Anda di halaman 1dari 5

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Egg Roll Waluh
Egg Roll Waluh merupakan kue kering yang dibuat dari bahan dasar waluh
dengan adonan tepung terigu yang memiliki bentuk gulungan panjang menyerupai
cerutu. Kue kering yang mirip dengan semprong memiliki cita rasa yang lebih
gurih, karena dibuat dengan campuran telur yang lebih banyak dibandingkan kue
semprong. Egg Roll dimasak dengan cara tradisional yaitu dipanggang dengan
wajan diatas api sedang.
Banyak warga sekitar maupun pendatang di kecamatan cepu yang menyukai
egg roll waluh karena rasa nya yang khas dan harga nya yang terjangkau.
Kelompok Wanita Tani Budi Rahayu yang memprakasai egg roll waluh “Ngudi
Roso” telah mengembangkan berbagai varian baru dari egg roll yakni egg roll
ketela rambat, egg roll wijen, egg roll keju dan 14 varian rasa lainnya.
(http://www.didikjatmiko.com/2016/06/egg-roll-waluh-ngudi-roso-khas-Cepu-
kabupaten-Blora.html )
2.2 Sejarah Pembuatan Egg Roll Waluh di Cepu
Sebelum terkenal seperti sekarang ini, kue semprong dan ledre merupakan
saudara tertua dari egg roll. Ledre sendiri banyak diproduksi di Kota Bojonegoro,
sebelah timur Kabupaten Blora. Untuk kue kering ledre, bahan baku yang biasa
digunakan adalah pisang. Proses Produksi pada industri ledre pun sudah berjalan
sejak lama dan pemasarannya sudah sampai ke seluruh Indonesia. Akan tetapi,
karena ada nya rasa bosan dan ketidakpuasan dari konsumen, maka munculah ide
kreatif dari warga desa Ngroto, kecamatan Cepu.
Pada tahun 2008, para wanita anggota Kelompok Wanita Tani Budi Rahayu
memulai untuk membuat sebuah usaha baru yang dapat meningkatkan taraf hidup
warga sekitar. Mereka memilih waluh sebagai bahan baku karena memang disukai
oleh warga sekitar, mudah didapat serta harga nya juga relatif murah. Waluh ini
awalnya mereka olah menjadi jenang waluh dan egg roll waluh. Akan tetapi
karena jenang waluh bertekstur basah dan tidak tahan lama, maka mereka
memfokuskan untuk lebih banyak produksi egg roll waluh dibandingkan jenang
waluh.
2.2. Pengendalian Kualitas Statistik
Menurut Feigenbaum (1991) dalam Ariani (2004), Kualitas merupakan
keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering,
manufacture, dan maintenance, dalam mana produk dan jasa tersebut dalam
pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Faktor
utama yang menentukan kinerja suatu perusahaan yaitu kualitas barang dan jasa
4

yang dihasilkan. Produk dan jasa yang berkualitas adalah produk dan jasa yang
sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumennya.

Menurut Montgomery (1996) tujuan pengendalian kualitas statistik adalah:

1. Pengurangan variabilitas yang sistematik dalam karakteristik kualitas


kunci produk tersebut
2. Menghasilkan biaya kualitas yang lebih rendah
3. Mempertinggi posisi kompetitif

2.3. Grafik Pengendali DataGambar 2.1. Grafik Pengendali


Atribut
Atribut dalam pengendalian kualitas menunjukkan karakteristik kualitas
yang sesuai dengan spesifikasi atau tidak sesuai dengan spesifikasi. Pengendalian
kualitas proses statistik untuk data atribut ini digunakan sebagai pengganti
pengendali kualitas proses untuk data variabel. Banyak kelebihan yang dimiliki
oleh grafik pengendali kualitas proses statistik data atribut, diantaranya grafik
pengendali kualitas proses statistik data atribut dapat meminimalkan keterbatasan
dengan menyediakan semua informasi kualitas untuk dapat mengurangi biaya.
2.3.1. Grafik Pengendali p (p-chart)
Grafik pengendali proporsi kesalahan (p-chart) digunakan untuk mengetahui
apakah cacat produk yang dihasilkan masih dalam batas yang disyaratkan. Untuk
grafik pengendali proporsi banyak digunakan apabila memakai ukuran cacat
berupa proporsi produk cacat dalam setiap sampel yang diambil. Proporsi
kesalahan atau cacat pada sampel atau sub kelompok untuk setiap kali melakukan
observasi dihitung dengan rumus :
x
p= (1)
n
dengan p = proporsi kesalahan dalam setiap sampel atau observasi
x= banyaknya produk yang cacat dalam setiap sampel atau observasi
n= banyaknya sampel atau observasi yang diambil dalam inspeksi
Garis pusat (center line) pada grafik pengendali p dihitung dengan rumus:
5

g g

∑ pi atau ∑ xi (2)
GP= ṕ= i=1 ṕ= i=1
g n.g
dengan ṕ = garis pusat grafik pengendali proporsi kesalahan
pi= proporsi kesalahan setiap sampel atau sub kelompok dalam
setiap observasi
n = banyaknya sampel yang diambil setiap kali observasi
g = banyaknya observasi yang dilakukan
Sedangkan batas pengendali atas (BPA) dan batas pengendali bawah (BPB)
untuk grafik pengendali p adalah :
ṕ(1− ṕ)
BPA = ṕ+3
√ n
ṕ (1− ṕ)
(3)

