1 : 79 – 84 ISSN 2252-541
The Effect of Safe Work Motivation on the Occurrence of Work Accidents in PT. Maruki
Internasional Indonesia
ABSTRAK
Secara garis besar kejadian kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor, yaitu tindakan manusia yang tidak memenuhi
keselamatan kerja (unsafe act) dan keadaan lingkungan yang tidak aman (unsafe condition). Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh yang mengestimasi kejadian kecelakaan kerja dan faktor yang paling dominan berpengaruh
terhadap kejadian kecelakaan kerja di PT. Maruki Internasional Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi desain
potong lintang. Populasi penelitian adalah semua karyawan PT. Maruki Internasional Indonesia yang berjumlah 320
orang. Sementara sampelnya sebanyak 76 karyawan yang dipilih berdasarkan teknik penyampelan acak proporsional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kecelakaan kerja, yaitu motivasi (p= 0,000),
ketersediaan APD (0,000), peraturan (0.001), peran rekan kerja (p=0,029), peran keluarga (0,008), pengetahuan (0,013),
sikap (p=0,000), persepsi (0,000), dan perilaku (p=0,000). Sementara variabel yang tidak berpengaruh, yaitu pelatihan
(0,0439) dan peran pengawas (p=0,265).
ABSTRACT
Broadly speaking, the incidence of workplace accidents caused by two factors, namely human action that does not meet
safety (unsafe act) and the state of the environment is not safe (unsafe condition). The aim of the research was to
determine the effect of estimating the occurrence of work accident and the most dominant factor affecting the
occurrence of Work Accident in PT. Maruki Internasional Indonesia. The research used cross sectional design. The
population were all empoyees of PT. Maruki Internasional Indonesia consisting of 320 people. The samples consisting
of 76 employees were selected using proportional random sampling method. The results of the research indicate that the
variables affecting work accident are motivation (p = 0.000), the availability of APD (p=0,000), regulation (p=0,001),
the role of co-workers (p=0,029), the role of family (p=0,008), knowledge (p=0,013), attitude (0,000), perception
(p=0,000), and behavior (0,439). The variables having no effect are training (p=0,439) and sipervisor (p=0,265), while
the most significant influencing variables on work accident are the availability of APD, regulation, and perception.
79
Hajrah ISSN 2252-541
untuk melihat motivasi dan perilaku aman Pengaruh Motivasi Kerja Aman terhadap
terhadap kejadian kecelakaan kerja antara variable Perilaku Aman
bebas terhadap variable terikat dengan Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 58
menggunakan uji regresi logistik ganda, responden dengan motivasi lemah 44 orang
menggunakan aplikasi computer program SPSS. (75,8%) tidak aman dan 14 orang (24,1%) aman.
Penyajian data dalam bentuk table dan disertai Sedangkan dari 18 responden yang memiliki
narasi (Duwi, 2009). motivasi kuat, 3 orang (16, 6%) tidak aman dan
15 (83,3%) aman. Hasil uji Contingency
HASIL Coefficient diperoleh besar nilai p = 0,000 < 0, 05,
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik maka Ho ditolak yang menunjukkan bahwa ada
Responden PT. Maruki Internasional Indonesia pengaruh motivasi terhadap perilaku aman
Tabel 1 menggambarkan bahwa distribusi karyawan.
responden berdasarkan kelompok umur 21-30
sebanyak 13 orang (17,1%), kelompok umur 31- Tabel 2. Pengaruh Motivasi Kerja Aman
40 tahun yakni 33 orang (43,4%), kelompok umur Terhadap Perilaku Aman
41-50 yakni 24 orang (31,6%), dan kelompok
umur > 50 yakni 6 orang (7,9%). Karyawan Motivasi Perilaku Aman Total P
dengan lulusan SMP/sederajat, yaitu sebanyak 2 Tidak Aman Aman
n % n % n %
orang (2,6%),lulusan SMA /sederajat yaitu Lemah 44 75,8 14 24,1 58 100 0,000
sebanyak 62 orang (81,6 %), lulusan Akademi Kuat 3 16,6 15 83,3 18 100
yaitu sebanyak 4 orang (5,3%) dan lulusan Total 47 75 29 25 76 100
Perguruan Tinggi sebanyak 8 orang (10,5%). Jenis
kelamin Pria sebanyak 65 orang (85,5%), wanita Pengaruh Motivasi Kerja Aman terkait
11 orang (14,5%). Unit kerja factory 1 10 orang Pengetahuan terhadap Perilaku Aman
(13,2%), factory 2 7 orang (9,2%), factory 3 18 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 45
orang (23,7%), factory 4 18 orang (23,7%), responden yang memiliki pengetahuan kurang, 33
factory 5 12 orang (15,8%), factory 6 11 orang (73,3%) tidak aman, 12 orang (26,6%) aman.
(14,5%). Masa kerja karyawan baru yaitu sebnyak Sedangkan dari 31 responden yang memiliki
6 orang (7,9%), lama sebanyak 70 orang (92,1%). pengetahuan cukup, 14 orang (45,1%) tidak aman,
Dan Jabatan Karyawan anggota yaitu sebanyak 70 dan 17 orang (54,8%) aman. Hasil uji
orang (92,1%), Kepala Regu tidak ada dan Kepala Contingency Coefficient diperoleh besar nilai p =
Seksi 6 orang (7,9%). 0,013< 0,05 yang menunjukkan bahwa ada
pengaruh pengetahuan terhadap perilaku aman.
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan
Karakteristik Responden di PT. Maruki Tabel 3. Pengaruh Pengetahuan Terhadap
Internasional Indonesia Perilaku Aman
Karakteristik Perlakuan
n % Pengetahuan Perilaku Aman Total P
Umur
21-30 13 17,1 Tidak Aman Aman
31-40 33 43,4 n % n % n %
41-50 24 31,6
>50 6 7,9 Kurang 33 73,3 12 26,6 45 100 0,013
Tingkat Pendidikan Cukup 14 45,1 17 54,8 31 100
SMP/sederajat 2 2,6
SMA/sederajat 62 81,6 Total 47 75 29 25 76 100
Akademi 4 5,3
Perguruan Tinggi 8 10,5
Jenis Kelamin
Pria 65 85,5
Wanita 11 14,5 Pengaruh Motivasi Kerja Aman terkait Sikap
Unit Bagian
Factory 1 10 13,2 terhadap Perilaku Aman
Factory 2 7 9,2
Factory 3
Factory 4
18
18
23,7
23,7
Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 52
Factory 5
Factory 6
12
11
15,8
14,5
responden yang memiliki sikap negatif, 40 orang
Masa Kerja
Baru 6 7,9
(76,9%) tidak aman, dan 12 orang (23,1%) aman.
Lama
Jabatan
70 92,1
Sedangkan dari 24 responden yang memiliki sikap
Kepala Seksi 6 7,9
Kepala Regu 0 0 positif, 7 orang (29,1%) tidak aman, dan 17
Anggota 70 92,1
(70,8%) aman. Hasil uji Contingency Coefficient
81
Hajrah ISSN 2252-541
diperoleh besar nilai p = 0,000 yang menunjukkan Menurut Annishia (2004), faktor-faktor
bahwa ada pengaruh sikap terhadap perilaku yang mendorong motivasi pekerja adalah
aman karyawan di PT. Maruki Internasional pemenuhan rasa puas pekerja yang dialami
Indonesia. pekerja (faktor intrinsik), misalnya seperti
keberhasilan mencapai sesuatu, diperolehnya
Tabel 4. Pengaruh Sikap Terhadap Perilaku pengakuan, rasa tanggung jawab, kemajuan,
Aman karier, rasa profesionalis dan intelektual.
Dorongan yang ada dalam diri pekerja untuk
Sikap Perilaku Aman Total P berperilaku aman juga harus didukung perusahaan
Tidak Aman Aman dengan penciptaan lingkungan yang memfasilitasi
n % n % n %
Negatif 40 76,9 12 23,1 52 100 0,000
terjadinya perilaku aman di tempat kerja.
Positif 7 29,1 17 70,8 24 100 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan
Total 47 75 29 25 76 100 bahwa meskipun motivasi pekerja tinggi tetapi
dengan tidak terpenuhinya kepuasaan, karir, gaji,
yang merupakan faktor intrinsik dan tidak adanya
Pengaruh Motivasi Kerja Aman terkait Persepsi
reward yang merupakan salah satu bentuk
terhadap Perilaku Aman
dukungan dari perusahaan sehingga kurang
Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 62
mendorong motivasi pekerja dan hal ini dapat
responden yang memiliki persepsi negatif, 47
membuat motivasi pekerja menjadi lemah karena
(75,8%) tidak aman, dan 15 orang (24,2%) aman.
kurangnya faktor pendorong tersebut. Manuaba
Sedangkan 14 responden yang memiliki persepsi
(2000), selain faktor motivasi kerja, kecelakaan
positif, tidak ada yang berperilaku tidak aman, dan
kerja juga dipicu oleh beberapa faktor diantaranya
14 orang (100%) aman. Hasil uji Contingency
ergonomi.
Coefficient diperoleh besar nilai p = 0,000 yang
Berdasarkan pengetahuan, responden
menunjukkan bahwa ada pengaruh persepsi
yang berperilaku tidak aman lebih banyak pada
terhadap perilaku aman karyawan PT. Maruki
responden yang berpengetahuan kurang dari pada
Internasional Indonesia.
responden yang berpengetauan cukup. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan
Tabel 5. Pengaruh Persepsi Terhadap Perilaku
responden maka akan semakin tinggi perilaku
Aman
aman yang dilakukan responden, dan semakin
rendah pengetahuan seseorang maka semakin
Pesepsi Perilaku Aman Total P
Tidak Aman Aman kecil kemungkinan responden untuk berperilaku
n % n % n % aman. Hal ini juga menunjukkan bahwa luas atau
Negatif 47 75,8 15 24,2 62 100 0,000
Positif 0 0 14 100 14 100
sempitnya pengetahuan responden di bagian
Total 47 75 29 25 76 100 produksi mempengaruhi perilaku aman. Menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan
PEMBAHASAN hasil dari tahu, terjadi setelah orang melakukan
Penelitian ini menunjukkan bahwa proses pengindraan terhadap objek yang
Berdasarkan motivasi kerja aman, responden yang diamatinya. Perilaku positif mempengaruhi
memiliki motivasi lemah lebih banyak yang jumlah informasi yang dimiliki seseorang sebagai
perilaku tidak aman daripada responden yang hasil proses penginderaan terhadap objek tertentu.
memiliki motivasi kuat. Hasil uji statistik korelasi Selain itu, tingkat perilaku mempengaruhi domain
menunjukkan ada pengaruh yang bermakna antara kognitif seseorang dalam hal mengingat,
motivasi dengan perilaku aman. Hal ini dapat memahami, dan mengaplikasikan informasi yang
disimpulkan bahwa semakin rendah motivasi dimiliki. Juga berpengaruh dalam proses analisis,
responden maka akan semakin tinggi untuk sintesis, dan evaluasi suatu objek.
berperilaku tidak aman, dan semakin tinggi Green (1980), menyatakan bahwa
motivasi responden maka akan semakin rendah peningkatan pengetahuan tidak
untuk berperilaku tidak aman. selalumenyebabkan perubahan perilaku, tetapi
pengetahuan sangat penting diberikansebelum
individu melakukan suatu tindakan. Tindakan
82
Kecelakaan kerja, motivasi, perilaku aman ISSN 2252-541
akan sesuai denganpengetahuan apabila individu responden berperilaku tidaka aman dan semakin
menerima isyarat yang cukup kuat untuk positif persepsi responden maka semakin rendah
memotivasidia bertindak sesuai dengan responden berperilaku tidak
pengetahuannya Persepsi seseorang tergantung pada
Berdasarkan sikap, responden yang kemampuan individu merespon stimulus.
