Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KEANEKARAGAMAN MAKROZOOBENTHOS SEBAGAI BIOINDIKATOR DI


PERAIRAN KARIMUN JAWA

EKOLOGI PERAIRAN

Disusun oleh : M. Rifqi Nawwaf, dkk.

KELOMPOK : 2 (Jati kereb)

1. M. Rifqi Nawwaf NIM : 201280000157


2. Muhammad Anwar Muzaki NIM : 201280000149
3. Nova Januar Rinaldi NIM : 201280000153

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA
JEPARA
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

Praktikum : Ekologi Perairan

Tanggal Pelaksanaan : 16 Oktober 2021

Lokasi Pelaksanaan : 1. Pantai Jati kereb

2. Ruang Kuliah

Disusun oleh : Kelompok 2

1. Muhammad Rifqi Nawwaf NIM 201280000157


2. Muhammad Anwar Muzaki NIM 201280000149
3. Nova Januar Rinaldi NIM 201280000153

Jepara, 31 Oktober 2021

Dosen Pembimbing Ketua Kelompok

ARIF MUSTOFA, ST., M.Si Muhammad Rifqi Nawwaf

NIY. 3 730617 13 124 NIM. 201280000157

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW,
sebagai pemimpin yang patut kita teladani.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan laporan ini, terkhusus kepada dosen pengampu mata kuliah Ekologi Perairan,
Dosen pengampau Bapak Arif Mustofa yang telah memberikan tugas ini, sehingga saya dapat
mengembangkan wawasan saya dan menyelesaikan Laporan praktikum ini tepat waktu.

Dalam Makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mohon maaf dan penulis juga mengharapkan kritik
serta saran yang bersifat membangu dari pembaca demi kesempurnaan penyusunan laporan
praktikum berikutnya. Dalam penyusunan laporan ini penulis berharap laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada pembaca.

Wasalamu’alaikum Wr. Wb.

Jepara, 14 Oktober 2021

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara geografis perairan karimun jawa merupakan bagian dari kepulauan jepara.
Perairan karimun jawa terkenal dengan indahnya perairan dan wisata bahari tentunya
memiliki keanekaragam hayati yang melimpah pada Praktikum ini membahas tentang
keanekaragaman makrozoobentos pada perairan karimun jawa. Praktikum dilakukaan
diberbagai tempat pada laporan praktikum kali ini akan membahas tentang banyaknya
keanekaragama di stasiun 2 lokasi yang diamati pantai jati kereb yang berada pada
perairan karimun jawa.
Ekosistem merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai komponen biotik yang
saling berintegrasi. Menurut manurung (Sri, 2013) menyatakan bahwa mahluk hidup
dapat hidup dalam tipe habitat yang berbeda tergantung bagaimana respon dan
adaptasinya terhadap kondisi dan sumber daya alam habitat itu sendiri sehingga
menyebabkan keanekaragaman makhluk hidup di dalam suatu ekosistem.
Makrozoobenthos adalah suatu organisme dasar perairan, baik berupa hewan
maupun tumbuhan, baik yang hidup dipermukaan dasar ataupun di dasar perairan.
Bentos adalah makhluk hidup yang melekat atau sedang beristirahat pada dasar perairan
atau hidup di dalam sedimen perairan (Soetjipta, dalam Sri, 2013).

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak keanekaragaman
dan kelimpahan Makrozoobenthos pada perairan karimun jawa.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini antara lain:

1. Untuk bisa mengetahui tingkat keanekaragaman dan kelimpahan makrozoobenthos


dengan menggunakan alat transek
2. mengetahui Tingkat kesuburan dengan cara mengetahui faktor abiotik dan
keanekaragaman makrozoobenthos di stasiun 2 pantai jati kereb kepulauan karimun
jawa

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Makrozoobenthos

Kehidupan di laut sangat beranekaragam, salah satu biota laut yang mudah
ditemukan pada zona litoral pantai adalah makrozoobenthos. Makrozoobenthos
merupakan organisme yang hidup pada dasar perairan (permukaan dan di dalam
substrat/sedimen) yang menurut Lind (1979), selain itu Makrozoobentos juga berguna
dalam kehidupan makhluk yang lain dalam hal jaring makanan. Hewan ini biasanya
pemakan tumbuhan air atau hewan mikrozoobentos dan merupakan hewan sesil atau
melekat, juga dikatakan beristirahat pada dasar perairan atau endapan sungai.

Makrozoobenthos terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu berdasarkan


letak, ukuran serta kategori taksanya. Berdasarkan letaknya makrozoobenthos
dibedakan menjadi dua macam, yaitu makrozoobenthos infauna dan epifauna. Hal
tersebut berdasarkan teori menurut Putro (2014, h. 1-2) bahwa makrozoobenthos
infauna yang hidup dengan membenamkan diri di bawah lumpur atau sedimen
misalnya Bivalvia dan Polychaeta dan makrozoobenthos epifauna yang hidup di
permukaan substrat seperti Crustacea.

