga negara yang baik hendaknya selalu bersikap kritis, baik


terhadap kenyataan empiris (realitas sosial, budaya dan politik) maupun
terhadap kenyataan supra empiris (agama, mitologi, kepercayaan). Sikap
kritis juga harus ditunjukkan pada diri sendiri. Sikap kritis pada diri sendiri
itu tentu disertai sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda. tentu saja
sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab
terhadap apa yang harus dikritisi.

3. Mau Berdiskusi dan Berdialog

Perbedaan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan realitas


empirik yang pasti terjadi di tengah komunitas warga negara. apalagi di
tengah komunitas masyarakat yang plural dan multi etnik. untuk untuk
meminimalisasikan konflik yang ditimbulkan dari perbedaan tersebut
maka membuka ruang untuk berdiskusi dan berdialog. diskusi dan dialog
merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan. oleh karenanya, sikap
membuka diri untuk berdialog dan diskusi merupakan salah satu ciri sikap
warga negara yang baik.

4. Bersifat Terbuka

Sikap terbuka merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan


sesama manusia, termasuk rasa menghargai terhadap hal-hal yang tidak
biasa atau baru serta pada hal-hal yang mungkin asing. sikap terbuka
yang didasarkan atas kesadaran akan pluralisme dan keterbatasan diri
akan melahirkan kemampuan untuk menahan diri dan tidak secepatnya
menjatuhkan penilaian dan pilihan.

5. Rasional

Bagi warga negara yang baik, memiliki kemampuan untuk


mengambil keputusan secara bebas dan rasional adalah sesuatu hal yang
harus dilakukan. keputusan-keputusan yang diambil secara rasional akan
mengantarkan sikap yang logis yang ditampilkan oleh warga negara.
Sementara itu, sikap dan keputusan yang diambil secara tidak rasional
akan membawa implikasi emosional dan cenderung egois. masalah-
masalah yang terjadi di lingkungan warga negara, baik persoalan politik
budaya sosial dan sebagainya sebaiknya dilakukan dengan keputusan-
keputusan yang rasional.

6. Jujur

22
Memiliki sifat dan sikap yang jujur bagi warga negara merupakan
sesuaru yang mutlak. Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya
keselarasan dan ke hatmonisan hubungan antarwarga negara. Sikap jujur
bisa diterapkan di segala sektor, baik politik, sosial, dan sebagainya.

Contohnya kejujuran politik. Kejujuran politik adalah bahwa


kesejahteraan warga negara merupakan tujuan yang ingin dicapai, yaitu
kesejahteraan dari masyarakat yang memilih para politisi. Ketidakjujuran
politik adalah seorang politisi mencari keuntungan bagi dirinya sendiri
atau mencari keuntungan demi pariainya karena partai itu penting bagi
kedudukannya.

Apakah kalian warga negara yang baik, taatr pada hukum dan
aturan yang berlaku di negara tersebut atau sebaliknya kalian tidak taat
pada aruran hukum, tidak menjalankan rugas sebagai warga negara?
Bagaimana cara menjadi warga negara yang baik?

Berikut cara supaya kalian jadi warga negara yang baik.:

a. Tingkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.


b. Carilah ilmu sampai akhir hayat.
c. Selalu ingat kepada keluarga, Tuhan, dan teman-teman.
d. Senantiasa menerima peraturan dan ketentuan dari pemerintah.
e. Jalani dan patuhi peraruran yang berlaku dengan senang hati.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hak dan kewajiban warga negara muncul sebagai akibat adanya


hubungan warga negara dan negara. Hubungan antara warga negara dan
negara dapat dilihat dari perspektif hukum, politik, kesusilaan, dan
kebudayaan (Cholisin 2007). Dari perspektif hukum didasarkan konsepsi
bahwa warga negara adalah seluruh individu yang memiliki ikatan hukum
dengan suatu negara. Hubungan yang bersifat hukum dibedakan menjadi (a)
hubungan hukum yang sederajat dan tidak sederajat dan (b) hubungan timbal
balik dan timbang timpang.

UUD NRI Tahun 1945 Pasal 26 menyatakan bahwa warga negara


adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan UU sebagai warga negara.

Penentuan kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dibedakan menjadi


dua, yaitu ius soli dan ius sanguinis. Ius soli adalah asas kewarganegaraan
yang berdasarkan tempat kelahiran, dan ius sanguinis adalah asas
kewarganegaraan yang berdasarkan keturunan.

Status kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu apatride dan


bipatride. Apatride adalah istilah untuk orang-orang yang tidak mempunyai
status kewarganegaraan. Bipatride adalah istilah untuk orang-orang vang
memiliki status kewarganegaraan rangkap (dua). Hak dan kewajiban warga
negara tercantum dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 UUD 4. NRI
Tahun 1945.

Jadi, kita sebagai warga negara Indonesia berperan dalam


pembangunan suatu negara. Negara mempunyai hak dan kewajiban bagi
warga negaranya begitu pula dengan warga negaranya juga mempunyai hak
dan kewajiban terhadap negaranya.

Ingatlah :

Jangan berharap apa yang diberikan Negara kepada kamu, tetapi Apa
yang kamu lakukan demi Negara Kamu. (Bambang Tri Purwanto - Sunardi
H.S 2020)

24
DAFTAR PUSTAKA

Abubakar Abdurrakhim R,DKK.2020.Pancasila dalam praktik berbangsa dan


bernegara.Jakarta. Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan
Khusus–Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar,
dan Pendidikan Menengah–Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Faozan Tri Nugroho (2020) Pengertian Warga Negara, Ketahui Fungsi Beserta
Hak dan Kewajibannya Visual Post : bola.com
1
(Bambang Tri Purwanto - Sunardi H.S 2020)

Hairon Nisa (2020) Hak Dan Kewajiban Warga Negara, Yuk Pahami Lebih Dekat
Visual post :daftarpustaka.org
Abriansyah Liberto (2021) Pengertian Hak dan Kewajiban, Dilengkapi Pasal-
pasal dalam UUD 1945 yang Mengaturnya Visual post : Tribun News.

cdn-gbelajar.Modul Belajar 2007, pauddimaskalbar

Abdul Hadi (2021) Pengertian Warga Negara Indonesia: Contoh Hak &
Kewajiban di UUD 45 Visual post:tirto.id

WJ (2020) Guru dan Sistem Pendidikan Nasional, visual post:westjavatoday.com

25

Anda mungkin juga menyukai