BPB = ṕ−3
√ n
2.4. Grafik Pengendali Data Variabel
(4)

Data variabel dalam kasus ini berupa variabel panjang dari egg roll.
Pengertian dari pengendalian kualitas proses statistik data variabel merupakan
metode grafik pengendali untuk data variabel. Metode ini dapat digunakan untuk
menunjukan apakah proses berada dalam kondisi stabil atau tidak. Grafik
pengendali ini mendeteksi adanya sebab khusus dalam ketidaksesuaian yang
terjadi. Grafik pengendali juga digunakan untuk mengadakan perbaikan kualitas
proses, menentukan kemampuan proses, membantu menentukan spesifikasi –
spesifikasi yang efektif, menentukan kapan proses dapat dijalankan sendiri, dan
kapan dibuat penyesuaiannya dan menemukan penyebab dari tidak diterimanya
standar kualitas tersebut.
2.4.1. Grafik Pengendali x́ dan R
Grafik pengendali rata – rata dan jarak merupakan dua grafik pengendali
yang saling membantu dalam mengambil keputusan mengenai kualitas proses.
Grafik pengendali rata – rata digunakan untuk melihat apakah proses masih
berada dalam batas pengendalian atau tidak. Kondisi tersebut dapat dilihat dari
produk yang sedang berada dalam proses. (Ariani, 2004).
Menurut Montgomery (1996), misalkan karakteristik berdistribusi normal
dengan mean µ dan deviasi standar σ, dengan µ dan σ keduanya diketahui. Jika x 1,
x2, … , xn sampel berukuran n, maka rata – rata sampel adalah
x 1+ x 2 +⋯+ xn
x́=
n
Diketahui bahwa x́ berdistribusi normal dengan µ dan σ x́ =σ / √ n .
Selanjutnya, mean sampel akan berada diantara :
σ
μ+ Z α / 2 σ x́ =μ+ Z α / 2 (5)
√n
6

dan
σ
μ−Z α / 2 σ x́ =μ−Z α /2 (6)
√n
Apabila µ dan σ diketahui, persamaan (12) dan (13) dapat digunakan
sebagai batas pengendali atas dan batas pengendali bawah, pada grafik mean
sampel. Karena Z α /2 diganti dengan 3 , sehingga digunakan batas 3 – sigma. Jika
suatu mean jatuh di luar batas ini, hal itu menunjukkan bahwa mean proses tidak
lagi sama dengan µ. Maka dapat dihitung batas pengendali yang baru
σ
BPA = μ+3
√n
GP =μ (7)
σ
BPB = μ−3
√n
2.5. Analisis Kemampuan Proses
Analisis kemampuan proses merupakan suatu tahapan yang harus dilakukan
dalam mengadakan pengendalian kualitas proses statistik (Statistical Process
Control). Selain itu, analisis kemampuan proses juga merupakan studi guna
menaksir kemampuan proses dalam bentuk distribusi probabilitas yang
mempunyai bentuk, rata – rata (mean), dan penyebaran (standard deviation).
Analisis kemampuan proses juga mendefinisikan kemampuan proses memenuhi
spesifikasi atau mengukur kinerja proses.

Secara keseluruhan, indeks kemampuan proses dan banyaknya produk yang


berada diluar batas spesifikasi dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Hubungan antara Level Sigma, Indeks Kemampuan Proses (Cp),
dan Produk yang di luar batas Spesifikasi

Banyaknya Produk yang


Level Indeks Kemampuan
berada di luar batas
Sigma Proses (Cp)
spesifikasi
1 0.50 13.36%
2 0.67 4.55%
3 1.00 0.30%
4 1.33 64 ppm
5 1.63 1 ppm
6 2.00 0

2.6. Diagram Sebab – Akibat


Diagram sebab – akibat dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa pada tahun
1943, sehingga sering disebut diagram Ishikawa. Diagram ini menggambarkan
7

garis dan simbol – simbol yang menunjukkan hubungan antara akibat dan
penyebab suatu masalah. Diagram tersebut memang digunakan untuk mengetahui
akibat dari suatu masalah untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai