Anda di halaman 1dari 4

A.

Sejarah Logika
Menurut sejarah, dasar – dasar ilmu mantik (logika) sudah dipelajari semenjak zaman
Luqman Hakim atau zaman Nabi Daud As. Dari Luqman hakim turun kepada filosof Benduples,
kemudian turun kepada filosof Sabqarates dan Baqrates, lalu turun kepada Aflathun, dan
akhirnya sampai kepada filosof Aristoteles yang dikenal sebagai bapak logika.1 

Sejarah singkat logika dari masa pertumbuhannya hingga kurun perkembangannya.

1.   Dunia Yunani Tua


Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada
akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.

Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama
alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica
scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe
alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang
secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan
kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.

2. Dunia Abad Pertengahan


Pada mulanya, yaitu pada tahun 1141, pembahasan logika hanya berkisar pada karya
Aristoteles yang berjudul Kategoria dan Peri Hermeneias. Karya Aristoteles tersebut
bersama Eisagogen karya Porphyrius biasa disebut logika lama. Baru sesudah tahun 1141,
keempat karya Aritoteles lainnya dikenal lebih luas  oleh masyarakat. Keempat karya tersebut
disebut dengan logika baru. Logika lama dan logika baru kemudian disebut sebagai logika antik.
Di dalam logika ini ditunjuk pentingnya pendalaman tentang suposis, untuk menerangkan
kesesatan logis, dan tekanan terletak pada ciri – ciri term sebagai simbol tata bahasa dari konsep
-konsep.
1
Drs. H. Masdi, M.Ag, Daros Logika, STAIN PRESS, Kudus. 2009, h. 10
3. Dunia Modern

Selama abad ke-20, banyak karya dalam bidang logika memfokuskan perhatian pada
formalitas sistem logika dan pada pertanyaan tentang kekomplitan dan konsistensi sistem –
sistem tersebut. Suatu teori yang terkenal, yang dikemukakan oleh Kurt Goedel (1906-1978),
menyatakan bahwa dalam sistem formal apa pun yang memadai bagi sejumlah teori terdapat
suuatu formula yang tidak dapat ditentukan, yaitu semacam formula, bukan formula itu bukan
juga negasinya yang dapat di asalkan dari aksioma – aksioma dari sistem itu. Perkembangan –
perkembangan lain mencakup logika multi nilai dan formalisasi logika modal. Yang paling
mutakhir, logika berandil besar bagi teknologi dengan menyediakan fondasi konseptual bagi
sirkuit elektronik komputer – komputer digital.

4. Perkembangan Logika Dalam Islam


Logika mulai berkembang dalam dunia islam sejak adanya kegiatan penerjemahan buku
– buku oleh para ilmuan Islam. Pada saat itu upaya untuk mengembangkan logika terlihat dari
upaya beberapa penerjemah yang menyalin buku – buku karya Aristoteles kedalam bahasa arab.
Diantara tokoh yang berperan adalah Johana bin Pafk yang menyalin buku Aristoteles menjadi
Manqulatul Assyarat li Aristu, Ibn Sikkit Jakub Al-Nahwi yang memberi komentar dan
tambahan dalam bukunya Ishlah Fil Mantiq, Jakub bin Ishaq Al-Kindi menyalin bagian – bagian
logika Aristoteles dan memberi komentar satu persatu.

Ahli pikir muslim yang juga ikut mengembangkan logika adalah Abu Abdillah al-
Khawarizmi, yang telah menciptakan aljabar serta buku Mafaatihul Ulum fil Mantiqi yang berisi
komentar tentang logika.

Ibnu Sina juga membahas tentang logika sebagaimana terdapat pada salah satu
bagian  bukunya yaitu As-Syifa. Ia juga membahas secara spesifik tentang logika pada bukunya
yang berjudul Isyarat Wal Tanbibat fil-Mantiqi.

B. Manfaat Mempelajari Logika


Banyak sekali kegunaan dan kentungan yang kita peroleh jika kita mempelajari logika,
diantara manfaat itu ialah :
1. Membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan
kebenaran dan menghindari kekeliruan. Logika sebagai ilmu yang banyak menyajikan
dalil – dalil dan hukum berpikir logis. Logika adalah ilmu normatif, karena logika
membicarakan tentang berpikir sebagaimana seharusnya bukan sebagaimana adanya
dalam ilmu – ilmu positif, seperti fisika, psikologi, dan sebagainya. Dengan berpikir
sebagaimana seharusnya, ini berarti logika memberikan syarat – syarat yang harus
dipenuhi dalam berpikir untuk mencapai gagasan tentang kebenaran.
2. Mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani; suatu sikap yang dibutuhkan
dalam segala suasana dan tempat. Itu karena logika menyampaikan kepada berpikir
benar, lepas dari pelbagai prasangka, emosi, dan keyakinan seseorang.
3.  Melatih kekuatan akal pikiran dan perkembangannya dengan latihan dan selalu
membahas dengan metode – metode berpikir.
4. Akal menjadi semakin tajam dan tinggi kemampuannya dalam hal imajinasi logis.
Imajinasi logis adalah kemampuan akal untuk menggambarkan kemungkinan terjadinya
sesuatu sebagai keputusan akal yang benar dan runtut.
5. Dapat meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya dan melaksanakan pekerjaan tepat pada
waktunya.

Anda mungkin juga menyukai