Habitat dan cara hidup organisme-organisme makrozoobenthos yang


mendiami dasar perairan (permukaan dan di dalam substrat/sedimen) menjadi
penyebab makrozoobenthos dapat dijadikan bioindikator kualitas suatu perairan.
menurut Ulfah, et.al., (2012, h. 189) “Makrozoobenthos yang memiliki habitat hidup
relatif menetap, pergerakan terbatas, hidup didalam dan didasar perairan sangat baik
digunakan sebagai indikator biologis suatu perairan” karena hewan ini secara
langsung akan terkena dampak dari perubahan lingkungan dan sangat kecil
kemungkinan hewan ini dapat menghindari perubahan lingkungan yang
membahayakannya.

2.2 Keanekaragaman

Keanekaragaman spesies dapat dikatakan sebagai keheterogenan spesies dan


merupakan ciri khas struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakkan mempunyai
keanekaragaman tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan
kelimpahan tiap jenis yang sama atau hampir sama. Sebaliknya, jika komunitas itu

2
disusun oleh sangat sedikit jenis dan hanya sedikit saja yang dominan, maka
keanekaragaman jenisnya rendah (Santosa dalam Nor,2013).
Konsep keanekaragaman terbagi 2 yaitu kekayaan jenis/Richness yang
meliputi kemelimpahan dan kompetansi jenis, dan Evenes yang meliputi penyebaran,
asosiasi dan suksesi.HIdayah dan Abdullah (Nor,2013) juga menyebutkan indeks
keanekaragaman ini menunjukkan kekayaan spesies dalam suatu komunitas dan juga
memperlihatkan keseimbangan dalam pebagian jumlah individu per spesies atau
keanekaragaman. Menurut Taqwa (Nor,2013) indeks keanekaragaman jenis adalah
angka yang menggambarkan keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas.
Perubahan kualitas air dan substrat hidupnya sangat mempengaruhi
kemelipahan dan keanekaragaman makrozoobentos (Sinaga dalam Nor,2013).
Perairan karimun jawa yang biasa dikenal dengan indahnya laut dan wisata bahari
ini juga mempunyai keanekaragaman hayati yang melimpah termasuk dengan
keberadaan makroozobenthos pada perairan karimun jawa. Pada praktikum yang
dilakukan mengenai keanekaragaman dan komunitas makrozoobentos di perairan
karimun jawa ini dilakukan di berbagai stasiun.
Pada praktikum kali ini dilakukan pada stasiun 2 yang berlokasi di pantai jati
kereb kepulauan karimun jawa. Tingkat keanekaragaman makrozoobenthos di pantai
jati kereb ini terdapat berbagai spesies antara lain Gastropoda, Anelida dan Bilvalvia.
Dari tingkat keanekaragaman makrozoobenthos ini juga bisa dilihat dari faktor
lingkungan dan tingkat kesuburan pada perairan tersebut.
Apabila tingkat keanekaragaman makrozoobenthos itu kecil berarti ada
permasalahan faktor lingkungan dari faktor fisik maupun faktor kimia yang
mengakibatkan tingkat keanekaragaman makrozoobenthos itu menjadi kecil.
Sebaliknya apabila tingkat kesuburan pada perairan tersebut sangat subur maka
tingkat keanekaragaman makrozoobenthos sangat melimpah.

2.3 Makrozoobenthos sebagai bioindikator perairan

Makrozoobenthos sering digunakan sebagai indikator atau petunjuk kualitas


air. suatu perairan yang sehat (belum tercemar) akan menunjukkan jumlah individu
yang seimbang dari hampir semua spesies yang ada. Sebaliknya suatu perairan
tercemar, penyebaran jumlah individu tidak merata dan cenderung ada spesies yang
mendominasi (Patrick, 1949 dalam Odum, 1994). makrozoobentos merupakan salah
satu kelompok biota air yang terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan

3
peranannya dalam jaring makanan, dan berfungsi sebagai degradator bahan organik
(Pratiwi et al.,dalam Yuniar Andri S etal, 2012).

Menurut Nugroho (2006), bahwa faktor yang mempengaruhi keberadaan


makrozoobentos dalam perairan adalah faktor fisika kimia lingkungan perairan,
seperti suhu air, kandungan unsur kimia seperti kandungan ion hidrogen (pH),
oksigen terlarut (DO), dan kebutuhan oksigen biologi (BOD).

Perairan yang tercemar akan dapat mempengaruhi kelangsungan hidup


organisme makrozoobentos karena makrozoobentos merupakan biota air yang mudah
terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik bahan pencemar kimia maupun fisik
(Odum, 1994). Hal ini disebabkan makrozoobentos pada umumnya tidak dapat
bergerak dengan cepat dan habitatnya di dasar yang umumnya adalah tempat bahan
tercemar. Menurut Wilhm (1975) perubahan sifat substrat dan penambahan
pencemaran akan berpengaruh terhadap kemelimpahan dan keanekaragamannya.

banyaknya bahan pencemar dalam perairan dapat memberikan dua pengaruh


terhadap organisme perairan, yaitu dapat membunuh spesies tertentu dan sebaliknya
dapat mendukung perkembangan spesies lain. Jadi bila air tercemar ada kemungkinan
terjadi pergeseran dari jumlah spesies yang banyak dengan populasi yang sedang
menjadi jumlah spesies yang sedikit tapi populasinya tinggi.

Kecerahan pada suatu perairan juga dapat mempengaruhi tingkat


keanekaragaman pada makrozoobenthos apabila di suatu perairan itu keruh maka
adanya pencemaran atau faktor fisik yang dapat mengakibatkan perairan tersebut
keruh.

Dari praktikum yang dilakukan ini dapat dilihat bahwa tingkat


keanekaragaman makrozoobentos juga dapat dipengaruhi oleh tingkat kesuburan
tanah dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dipengaruhi oleh faktor fisik
dan faktor kimia. Pada praktikumyang dilakukan di perairan karimun jawa tidak
hanya menentukan tingkat keanekaragaman makrozoobenthos melainkan juga
mengetahui kondisi lingkungan di suatu perairan karimun jawa dengan mengetahui
ph,do,salinitas,konduktivitas, suhu di suatu perairan karimun jawa.

4
BAB III
METODOLOGI

3.1 Materi

Materi yang digunakan pada praktikum kali ini adalah pengambilan sampel
makrozobentos dengan menggunakan alat transek di suatu tempat/stasiun yang sudah
ditentukan. untuk mengetahi seberapa banyak tingkat keanekaragam pada suatu
makrozoobentos di perairan karimun jawa juga penuh ketelitian dalam
mengidentifikasi makrozoobenthos yang sudah diambil sampel nya.

Peralatan yang digunakan untuk melakukan praktikum Ekologi Perairan adalah :

No. Nama materi Vol Sat Kegunaan


1. Kuadran 1 Bh Untuk mengambil sample
2. Kantong plastik 15 Bh Menyimpan sample
3. Spidol permanen 1 Bh Menandani kantong plastik
4. Tali plastik 30 M Mengukur jarak antar stasiun
5. Alat tulis 1 Set Mencatat
6. Masker dan snorkel 1 Set Menyelam di air

3.2 Waktu dan Tempat

Praktikum tentang tingkat keanekaragaman makrozoobenthos sebagai


bioindikator di suatu perairan karimun jawa dilakukan di pantai jati kereb kepulauan
karimun jawa pada hari sabtu tanggal 16 Oktober 2020.

3.3 Metoda

Metode yang digunakan dalam hal ini adalah metode kuadran. Hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan kuadran untuk pengambilan sampel diantaranya adalah
bentuk, ukuran dan cara peletakan. Bentuk dari kuadran yang dipakai berupa persegi
1x1m. Berdasarkan ukuranya, standar minimal sampel yang diambil sekitar 10% dari luas
populasi yang akan diteliti. Langkah kerja adalah sebagai berikut :

1. Menentukan pola transek berdasarkan lokasi penelitian. Tiap stasiun minimal 3 kali
ulangan dengan lokasi yang berbeda di sepanjang line transek.
2. Menggunakan tali plastik untuk mengukur jarak 30 m dari titik lokasi stasiun. Titik
transek adalah berjarak 10m tiap kali ulangan.

5
3. Kuadran dijatuhkan di titik transek dan biarkan tenggelam, kemudian mengambil
sampel yang ada di dalam kuadran, memasukkan ke dalam kantong plastik yang telah
diberi label.
4. Setelah semua transek dilakukan, membawa kantong sampel ke Laboratoium Biologi
UNISNU untuk melakukan identifikasi.
Mencatat dalam bentuk tabulasi hasil identifikasi kemudian dilakukan perhitungan
seluruh indeks ekologis, yaitu : indeks keanekaragaan, indeks keseragaman dan
indeks dominasi.
Adapun pola pengambilan sampel menggunakan kuadran adalah sebagai berikut :

3
3

2 1

Stasiun B
Stasiun A

6
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Transek 1 Transek 2 Transek 3


Jumlah
No spesies Sampel Sampel Sampel
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Gastropod 4 - 1 1 1 2 - - 1 - 1 - 4 2 1 18
a
2 Anelida - 1 - - - - -- - - 2 - - - - 3
3 Divalvia - - - - - - -- 1 1 - - - - - 2
Total 23
Tabel 1. Hasil sampel pengambilan Makrozoobenthos di stasiun 2 pantai jati kereb kepulauan
karimun jawa

Tabel 2. Hasil identifikasi sampel makrozoobenthos di pantai jati kereb

1. Indeks keanekaragaman

Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener yang digunakan memiliki formula sebagai


berikut:

7
keterangan :
H' = indeks keanekaragaman
pi = ni / N
ni = jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu semua jenis
Kisaran indeks keanekaragaman (Shannon – Weiner, 1949)
H' < 2,3026 = keanekaragaman kecil dan kestabilan komunitas rendah
2,3026 < H' < 6,9078 = keanekaragaman sedang dan kestabilan komunitas sedang
H' > 6,9078 = keanekaragaman tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

Tabel 3. Indeks keanekaragaman makrozoobenthos di pantai jati kereb

Spesies H'
Gastropoda -0,192
Anelida -0,265
Divalvia -0,212
Total 0,669

jadi total indeks keanekaragaman makrozoobenthos di pantai jati kereb


kepulauan karimun jawa terdapat 0,669 keanekaragaman spesies.

2. Indeks keseragaman

Untuk mengetahui struktur komunitas pohon dalam plot penelitian maka dihitung
nilai indeks keseragaman antar jenis atau indeks Evennes (E) (Odum, 1996) sebagai
berikut:

8
Dimana:
E = Indeks kemerataan jenis
H’ = Indek Keanekaragaman
S = Jumlah jenis yang ditemukan
Ln = Logaritma natural

Kisaran indeks keseragaman (Magurran, 1982) E = 0 – 1; dimana :


E mendekati 0 = sebaran individu antar jenis tidak merata / ada jenis tertentu yang
dominan
E mendekati 1 = sebaran individu antar jenis merata
Besaran E’ < 0.3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E’ = 0.3 – 0.6
kemerataan
jenis tergolong sedang dan E’ > 0.6 maka kemerataaan jenis tergolong tinggi.

H'
E=
0,669
ln(¿ S )= =0,609 ¿
1,099
Jadi indek keseragaman makrozoobenthos dipantai jati kereb kepulauan karimun jawa
terdapat 0,609 keseragaman spesies Makrozoobenthos

3. Indeks Dominasi

Untuk menentukan nilai indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam
Misra (1973) sebagai berikut :

Dimana :
C : Indeks dominasi
ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n
N : Total nilai penting dari seluruh jenis

9
Nilai indeks dominansi mendekati satu (1) apabila komunitas didominasi oleh jenis
atau spesies tertentu dan jika indeks dominansi mendekati nol (0) maka tidak ada jenis
atau spesies yang mendominasi. (Odum, 1971)

Tabel 3. Indeks dominasi makrozoobenthos di pantai jati kereb

Spesies C
Gastropoda 0,612
Anelida 0,017
Bivalvia 0,007
Total 0,636

Jadi indeks dominasi Makrozoobenthos di pantai jati kereb kepulauan karimun jawa
terdapat 0,636 dominasi spesies makrozoobenthos.

Tabel 2. Parameter fisika dan kimia di stasiun 2 pantai jati kereb kepulauan karimun jawa

Parameter suhu konduktivitas DO PH Kecerahan

Stasiun 2 31,6 47,7 6,76 7,06 100%

Hasil pengukuran salinitas : Tr. 1 = 31

Tr.2 = 32

Tr. 3 = 30

4.2 Pembahasan

pada pembahasan praktikum mengenai keanekaragaman makrozoobenthos sebagai


biondikitaor perairan karimun jawa ini dapat dilihat bahwa pada hasil identifikasi
pengambilan sampel makrozoobenthos tersebut dengan menentukan indeks
keanekaragaman, keseragaman dan dominasi akan dibahas pada pembahasan kali ini.

Dilihat dari tabel 1. pengambilan sampel makrozoobenthos terdapat 3jenis spesies antara
lain Gastropoda, Anelida, Bivalvia dengan jumlah 23 spesies.

Dari hasil tabel diatas bahwa indeks keanekaragaman terdapat 0,669 keanekaragaman
spesies maka dari hasil indeks keanekaragaman tersebut masih terbilang
keanekaragaman masih kecil dan komunitas rendah karena disebutkan bahwa H' <

10
2,3026 maka keanekaragaman dan kestabilan komunitas dari suatu spesies sangat rendah
atau sangat kecil.

BAB V
PENUTUP

11
DAFTAR PUSTAKA
Rusmarianti, sri.2013. Keanekaragaman Makrozoobentos di Sungai Kapuas Desa
Pulau Telo Kecamatan Selat Kabupaten Kapuas. PMIPA FKIP UNLAM :
Banjarmasin.

12

Anda mungkin juga menyukai