berperilaku tidak aman lebih banyak pada Kemampuan tersebut yang menyebabkan persepsi
responden yang bersikap negatif daripada antara individu yang satu dengan individu lain
responden yang bersikap positif. Hal ini yang berbeda-beda dimana cara
dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi menginterpretasikan sesuatu yang dilihat pun
sikap dan pembentukan sikap ini lah yang belum tentu sama antar individu. Dengan
membuat pekerja memiliki sikap yang negatif dan kemampuan yang berbeda-beda itulah pekerja
positif. Selain itu, terbentuknya sikap tidak selalu bisa salah dalam mempersepsikan bahaya
menyebabkan perubahan perilaku. Hal dapat (Djatmiko 2016).
terlihat dari hasil wawancara dan observasi, ada Henning et al (2009), persepsi negatif
pekerja yang lebih memilih duduk di jig daripada yang dimiliki oleh seseorang dapat memicu untuk
duduk di tempat yang telah disediakan tetapi berperilaku tidak aman, sebaliknya persepsi
pekerja yang tidak duduk di jig juga banyak positif dapat memicu perilaku aman di tempat
meskipun pekerja memiliki keinginan duduk di jig kerja. Neal et al (2002), budaya keselamatan kerja
tetapi karena merasa tidak nyaman dan aman di tempat kerja menunjang perilaku aman,
sehingga mereka memilih duduk di tempat duduk persepsi yang buruk akan menyebabkan pekerja
yang disediakan. Selanjutnya, dari hasil mengalami kecelakaan kerja.
wawancara juga pekerja yang terbiasa merokok
saat bekerja di rumah tetapi saat berada di KESIMPULAN DAN SARAN
perusahaan pekerja tersebut menjadi tidak Tidak terdapat pengaruh pelatihan dan
merokok saat bekerja. Hal ini karena adanya peran pengawas terhadap perilaku aman. Karena
fasilitas tempat merokok di area kerja. pelatihan dilakukan bersifat sukarela dan wajib.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan
bahwa positif atau negatifnya sikap tidak selalu semua pekerja bisa mengikuti pelatihan karena
memberikan perubahan terhadap perilaku karena pelatihan ini dilakukansecara bergiliran.
sebagaimana yang dikemukakan oleh Sedangkan peran pengawas, pengamatan di
Notoadmodjo (2003), dimana suatu sikap belum lapangan masih ada pengawas yang kurang tegas
otomatis terwujud dalam suatu tindakan terbuka mengawasi pekerja yang tidak berperilaku aman,
(overt behavior). Dengan memberikan jawaban masih ada pekerja yang walaupun sudah ditegur
apabila ditanya, mengerjakan, dan memberikan tetapi masih berperilaku tidak aman dan
tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi berperilaku aman jika diawasi saja. Terdapat
dari sikap Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu pengaruh motivasi kerja aman terhadap perilaku
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau aman. Walaupun motivasi pekerja tinggi tetapi
suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain berdasarkan hasil wawancara banyak pekerja yang
adalah fasilitas. Selain itu, diperlukan juga faktor merasa tidak puas dengan gaji yang mereka
dukungan dari pihak lain. dapatkan. Terdapat pengaruh antara motivasi
Berdasarkan persepsi responden yang eksternal (ketersediaan APD, peraturan, peran
memiliki persepsi negatif lebih banyak yang rekan kerja, peran keluarga) terhadap perilaku
berperilaku tidak aman daripada responden yang aman. Disarankan sebaiknya perusahaan
memiliki persepsi positif. Dari hal tersebut dapat menyediakan CCTV untuk memantau pekerja
disimpulkan bahwa persepsi negatif menyebabkan yang berperilaku tidak aman di tempat kerja dan
seseorang berperilaku tidak aman sehingga dapat mengadakan program STOP (Safety Training
mengalami kecelakaan kerja. Hal ini sejalan Observation Program) yang dapat melatih pekerja
dengan pendapat Sialagan (2008), bahwa untuk mengamati, membetulkan, mencegah, dan
seseorang berperilaku sesuai dengan yang ia melaporkan tindakan tidak aman secara sistematis
persepsikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin agar dapat meminimalisir kecelakaan kerja.
negatif persepsi responden maka semakin tinggi
83
Hajrah ISSN 2252-541
84