Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dimas Suryatama

Kelas : XII – MIPA 4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penulisan Makalah

Sejauh menyangkut ancaman militer dari luar, tidak diragukan bahwa peningkatan kemampuan militer
(modernisasi dan profesionalisasi) merupakan sa1ah satu pilihan. Namun, selain karena pertimbangan ekonomi,
peningkatan kekuatan militer selalu mengundang kecurigaan pihak 1ain, terutama jika hal itu dilakukan dengan
lebih banyak memberikan prioritas pada modernisasi senjata-senjata ofensif.

Dalam suasana anarki dan ketidakpastian, upaya unilateral bisa menimbulkan dilema keamanan (security
dilemma) terutama jika upaya unilateral itu berupa penggelaran jenis senjata- senjata ofensif baru.
Pengembangan kekuatan militer yang mengarah pada non-provocative defense merupakan salah satu pilihan
strategis.

Selain itu, di tengah gelombang interdependensi dalam kehidupan antarbangsa, suatu negara tidak bisa
mengamankan dirinya dengan mengancam orang lain. Upaya untuk membangun keamanan, oleh karenanya,
bergeser dari konsep “security against” menjadi “security with”. Apa yang selama ini dikenal sebagai cooperative
security, confidence building measures, dan preventive diplomacy yang dilakukan secara bilateral, regiona1,
global, maupun multilateral adalah sebagian dari berbagai upaya menjawab persoalan ini.

1.2. Tujuan Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal berikut:

1. Pengertian Pertahanan Negara?

2. Definisi Keamnan Negara?

3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara?

4. Komponen Pertahanan Negara?

5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan ?

1.3. Identifikasi Penulisan Makalah

1. Pengertian Pertahanan Negara

2. Definisi Keamnan Negara

3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara

4. Komponen Pertahanan Negara

5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan

1.4. Sistematika Penulisan Makalah


Nama : Dimas Suryatama
Kelas : XII – MIPA 4

Adapun penulisan makalah ini memiliki sistmatika:

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN:

1.1. Latar Belakang Penulisan Makalah

1.2. Tujuan Penulisan Makalah

1.3. Identifikasi Penulisan Makalah

1.4. Sistematika Penulisan Makalah

BAB II PEMBAHASAN:

2.1. Pengertian Pertahanan Negara

2.2. Definisi Keamnan Negara

2.3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara

2.4. Komponen Pertahanan Negara

2.4.1. Komponen utama

2.4.2. Komponen cadangan

2.4.3. Komponen pendukung

2.5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan

BAB III PENUTUP:

3.1. Kesimpulan

3.2. Saran-Saran

DAFTAR PUSTAKA
Nama : Dimas Suryatama
Kelas : XII – MIPA 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pertahanan Negara

Pertahanan negara disebut juga pertahanan nasional adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah sebuah negara dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya
didasarkan pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri.

Pertahanan negara dilakukan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara.

Pertahanan nasional merupakan kekuatan bersama (sipil dan militer) diselenggarakan oleh suatu Negara untuk
menjamin integritas wilayahnya, perlindungan dari orang dan/atau menjaga kepentingan-kepentingannya.
Pertahanan nasional dikelola oleh Departemen Pertahanan. Angkatan bersenjata disebut sebagai kekuatan
pertahanan dan, di beberapa negara (misalnya Jepang), Angkatan Bela Diri.

2.2. Definisi Keamnan Negara

Keamanan merupakan istilah yang secara sederhana dapat dimengerti sebagai suasana "bebas dari segala
bentuk ancaman bahaya, kecemasan, dan ketakutan". Dalam kajian tradisional, keamanan lebih sering
ditafsirkan dalam konteks ancaman fisik (militer) yang berasal dari luar. Walter Lippmann merangkum
kecenderungan ini dengan pernyataannya yang terkenal: "suatu bangsa berada dalam keadaan aman selama
bangsa itu tidak dapat dipaksa untuk mengorbankan nilai-nilai yang diaggapnya penting (vital) ...dan jika dapat
menghindari perang atau, jika terpaksa melakukannya, dapat keluar sebagai pemenang. Karena itu, seperti
kemudian disimpulkan Arnord Wolfers, masalah utama yang dihadapi setiap negara adalah membangun
kekuatan untuk menangkal (to deter) atau mengalahkan (to defeat) suatu serangan. Dengan semangat yang
sama, kolom keamanan nasional dalam International Encyclopaedia of the Social Science mendefinisikan
keamanan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk melindungi nilai-nilai internalnya dari ancaman luar".

