Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PERHITUNGAN MUKA AIR BANJIR PERSILANGAN

SUNGAI KM. 45+488


PROYEK PEMBANGUNAN JALUR KERETA API LINTAS MAKASSAR-PARE
PARE ANTARA KABUPATEN MAROS-PANGKEP

OKTOBER 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................2

DAFTAR TABEL....................................................................................................................10

A. UMUM......................................................................................................................12

1. Potensi bencana banjir...........................................................................................13

2. Mitigasi bencana banjir..........................................................................................14

B. INTENSITAS HUJAN RENCANA..........................................................................15

1. Data Hujan Maksimum..........................................................................................15

2. Pemilihan Jenis Distribusi.....................................................................................18

3. Intensitas Hujan Rencana.......................................................................................23

C. DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS).......................................................................25

D. DEBIT BANJIR........................................................................................................27

1. Sungai Tabo-tabo (Orde 2) KM 45+488................................................................27

E. Perhitungan Manual...................................................................................................42

1. Sungai Tabo-tabo (Orde 2) km 45+489.................................................................42

1
A. UMUM

Proyek pembangunan jalan kererta api lintas Makassar- Parepare antara kabupaten

Maros-Pangkajene dan Kepulauan memiliki panjang 29.5 km yaitu antara km 44+100 s.d

73+600. Pada jalur ini jalan kereta api melintasi delapan sungai yang berada di wilayah

kecamatan Labakkang dan Ma’rang. Pada jalur ini terdapat 10 jembatan sebagai

persilangan sungai dimana terdapat 7 jembatan di wilayah kecamatan Ma’rang dan 3

jembatan di wilayah kecamatan Labakkang. Persilangan jalur kereta api pada daerah

sungai menggunakan jembatan beton dengan bentang jembatan bervariasi yaitu antara 20

meter s.d 40 meter menyesuaikan dengan lebar sungai. Lokasi persilangan sungai sesuai

dengan gambar 1 di bawah ini :

Gambar 1. Perlintasan sungai proyek jalan kererta api Makassar-Parepare antara


kabupaten Maros-Pangkep

2
Tabel 1. Lokasi persilangan sungai dan rencana bentang jembatan

1. Potensi bencana banjir

Berdasarkan data statistik hujan antara tahun 2011 s.d 2015 wilayah Sulawesi selatan

memiliki kedalaman hujan rerata pertahun sebesar 3210 mm dengan rerata hari hujan

pertahun 185 hari. Hal ini menyebabkan wilayah provinsi Sulawesi selatan memiliki

potensi bencana banjir yang tinggi. Tercatat pada bulan januari 2019 terjadi banjir yang

cukup besar di kabupaten Pangkajene dan kepulauan yang berdampak pada seluruh aspek

kehidupan baik sosial maupun ekonomi.

Pembangunan jalur kereta api lintas Makassar-Parepare dapat memberikan potensi

bencana banjir pada daerah yang dilintasi akibat perubahan fungsi lahan dan

berkurangnya daerah serapan air hujan, sehingga diperlukan upaya-upaya mitigasi

sebagai usaha untuk memperkecil potensi bencana banjir yang mungkin dapat terjadi

3
2. Mitigasi bencana banjir

Sebagai upaya mitigasi bencana banjir akibat pembangunan jalur kereta api lintas

Makassar-Parepare antara kabupaten Maros-Pangkep dilakukan Analisa perhitungan

ketinggian banjir pada setiap sungai yang bersilangan dengan jalur kereta api. Analisa

tersebut digunakan sebagai penentuan elevasi jembatan kereta api agar tidak mengurangi

penampang basah aliaran sungai sehingga debit makimum banjir dapat melewati

penampang basah sungai dengan aman.

Hal lain yang bisa dilakukan sebagai mitigasi bencana banjir adalah penentuan metoda

kerja pekerjaan jembatan yang harus memperhatikan kondisi sungai dan mempertahankan

area penampang basah selama masa konstruksi.

4
B. INTENSITAS HUJAN RENCANA

1. Data Hujan Maksimum

Data hujan yang dibutuhkan untuk perencanaan elevasi muka air banjir adalah data curah

hujan harian yang di peroleh dari stasiun pengamat hujan yang berpengaruh pada jalur

KA Maros-Barru. Data hujan harian yang dibutuhkan adalah data hujan selama 10 tahun

terakhir. Dengan jumlah stasiun pengamat hujan minimal terdiri dari tiga stasiun yang

melingkupi wilayah hujan kabupaten Maros-Barru. Dalam perencanaan ini, data hujan

diperoleh dari stasiun Tabo-tabo, Pangkajene, Sigeri dan Leang Lonrong.

