Anda di halaman 1dari 22

PEMERINTAH

PROVINSI RIAU

MASUKAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU


TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN
ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Pekanbaru, 07 Oktober 2021


PROVINSI RIAU (CENTER OF SUMATERA) Pesisir
Terletak di pantai timur pulau Sumatera, KOTA DUMAI
Dengan luasan wilayah 109.512,04 KM 2 , Populasi 6.394.087 Jiwa (BPS: Sensus Penduduk 2020) Luas Kawasan : 203.900,00 Ha
Terdiri dari 10 Kabupaten dan 2 Kota (Daratan dan Pesisir) Populasi: 285.967 Jiwa

KABUPATEN
ROKAN HILIR
Daratan Luas Kawasan : 896.142,93 Ha
Populasi: 644.680 Jiwa
KOTA PEKANBARU KABUPATEN
Luas Kawasan : 63.300,86 Ha BENGKALIS
Populasi : 1.038.118 jiwa
Luas Kawasan : 843.720,05 Ha
Populasi: 543.987 Jiwa
KABUPATEN
ROKAN HULU KABUPATEN
KEPULAUAN MERANTI
Luas Kawasan : 722.977,68 Ha
Populasi: 592.276 Jiwa Luas Kawasan : 360.703,00 Ha
Populasi: 181.095 Jiwa

KABUPATEN KAMPAR
Luas Kawasan : 1.092.819,71 Ha KABUPATEN SIAK
Populasi: 793.005 Jiwa Luas Kawasan : 823.357,00 Ha
Populasi: 440.841 Jiwa
KABUPATEN KUANSING
KABUPATEN INDRAGIRI
HILIR
Luas Kawasan : 520.216,13 Ha
Luas Kawasan : 1.379.837,12 Ha
Populasi : 314.276 Jiwa
Populasi: 703.734Jiwa

KABUPATEN KABUPATEN
INDRAGIRI HULU PELALAWAN
Luas Kawasan : 767.626,66 Ha Luas Kawasan : 1.240.413,95 Ha
Populasi : 409,431 Jiwa Populasi: 369.990 Jiwa
POTENSI SUMBER DAYA ALAM

BATU BARA MINYAK BUMI


Potensi : 608.880.000 Metric Ton Potensi. : 5 Billion Barrel
Produksi : 1.712.433 Metric Ton/Thn Produksi : 222.330 barel per hari
Lokasi : Kabupaten Inhu, Kuansing, Lokas : Kabupaten Bengkalis, Siak,
Kampar, Inhil, Rohul, dan Rohul, Rohil dan Kampar .
Pelalawan.
LIMESTONE/BATU KAPUR
Potensi : 43.000.000 Ton
GAS BUMI Sebaran : Kabupaten Rokan Hulu
Potensi. : 377 Million MSCF dan Kampar.
Produksi : 23,7 Million MSCF/Tahun
Lokasi : Kota Pekanbaru dan
Kabupaten Pelalawan SERAT RAYON/VISCOSE
Potensi : 240.000 -600.000 Ton
Sebaran : Kab. Siak dan
Pelalawan

PULP & PAPER


Potensi : 5,000,000 Ton BATU GRANIT
Sebaran : Kab. Siak dan Potensi : 405.812.000 Ton
Pelalawan Sebaran : Kabupaten Inhu, Kampar
dan Rokan Hulu.
Sumber : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Prov Riau
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Prov Riau
POTENSI KOMODITAS PERKEBUNAN
UNTUK INDUSTRI HILIRISASI SAWIT, KELAPA DAN SAGU

MINYAK SAWIT
Luas : 2.594.228 Ha
KELAPA (dalam dan hibrida)
Produksi : 7.731.097 Ton/Tahun
Luas : 422.109 Ha
Lokasi : 11 Kabupaten/Kota
Produksi : 390.216 Ton/Tahun
(Kecuali Kab. Kepulauan
Lokasi : Seluruh Kab/kota, terbesar
Meranti)
di Kab. Indragiri Hilir
SAGU
Luas : 61.689 Ha
Produksi : 260.902 Ton/Tahun
Lokasi : Kabupaten Pelalawan,
Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak
dan terbesar di Kep. Meranti
Sumber : Dinas Perkebunan Prov Riau
POTENSI KOMODITAS PERKEBUNAN LAINNYA

