Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumber Air

Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan ketel diperoleh dari air

sungai, air waduk, sumur bor dan sumber mata air lainnya. Kualitas air tersebut tidak

sama walaupun menggunakan sumber air sejenis ini dipengaruhi oleh kandungan

asam mata air tersebut.

Sumber mata air sungai umumnya sudah mengalami pencemaran oleh

penduduk atau industri, oleh sebab itu perlakuan pemurnian air harus dilakukan. Perlu

dilakukan “ water treatment” untuk menghasilkan air yang sesuai untuk pengolahan

dan air umpan air boiler yang reliable dan ekonomis. Pengertian reliable ialah mudah

melakukan operasi secara berkelanjutan selama dibutuhkan. Dan ini merupakan

usaha-usaha menghindarkan kerusakan-kerusakan terutama pada korosi pipa dan

sebagainya ( Ponten M, 1996).

Universitas Sumatera Utara


2.2 Beberapa Parameter Kualitas Air

1. Parameter Fisik Air

a. Bahan Padatan Kekeruhan

Bahan padat keseluruhan ditetapkan dengan menguapkan suatu sampel air dan

menimbang sisanya yang telah kering. Bahan padatan terapung didapat dengan

menyaring suatu sampel air. Perbedaan antara bahan padat keseluruhan dan bahan

padat terapung merupakan bahan padat terlarut. Tergantung pada ukuran saringan

kertas yang dipergunakan, sebagian bahan koloidal akan juga dihitung sebagai bahan

padat terapung. Informasi tentang bahan padat keseluruhan digunakan untuk

perencanaan sarana-sarana pengolahan air. Konsentrasi bahan padat terlarut

keseluruhan, bersama-sama dengan suatu analisis kimiawi terperinci, dipergunakan

untuk menguji kecocokan berbagai sumber air untuk berbagai pemanfaatan, misalnya

industri dan pertanian.

b Kekeruhan

Kekeruhan mengurangi kejernihan air dan diakibatkan oleh pencemar-

pencemar yang terbagi halus, dari manapun asalnya, yang ada didalam air. Kekeruhan

biasanya disebabkan oleh lempung, partikel-partikel tanah dan pencemar-pencemar

koloidal lainnya. Tingkat kekeruhan tergantung pada kehalusan partikel-partikel dan

konsentrasinya. Diwaktu yang lalu, standart untuk perbandingan adalah turbidimeter

Jackson. Dengan alat ini kekeruhan ditetapkan sebagai ukuran kedalaman air yang

dibutuhkan untuk menghilangnya bayangan cahaya lilin. Sekarang, kekeruhan diukur

dengan suatu tubidimeter yang mengukur gangguan lintasan cahaya melalui suatu

contoh air. Air permukaan yang mengalami kenaikan tingkat kekeruhan yang besar

Universitas Sumatera Utara


setelah terjadinya hujan sering disebut sebagai” air yang mengkilat”. Air semacam ini

lebih sulit untuk diolah daripada air yang tingkat kekeruhannya hampir-hampir tetap.

c. Warna

Air kadang-kadang mengandung warna yang banyak yang diakibatkan oleh

jenis-jenis tertentu dari bahan organik yang terlarut dan koloidal yang terbilas dari

tanah atau tumbuh-tumbuhan yang membusuk. Warna adalah suatu sampel tentang

warna organik yang koloidal. Warna yang sebenarnya terjadi karena pencemar

terlarut. Limbah-limbah dari kegiatan industri sering menjadi sebab dari adanya warna

didalam air. Intensitas warna diukur dengan perbandingan visual dari sampel air yang

bersangkutan dengan tabung-tabung Nessler, yaitu tabung-tabung gelas yang berisi

intensitas warna standar yang berbeda.

d. Rasa dan Bau

Rasa dan bau pada air disebabkan oleh adanya bahan organik yang membusuk

atau bahan kimia yang mudah menguap. Pengukurannya dengan melarutkan sampel

air yang bersangkutan hingga rasa dan baunya tak dapat lagi ditemukan dengan

pengujian oleh manusia. Air minum secara praktis harus bebas dari warna, rasa dan

bau.

e. Suhu

Suhu air merupakan hal yang penting sehingga dikaitkan dengan tujuan

penggunaan, pengolahan untuk membuang bahan-bahan pencemar serta

pengangkutannya suhu tergantung pada sumber airnya. Suhu air tanah akan bervariasi

menurut kedalaman dan ciri-ciri akifer yang menjadi sumber air itu. Suhu air

permukaan yang disadap dari suatu waduk yang dalam bervariasi juga menurut

kedalamannya (Linsley, K.Ray, 1986).