Gambar 2. Lokasi stasiun pengamat hujan

5
Data hujan yang dipakai dalam perencanaan debit banjir adalah data hujan harian

maksimum selama 10 tahun dari tahun 2010 s.d 1019. Selanjutnya data-data tersebut

dihitung nilai reratanya.

Berikut data curah hujan dari satasiun pengamat hujan :

Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2010 92
2011 180
2012 157
2013 238
2014 155
2015 234
2016 155
2017 171
2018 142
2019 198

Tabel 2. Data curah hujan maksimum stasiun Leang lonrong

Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2010 84
2011 275
2012 225
2013 140
2014 110
2015 130
2016 54
2017 130
2018 140
2019 145

Tabel 3. Data curah hujan maksimum stasiun Tabo-tabo

6
Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2010 93
2011 148
2012 487
2013 155
2014 186
2015 134
2016 98
2017 152
2018 162
2019 135

Tabel 4. Data curah hujan maksimum stasiun Pangkajene


Curah Hujan
Tahun
Maksimum (mm)
2010 96
2011 170
2012 124
2013 171
2014 173
2015 352
2016 294
2017 167
2018 167
2019 93

Tabel 5. Data curah hujan maksimum stasiun Sigeri


Dalam menentukan besaran hujan digunakan metode rerata dengan persamaan sebagai

berikut :

Dengan

Nilai rata-rata

x1,2,3…. = Data ke-1,2,3..

n = Jumalah data
7
Stasiun Pengamat Hujan
Tahun Rerata
Tabo-tabo Leang Lonrong Sigeri Pangkajene
2010 84 92 93 96 91.25
2011 275 180 148 170 193.25
2012 225 157 487 124 248.25
2013 140 238 155 171 176
2014 110 155 186 173 156
2015 130 234 134 352 212.5
2016 54 155 98 294 150.25
2017 130 171 152 167 155
2018 140 142 162 167 152.75
2019 145 198 135 93 142.75

Tabel 6. Rerata hujan harian maksimum

3. Pemilihan Jenis Distribusi

Data hujan rancangan yang akan digunakan untuk menghitung debit banjir adalah data

yang sudah ditentukan jenis distribusinya. Dalam ilmu statistik terdapat empat jenis

distribusi yaitu Distribusi normal, Log normal, Gumbel dan Log person III. Dalam

menentukan jenis distribusi data maka dilakukan pengujian chi kuadrat dan pengujian

smirnov Kolmogorov

a. Uji Chi Kuadrat

Prosedur uji ini dilakukan dengan mentabulasikan suatu variabel menjadi kategori untuk

menghitung statistik chi square. Uji kecocokan modeL membandingkan observasi dan

frekuensi harapan pada kategori untuk diuji tiap kategorinya. Uji chi square digunakan

untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur

kuatnya hubungan antar variabel (C = Coefisien of contingency). Kriteria data untuk uji

chi square adalah data yang digunakan pada pengujian ini adalah data dari variabel

numerik bertingkat maupun yang tidak bertingkat (skala pengukuran ordinal atau

nominal).

8
Berikut hasil uji chi-square data curah hujan wilayah Sulawesi Selatan menggunakan

software excel anfrek v3b01 (Lukanto : 2010) :

1. Aplikasi NORMAL
Kelas P(x >= Xm) Ef curah hujan Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef

5 0.200 0 < P <= 0.2 2.000 203.847 2.000 0.000 0.000


0.400 0.2 < P <= 0.4 2.000 178.651 1.000 1.000 0.500
0.600 0.4 < P <= 0.6 2.000 156.949 1.000 1.000 0.500
0.800 0.6 < P <= 0.8 2.000 131.753 5.000 3.000 4.500
0.999 0.8 < P <= 0.999 2.000 35.443 1.000 1.000 0.500
10.000 10.000 Chi-Kuadrat = 6.000
DK = 2
Distribusi NORMAL Ditolak Chi-Kritik = 5.991
Ket. : Chi-Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan

2. Aplikasi LOG-NORMAL
Kelas P(x >= Xm) Ef curah hujan Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef

5 0.200 0 < P <= 0.2 2.000 204.006 2.000 0.000 0.000


0.400 0.2 < P <= 0.4 2.000 174.140 2.000 0.000 0.000
0.600 0.4 < P <= 0.6 2.000 151.946 3.000 1.000 0.500
0.800 0.6 < P <= 0.8 2.000 129.701 2.000 0.000 0.000
0.999 0.8 < P <= 0.999 2.000 70.823 1.000 1.000 0.500
10.000 10.000 Chi-Kuadrat = 1.000
DK = 2
Distribusi LOG-NORMAL Diterima Chi-Kritik = 5.991
Ket. : Chi-Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan

9
3. Aplikasi GUMBEL
Kelas P(x >= Xm) Ef curah hujan Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef

5 0.200 0 < P <= 0.2 2.000 198.615 2.000 0.000 0.000


0.400 0.2 < P <= 0.4 2.000 170.957 2.000 0.000 0.000
0.600 0.4 < P <= 0.6 2.000 151.444 3.000 1.000 0.500
0.800 0.6 < P <= 0.8 2.000 132.632 2.000 0.000 0.000
0.999 0.8 < P <= 0.999 2.000 83.983 1.000 1.000 0.500
10.000 10.000 Chi-Kuadrat = 1.000
DK = 2
Distribusi GUMBEL Diterima Chi-Kritik = 5.991
Ket. : Chi-Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan

4. Aplikasi LOG-PEARSON III


Kelas P(x >= Xm) Ef curah hujan Of Ef - Of ( Ef-Of )2 / Ef

5 0.200 0 < P <= 0.2 2.000 204.757 2.000 0.000 0.000


0.400 0.2 < P <= 0.4 2.000 178.841 1.000 1.000 0.500
0.600 0.4 < P <= 0.6 2.000 156.593 1.000 1.000 0.500
0.800 0.6 < P <= 0.8 2.000 131.532 5.000 3.000 4.500
0.999 0.8 < P <= 0.999 2.000 53.943 1.000 1.000 0.500
10.000 10.000 Chi-Kuadrat = 6.000
DK = 1
Distribusi LOG-PEARSON III Ditolak Chi-Kritik = 3.841
Ket. : Chi-Kuadrat = Harga Chi-Kuadrat
Ef = Frekuensi sesuai pembagian kelasnya
Of = Frekuensi dengan aplikasi distribusi frekuensi
DK = Derajat Kebebasan

Kesimpulan : 1. Menurut Uji Chi-Kuadrat, Distribusi yang terbaik adalah LOG-NORMAL


2. Dengan nilai Chi-Kritik = 5.991
3. Dan nilai Chi-Kuadrat adalah 1.000

10
b. Uji Smirnov-Kolmogorov

Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan

distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi

normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan

diasumsikan normal. Jadi sebenarnya uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara

data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku.

Seperti pada uji beda biasa, jika signifikansi di bawah 0,05 berarti terdapat perbedaan

yang signifikan, dan jika signifikansi di atas 0,05 maka tidak terjadi perbedaan yang

signifikan. Penerapan pada uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikansi di

bawah 0,05 berarti data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan

data normal baku, berarti data tersebut tidak normal.

Berikut hasil uji Kolmogorov Smirnov data curah hujan wilayah Sulawesi selatan

menggunakan software excel anfrek v3b01 (Lukanto : 2010) :

n
curah huja m P = m/(N+1) NORMAL LOG-NORMAL GUMBEL LOG-PEARSON III
P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do P(x >= Xm) Do
248.250 1 0.091 0.030 0.061 0.058 0.033 0.049 0.042 0.030 0.060
212.500 2 0.182 0.148 0.033 0.160 0.022 0.137 0.045 0.154 0.028
193.250 3 0.273 0.276 0.003 0.261 0.012 0.231 0.042 0.281 0.008
176.000 4 0.364 0.424 0.060 0.385 0.021 0.355 0.008 0.425 0.061
156.000 5 0.455 0.609 0.154 0.562 0.107 0.550 0.096 0.605 0.151
155.000 6 0.545 0.617 0.072 0.571 0.026 0.561 0.016 0.614 0.069
152.750 7 0.636 0.637 0.001 0.592 0.044 0.586 0.051 0.634 0.003
150.250 8 0.727 0.659 0.068 0.616 0.111 0.613 0.114 0.655 0.072
142.750 9 0.818 0.721 0.098 0.686 0.132 0.695 0.123 0.717 0.101
91.250 10 0.909 0.963 0.054 0.984 0.075 0.996 0.087 0.970 0.061