KARET
Luas : 519.355 Ha
(Rakyat,PBN,PBS)
Produksi : 633.314Ton/Tahun
Lokasi : 12 Kabupaten /Kota
Tujuan Eksport : 5 Negara
PINANG
KAKOA
Luas : 21.173 Ha
Luas : 6.282 Ha
Produksi : 11.735 Ton/Tahun
Produksi. : 1.690 Ton/Tahun
Lokasi : 11 Kabupaten/Kota Kecuali
Lokasi : 10 Kab/Kota kecuali
Pekanbaru.
Bengkalis dan Kep.
Meranti.

KOPI
Luas : 5.062 Ha NENAS
Produksi : 2.587 Ton/Tahun Luas : 1600 Ha KELADI UNGU
Lokasi : 11 Kab/Kota Kecuali Produksi : 32.000 Ton/Tahun Luas : 450 Ha
Kota Dumai dan terbesar Lokasi : 12 Kab/Kota terbesar di Kab. Produksi : 13.500 Ton/Tahun
di Kep. Meranti Siak Lokasi : Kabupaten Rokan Hilir
RUU TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN
ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAHAN DAERAH
(RUU-HKPD)

RUU-HKPD dimana kekayaan alam yang terkandung di


dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, menggunakan asas
pengelolaannya secara seoptimal, efisien, transparan,
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, serta
berkeadilan agar memperoleh manfaat sebesar-besarnya
bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan sesuai
dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33.
Pasal 4
• Penambahan satu poin pada huruf H yaitu PPh pasal 21
Orang Pribadi Bahwa Besaran Bagi Hasil yang diterima
Pemerintah Provinsi selama ini masih kecil, berdasarkan UU
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah yaitu 8 %,
diharapkan dengan pengalihan PPh pasal 21 Orang Pribadi
ini menjadi Pajak Provinsi akan memperkuat kemandirian
keuangan daerah dimana pada Tahun 2020 Rasio PAD
masih 39 % dari Total Pendapatan Daerah.

BAB II : Pasal 12

PAJAK DAN
• Pada Pasal 12 ayat (1) Objek Pajak Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor adalah penyerahan kepemilikan
Kendaraan Bermotor , dimana Bea Balik Nama Kenderaan
Bermotor Penyerahan ke 2 merupakan pendapatan daerah

RETRIBUSI yang cukup besar sehingga diharapkan untuk tetap


menjadi objek pajak sebagaimana UU 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pasal 83
• Opsen PKB sebesar 40% (Empat Puluh Persen);
• Usulan penyesuaian tarif dari 40% menjadi 30 % di
karenakan fasilitas, SDM, operasional dan upaya-
upaya peningkatan pendapatan PKB ditanggung oleh
Pemerintah Provinsi seluruhnya
BAB III : TRANSFER KE DAERAH

• Bagian ketiga tentang DBH :


• Pada Pasal 111 ayat (3) ditambah 1 (satu) huruf yakni huruf e yaitu
Perkebunan
• Bahwa perkebunan (kelapa sawit) sama halnya dengan kehutanan yang
sama sama ditumbuhkan dari tanah dan air.
• Bahwa perkebunan (kelapa sawit) menghasilkan CPO dan turunannya yang
mempunyai potensi bea keluar (BK) dan Pungutan ekspor (PE) yang dapat
dibagi hasilkan.
Paragraf 3 : DBH Sumber Daya Alam
Pasal 115

Penambahan 2 (dua) huruf pada ayat 1 yakni huruf d dan e :

e. Penerimaan Negara Bukan Pajak


d. Penerimaan Negara Bukan Pajak
Keterlanjuran Dalam Kawasan Hutan
Pengunaan Kawasan Hutan (PNBP – PKH)
(PNBP –Keterlanjuran)

