Sejarah Logika
Menurut sejarah, dasar – dasar ilmu mantik (logika) sudah dipelajari semenjak zaman
Luqman Hakim atau zaman Nabi Daud As. Dari Luqman hakim turun kepada filosof Benduples,
kemudian turun kepada filosof Sabqarates dan Baqrates, lalu turun kepada Aflathun, dan
akhirnya sampai kepada filosof Aristoteles yang dikenal sebagai bapak logika.1
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama
alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica
scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe
alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang
secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan
kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Selama abad ke-20, banyak karya dalam bidang logika memfokuskan perhatian pada
formalitas sistem logika dan pada pertanyaan tentang kekomplitan dan konsistensi sistem –
sistem tersebut. Suatu teori yang terkenal, yang dikemukakan oleh Kurt Goedel (1906-1978),
menyatakan bahwa dalam sistem formal apa pun yang memadai bagi sejumlah teori terdapat
suuatu formula yang tidak dapat ditentukan, yaitu semacam formula, bukan formula itu bukan
juga negasinya yang dapat di asalkan dari aksioma – aksioma dari sistem itu. Perkembangan –
perkembangan lain mencakup logika multi nilai dan formalisasi logika modal. Yang paling
mutakhir, logika berandil besar bagi teknologi dengan menyediakan fondasi konseptual bagi
sirkuit elektronik komputer – komputer digital.
Ahli pikir muslim yang juga ikut mengembangkan logika adalah Abu Abdillah al-
Khawarizmi, yang telah menciptakan aljabar serta buku Mafaatihul Ulum fil Mantiqi yang berisi
komentar tentang logika.
Ibnu Sina juga membahas tentang logika sebagaimana terdapat pada salah satu
bagian bukunya yaitu As-Syifa. Ia juga membahas secara spesifik tentang logika pada bukunya
yang berjudul Isyarat Wal Tanbibat fil-Mantiqi.