DKritik = 0.410 0.154 0.132 0.123 0.151


Diterima Diterima Diterima Diterima
Ket. : m = Peringkat
P = Peluang di lapangan
Do = Selisih peluang lapangan dengan peluang teoritis

Kesimpulan : 1. Uji Smirnov-Kolmogorov menggunakan nilai Delta Kritik 0.410


2. Menurut Uji Smirnov-Kolmogorov, Distribusi yang terbaik adalah GUMBEL
3. Dengan nilai Delta Maksimum adalah 0.123

11
c. Hujan Kala Ulang

Setelah data-data curah hujan dilakukan uji distribusi data, selanjutnya dari pengujian

distribusi Chi-Square dan Uji Kolmogorov Smirnov didapatkan kesimpulan distribusi

yang sesuai dengan data hujan yang ada.

Kesimpulan dari uji Chi-Square dan Uji Kolmogorov Smirnov wilayah Sulawesi Selatan

menggunkan software excel anfrek v3b01 (Lukanto : 2010) :

P(x >= Xm) T Karakteristik Debit (m3 /dt) Menurut Probabilitasnya


Probabilitas Kala-Ulang NORMAL LOG-NORMAL GUMBEL LOG-PEARSON III
XT KT XT KT XT KT XT KT
0.9 1.1 112.910 -1.282 115.222 -1.228 120.672 -1.100 113.733 -1.330
0.5 2. 167.800 0.000 162.665 -0.120 160.764 -0.164 167.674 0.113
0.2 5. 203.847 0.842 204.006 0.845 198.615 0.719 204.757 0.855
0.1 10. 222.690 1.282 229.643 1.444 223.676 1.305 223.758 1.185
0.04 25. 242.783 1.751 260.540 2.165 255.340 2.044 243.277 1.496
0.02 50. 255.764 2.054 282.677 2.682 278.830 2.592 255.321 1.675
0.01 100. 267.439 2.326 304.190 3.184 302.147 3.137 265.696 1.824
0.001 1,000. 300.157 3.090 373.603 4.805 379.193 4.936 292.034 2.175

Ket : 1. XT = m + K T * s
2. Menurut Uji Chi-Kuadrat, yang terbaik menggunakan distribusi LOG-NORMAL
3. Sedangkan menurut Uji Smirnov-Kolmogorov, yang terbaik menggunakan distribusi GUMBEL
4. Hitungan dilakukan dengan menggunakan rumus dalam buku 'Applied Hidrology', 1988, Ven Te Chow, et. al.

Hasil uji distribusi menggunakan metode Chi Square dan Kolmogorov Smirnov yang

dilakukan terhadap data curah hujan, didapat kesimpulan bahwa hasil distribusi data

sesuai dengan data curah hujan harian sabagai berikut :

Kala ulang Hujan (mm)


1.1 115.22
2 162.67
5 204.01
10 229.64
25 260.54
50 282.68
100 304.19
1000 373.60

Tabel 7. Kala ulang hujan berdasarkan distribusi Log Normal

12
4. Intensitas Hujan Rencana

Untuk menghitung intensitas hujan rencana digunakan rumus mononobe, metode

mononobe digunakan apabila data hujan yang tersedia merupakan data hujan harian.

Berikut adalah persamaan mononobe :

2 /3
R 24 24
I=
24 t ( )
I : Intensitas hujan rencana (mm/jam)

t : lamanya curah hujan (jam)

R24 : Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)

Perhitingan intensitas hujan rencana menggunakan metode Mononobe dilakukan untuk

setiap hujan kala ulang dengan interval hujan dalam menit. Dalam menentukan nilai

intensitas hujan rencana untuk menghitung debit limpasan menggunakan hujan kala ulang

50 tahunan dengan durasi hujan selama 60 menit.

Hasil perhitungan nilai intensitas hujan rencana menggunakan metode Mononobe dapat

dilihat pada tabel 3 dibawah ini :

Hujan Kala Ulang (Tahun)


T (menit)
1.1 2 5 10 25 50 100 1000
5 209.37 295.58 370.70 417.29 473.43 513.66 552.75 678.88
10 131.90 186.20 233.53 262.88 298.24 323.58 348.21 427.67
20 83.09 117.30 147.11 165.60 187.88 203.85 219.36 269.41
40 52.34 73.90 92.68 104.32 118.36 128.41 138.19 169.72
60 39.95 56.39 70.73 79.61 90.32 98.00 105.46 129.52
120 25.16 35.53 44.55 50.15 56.90 61.74 66.43 81.59
180 19.20 27.11 34.00 38.27 43.42 47.11 50.70 62.27
240 15.85 22.38 28.07 31.59 35.85 38.89 41.85 51.40
360 12.10 17.08 21.42 24.11 27.36 29.68 31.94 39.23
720 7.62 10.76 13.49 15.19 17.23 18.70 20.12 24.71

Tabel 8. Intensitas hujan rencana metode Mononobe

13
Gambar 3. Kurva intensitas durasi frekuensi

Kala Ulang Hujan Rencana


Tahun mm/jam
1.1 39.95
2 56.39
5 70.73
10 79.61
25 90.32
50 98.00
100 105.46
1000 129.52

Tabel 9. Intensitas hujan kala ulang

14
C. DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Perlintasan sungai proyek pembangunan jalur KA lintas kabupaten Pangkajene melintasi

tiga DAS yaitu DAS Labakkang, Limbangan dan Sigeri. Dengan 3 sungai berada pada

wilayah DAS Labakkang, 6 sungai berada di wilayah DAS Limbangan dan 1 sungai

berada di wilayah DAS Sigeri.

Gambar 4. Peta DAS Sulawesi Selatan

15
Gambar 5. Skema DAS sungai persilangan jalur KA Kabupaten Pangkep
Luas DAS Jarak Stasioning 0 ke Muara
Nama Sungai Nama DAS
(KM2) (KM)

S. Tabo-tabo Orde 2 DAS Labakkang 6.663 15.75

S. Jatie DAS Labakkang 10.199 12.09

S.Borong-borong DAS Labakkang 1.452 11.87

S. Lama Dingin DAS Limbangan 7.370 10.25

S. Leteng Cenranae DAS Limbangan 16.842 9.5

S. Paccerakeng DAS Limbangan 9.385 10.55

S. Gelenge km 56+640 DAS Limbangan 9.296 6.08

S. Gelenge km 57+000 DAS Limbangan 6.197 6.19

S. Gelenge 57+460 DAS Limbangan 3.099 6.59

S. Citta DAS Sigeri 96.011 6.85

Tabel 10. Informasi DAS dan Panjang sungai persilangan jalur KA Kabupaten Pangkep

16
D. DEBIT BANJIR

1. Sungai Tabo-tabo (Orde 2) KM 45+488

a. Profil sungai Tabo-tabo

Sungai Tabo-tabo berada di wilayah kabupaten Pangkajene dan Kepulauan tepatnya di

kecamatan Labakkang dengan kordinat sungai berada pada 4°47'39.94"S dan

119°34'7.70"E. Sungai Tabo-tabo terletak pada km 45+488 jalur kereta api lintas

Makassar-Pare-pare dengan rencana kop rel pada jembatan sungai berada pada elevasi

+10.89 dengan elevasi tanah Asli +4.993. Jalur KA yang melintasi sungai Tabo-tabo

direncanakan menggunakan jembatan Tipe PCI-Girder dengan bentang 20 meter.

Lokasi sungai Tabo-tabo terhadap jalur KA dapat dilihat berdasarkan gambar di bawah

ini.

Gambar 6. Lokasi sungai Tabo-tabo

17
Gambar 7. Layout sungai Tabo-tabo

d. DAS sungai Tabo-tabo

Daerah aliran sungai (DAS) sungai Tabo-tabo termasuk kedalam wilayah sungai Saddang

dengan DAS Labakkang, DAS sungai Tabo-tabo Sebagian besar berupa lahan pertanian

yaitu perswahan yang di aliri dengan batas-batas DAS berupa perbukitan. DAS sungai

Tabo-tabo memiliki luas 15.75 km2 sesuai dengan gambar berikut

18
Gambar 8. DAS sungai Tabo-tabo

Berdasarkan karakteristik lahan DAS sungai Tabo-tabo merupakan daerah persawahan

yang dialiri sehingga berdasarkan tabel koefisein run off Mononobe 1999 niali run off

atau aliran permukaan pada DAS sungai Tabo-tabo adalah 21% dari total air hujan yang

jatuh di DAS sungai Tabo-tabo. Koefisien run off Mononobe dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

19
Tabel 11. Nilai koefisien run off berdasarkan kondisi lahan

e. Debit limpasan sungai Tabo-tabo

Debit Limpasan permukaan adalah Besarnya debit air yang mencapai sungai tanpa

mencapai permukaan air tanah yakni curah hujan yang dikurangi sebagian infiltrasi,

besarnya air yang tertahan dan besarnya genangan. Besarnya debit limpasan dapat

dihitung dengan rumus:

keterangan:

Dimana :

Q = Debit limpasan (m3/detik)

I = Intensitas curah hujan ( mm/jam)

A = Luas area tangkapan hujan (Km2)

C = Koefisien limpasan air hujan

20
Debit limpasan yang dihitung sebagai penentuan elevasi banjir adalah 50 tahunan.

Berdasarkan debit-debit tersebut akan dihitung elevasi muka air banjir pada penampang

sungai terhadap posisis jembatan, elevasi muka air banjir yang diizinkan pada

perencanaan jembatan adalah dibawah gelagar jemabtan dengan tinggi jagaan 1 meter.

Berikut perhitungan debit limpasan sungai Tabo-tabo menggunakan persamaan rasional

dengan nilai koefisien run off (C) adalah 0,21 dan nilai luas DAS (A) adalah 15.75 km2.

Q = 0,278 x 0,21 x 98 x 15,75

Q = 38,120 m3/detik

f. Analisa muka air banjir sungai Tabo-tabo

Analisa ketinggian muka air banjir di hitung berdasarkan debit limpasan kala ulang 50

tahunan. Analisa tersebut dihitung dan dimodelkan menggunakan bantuan software Hec-

Ras. Dalam pemodelan penampang saluran informasi yang diinputkan berupa titk elevasi

sungai dan koefisien manning permukaan sungai, koefisien Manning diambil 0.023

berdasarkan kondisi sungai dengan permukaan tanah. Tabel koefisien Manning sebagai

berikut

21
Tabel 12. Angka kekasaran Manning pada saluran

1) Pemodelan penampang sungai Tabo-tabo

Input dari program Hec-ras merupakan titik-titk jarak dan elevasi melintang sungai yang

diukur pada beberapa stasioning sungai. Pada pemodelan sungai Tabo-tabo terdapat

Sembilan potongan sungai yang diukur sepanjang 400 meter dimulai dari stasioning

0+000 (hilir sungai) s.d stasioning 0+400 (hulu sungai), titik penempatan jembatan pada

sungai Tabo-tabo berada di stasioning 0+250. Elevasi desain jalur kereta api lintas

Makassar-Pare-pare menggunakan referensi bakosultanan Indonesia yang sudah

disesuaikan pada semua titik-titik benchmark sepanjang lintas.

Berikut input data melintang sungai Tabo-tabo pada stasioning sungai 0+000 s.d

stasioning 0+400 pada program Hec-Ras

22
Gambar 9. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+000

Gambar 10. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+050

23
Gambar 11. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+100

Gambar 12. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+150

24
Gambar 13. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+200

Gambar 14. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+250

25
Gambar 15. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+300

Gambar 16. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+350

26
Gambar 17. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+400

Gambar 20. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+450

27
Gambar 21. Penampang melintang sungai Tabo-tabo stasioning 0+500

Gambar 182. Profil memanjang sungai Tabo-tabo

28
2) Debit banjir

Dalam pemodelan Hec-ras diperlukan input debit yang akan melewati penampang sungai,

debit tersebut merupakan debit limpasan dengan kala ulang 50 tahun yang sudah dihitung

sebelumnya

Gambar 19. Input debit sungai Tabo-tabo

3) Elevasi muka air banjir hasil analisa program Hec-ras

Output dari Analisa program Hec-ras berupa ketinggian muka air sesuai dengan debit

yang diinputkan kedalam pemodelan, elevasi muka air banjir dapat dilihat pada semua

penampang melintang sungai dan penampang memanjang sungai. Ketinggian muka air

yang dipakai sebagai referensi untuk menetukan keamanan konstruksi jembatan adalah

elevasi muka air pada stasioning 0+300 yang merupakan posisi penempatan jembatan

pada sungai Tabo-tabo

29
Gambar 20. Elevasi muka air banjir hasil pemodelan hec ras pada penampang jembatan

Gambar 21. Elevasi muka air banjir memanjang sungai hasil pemodelan hec ras

30
4) Kesimpulan

Berdasarkan hasil program hec-ras elevasi muka air banjir dengan kala ulang debit 50

tahunan berada pada elevasi +5.11 sedangkan elevasi kop rel pada jembatan yang

melintasi sungai Tabo-tabo adalah +10.89 dengan elevasi bawah girder jembatan berada

pada +8.822. Dari hasil tersebut dapat disimpulakan bahwa muka air banjir 50 tahunan

sungai Tabo-tabo berada di bawah girder jembatan dengan beda tinggi 3.712 meter.

31
E. Perhitungan Manual

1. Sungai Tabo-tabo (Orde 2) km 45+489

a. Kapasitas debit sungai Tabo-tabo

Untuk mengitung kapasitas debit yang dapat dialirkan sungai Tabo-tabo diperlukan profil

melintang dan memanjang sungai, profil melintang digunakan untuk menghitung luas

penampang basah dan keliling basah sungai setelah difungsikan jembatan diatasnya.

Sedangkan profil memanjang sungai digunakan untuk menentukan kemiringan sungai.

Perhitungan debit sungai menggunakan persamaan Manning, dimana persamaan Manning

untuk menentukan debit saluran membutuhkan nilai-nilai yang berkaitan dengan kondisi

sungai yaitu luas area, keliling basah, jari jari hidraulik dan kemiringan dasar saluran.

Ketentuan lain dalam aturan jembatan kereta api nilai tinggi jagaan antara struktur atas

dan muka air banjir diambIl 1 meter, sehingga ketinggian maksimum yang mungkin dapat

dilampaui muka air banjir maksimal 1 meter dibawah girder jembatan.

Gambar 22. Penampang memanjang jembatan di atas sungai Tabo-tabo

32
Dengan menggunakan bantuan software Auto Cad dalam menentukan luas penampang

basah dan keliling basah, didapatkan nilai luas penampang basah 53,44 m 2 dan nilai

keliling basah 24,78 m. Sehingga nilai jari-jari hidraulik sungai Tabo-tabo dapat dihitung

menggunakan persamaan berikut :

A
R¿
P
53,44
R¿
24,78

R¿ 2,16 meter

Dengan :

R = Jari-jari hidraulik saluran

A = Luas penampang basah saluran (m2)

P = Keliling basah saluran (m)

Profil memanjang sungai diukur sepanjang 400 meter sesuai dengan pengambilan data

potongan melintang sungai, kemiringan sungai tabo-tabo berdasarkan gambar 22 adalah

0.000875

Dalam melakukan perhitungan kapasitas debit sungai menggunakan rumus Manning

sebagai berikut :

2 1
1 3 2
Q= A X R S
n

Dengan :

33
Q = Debit saluran (m3/detik)

A = Luas penampang basah saluran (m2)

R = Jari-jari hidraulik saluran (m)

n = nilai kekasaran manning

Nilai kekasaran Manning ditentukan berdasarkan tabel berikut :

Tabel 13. Nilai kekasaran Manning

Berdasarkan kondisi sungai Tabo-tabo maka nilai kekasaran Manning diambil 0,023 ,

maka debit saluran sungai Tabo-tabo adalah :

2 1
1
Q= A X R 3 S 2
n

2 1
1
Q=53,44 x ( 2,16) 3 (0.000875) 2
(0,023)

Q=114.845 m3 /det

34
g. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan debit limpasan kala ulang 50 tahunan, debit sungai Tabo-

tabo adalah 38.120 m3/detik. Sedangkan nilai kapasitas debit yang mampu dialirkan

sungai Tabo-tabo setelah difungsikan jembatan kereta api diatasnya dengan ketentuan

tinggi jagaan setinggi 1 meter didapatkan nilai kapasitas debit sebesar 114.845 m3/detik.

Berdasarkan kedua nilai debit tersebut dapat disimpulkan bahwa sungai Tabo-tabo dapat

mengalirkan debit 50 tahunan.

35

Anda mungkin juga menyukai