Universitas Sumatera Utara


f. Daya hantar listrik

Daya hantar listrik adalah kemampuan air untuk mengalirkan arus listrik dan

kemampuan tercermin dari kadar padatan total dalam air dan suhu pada saat

pengukuran. Konduktivitas arus listrik mengalirkan arusnya tergantung pada mobilitas

ion dan kadar yang terlarut. Senyawa anorganik merupakan konduktor kuat

dibandingkan dengan senyawa organik. Pengukuran daya hantar listrik ini untuk

melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya terhadap kehidupan biota.

( Agusnar, H, 2008).

2. Parameter Kimia Air

a. Derajat keasaman (pH) air

Sebagai pengukur sifat keasaman atau kebasaan air diambil nilai pH yang

didefinisikan sebagai logaritma dari pulang baliknya konsentrasi ion hidrogen dalam

mol per liter dari tiap-tiap jenis. Dengan demikian, pH dari air netral adalah 7. Air

yang pH-nya kurang dari 7, sifat asam, sedangkan yang pH-nya lebih dari itu, bersifat

basa. Nilai pH air biasanya didapat dengan suatu pontensiometer yang mengukur

potensial listrik yang dibangkitkan oleh ion-ion H+ atau dengan bahan celup penunjuk

warna, misalnya metil orange atau phenolphtalein (Linsley, K.Ray, 1986).

b. Kesadahan

Kesadahan digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium dan

magnesium yang terlarut, dinyatakan sebagai ekuivalen ( setara) kalsium karbonat,

kesadahan air dapat dibagi atas dua kelompok: karbonat dan nonkarbonat, atau

kesadahan sementara (temporary) dan kesadahan permanen (kekal) . Tingkat

kesadahan sementara biasanya dapat diturunkan dengan pemanasan, untuk

Universitas Sumatera Utara


menurunkan kesadahan permanen disebabkan oleh sulfat dan klorida kalsium dan

magnesium. Unsur-unsur kesadahan (seperti Mg, Ca dan lain-lain) menyebabkan erosi

pada sudu-sudu turbin. Dengan demikian diperlukan proses pelunakan air, yaitu

demineralisasi dan softener untuk menghilangkan unsur-unsur perusak tersebut.

( Iyung Pahan, 2008).

Tabel 1 Kesadahan air

Kelas 1 2 3 4

Kesadahan,mg/lt 0-55 56-100 101-200 201-500

Derajat kesadahan Lunak Sedikit lunak Moderat sadah Sangat sadah

(Suripin, 2001)

c .Alkalinitas

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan oleh senyawa karbonat, garam

hidroksida, kalium, magnesium, dan natrium dalam air. Semakin tinggi kesadahan

suatu air semakin sulit air membuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air

yang mempunyai kesadahan rendah karena zat tersebut dalam konsentrasi tinggi

menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pada pipa pendingin.

d. Klorida

Klorida banyak dijumpai dalam pabrik industri kaustik soda. Bahan ini berasal

dari proses elektrolisa, penjernihan garam dan lain-lain. Klorida merupakan zat

terlarut dan tidak mudah menyerap. Sebagai klor bebas berfungsi desinfetans, tapi

dalam bentuk ion yang bersenyawa dengan ion natrium menyebabkan air menjadi asin

dan merusak pipa-pipa instalasi.