Kajian keamanan mengenal dua istilah penting, dilemma keamanan (security dilemma) dan dilemma pertahanan
(defence di1emma). Istilah yang pertama, dilema keamanan, menggambarkan betapa upaya suatu negara untuk
meningkatkan keamanannya dengan mempersenjatai diri justru, dalam suasana anarki internasional,
membuatnya semakin rawan terhadap kemungkinan serangan pertama pihak lain. Istilah kedua, dilema
pertahanan, menggambarkan betapa pengembangan dan penggelaran senjata baru maupun aplikasi doktrinal
nasional mungkin saja justru tidak produktif atau bahkan bertentangan dengan tujuannya untuk melindungi
keamanan nasional. Berbeda dari dilema keamanan yang bersifat interaktif dengan apa yang [mungkin]
dilakukan pihak lain, dilema pertahanan semata-mata bersifat non-interaktif, dan hanya terjadi dalam lingkup
nasional, terlepas dari apa yang mungkin dilakukan pihak lain.

2.3. Pertahanan terhadap Keamanan Neagara

Dalam bahasa militer, pertahanan adalah cara-cara untuk menjamin perlindungan dari satu unit yang sensitif
dan jika sumber daya ini jelas, misalnya tentang cara-cara membela diri sesuai dengan spesialisasi mereka,
Nama : Dimas Suryatama
Kelas : XII – MIPA 4

pertahanan udara (sebelumnya pertahanan terhadap pesawat: DCA), pertahanan rudal, dll. Tindakan, taktik,
operasi atau strategi pertahanan adalah untuk menentang/membalas serangan.

 Jenis pertahanan:

• Pertahanan militer untuk menghadapi ancaman militer, dan

• Pertahanan nonmiliter/nirmiliter untuk menghadapi ancaman nonmiliter/nirmiliter.

2.4. Komponen Pertahanan Negara

Di Indonesia, sistem pertahanan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara Nasional
Indonesia sebagai "komponen utama" dengan didukung oleh "komponen cadangan" dan "komponen
pendukung". Sistem Pertahanan Negara dalam menghadapi ancaman nonmiliter menempatkan lembaga
pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama, sesuai dengan bentuk dan sifat ancaman yang
dihadapi dengan didukung oleh unsur unsur lain dari kekuatan bangsa.

2.4.1. Komponen utama

"Komponen utama" adalah Tentara Nasional Indonesia, yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas tugas
pertahanan.

2.4.2. Komponen cadangan

"Komponen cadangan" (Komcad) adalah "sumber daya nasional" yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui
mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama.

2.4.3. Komponen pendukung

"Komponen pendukung" adalah "sumber daya nasional" yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan
dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan. Komponen pendukung tidak membentuk
kekuatan nyata untuk perlawanan fisik.

"Sumber daya nasional" terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan. Sumber
daya nasional yang dapat dimobilisasi dan didemobilisasi terdiri dari sumber daya alam, sumber daya buatan,
serta sarana dan prasarana nasional yang mencakup berbagai cadangan materiil strategis, faktor geografi dan
lingkungan, sarana dan prasarana di darat, di perairan maupun di udara dengan segenap unsur perlengkapannya
dengan atau tanpa modifikasi.

Komponen pendukung terdiri dari 5 segmen :

Para militer

• Polisi (Brimob) - (lihat pula Polri)

• Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)

• Perlindungan masyarakat(Linmas) lebih dikenal dengan sebutan pertahanan sipil (Hansip)

• Satuan pengamanan (Satpam)

• Resimen Mahasiswa (Menwa)


Nama : Dimas Suryatama
Kelas : XII – MIPA 4

• Organisasi kepemudaan

• Organisasi bela diri

• Satuan tugas (Satgas) partai

2.5. Redifinisi Doktrin, Pembagian Wewenang dan Strategi Pertahanan

Threat, survival dan defence dilemma itu membawa implikasi serius. Pesan yang hendaknya digarisbawahi
adalah penggunaan eksesif dari resources tidak boleh. Penggunaan kekerasan untuk menghadapi ancaman
harus sepadan. Ancaman tertentu harus dihadapi dengan instrumen tertentu yang sesuai, efektif, efisien, dan
tidak menimbulkan dislokasi sosial, ekonomi, politik, ideologi. Security deficit yang timbu1 karena vu1nerabilitas
membawa kompleksitas tersendiri. Semuanya bermuara pada satu persoalan besar: perlunya kajiulang terhadap
doktrin keamanan dan pertahanan nasional, khususnya sejauh menyangkut “apa yang harus dipertahankan”,
“bagaimana untuk mempertahankannya”, dan “siapa yang harus memikul tanggungjawab” itu.

Jawaban atas pertanyaan pertama, apa yang harus dipertahankan, memerlukan suatu kesepakatan politik.
Pertimbangan historis, geografis, ideologis dan perkembangan politik kontemporer harus dimasukkan dalam
kalkulasi itu. Gravitas hubungan antarnegara pada dinamika ekonomi tidak sepenuhnya menghapus relevansi
konteks politik geostrategi. Bagi sebuah negara kepulauan, termasuk Indonesia, melindungi keamanan nasional
adalah usaha besar untuk melindungi dan mempertahankan kedaulatan maritim berikut sumberdaya yang
berada di dalamnya. Pada tingkat strategi, bagaimana mempertahankan dari ancaman, tantangan yang dihadapi
adalah bagaimana merumuskan ancaman secara lebih realistik. Untuk waktu yang dapat diperhitungkan ke
depan, keamanan terhadap ancaman interna1 masih akan mendominasi pemikiran strategis di Indonesia.
Pluralisme sosial, ketimpangan ekonomi, disparitas regional menjadikan upaya bina-bangsa dan bina-bangsa
menjadi soal serius. Indonesia adalah suatu entitas politik (negara) yang dibangun di atas fondasi pluralitas.
Persatuan Indonesia seperti diikrarkan dalam Sumpah Pemuda 1928, selama ini lebih direkat oleh common
history anti-kolonia1isme. Common history menghadapi kolonialisme kelihatannya perlu dijelmakan dalam
wujud yang lebih konkret, misalnya common platform dan komitmen untuk menegakkan keadilan sosia1, dan
dengan menggunakan instrumen yang lebih appropriate seperti ketentuan hukum yang demokratik.

Di tengah keharusan untuk mempersiapkan diri terhadap keamanan internal, ancaman militer dari luar
merupakan sesuatu yang harus selalu diperhitungkan, sekalipun pada saat yang sama harus diakui pula bahwa
untuk beberapa tahun yang dapat diperhitungkan ke depan sukar dibayangkan terjadinya perang dalam
pengertian tradisional. Menduduki wilayah asing (occupation) menjadi sesuatu yang secara moral memperoleh
gugatan semakin tajam dan secara ekonomis semakin mahal. Konflik bersenjata, jika harus terjadi, kemungkinan
besar akan bersifat terbatas, berlangsung dalam waktu singkat, dan menggunakan teknologi tinggi. Amerika
Serikat diperkirakan tetap memainkan peranan penting di kawasan Asia Pasifik, baik karena potensi
ketidakstabilan di semenanjung Korea, hubungan tradisionalnya dengan Jepang dan Korea Selatan,
kekhawatirannya terhadap tampilnya Cina sebagai kekuatan hegemon regional, maupun karena kepentingan
ekonominya di kawasan ini. Ancaman militer dari luar terhadap Indonesia kelihatannya akan bersifat ancaman
tidak langsung yang terjadi karena ketidakstabiIan regional. Termasuk dalam kategori ini adalah perlombaan
senjata yang dapat terjadi karena ketidakstabilan di Semenanjung Korea dan Asia Timur, prospek penyelesaian
masalah Taiwan, dan kemungkinan konf1ik tapalbatas.

Masalah pokok, seperti dirumuskan sebagai pertanyaan ketiga, adalah apa cara yang paling efektif dan efisien
untuk menghadapi sumber dan watak ancaman-ancaman tertentu. Ancaman internal harus diketahui dengan
Nama : Dimas Suryatama
Kelas : XII – MIPA 4

pasti alasan timbulnya. Gagasan-gagasan, termasuk komunisme dan fundamentalisme religius, tidak pernah
secara langsung mempengaruhi tindakan [kekerasan] politik. Menghilangkan deprivasi ekonomi, politik dan
kultural. Demokratisasi dalam penggunaan dan pengelolaan sumberdaya, dan distribusi pembangunan.
Penghormatan pada budaya lokal. Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan yang seharusnya ditafsirkan sebagai
komitmen untuk menghormati keragaman, bukan untuk menciptakan keseragaman. Upaya nasional, unilateral,
adalah demokratisasi. Pengenda1ian dan resolusi konflik seharusnya semata-mata dilakukan sebagai tindakan
polisionil.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pertahanan adalah sebuah system yang harus diterapkan sebagai sebuah kesadaran bersama antara Negara,
pemerintah, masyarakat, dan seluruh tatanan.

Pertahanan Negara melingkupi bidang-bidang:

1. politik

2. social

3. budaya

4. persatuan

5. ancaman-ancaman lain terhadap keselamatan bangsa dan Negara

Persoalan siapa yang harus bertanggungjawab untuk menjawab ancaman keamanan tertentu menjadi rumit dan
politikal: rumit, karena perkembangan konsep dan ketidapastian setelah berakhirnya Perang Dingin dan politikal,
karena landasan konstitusiona1, sejarah, maupun realita politik bisa menjadi kekuatan inersia untuk
membangun pola pembagian kerja baru. Salah satu konsekuensi penting adalah perlunya ketentuan yang
mengatur level of engagement dan instrumen yang boleh digunakan dalam setiap bagian dari spektrum
ancaman terhadap keamanan nasional.

3.2. Saran-Saran

Saran-saran dalam menerapkan sistm pertahanan nasional adalah:

• Sebagai pelajar ada baiknya menghindari pengaruh negative seperti narkoba, pergaulan bebas, dan
kriminalitas.

• Menyikapi perbedaan suku bangsa, ras, atau agama di negera kita sebagai keragaman yang indah untuk saling
memahami dan bertukar pengetahuan.

• Tidak memicu atau ikut dalam tawuran atau perkelahian antar pelajar.

Anda mungkin juga menyukai