Anda di halaman 1dari 3

Ekstraksi Cair-Cair

Pendahuluan
Ekstraksi merupakan suatu proses memisahkan suatu zat dari suatu campuran tempat
zat tersebut berada berdasarkan perbedaan kelarutannya. Oleh karena itu, ekstraksi
merupakan salah satu teknik pemisahan untuk mengambil zat yang akan dianalisis. Ekstraksi
cair-cair merupakan ekstraksi yang berdasarkan kelarutan zat terhadap dua cairan tidak saling
larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Pemisahan senyawa yang
ada dalam suatu bahan dapat dilakukan secara bertahap dengan menggunakan berbagai
macam pelarut yang berbeda kepolarannya. Pemisahan ini disebut dengan proses partisi
bertahap. Definisi partisi adalah proses pemisahan berdasarkan distribusi senyawa pada dua
pelarut yang tidak saling bercampur.
Keberhasilan proses partisi dipengaruhi oleh suatu tetapan yang disebut koefisien partisi
(KD). Semakin besar koefisien partisi maka akan semakin besar pula kemampuan suatu ekstrak
untuk bisa berada dalam fase lainnya, begitu pula sebaliknya.
Suatu sistem kesetimbangan zat terlarut (solut) pada pelarut (solven) yang lebih polar (aq) dan
yang kurang polar (org) yang tidak saling bercampur bisa dilihat seperti pada persamaan
berikut:

Koefisien distribusi dari sistem kesetimbangan tersebut adalah

[Sorg] merupakan konsentrasi solut yang ada di fase organik (kurang polar) dan dan [S aq]
merupakan konsentrasi solut dalam fase air/aqueous (lebih polar).
Sistem kesetimbangan ini merupakan sistem dengan kondisi dimana tidak ada sistem
kesetimbangan senyawa lain dalam masing-masing fase. Apabila terdapat sistem
kesetimbangan lain dalam masing-masing fase maka K D tidak dapat digunakan dan istilah yang
digunakan adalah nisbah distribusi (D).
D, nisbah distribusi ini menunjukkan konsentrasi total solut yang ada di fase organik
terhadap fase air/aqueous. Sebagai contoh, apabila suatu solut terbentuk menjadi dua senyawa
A dan B pada fase air, sedangkan yang terpartisi ke fase organik hanya A maka nisbah distribusi
adalah

Nisbah distribusi ini digunakan untuk menentukan efisiensi ekstraksi pada senyawa yang
mengalami proses pengionan maupun mempunyai kesetimbangan lain dalam fase air. Pada
percobaan ini Anda akan mempelajari ekstraksi yang melibatkan kesetimbangan asam lemah
yaitu asam asetat. Adapun skemanya tergambarkan sebagai berikut:
Skema ekstraksi cair-cair asam asetat

Penjelasan selanjutnya mengenai ekstraksi cair-cair dapat dibaca di buku Harvey D. 2000.
Modern Analytical Chemistry. Mcgraw-Hill.

Penentuan Nisbah Distribusi yang Melibatkan Kesetimbangan Asam


Basa
Tujuan Percobaan
Percobaan bertujuan agar mahasiswa mampu
1. melakukan ekstraksi cair-cair yaitu melakukan partisi cair-cair asam lemah, dan
2. menentukan nisbah distribusi ekstraksi yang melibatkan kesetimbangan asam basa.

Kompetensi Praktikum
Mahasiswa mampu menggunakan corong pemisah dengan benar dan mampu
menentukan nisbah distribusi ekstraksi yang melibatkan kesetimbangan asam basa.

Alat dan Bahan


Alat yang diperlukan adalah labu takar 50 ml, corong pemisah 125 ml, buret, pH meter.
Bahan yang diperlukan adalah asam oksalat, n-heksana, asam asetat 0,05 M, NaOH 0.05 M,
NaOH 0,001 M, dan indicator fenolftalein.

Prosedur Percobaan
Sebanyak 10 mL larutan asam asetat (0.05 M) disiapkan (pastikan konsentrasi dengan titrasi
menggunakan NaOH yang telah distandardisasi) selanjutnya pH larutan asam asetat tersebut
diukur dengan pH meter. Larutan asam kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan
ditambahkan n-heksana sebanyak 5 mL. Larutan dikocok, fase n-heksana dipisahkan dari fase
aqueous. Konsentrasi asam asetat sisa dalam fase aqueous ditentukan melalui titrasi dengan
NaOH yang telah distandardisasi. Tentukan KD
Sebanyak 10 mL larutan asam asetat yang sama seperti pada penentuan K D dimasukkan ke
dalam wadah, ke dalamnya dimasukkan NaOH 0,001 N hingga pH larutan menjadi 5 (gunakan
pH meter untuk mengecek pH). Larutan kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan
ditambahkan 5 ml n-heksana dan dilakukan partisi cair-cair. pH fase air diukur dengan pH
meter. Konsentrasi asam asetat sisa dalam fase aqueous tersebut selanjutnya ditentukan
melalui titrasi dengan NaOH yang telah distandardisasi. Tentukan nilai D berdasarkan 2
persamaan di bawah ini dan bandingkan nilainya. (gunakan nilai K D yang diperoleh dari
percobaan sebelumnya).

Anda mungkin juga menyukai