Universitas Sumatera Utara


e. Sulfit

Sulfat dalam jumlah besar akan menaikkan keasaman air. Ion sulfat dapat

terjadi secara proses alamiah. Sulfur dioksida dibutuhkan pada sintesa. Pada industri

kaustik soda ion sulfat terdapat sewaktu pemurnian garam. Ion sulfat oleh bakteri

direduksi menjadi sulfida pada kondisi anaerob dan selanjutnya sulfida diubah

menjadi hidrogen sulfida. Dalam suasana anaerob hidrogen sulfida teroksidasi secara

bakteriologis menjadi sulfida. Dalam bentuk H2S bersifat racun dan berbau busuk.

Pada proses digester lumpur H2S yang bercampur dengan metana CH4 dan CO2 akan

bersifat korosif (Agusnar,H.2008).

f. Total Dissolved Solid (TDS)

Total dissolved Solid ialah jumlah keseluruhan zat yang larut dalam air, yang

dimasukkan dalam kelompok ini ialah mineral dan garam-garam yang terlarut dalam

air, zat tersebut berbentuk koloid (Ponten.M, 1986).

g. Silika

Konsentrasi silika yang diijinkan pada operasi air boiler tekanannya

bermacam- macam, ditunjukkan pada tabel 2. Reduksi silika tidak selalu penting,

khususnya saat kosongnya kondensat turbin. Rendahnya konsentrasi pada silika

kadang-kadang menghasilkan lumpur, yang lengket pada boiler dengan tekanan

rendah perlakuannya menggunakan posfat.

Universitas Sumatera Utara


Tabel 2 Konsentrasi Silika Pada Air Boiler

Konsentrasi Silika mg/L

Tekanan lb/in2 gage Rekomendasi Diperoleh

0-300 150 150

301-450 90 90

451-600 40 55

601-750 30 35

751-900 20 20

901-1000 8 15

(Frank N, 2006)

2.3 Mutu Air

Dalam penilaian mutu air, pencemar didalam air biasa diklasifikasikan atas fisik,

kimiawi dan biologis. Dengan demikian, bakteri yang koloidal, non-ionik dan

pencemar-pencemar tak larut . Air menangkap pencemar-pencemar sejak saat

pembentukannya diawan. Beberapa pencemar tidaklah berbahaya, yang lain secara

estetika mungkin bersifat ofensif atau bahkan berbahaya berkenaan dengan tujuan

pemakaian airnya. Untuk menetapkan mutu air atau membandingkan air satu dengan

yang lainnya, diperlukan dasar penetapan mutu atau dasar perbandingan yang harus

dilakukan. Biasanya, dasar dari air yang bersangkutan ( Linsley,K.Ray.1986).

Air di alam sangat jarang ditemukan dalam keadaan murni. Sekalipun air

hujan, meskipun awalnya murni, telah mengalami reaksi dengan gas-gas diudara

dalam perjalanan turun ke bumi dan selanjutnya terkontaminasi selama mengalir di

Universitas Sumatera Utara


atas permukaan bumi dan didalam tanah. Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian

air terhadap penggunaan tertentu (Suripin, 2001).

2.4 Pemurnian Air

Pabrik kelapa sawit membutuhkan air bersih untuk pengolahan, untuk kebutuhan

rumah tangga dan air umpan boiler membutuhkan kemurnian yang memenuhi

kebutuhan air minum. Air yang digunakan pada proses pengolahan dan air umpan

boiler diperoleh dari air sungai, air waduk, sumur bor, dan sumber mata air lainnya.

Kualitas air tersebut tidak sama walaupun menggunakan sumber air sejenis ini

dipengaruhi oleh lingkungan asal mata air tersebut. Sumber mata air sungai umumnya

sudah mengalami pencemaran oleh penduduk atau industri, oleh sebab perlakuan

pemurnian air harus dilakukan. Berdasarkan sumber air alam yang selalu mengandung

senyawa-senyawa kimia, maka diperlukan beberapa perlakuan sebelum digunakan di

pabrik. Air sangat dibutuhkan dalam proses pengolahan minyak sawit sebagai air

pengencer, air umpan boiler dan air pencuci (Ponten M, 1996).

Untuk menyingkirkan bahan-bahan organik biasanya cukup dengan koagulasi

dan filtrasi melalui pasir atau batu bara keras serta oksidasi dengan cara aerasi.

Pengolahan ini sekaligus membersihkan air dari sebagian organisme

(Austin T., George, 1996).

2.5 Demineralisasi

Sistem demineralisasi sangat banyak digunakan, bukan saja untuk pengolahan air

umpan ketel uap tekanan tinggi, tetapi juga untuk berbagai air proses dan air cuci.

Pemilihan sistem penukar ion untuk ini bergantung pada:

(1) volume dan komposisi air mentah,

(2) persyaratan kualitas hasil pengolahan, sesuai dengan tujuan penggunaanya, dan

Universitas Sumatera Utara


(3) biaya investasi dan operasi. Singkatnya, jika penyingkiran silika tidak diperlukan,

sistem itu bisa terdiri atas unit penukar kation-hidrogen dan unit penukar anion basa

lemah, dan biasanya diikuti dengan unit degasifikasi untuk membuang, dengan cara

daerasi, sebagian besar karbondioksida yang terbentuk dari bikarbonat dalam langkah

pertama. Jika ada silika yang harus disingkirkan, sistemnya boleh terdiri atas unit

penukar kation-hidrogen dan unit penukar anion basa kuat, biasanya dengan unit

degassifikasi diantara keduanya untuk membuang karbon dioksida sebelum unit

penukar anion basa kuat. Unutk penggunaannya yang memerlukan air hasil yang

berkualitas tinggi unit ini bisa diikuti lagi dengan unit “pemoles” (penguapan) kedua

yang terdiri atas unit penukar kation-hidrogen dan unit penukar anion basa kuat atau

satu unit tunggal tanur yang berisi campuran penukar kation-hidrogen dan unit

penukar anion basa kuat.

Proses lain yang dapat mengeluarkan semua ion dari air adalah distilasi.

Pengangkutan air distilasi maupun air deionisasi harus dilakukan didalam basa tahan

karat atau kaca untuk mencegah agar air murni itu tidak menyebabkan korosi pada

pipa mengalir. Timah juga digunakan untuk ini, tetapi kelemahannya ialah bahwa

bahan ini sangat lunak. Bahan lain yang cukup baik sebagai gantinya ialah pipa

aluminium atau polivinil klorida untuk menyalurkan air “ murni”. Kadang-kadang

polietilena, polipropilena, dan polikarbonat juga dipakai.

Penyingkiran garam, atau desalinisasi, biasanya diterapakan dalam proses

untuk demineralisasi parsial atau total air yang berkadar garam tinggi seperti air laut

(35.000) ppm garam terlarut) atau air payau. Proses pertama (penyingkiran parsial)

digunakan untuk menurunkan kadar garam sampai air itu layak untuk diminim (500

ppm atau kurang) atau untuk penggunaan lain. Proses keduanya (penyingkiran

menyeluruh) digunakan terutama untuk mempersiapkan air umpan ketel uap

Universitas Sumatera Utara


bertekanan tinggi dan untuk penggunaan industri lainnya. Proses demineralisasi

dengan pertukaran ion yang telah diuraikan terdahulu dalam bab ini tidak cocok untuk

menyingkirkan garam dari air yang berkadar garam tinggi, sehingga untuk

menyingkirkan garam dari air yang berkadar garam tinggi, sehingga untuk itu harus

digunakan proses-proses lain. (Austin.T.George, 1996).

2.6. Penukar Ion

Ion exchanger (penukar ion) sebagai water softener merupakan fungsi umum dan

digunakan sangat luas di industri yang memerlukan soft water untuk proses dan bahan

baku boiler. Air baku yang tingkat ke-sadahan-nya (hardness) tinggi karena

kandungan kalsium dan magnesium harus diturunkan dengan cara menggantikannya

dengan muatan ion natrium yang terdapat pada resin.

Proses pertukaran ion terus berjalan sampai tercapai kesetimbangan dan jenuh

dan sesudah kondisi resin jenuh maka segera dilakukan re-generasi dengan dicuci

dengan air yang mengandung garam NaCl tinggi. Soft water digunakan untuk boiler

air umpan guna mencegah terjadinya endapan (scaling) pada pipa saluran air baik

pada sistem boiler maupun pada sistem pendingin ( Hartomo & Dofner, 1995).

2.6.1 Penukar kation

Air dari tangki penyimpanan dipompakan ketangki kation yang berisi resin penukar

kation. Resin penukar kation ini bersifat asam kuat (strong acid cation) atau bersifat

asam lemah (weak acid cation), bahan kimia yang dipakai untuk mengaktifkan resin

adalah asam sulfat.

Fungsi penukar kation:

Universitas Sumatera Utara


a. Menghilangkan atau mengurangi kesadahan (hardness) yang disebabkan oleh

garam-garam kalsium dan magnesium.

b. Menghilangakan atau mengurangi zat-zat padatan terlarut (TDS).

c. Menghilangkan atau mengurangi alkalinity dari garam-garam alkali (karbonat,

bikarbonat, dan asam lemah atau bersifat asam lemah hidroksida).

Didalam kation terjadi pertukaran antara ion kalsium, magnesium dengan ion-ion

hidrogen sehingga garam-garam bikarbonat, sulfat, klorida, dan silika dirubah

menjadi asam karbonat, asam sulfat, asam klorida, dan asam silikat yang larut dalam

air.

Reaksi penukar kation

Ca++ CaX

Mg++ MgX

Fe++ + H2X FeX + 2 H+

2Na+ Na2X

2NH4+ (NH4)2X

Selanjutnya dari water tower, air dipompakan kembali untuk diproses dengan

sistem demineralisasi, dengan tujuan untuk menghilangkan semua/ sebagian unsur-

unsur kimiawi yang dikandung oleh air tersebut. Air yang bersal dari water tower

dimasukkan ke dalam tangki kation Exchanger resin, setelah air kontak dengan resin,

maka semua ikatan-ikatan unsur kimiawi dari garam alkali, seperti Ca2+, Mg2+, Fe2+,

dan lain sebagainya yang dikandung oleh air, diikat dengan 1 (satu) atom Hidrogen

(H+)

Universitas Sumatera Utara


CaSO4 + 2 RH CaR2 +H2SO4

MgCO4 + 2 RH MgR4 + H2CO3

H2CO3 H2O + CO2

Jadi semua garam-garam bermuatan positif yang dikandung oleh air,

dibebaskan didalam kation.

2.6.2 Penukar anion

Setelah dialirkan melalui kation, selanjutnya air dialirkan masuk ketangki

anion yang berisi resin bersifat basah kuat (strong base anion) dan basa lemah (weak

base anion). Bahan kimia yang dipakai adalah kaustik soda, dosis pemakaian 60 g/L

resin, konsentrasi cairan NaOH watu kontak dengan resin.

Fungsi penukar anion

1. Menyerap asam-asam karbonat, sulfat, klorida, dan silikat yang dihasilkan

oleh penukar kation.

2. Untuk menghilangkan atau mengurangi semua garam-garam mineral sehingga

air yang dihasilkan tidak mengandung garam mineral lagi (Austin.T.G. 1996).

Universitas Sumatera Utara


Tabel 3 Operasi dan proses satuan serta penerapannya dalam pemurnian air.

Operasi atau Proses Penerapan


Operasi satuan Saringan kasar dipergunakan untuk melindungi pompa
Penyaringan terhadap bahan-bahan mengambang

Saringan mikro Dipergunakan untuk menyaring pencemar-pencemar halus


seperti gangang, dan sebagainya.

Aerasi Dipergunakan untuk menambah tau membuang gas-gas


kurang atau sangat jenuh dalam kandungan air.

Pencampuran Dipergunakan untuk mencampur bahan-bahan kimia dan


gas yang mungkin diperlukan untuk pengolahan.

Penciptaan gradien kecepatan dengan pencampuran yang


Flokulasi lembut untuk meningkatkan pengumpulan partikel-
partikel.

Dipergunakan untuk membuang partikel-partikel seperti


Pengendapan lanau dan pasir atau bahan flokulasi yang terapung.

Dipergunakan untuk menyaring bahan-bahan padat sisa


yang tetap berada didalam air setelah pengendapan.
Filtrasi
Menyatakan proses penambahan bahan kimia untuk
mendorong penggumpalan partikel-partikel dalam proses
flokulasi.
Koagulasi
Dipergunakan membunuh organisme-organisme patogen
yang mungkin ada dalam air alamiah.

Disinfeksi Pembuangan jenis-jenis ionik terlarut seperti kalsium dan


magnesium (kesadahan) dengan menambahakan bahan-
bahan kimia.
Presipitasi
Dipergunakan untuk pembuangan selektif atau sepenuhnya
ion-ion anion dan kation terlarut di dalam larutan.

Pertukaran ion Dipergunakan untuk pembuangan berbagai senyawa


organik misalnya yang menyebabkan warna, rasa dan bau.

Dipergunakan untuk oksidasi berbagai senyawa yang bisa


Adsorpsi didapatkan dalam air.

Oksidasi Kimia
(Linsley.K.,Ray, 1995).

Universitas Sumatera Utara


2.7 Pengolahan Air Umpan Ketel Denagn Penambahan Bahan-bahan Kimia

Tujuan penambahan bahan-bahan kimia dalam proses pengolahan air umpan boiler

adalah sebagai berikut:

1. Bereaksi dengan kesadahan dan kandungan silika air umpan dan mencegah

pengendapannya pada permukaan logam ketel sebagai kerak. Ion-ion kalsium

diendapkan dalam bentuk kalsium hidroksi apatit (2Ca3(PO4)2.Ca(OH)2 dan

kalsium karbonat (CaCO3). Dan ion-ion magnesium dan silika diendapkan dalam

bentuk MgSiO2 dan Mg(OH)2

2. Menjadikan zat-zat tersuspensi seperti Lumpur, kesadahan dan besi oksida

menjadi suatu massa yang tidak melekat pada logam ketel. Pengaturan agar sifat

lumpur tidak melekat pada logam ketel dilakukan dengan penggunaan bermacam-

macam bahan organik yang masuk golongan tannin dan lignin.

3. Menyediakan perlindungan anti busa untuk memungkinkan pemekatan padatan

terlarut dan tersuspensi dalam air ketel pada taraf tertentu tanpa terjadi kejenuhan.

4. Menghilangkan oksigen dari air yang menyediakan alkalinitas yang cukup untuk

mencegah korosi ketel. Sejumlah oksigen dapat terbawa dalam air umpan

meskipun sudah melewati tahap aerasi (Austin.T.G.1996).

2.8 Pengaktifan Resin (Regenerasi)

Regenerasi adalah suatu peremajaan, penginfeksian dengan kekuatan baru terhadap

resin penukar ion yang telah habis saat kerjanya atau telah terbebani, telah jenuh.

Regenerasi penukaran ion dapat dilakukan dengan mudah karena pertukaran ion

merupakan suatu proses yang reversibel yang perlu diusahakan hanyalah agar pada

regenerasi berlangsung reaksi dalam arah yang berlawanan dari pertukaran ion.

Universitas Sumatera Utara


Pada umumnya senyawa yang digunakan untuk kerangka dasar resin penukar

ion asam kuat dan basa kuat adalah senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan

kimia pada polimer ini amat kuat sehingga tidak mudah larut dalam keasaman dan

sifat basa yang tinggi dan tetap stabil pada suhu diatas 150oC.

Polimer ini dibuat dengan mereaksikan stiren dengan divinilbenzena, setelah

terbentuk kerangka resin penukar ion maka akan digunakan untuk menempelnya

gugus ion yang akan dipertukarkan.

Resin penukar kation dibuat dengan cara mereaksikan senyawa dasar tersebut

dengan gugus ion yang dapat menghasilkan (melepaskan) ion positif. Gugus ion yang

biasa dipakai pada resin penukar kation asam kuat adalah gugus sulfonat dan cara

pembuatannya dengan sulfonasi polimer polistyren divinilbenzena (matrik resin).

Resin penukar ion yang direaksikan dengan gugus ion yang dapat melepaskan

ion negatif diperoleh resin penukar anion. Resin penukar anion dibuat dengan matrik

yang sama dengan resin penukar kation tetapi gugus ion yang dimasukkan harus bisa

melepas ion negatif, misalnya –N (CH3)3+ atau gugus lain atau dengan kata lain

setelah terbentuk kopolimer stiren divinilbenzena (DVB), maka diaminasi kemudian

diklorometilasikan untuk memperoleh resin penukar anion.

Material penukar ion yang utama berbentuk butiran atau granular dengan

struktur dari molekul yang panjang (hasil co-polimerisasi), dengan memasukkan

gugus fungsional dari asam sulfonat, ion karboksil. Senyawa ini akan bergabung

dengan ion pasangan seperti Na+, OH− atau H+. Senyawa ini merupakan struktur yang

porous. Senyawa ini merupakan penukar ion positif (kationik) untuk menukar ion

dengan muatan elektrolit yang sama (positif) demikian sebaliknya penukar ion negatif

(anionik) untuk menukar anion yang terdapat di dalam air yang diproses di dalam unit

“Ion Exchanger”.

Universitas Sumatera Utara


2.8.1 Regenerasi Resin Penukar Kation

- Bahan H2SO4(p)

- Reaksi yang terjadi pada regenerasi resin penukar kation

Ca + R + 2H+ H2 + R + Ca 2+

Urutan Penukar Kation : Ra2+ < Ba2+ < Sr2+ < Ni2+ < Cu2+ < Co2+ < Zn2+ < Mn2+

< UO2+ < Ag2+ < Cs+ < K+< NH4+< Na+< Li+

2.8.2 Resin Penukar anion

- Bahan: NaOH

- Reaksi yang terjadi pada regenerasi resin penukar anion

R.SO4 + 2 OH - R. (OH)2 + SO42-

Urutan penukar anion:

HCrO4 < NO3 < Br- < HPO4 < CN- < NO2- < Cl- < OH- < CH3COO- < F-

Cara regenerasi adalah sebagai berikut:

1. Unit kation

a. Pencucian kembali

Pencucian kembali akan mendistribusikan kembali lapisan resin dan menghilangkan

kotoran-kotoran serta resin yang pecah dari unit.

b.Regenerasi dengan larutan asam

Larutan asam (H2SO4) diinjeksikan kedalam unit kation. Sesudah melalui permukaan

resin, asam atau ion hidrogen akan menggantikan semua kation seperti ion kalsium,

natrium dan magnesium.

Universitas Sumatera Utara


c.Pembilasan

Bila unit beroperasi kembli, akan terdapat sejumlah kecil leakage (kelewatan ion)

yang harus dibersihkan dengan melakukan pembilasan.

Tabel 4 Kondisi Operasi Kation

Operasi Larutan Waktu

Perbaikan (kearah bawah) Air umpan

Backwash (arah keatas) Air umpan 10-20 menit

Regenerasi H2SO4 98% 20-30 menit

Slow rinse (pembilasan secara lambat) Air kation 30-60menit

Fast rinse (pembilasan secara cepat) Air umpan 20-60 menit

2. Unit anion

Tahap-tahap regenerasi dalam unit anion adalah :

a. Pencucian kembali

Pencucian kembali akan menghilangkan kotoran-kotoran, lumpur, dan bahan-bahan

tersuspensi dari unit dan mendistribusikan kembali lapisan resin.

b. Penambahan Kaustik Soda

Larutan kaustik diinjeksikan kedalam unit anion dan akan kontak langsung dengan

resin. Sesudah melalui permukaan resin, Kaustik Soda (larutan NaOH) atau ion

hidroksi dan menggantikan anion-anion yang terdapat dipermukaan resin.

c. Pembilasan

Apabila unit sudah kembali beroperasi akan terdapat sejumlah kecil ion leakage,

maka harus dibersihkan dengan pembilasan

Universitas Sumatera Utara


Tabel 5 Kondisi Operasi anion

Operasi Larutan Waktu

Perbaikan (kearah bawah) Air dari kation

Backwash (arah keatas) Air umpan 10-20 menit

Regenerasi 2-8 % NaOH 20-30 menit

Slow rinse (pembilasan secara lambat) Air dekation 30-60menit

Fast rinse (pembilasan secara cepat) Air anion 20-60 menit

Diusahakan jangan sampai ada kelebihan H2SO4 dan NaOH masuk kedalam ketel uap

(Austin.T.G.1996).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai