Anda di halaman 1dari 6

LO YANG DI DAPATKAN

(MUHAMMAD RICKO FAHRIZAL)

1. Apa itu hipersensitivitas


Jawabab
Hipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau
sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau
dikenal sebelumnya (Baratawidjaja dan Rengganis, 2014)
Istilah hipersensitivitas berkenaan dengan ketidaktepatan
reaksi imunologis, daripada usaha untuk menyembuhkan,
reaksi ini menciptakan kerusakan jaringan dan merupakan
suatu bentuk penting dalam proses perjalana penyakit secara
keseluruhan (Mohanty dan Leela, 2014).

Hipersensitivitas yaitu reaksi imun yang patologikyangterjadi


akibat respon imun yang berlebihan sehingga menimbulkan
kerusakan jaringan tubuh. Reaksi hipersensitivitas menurut
Coombs dan Gell dibagi menjadi empattipe reaksi
berdasarkan kecepatan dan mekanisme imun yang terjadi,
yaitu tipe I, II, III, dan IV.
Hipersensitivitasadalah reaksi berlebihan, tidak diinginkan
karena terlalusenisitifnya respon imun (merusak,
menghasilkan ketidaknyamanan, dan terkadangberakibat
fatal) yang dihasilkan olehsistem imun.HIPERSENSITIVITAS
Dibagi menjadi empat tipe:
1.Hipersensitivitas Tipe 1 (Reaksi Cepat)Reaksi yang muncul
segera setelah alergen masuk dalam tubuh. Disebutjugareaksi
alergi, reaksi anafilaksis dan immediate(segera)
hypersensitivity.Reaksiini dapat mengakibatkan gejala yang
beragam, mulai dari ketidaknyamanan kecilhingga kematian.
Waktu reaksi berkisar antara 15-30 menit setelah
terpaparantigen, namun terkadang juga dapat mengalami
keterlambatan awal hingga 10-12 jam. Hipersensitivitas tipe I
diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE).Komponen seluler
utama pada reaksi ini adalah sel mast atau basofil. Reaksi
inidiperkuat dan dipengaruhi oleh trombosit, neutrofil, dan
eosinofil.Pengobatanyang dapat ditempuh untuk mengatasi
hipersensitivitas tipe I adalahmenggunakan anti-histamin
untuk memblokir reseptor histamin, penggunaanImunoglobulin
G (IgG), hyposensitization (imunoterapi atau
desensitization)untuk beberapa alergi tertentu.
2.Hipersensitivitas Tipe 2 (reaksi sitotoksik atau
sitolitik)Terjadi karena dibentuk antibodi jenis
IgG(ImunoglobulinG)atauIgM(ImunoglobulinM)terhadap
antigen yang merupakan bagian sel pejamu,padapermukaan
sel danmatriks ekstraseluler. Kerusakan akan terbatas atau
spesifikpada sel atau jaringan yang secara langsung
berhubungan dengan antigentersebut.Hipersensitivitas dapat
melibatkan reaksi komplemen (atau reaksi silang)yang
berikatan dengan antibodi sel sehingga dapat pula
menimbulkan kerusakanjaringan. Beberapa tipe dari
hipersensitivitas tipe II adalah: a. Pemfigus (IgGbereaksi
dengan senyawa intraseluler di antara sel epidermal), b.
Anemiahemolitik autoimun (dipicu obat-obatan seperti
penisilin yang dapat menempelpada permukaan sel darah
merah dan berperan seperti hapten untuk produksiantibodi
kemudian berikatan dengan permukaan sel darah merah
danmenyebabkan lisis sel darah merah), dan c. Sindrom
Goodpasture (IgG bereaksidengan membran permukaan
glomerulus sehingga menyebabkan kerusakanginjal)
3. Hipersensitivitas tipe III merupakan hipersensitivitas
kompleks imun. Hal ini disebabkan adanyapengendapan
kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut di
dalamjaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya inflamasi
atau peradangan. Padakondisi normal, kompleks antigen-
antibodi yang diproduksi dalam jumlah besardan seimbang
akan dibersihkan dengan adanya fagosit. Namun, kadang-
kadang,kehadiran bakteri, virus, lingkungan, atau antigen
(spora fungi, bahan sayuran,atau hewan) yang persisten akan
membuat tubuh secara otomatis memproduksiantibodi
terhadap senyawa asing tersebut sehingga terjadi
pengendapan kompleksantigen-antibodi secara terus-
menerus. Hal ini juga terjadi pada penderitapenyakit
autoimun. Pengendapan kompleks antigen-antibodi tersebut
akanmenyebar pada membran sekresi aktif dan di dalam
saluran kecil sehingga dapatmemengaruhi beberapa organ,
seperti kulit, ginjal, paru-paru, sendi, atau dalambagian koroid
pleksus otak MACA
2. Apa tanda dan gejala seseorang mengidap hipersensitivitas

Jawaban

https://www.alodokter.com/seperti-apa-kondisi-hipersensitivitas

 Ruam kemerahan pada kulit;

 Gatal pada kulit yang mengalami ruam;

 Bersin dan batuk;

 Sesak napas;

 Hidung berair;

 Bengkak pada bagian tubuh yang terpapar dengan alergen, misalnya pada wajah,
mulut, lidah, dan tenggorokan;

 Mata merah, berair, dan gatal; dan

 Mual, muntah, sakit perut, atau diare.

Beberapa reaksi yang timbul akan tergantung sistem organ mana yang terpengaruh. Beberapa
gangguan yang termasuk hipersensitivitas tipe ini adalah::

 Urtikaria atau biduran, yaitu ruam gatal pada kulit.


 Rhinitis atau reaksi alergi pada saluran pernapasan yang menyebabkan bersin, hidung
tersumbat atau berair, dan gatal.
 Asma, di mana terjadi penyempitan saluran napas, produksi lendir, dan peradangan
saluran pernapasan, sehingga mengakibatkan sesak napas.
 Anafilaksis adalah reaksi alergi yang berdampak pada seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan kematian. Reaksi anafilaksis bisa meliputi kesulitan bernapas, tekanan
darah menurun drastis (syok), dan tenggorokan serta wajah membengkak sehingga
dapat berakibat fatal. Jika terjadi, penderita perlu segera mendapat pertolongan medis.

Reaksi alergi bisa bersifat ringan atau berat. Kebanyakan reaksi terdiri dari mata berair,mata terasa gatal
dan kadang bersin. Pada reaksi yang esktrim bisa terjadi gangguan pernafasan, kelainan fungsi jantung
dan tekanan darah yang sangat rendah, yang menyebabkan syok. Reaksi jenis ini disebut anafilaksis, yang
bisa terjadi pada orang-orang yang sangat sensitif, misalnya segera setelah makan makanan atau obat-
obatan tertentu atau setelah disengat lebah, dengan segera menimbulkan gejala.

3. Bagimana mekanisme penyakit hipersensitivitas


Jawban :

Reaksi hipersensitivitas tipe I, atau tipe cepat ini ada yang membagi
menjadi reaksi anafilaktik (tipe Ia) dan reaksi anafilaktoid (tipe Ib). Untuk
terjadinya suatu reaksi selular yang berangkai pada reaksi tipe Ia
diperlukan interaksi antara IgE spesifik yang berikatan dengan reseptor
IgE pada sel mast atau basofil dengan alergen yang
bersangkutan.Proses aktivasi sel mast terjadi bila IgE atau reseptor
spesifik yang lain pada permukaan sel mengikat anafilatoksin, antigen
lengkap atau kompleks kovalen hapten-protein. Proses aktivasi ini akan
membebaskan berbagai mediator peradangan yang menimbulkan gejala
alergi pada penderita, misalnya reaksi anafilaktik terhadap penisilin atau
gejala rinitis alergik akibat reaksi serbuk bunga.Eosinofil berperan
secara tidak langsung pada reaksi hipersensitivitas tipe I melalui faktor
kemotaktik eosinofil-anafilaksis (ECF-A =eosinophil chemotactic factor of
anaphylaxis).Zat ini merupakan salah satu dari preformed mediators
yaitu mediator yang sudah ada dalam granula sel mast selain histamin
dan faktor kemotaktik neutrofil (NCF = neutrophil chemotactic
factor).Mediator yang terbentuk kemudian merupakan metabolit asam
arakidonat akibat degranulasi sel mast yang berperan pada reaksi tipe I.
4. bagaimana cara penanganan hipersensitivas? (nida ashifa)

Jawaban :

Pengobatan Alergi
Pengobatan utama pada seseorang yang mengalami alergi adalah menghindari alergen yang
dapat memicu kekambuhan. Selain itu, beberapa obat-obatan juga dapat dikonsumsi yang
bisa mengendalikan gejala alergi yang muncul, seperti obat penghambat efek penyebab dari
alergi, obat yang mengatasi peradangan, dan obat yang menghambat efek leukotrien
penyebab pembengkakan pada saluran pernapasan saat terjadi gejalanya timbul. 

Selain itu, kamu dapat melakukan terapi desensitisasi melalui suntikan, tetesan, maupun
tablet yang dilakukan selama beberapa tahun dan bertujuan untuk membiasakan tubuh
terpapar alergen tersebut, sehingga tidak memberikan reaksi yang berlebihan. 

Pencegahan Alergi
Pencegahan alergi tergantung pada jenis alergen yang menjadi pemicunya agar tubuh tidak
terpapar alergen. Kamu dapat menggunakan gelang atau kalung penanda alergi saat
bepergian, sehingga orang di sekitar dapat menolong pengidap jika terjadi gejala alergi
sewaktu-waktu.
5. apa penyebab hipersensitivitas? (nida shifa)

Jawaban :

Reaksi alergi yang timbul dapat disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang salah
mengidentifikasi alergen. Zat ini dianggap menimbulkan bahaya pada tubuh, tetapi faktanya
tidak begitu. Saat tubuh terpapar alergen, antibodi yang disebut dengan Imunoglobulin E
(IgE) akan terbentuk. Adanya kontak di dalam tubuh dengan alergen, produksi IgE akan
meningkat yang merupakan reaksi dari tubuh. Hal ini dapat memicu pelepasan histamin yang
akhirnya gejala alergi dapat dirasakan atau timbul.

Beberapa pemicu alergi atau alergen yang umum menimbulkan gangguan, antara lain:

 Makanan tertentu, seperti makanan laut, susu, telur, dan kacang-kacangan;

 Bulu hewan, tungau, serbuk sari, atau debu;

 Gigitan serangga, misalnya sengatan lebah;

 Obat-obatan tertentu; dan

 Bahan kimia tertentu, seperti sabun, sampo, parfum, atau bahan lateks.

6. apa saja jenis hipersensitivitas (nida ashifa)

Jawaban :

Jenis-jenis Reaksi Hipersensitivitas

Secara umum hipersensitivitas dibagi menjadi empat tipe, yaitu:

 Reaksi hipersensitivitas tipe 1

Tipe ini sama dengan alergi dan biasa disebut reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Reaksi
hipersensitivitas tipe 1 melibatkan sejenis antibodi yang disebut imunoglobulin  E (IgE).
Senyawa IgE tersebut akan melepaskan histamin yang kemudian bisa memicu reaksi alergi
ringan hingga berat, seperti anafilaksis. Disebut reaksi hipersensitivitas ‘cepat’ karena
respons yang terjadi dari hipersensitivitas tipe 1 ini terjadi dalam waktu kurang dari satu jam
setelah terpapar antigen.

Beberapa reaksi yang timbul akan tergantung sistem organ mana yang terpengaruh. Beberapa
gangguan yang termasuk hipersensitivitas tipe ini adalah::

 Urtikaria atau biduran, yaitu ruam gatal pada kulit.


 Rhinitis atau reaksi alergi pada saluran pernapasan yang menyebabkan bersin, hidung
tersumbat atau berair, dan gatal.
 Asma, di mana terjadi penyempitan saluran napas, produksi lendir, dan peradangan
saluran pernapasan, sehingga mengakibatkan sesak napas.
 Anafilaksis adalah reaksi alergi yang berdampak pada seluruh tubuh dan dapat
menyebabkan kematian. Reaksi anafilaksis bisa meliputi kesulitan bernapas, tekanan
darah menurun drastis (syok), dan tenggorokan serta wajah membengkak sehingga
dapat berakibat fatal. Jika terjadi, penderita perlu segera mendapat pertolongan medis.

 Reaksi hipersensitivitas tipe 2

Tipe kedua dari reaksi hipersensitivitas biasa disebut reaksi hipersensitivitas sitotoksik, di
mana sel tubuh yang normal secara keliru dimusnahkan oleh sistem kekebalan tubuh sendiri.
Reaksi ini melibatkan antibodi imunoglobulin G (IgG) atau imunoglobulin M (IgM).

Contoh dari reaksi hipersensitivitas jenis ini adalah anemia hemolitik autoimun, penolakan
transplantasi organ, dan penyakit Hashimoto .

 Reaksi hipersensitivitas tipe 3

Reaksi hipersensitivitas jenis ini disebut juga penyakit kompleks imun. Yaitu ketika antibodi
dan antigen, atau unsur penyebab produksi antibodi, akan bergabung menjadi suatu
komponen dan beredar dalam darah atau jaringan tubuh. Kombinasi antara antibodi dan
antigen inilah yang disebut kompleks imun.

Kompleks imun kemudian memicu respons peradangan tubuh dan bisa terdeposit pada
pembuluh darah di berbagai organ. Jika tertanam pada ginjal, dapat menyebabkan
glomerulonefritis atau peradangan ginjal. Reaksi hipersensitivitas tipe 3 umumnya muncul 4-
10 hari setelah tubuh terpajan antigen.

Contoh penyakit yang terjadi karena reaksi hipersensitivitas tipe 3 antara lain lupus dan
rheumatoid arthritis.

 Reaksi hipersensitivitas tipe 4

Reaksi hipersensitivitas tipe 4 disebut sebagai reaksi hipersensitivitas tipe lambat, karena


reaksinya relatif lebih lama dibanding dengan reaksi hipersensitivitas tipe lain. Berbeda
dengan tipe hipersensitivitas lainnya yang mana antibodi berperan utama, dalam tipe ini,
sejenis sel darah putih yang disebut sel T berperan dalam menyebabkan reaksi alergi dan
gejala-gejala yang ada.

Contoh hipersensitivitas tipe 4 adalah dermatitis kontak, eritema multiformis, dan berbagai
bentuk reaksi hipersensitivitas akibat obat-obatan.

Anda mungkin juga menyukai