Hal ini dikarenakan persetujuan penggunaan kawasan hutan dan ketelanjuran dalam kawasan hutan
merupakan potensi PNBP yang dapat di DBHkan
• Pasal 115
Paragraf 3 : • Ayat 2 :
DBH Sumber • Ditambahkan komposisi persentasi dari Iuran Izin Usaha
Daya Alam Pemanfaatan Hutan yang mengacu kepada UU 23/2014
urusan kehutanan didaerah berada pada pemerintah
provinsi (tidak menjadi urusan kabupaten / kota lagi)

• Ayat 3 :
• Dari persentase yang di tetapkan, di alokasikan kepada
provinsi, kabupaten / kota penghasil dan juga kabupaten
dan kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan;
• Menghapus pembagian provinsi lainnya yang berbatasan
langsung dengan kabupaten/kota penghasil
• Pasal 4 :
• Usulan peningkatan DBH sumber daya alam kehutanan
yang bersumber dari Dana Reboisasi dari 40% menjadi
60%
• Pasal 115
Paragraf 3 : • Penambahan 2 Ayat yaitu Ayat 6 dan Ayat 7 berupa
DBH Sumber Pembagian dana bagi hasil (DBH) dari Persetujuan
Penggunaan Kawasan Hutan (PNBP- PKH) dan kehutanan
Daya Alam yang bersumber dari Keterlanjuran didalam Kawasan
Hutan ( PNBP- Keterlanjuran)
• Pasal 116
Paragraf 3 : • Ayat 2 dan Ayat 5:
DBH Sumber • Pembagian proporsi persentase Provinsi dan
Kabupaten/ Kota dengan pendekatan UU 23
Daya Alam Th 2014 dimana Kabupaten/ Kota tidak
memiliki wewenang dalam pengelolaan
pertambangan mineral dan batubara dan UU
No.3 th 2020 pasal 35 ayat 4 Pemerintah
Pusat dapat mendelegasikan kewenangan
kepada Pemerintah Daerah Provinsi
• Ayat 4 :
• Pembagian proporsi persentase Provinsi dan
Kabupaten/ Kota Penghasil di tambahkan dan
merevisi Poin c, sehingga Kabupaten dan Kota
lainnya dalam Provinsi yang bersangkutan;
• Pasal 117
Paragraf 3 : • Ayat 2 :
DBH Sumber • Menambah proporsi persentase Provinsi dan
Daya Alam Kabupaten/ Kota;
• penambahan huruf c yaitu Kabupaten dan Kota
lainnya dalam Provinsi yang bersangkutan
untuk pemerataan dan huruf d yaitu
kabupaten/kota pengolah didalam provinsi.

• Ayat 4 :
• memasukan porporsi persentase Provinsi dan
Kabupaten/ Kota
• Pada huruf c tidak memasukan Kabupaten/
Kota di Provinsi lainnya yang berbatasan
langsung dengan Kabupaten/ Kota penghasil;
• Pasal 118
Paragraf 3 : • Ayat 3 :
DBH Sumber • Merubah pada huruf c menjadi Kabupaten dan
Daya Alam Kota lainnya dalam Provinsi yang bersangkutan;

• Pasal 118 a :
• Menambah pasal 118 a mengenai Penerimaan
Perkebunan Kelapa Sawit yang berasal dari
penerimaan Bea Keluar (BK) dan Pungutan Ekspor
(PE) bagi daerah penghasil
• Menambah pasal 118 b mengenai rincian
persentase Dana Bagi Hasil dari penerimaan Bea
Keluar (BK) dan Pungutan Ekspor (PE) yang
menjadi bagian Daerah
• Penambahan pasal dikarenakan kegiatan industri
perkebunan memberikan dampak terhadap kerusakan
infrastruktur dan lingkungan di daerah, sehingga
dibutuhkan biaya yang besar untuk perbaikannya dan
berdasarkan UU 39 Th 2014 dan Inpres nomor 6 th 2019
Gubernur, Bupati dan Walikota mempunyai tugas
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaku
usaha perkebunan
PEMERINTAH
PROVINSI RIAU

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai