Anda di halaman 1dari 10

PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DI SEKOLAH DASAR

Wuri Wuryandani1), Bunyamin Maftuh, Sapriya, dan Dasim Budimansyah2)


1)
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
2)
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
email: wurry_uny@yahoo.com.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggali, mengkaji, dan mendiskripsikan pelaksanaan pen-
didikan karakter disiplin di sekolah dasar dan diharapkan dapat ditemukan kebijakan yang men-
dukung keberhasilan pendidikan karakter. Penelitian ini pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di
SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta, dengan subjek kepala sekolah, guru, dan siswa. Data dikum-
pulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
digunakan adalah teknik triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pen-
didikan karakter disiplin di SD Muhammadiyah Sapen dilakukan melalui sembilan kebijakan, yaitu
(1) membuat program pendidikan karakter; (2) menetapkan aturan sekolah dan aturan kelas; (3) mela-
kukan sholat Dhuha dan Sholat Dhuhur berjamaah; (4) membuat pos afektif di setiap kelas; (5) me-
mantau perilaku kedisiplinan siswa di rumah melalui buku catatan kegiatan harian; (6) memberikan
pesan-pesan afektif di berbagai sudut sekolah; (7) melibatkan orang tua; (8) melibatkan komite seko-
lah; dan (9) menciptakan iklim kelas yang kondusif.

Kata Kunci: pendidikan karakter disiplin, sekolah dasar

PENDIDIKAN KARAKTER DISIPLIN DI SEKOLAH DASAR

Abstract: This study aims to explore, examine, and describe on implementation of discipline charac-
ter education in elementary school and found a variety of policies that must be implemented to sup-
port the success of character education discipline. This study is a qualitative approach. This research
was conducted in Muhammadiyah Sapen Yogyakarta Elementary School, with the subject principal,
teachers, and student. Data were collected through observation, interviews, and documentation. Data
validity used is the technique of triangulation. The results showed that in implementing character edu-
cation of discipline in Muhammadiyah Sapen Yogyakarta Elementary School conducted through nine
policies that (1) create a character education program; (2) define the rules of the school and classroom
rules; 3) Duha and the Dhuhr prayer together; (4) make a post in the affective; (5) monitor the beha-
vior of the students discipline in the home through daily activity logbook; (6) provide affective mes-
sages in various corners of the school; (7) involve parents; (8) involve the school committee; and (9)
create a classroom climate that is conducive.

Keywords: character education discipline, elementary school

PENDAHULUAN iplin sangat penting dimiliki oleh manusia agar


Penguatan pendidikan karakter di era se- kemudian muncul nilai-nilai karakter yang baik
karang merupakan hal yang penting untuk dila- lainnya. Pentingnya penguatan nilai karakter
kukan mengingat banyaknya peristiwa yang disiplin didasarkan pada alasan bahwa sekarang
menunjukkan terjadinya krisis moral baik di banyak terjadi perilaku menyimpang yang ber-
kalangan anak-anak, remaja, maupun orang tua. tentangan dengan norma kedisiplinan. Perilaku
Oleh karena itu, penguatan pendidikan karakter tidak disiplin yang lain contohnya adalah mem-
perlu dilaksanakan sedini mungkin dimulai dari buang sampah sembarangan, parkir tidak di
lingkungan keluarga, sekolah, dan meluas ke tempat yang telah ditentukan, tidak mematuhi
dalam lingkungan masyarakat. perizinan mendirikan bangunan, dan sebagai-
Salah satu nilai karakter yang perlu di- nya. Adanya perilaku melanggar tersebut me-
kembangkan adalah disiplin. Nilai karakter dis- nunjukkan belum adanya kesadaran masyarakat

286
287

untuk berperilaku disiplin terhadap aturan yang Suryadi (2012:96) menjelaskan bahwa
telah ditetapkan pemerintah. penyebab utama terjadinya krisis moral dan
Perilaku tidak disiplin juga sering dite- karakter di kalangan peserta didik, lulusan,
mui di lingkungan sekolah, termasuk sekolah pendidik, bahkan pengelola pendidikan, adalah
dasar. Sebagai contoh perilaku tidak disiplin terjadinya dikotomisasi yaitu pemisahan secara
tersebut antara lain datang ke sekolah tidak te- tegas antara pendidikan intelektual di satu pi-
pat waktu, tidak memakai seragam yang leng- hak dan pendidikan nilai di lain pihak. Padahal
kap sesuai dengan yang tercantum dalam tata jika mendasarkan pada pendapat Bloom (1979:
tertib sekolah, duduk atau berjalan dengan se- 7) ada tiga domain dalam pembelajaran yaitu
enaknya menginjak tanaman yang jelas-jelas kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga do-
sudah dipasang tulisan “dilarang menginjak main tersebut harus dikembangkan secara kom-
tanaman”, membuang sampah sembarangan, prehensif dalam pembelajaran. Demikian pula
mencorat coret dinding sekolah, membolos se- dalam hal pendidikan karakter, untuk dapat
kolah, mengumpulkan tugas tidak tepat waktu, membentuk karakter yang baik dalam diri pe-
tidak menggunakan seragam sesuai aturan, dan serta didik, maka sekolah hendaknya mengem-
lain-lain. bangkan tiga aspek penting, yaitu moral know-
Terjadinya perilaku tidak disiplin di se- ing (pengetahuan moral), moral feeling (pera-
kolah tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi saan moral), dan moral action (perilaku moral)
permasalahan serius dalam hal pendidikan ka- (Lickona, 1991:53).
rakter disiplin. Munculnya perilaku tidak disip- Sekolah sebagai lembaga pendidikan for-
lin menunjukkan bahwa pengetahuan yang ter- mal perlu memberikan perhatian khusus terha-
kait dengan karakter yang didapatkan siswa di dap pendidikan karakter, sesuai dengan penda-
sekolah tidak membawa dampak positif terha- pat Johanson dkk. (2011:109) bahwa sekolah
dap perubahan perilaku siswa sehari-hari. Pada merupakan lembaga yang telah lama dipandang
dasarnya siswa tahu bahwa perilakunya tidak sebagai lembaga untuk mempersiapkan siswa
benar tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup, baik secara akademis dan sebagai
untuk membiasakan diri menghindari perilaku agen moral dalam masyarakat. Lickona (1991:
yang salah tersebut. Hal ini merupakan dalam 45-46) menjelaskan bahwa sekolah merupakan
proses pendidikan karakter yang terjadi. Bisa salah satu lembaga pendidikan yang mengem-
jadi pendidikan karakter yang dilakukan selama ban tugas mengembangkan nilai karakter. Ni-
ini baru pada tahap pengetahuan saja, belum lai-nilai karakter itu antara lain kejujuran, ke-
sampai pada perasaan dan perilaku yang berka- terbukaan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin
rakter. diri, kemanfaatan, saling menolong dan kasih
Proses pembelajaran lebih banyak men- sayang, keberanian, dan nilai-nilai demokrasi.
gajarkan siswa pengetahuan verbalistik yang Dari sejumlah nilai karakter yang perlu dita-
kurang mempersiapkan siswa agar mampu namkan tersebut, disiplin diri merupakan salah
menghadapi kehidupan sosial yang akan mere- satu nilai karakter yang penting dikembangkan.
ka temui. Hal ini senada dengan yang ditu- Pendidikan di sekolah dasar merupakan
liskan Suparno (2012:8) bahwa pendidikan kita jenjang pendidikan formal pertama yang akan
masih terlalu menekankan segi kognitif. Ini pun menentukan arah pengembangan potensi peser-
masih terbatas pada mencari angka, bukan ke- ta didik. Oleh karena itu, di sekolah dasar perlu
mampuan analisis kritis siswa terhadap peristi- mengembangkan karakter disiplin siswa secara
wa yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. optimal sehingga harapannya di tingkat selan-
Pendapat serupa disampaikan pula oleh Sugirin jutnya siswa sudah memiliki bekal perilaku di-
(2010:267) bahwa tolok ukur keberhasilan pen- siplin yang kuat. Mengingat demikian penting-
didikan selalu mengacu pada prestasi siswa nya pendidikan karakter disiplin di sekolah
yang terkait dengan ranah kognitif dan psiko- dasar, maka perlu dilakukan berbagai kebijakan
motorik.

Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar


288

sekolah yang dapat mendukung keberhasilan karakter di sekolah hendaknya dapat dilakukan
pendidikan karakter disiplin secara optimal. dengan mengintegrasikan ke dalam mata pela-
jaran.
Pendidikan Karakter Disiplin Ajat Sudrajat dan Ari Wibowo (2013)
Pendidikan karakter merupakan hal yang menjelaskan bahwa untuk membangun karakter
penting untuk ditanamkan kepada generasi mu- peserta didik sekolah perlu menerapkan tiga
da. Orang tua, pendidik, institusi agama, orga- program, yaitu (1) kultur sekolah bermutu yang
nisasi kepemudaan memiliki tanggung jawab mencakup mutu input, mutu akademik, dan
yang besar untuk membangun karakter, nilai, mutu nonakademik; (2) kultur sekolah Islam
dan moral pada generasi muda (Krischenbaum, dengan fokus penanaman karakter religius, ke-
1995:3). Pendidikan karakter bukanlah tang- terbukaan, kepedulian, kebersamaan, dan kerja
gung jawab segelintir orang atau lembaga ter- sama; (3) kultur disiplin dengan fokus penana-
tentu saja. Pelaksanaan pendidikan karakter man karakter antara lain religius.
adalah tanggung jawab bersama, baik lingkung- Pendidikan karakter disiplin merupakan
an keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga hal penting untuk diperhatikan dalam rangka
lingkungan pendidikan tersebut harus bekerja membina karakter seseorang. Berbekal nilai ka-
bersama-sama untuk mendukung konsistensi rakter disiplin akan mendorong tumbuhnya ni-
dan kontinuitas pendidikan karakter, sehingga lai-nilai karakter baik lainnya, seperti tanggung
dapat tercapai tujuan yang telah ditetapkan. jawab, kejujuran, kerjasama, dan sebagainya
Untuk mendukung keberhasilan pendidi- Curvin & Mindler (1999:12) mengemukakan
kan karakter, perlu dilakukan sosialisasi ten- bahwa ada tiga dimensi disiplin, yaitu (1) disip-
tang moral dasar yang perlu dimiliki anak dan lin untuk mencegah masalah; (2) disiplin untuk
remaja untuk mencegah remaja melakukan ke- memcahkan masalah agar tidak semakin buruk;
jahatan yang dapat merugikan diri remaja itu dan (3) disiplin untuk mengatasi siswa yang
sendiri maupun orang lain. Melalui pendidikan berperilaku di luar kontrol.
karakter akan tertanam nilai-nilai karakter yang
baik di dalam diri individu. Nilai-nilai karakter METODE
yang baik akan menuntun seseorang dalam Penelitian ini merupakan penelitian de-
berperilaku sehari-hari. Pendapat tersebut sena- skriptif dengan menggunakan pendekatan kua-
da dengan yang disampaikan Wibowo (2012: litatif. Penelitian ini bermaksud untuk membuat
36) bahwa pendidikan karakter merupakan pro- gambaran mengenai situasi atau kejadian, yaitu
ses pendidikan yang menanamkan dan me- strategi implementasi nilai-nilai moral religius
ngembangkan karakter-karakter luhur kepada dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi.
anak didik, sehingga mereka memiliki karakter Hal ini sejalan dengan pendapat Nazir (2005:
luhur, dan menerapkan serta mempraktikan da- 55) bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk
lam kehidupannya, baik di lingkungan keluar- membuat gambaran mengenai situasi atau keja-
ga, warga masyarakat, maupun warga negara. dian sehingga berkehendak mengadakan aku-
Pendidikan karakter tidak dapat dilaku- mulasi data dasar belaka. Penelitian ini dilaku-
kan di dalam suatu ruang hampa (vacuum tube) kan di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta.
yang bebas nilai karena karakter sangat erat Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah,
(bounded) dengan kehidupan (Suryadi, 2012: siswa, dan guru.
96). Berdasarkan penjelasan tersebut maka pen- Teknik pengumpulan data yang diguna-
didikan karakter di sekolah tidak akan berhasil kan dalam penelitian ini adalah wawancara,
jika pembelajarannya hanya berupa hafalan se- observasi, dan dokumentasi. Wawancara meru-
cara verbalistik saja. Tidak ada jaminan jika pakan percakapan dengan maksud tertentu.
pendidikan karakter itu berdiri sendiri sebagai Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
mata pelajaran, maka akan berhasil dengan pewawancara (interviewer) yang mengajukan
baik. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan pertanyaan dan yang diwawancarai (intervie-

Cakrawala Pendidikan, Juni 2014, Th. XXXIII, No. 2


289

wee) yang memberikan jawaban atas pertanya- di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. Di


an itu (Moleong, 2000:135). Wawancara digu- dalam program pendidikan karakter ini salah
nakan untuk menjaring data atau informasi satu yang dikembangkan adalah karakter disip-
yang berkaitan dengan berbagai kebijakan yang lin. Penyusunan program pendidikan karakter
dilakukan sekolah dalam pelaksanaan pendidik- dilakukan dengan melibatkan guru, orang tua,
an karakter disiplin. Observasi dilakukan untuk dan siswa. Hal ini mengingat bahwa untuk
melihat implementasi pendidikan karakter disi- mendukung keberhasilan program pendidikan
plin melalui pembelajaran di kelas. Dokumen- karakter perlu campur tangan baik dari pihak
tasi digunakan untuk memperoleh data tentang sekolah (guru), orang tua, dan masyarakat. Ke-
tata tertib sekolah dan rencana pembelajaran terlibatan dari ketiga komponen tersebut dalam
yang dibuat oleh guru. pendidikan karakter sesuai dengan pendapat
Untuk memperoleh data yang dapat di- Krischenbaum (1995:3) bahwa pendidikan ka-
pertanggungjawabkan secara ilmiah, maka da- rakter bukanlah tanggung jawab segelintir
lam penelitian ini dilakukan pemeriksaan keab- orang saja, tetapi perlu melibatkan komponen
sahan data. Dalam penelitian ini teknik peme- lain sseperti halnya orang tua, pendidik, institu-
riksaan keabsahan data yang digunakan adalah si agama, organisasi kepemudaan. Masing-ma-
teknik triangulasi, yaitu teknik penyilangan sing komponen yang mendukung keberhasilan
informasi yang diperoleh dari sumber sehingga pendidikan karakter tersebut harus saling be-
pada akhirnya hanya data yang absah saja yang kerja sama. Demikian pula yang terjadi di SD
digunakan untuk mencapai hasil penelitian Muhammadiyah Sapen Yogyakarta bahwa
(Arikunto, 2006:18). Teknik triangulasi dila- orang tua perlu ikut serta terlibat secara aktif
kukan dengan cara triangulasi metode, yaitu dalam mendukung keberhasilan program pen-
dengan mengecek ulang informasi hasil wa- didikan karakter yang dibuat oleh sekolah.
wancara dengan dokumentasi dan observasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam pe- Menetapkan Aturan Sekolah dan Aturan
nelitian ini adalah teknik analisis induktif, yaitu Kelas
analisis yang bertolak dari data dan bermuara Berbicara masalah kedisiplinan, maka ti-
pada simpulan-simpulan umum. Kesimpulan dak dapat dilepaskan dengan pembicaraan ten-
umum itu bisa berupa kategorisasi maupun pro- tang aturan. Di SD Muhammadiyah Sapen Yo-
posisi (Bungin, 2001:209). Langkah-langkah gyakarta aturan yang berlaku mencakup dua
analisis data tersebut meliputi: reduksi data, yaitu aturan sekolah dan aturan kelas. Kedua-
unitisasi dan kategorisasi, display data, dan pe- nya memiliki peran yang cukup penting dalam
narikan kesimpulan. mendisiplinkan seluruh komunitas sekolah ini.
Aturan sekolah maupun aturan kelas berisi ten-
HASIL DAN PEMBAHASAN tang berbagai hal terkait dengan tuntunan ang-
Dalam upaya mendukung keberhasilan gota komunitas di sekolah ini dalam berperila-
pendidikan karakter disiplin di SD Muhamma- ku sehari-hari. Dengan adanya aturan sekolah
diyah Sapen Yogyakarta dilakukan berbagai maupun aturan kelas siswa akan memiliki pan-
kebijakan oleh sekolah. Dalam pelaksanaan ke- dangan yang jelas tentang apa saja yang harus
bijakan tersebut sekolah menjalin kerjasama dilakukan dan tidak boleh dilakukan, serta kon-
yang baik antara kepala sekolah, guru, karya- sekuensi/sanksi terhadap pelanggaran aturan
wan, orang tua, dan komite sekolah. Berbagai yang ada.
kebijakan yang dilakukan SD Muhammadiyah Aturan sekolah maupun aturan kelas ber-
Sapen tersebut adalah sebagai berikut. peran penting dalam mendisiplinkan siswa.
Pentingnya aturan sekolah ini dikemukakan
Program Pendidikan Karakter oleh Curvin & Mendler (1999:8) bahwa terjadi-
Program pendidikan karakter merupakan nya perilaku tidak disiplin pada siswa salah
salah satu program sekolah yang dilaksanakan satu faktor penyebabnya adalah pembatasan

Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar


290

yang tidak jelas. Dengan dituangkannya aturan tahun pelajaran oleh guru kelas. Kegiatan sosia-
sekolah maupun aturan kelas ke dalam tata ter- lisasi ini penting dilakukan agar orang tua dapat
tib sekolah, maka batasan-batasan perilaku sis- menjaga konsistensi pemberlakuan aturan di
wa di sekolah menjadi jelas. sekolah dengan di rumah sehingga terjadi kon-
Pentingnya pembuatan aturan sekolah tinyuitas dalam penegakkan disiplin yang dila-
maupun aturan kelas ini sesuai dengan penda- kukan di sekolah dan di rumah.
pat Chiu & Chow (2011:517) bahwa untuk
menciptakan budaya disiplin di sekolah akan Melakukan Sholat Dhuha dan Sholat Dhu-
dipengaruhi salah satu faktor yaitu aturan seko- hur Berjamaah
lah dan norma-norma yang dapat mempengaru- Salah satu kegiatan untuk menegakkan
hi disiplin kelas. Dengan demikian, kebijakan kedisiplinan di SD Muhammadiyah Sapen Yo-
SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta mene- gyakarta adalah melalui kebijakan sholat ber-
tapkan aturan sekolah dan aturan kelas adalah jamaah, yaitu untuk sholat dhuha dan sholat
tepat untuk menciptakan budaya disiplin baik dhuhur. Melalui kegiatan sholat berjamaah ini
di lingkungan sekolah, maupun lingkungan ke- siswa dilatih untuk tertib dalam melakukan iba-
las khususnya. dah, baik mulai persiapan, pelaksanaan hingga
Pendapat lain yang berkaitan dengan mengakhiri ibadah. Kegiatan sholat berjamaah
pentingnya aturan di sekolah adalah pendapat ini diwarnai dengan pembiasaan-pembiasaan
Nucci & Narvaez (2008:122) yang menjelaskan yang berkaitan dengan pengkondisian siwa un-
bahwa norma berfungsi untuk mengatur prak- tuk berdisiplin dalam beribadah.
tek dan menilai perilaku manusia. Demikian
pula halnya dengan aturan sekolah. Aturan ini Membuat Pos Afektif di Setiap Kelas
dibuat dengan tujuan untuk memberikan tun- Pos afektif merupakan salah satu kebija-
tunan kepada warga sekolah tentang perbuatan kan yang dilakukan SD Muhammadiyah Sapen
apa saja yang seharusnya dilakukan dalam ke- Yogyakarta guna menginternalisasikan nilai-ni-
hidupan sehari-hari di sekolah. Demikian pula lai karakter kepada siswa, termasuk di dalam-
Curvin & Mindler (1999:20) menjelaskan bah- nya nilai karakter disiplin. Istilah pos afektif di
wa aturan atau norma di kelas merupakan pusat sini digunakan untuk menyebut kegiatan di pa-
untuk terlaksananya program kedisiplinan dan gi hari yang berisikan pembiasaan dalam pe-
menjaga ketertiban. nyambutan siswa di pagi hari. Kegiatan ini di-
Dalam membuat aturan kelas, siswa dili- warnai dengan berbagai hal terkait dengan pen-
batkan untuk mengembangkan penalaran moral ciptaan perilaku disiplin siswa. Kegiatan ini
siswa. Dalam pengembangan moralitas siswa tidak hanya menjadi tanggung jawab guru kelas
perlu adanya tindakan dan komunikasi emo- semata, tetapi lebih pada melibatkan siswa se-
sional antara siswa dan orang dewasa. Hal ini cara aktif dalam melakukan penyambutan ke-
senada dengan pendapat Dahl, dkk., (2012:147) pada teman-temannya di pagi hari.
bahwa emosi dan komunikasi antara anak-anak Kegiatan pos afektif akan difokuskan
dengan orang dewasa berpengaruh pada pem- pada pembinaan kepada siswa dalam hal berpe-
bentukan sikap empati, dan belajar untuk me- rilaku tertib dalam memasuki kelas, melangkah,
mahami larangan. Oleh karena itu, agar anak mengucap salam, berjabat tangan, meletakkan
lebih dapat memahami tentang mengapa perila- tas, dan sebagainya. Pada pagi hari guru kelas
ku tertentu dilarang atau tidak boleh dilakukan, bersama siswa yang bertugas di hari itu sudah
ia perlu diajak berkomunikasi dengan melibat- siap di depan kelas untuk melakukan penyam-
kan emosi yang sehat antara siswa dan guru. butan terhadap siswa yang datang di kelas.
Agar aturan sekolah maupun aturan kelas Melalui kegiatan pos afektif ini siswa di-
yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan libatkan secara aktif dalam penegakan disiplin
baik, maka perlu dilakukan sosialisasi kepada di SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta. Me-
orang tua siswa. Kegiatan ini dilakukan di awal nurut Marlene Lockheed dan Andrian Vers-

Cakrawala Pendidikan, Juni 2014, Th. XXXIII, No. 2


291

poor seperti dijelaskan oleh Suryadi (2012: mana buku catatan kegiatan harian ini difung-
105-106) pelibatan siswa secara aktif dalam sikan agar dapat memberikan informasi yang
rangka untuk menciptakan kedisiplinan di seko- tepat kepada sekolah tentang perilaku anak di
lah merupakan tahap application stage, yaitu rumah.
suatu tahap di mana siswa dilibatkan dalam
kegiatan atau aplikasi atas pembiasaan dan pe- Memberikan Pesan-pesan Afektif di Berba-
mahaman mengenai karakter dalam situasi gai Sudut Sekolah yang Mudah Dilihat oleh
yang nyata di sekolah. Melalui kegiatan yang Warga Sekolah
melibatkan siswa secara aktif tersebut, maka Pesan afektif tidak hanya diberikan seca-
diharapkan siswa akan memiliki konsep pem- ra lisan kepada siswa, tetapi juga diberikan me-
biasaan dan pemahaman terhadap karakter disi- lalui pesan-pesan yang ditempel di berbagai
plin yang sedang digalakkan oleh sekolah da- sudut sekolah yang mudah ditemui siswa setiap
lam kegiatan yang senyatanya, tidak terbatas saat. Pesan-pesan afektif ini penting diberikan
pada konsep-konsep disiplin secara abstrak. kepada siswa agar siswa senantiasa mengingat
perilaku disiplin yang harus dilakukan, sehing-
Memantau Perilaku Kedisiplinan Siswa di ga mereka akan melaksanakannya dalam peri-
Rumah Melalui Buku Catatan Kegiatan Ha- laku sehari-hari di sekolah.
rian Pembuatan papan tempel untuk pesan
Buku catatan kegiatan harian merupakan afektif ini merupakan upaya sekolah untuk
salah satu kebiajakan yang dilakukan di SD mensosialisasikan nilai-nilai karakter disiplin
Muhammadiyah Sapen Yogyakarta untuk me- kepada peserta didik. Sosialisasi ini diperlukan
mantau perilaku disiplin siswa di rumah. Buku agar seluruh siswa mengetahui nilai-nilai ka-
ini merupakan alat bagi guru untuk memantau rakter yang dikembangkan sekolah. Berbekal
kegiatan siswa di rumah dalam hal disiplin ber- pengetahuan tentang nilai-nilai karakter disiplin
ibadah, belajar, dan kegiatan lain yang terkait yang dikembangkan, secara bertahap siswa
dengan pengembangan disiplin siswa. akan menginternalisasikan nilai-nilai karakter
Adanya buku catatan kegiatan harian tersebut dalam dirinya dan pada akhirnya me-
siswa bertujuan untuk menjaga konsistensi an- reka akan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
tara kegiatan siswa di sekolah dan di rumah. karakter yang terinternalisasi dalam dirinya ter-
Konsistensi ini perlu dipantau dan dijaga untuk sebut.
mendukung keberhasilan program pendidikan Dalam proses internalisasi nilai karakter
karakter disiplin yang sedang dikembangkan. disiplin, sosialisasi tentang nilai-nilai karakter
Devine (2002:310) mengemukakan bahwa da- disiplin yang dikembangkan sekolah sangat
lam rangka untuk mendisiplinkan siswa perlu penting dilakukan. Temuan tentang sosialisasi
dilakukan kontrol waktu dan ruang sebagai alat nilai karakter disiplin melalui pesan-pesan afek-
untuk memonitoring perilaku siswa. Melalui tif yang ditempel di berbagai tempat di SD Mu-
kontrol ruang dan waktu diharapkan secara ber- hammadiyah Sapen Yogyakarta ini didukung
tahap akan muncul kesadaran diri siswa untuk oleh pendapat Parsons (Ritzer & Goodman,
berperilaku disiplin. 2010:125) bahwa persyaratan kunci bagi ter-
Kebijakan adanya buku catatan kegiatan peliharanya integrasi pola nilai di dalam sistem
harian ini sebagai upaya untuk melakukan adalah melalui proses sosialisasi dan internali-
monitoring terhadap perilaku siswa di rumah sasi. Melalui proses sosialisasi tentang nilai ka-
yang mana tidak mungkin untuk diamati guru rakter disiplin yang dikembangkan diharapkan
secara satu per satu. Untuk menjaga efektivitas siswa akan memiliki pengetahuan tentang nilai-
penggunaan buku catatan kegiatan harian ini nilai karakter disiplin yang dikembangkan se-
tidak hanya siswa yang diberitahu tentang ba- kolah sehingga akan lebih mudah bagi mereka
gaimana pengisiannya, tetapi kepada orang tua untuk menginternalisasi nilai-nilai tersebut da-
juga diinformasikan tentang makna dan bagai- lam diri mereka masing-masing. Jika proses

Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar


292

sosialisasi dan internalisasi nilai karakter di- (2002:4) bahwa keterlibatan antara orang tua
siplin ini berhasil, maka siswa akan memiliki dengan anak akan membantu untuk menurun-
kesadaran untuk berperilaku disiplin secara kan kenakalan dan masalah perilaku siswa di
mandiri tanpa paksaan dari pihak manapun. sekolah.
Pentingnya keterlibatan orang tua dalam
Melibatkan Orang Tua dalam Pendidikan pendidikan karakter disiplin erat kaitannya
Karakter Disiplin dengan peran keluarga. Keluarga merupakan
Keterlibatan orang tua dalam mendukung lingkungan terdekat dengan siswa dan sebagian
keberhasilan pendidikan karakter disiplin yang besar waktu siswa habis di dalam lingkungan
dilakukan sekolah adalah hal penting yang ti- ini. Dengan demikian, keluarga memiliki peran
dak boleh diabaikan. Kegiatan ini dilakukan yang besar dalam mengembangkan karakter
dengan tujuan agar orang tua dapat melakukan disiplin anak dan memiliki porsi waktu yang
program pendidikan karakter disiplin yang di- banyak untuk mendisiplinkan anak. Hal ini se-
kembangkan di sekolah dalam kegiatan anak nada dengan pendapat Lickona (2012:48) yang
sehari-hari di rumah. di samping itu orang tua menjelaskan bahwa keluarga merupakan tem-
juga akan memberikan informasi tentang ber- pat yang paling dekat untuk anak mendapatkan
bagai hal terkait dengan kegiatan atau perilaku pembelajaran. Lickona menjelaskan bahwa
anak di rumah. Jika perilaku tersebut positif, prestasi seorang anak akan dapat meningkat
maka diberikan penguatan, sementara jika peri- jika kedua orang tuanya di rumah, memperoleh
lakunya menyimpang atau negatif, maka ber- perawatan yang baik, kemanan, ada rangsangan
sama-sama antara orang tua dan guru untuk untuk perkembangan intelektualitasnya, adanya
mengatasinya. dorongan orang tua dalam hal pengaturan diri,
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan adanya pembatasan terhadap anak dalam hal
karakter disiplin ini sesuai dengan pendapat menonton televisi, dan orang tua memonitor
Sheldon & Epstein (2002: 4) yang menjelaskan anak dalam hal mengerjakan PR. Berdasarkan
bahwa hubungan kerjasama yang erat antara se- pendapat tersebut, Lickona juga menjelaskan
kolah, keluarga, dan masyarakat akan dapat bahwa keluarga merupakan fondasi pengem-
meningkatkan perilaku disiplin siswa. Di sam- bangan intelektual dan moral.
ping itu, Chen & Gregory (2011:447) juga Peran keluarga dalam mendisiplinkan
menjelaskan bahwa keterlibatan orang tua da- siswa salah satunya adalah dengan melakukan
lam pendidikan siswa akan memiliki beberapa kontrol terhadap perilaku anak di rumah. Da-
pengaruh positif yang ditunjukkan oleh indika- lam hal ini orang tua dapat melakukan kontrol
tor-indikator di antaranya perilaku siswa lebih terhadap kedisiplinan anak dalam hal menonton
lebih positif, nilai siswa menjadi lebih tinggi, TV, main game, mengerjakan PR, belajar, ber-
kehadiran di sekolah lebih konsisten, dan lebih ibadah, dan sebagainya. Jika ada perilaku anak
sedikit masalah disiplin. yang menyimpang, maka orang tua perlu mem-
Keterlibatan orang tua dalam pendidikan beritahukan kepada pihak sekolah agar dapat
karakter disiplin dapat mencegah munculnya dicari solusinya sehingga perilaku yang me-
masalah perilaku siswa. Dengan demikian pe- nyimpang dapat diatasi, dan anak kembali ber-
rilaku menyimpang atau perilaku tidak disiplin perilaku sesuai dengan aturan yang ada.
siswa dapat diminimalkan, ha ini senada den-
gan pendapat yang dikemukakan oleh Domina, Melibatkan Komite Sekolah dalam Pendidi-
(2005:233) bahwa keterlibatan orang tua keter- kan Karakter Disiplin
libatan orangtua tidak secara independen me- Unsur komite sekolah merupakan bagian
ningkatkan pembelajaran anak-anak, tetapi be- dari masyarakat yang terlibat dalam pendidikan
berapa kegiatan keterlibatan yang dilakukan karakter disiplin. Masyarakat yang dalam hal
dapat mencegah masalah perilaku. Hal senada ini diwakili oleh komite sekolah memiliki pe-
dikemukakan juga oleh Sheldon dan Epstein ran yang penting dalam mendukung keberhasil-

Cakrawala Pendidikan, Juni 2014, Th. XXXIII, No. 2


293

an pendidikan karakter disiplin di sekolah. Ala- ngelolaan kelas yang demokratis; (5) mencipta-
san perlunya masyarakat terlibat dalam pendi- kan kerjasama yang erat antar orang dewasa;
dikan karakter disiplin mengingat bahwa inte- dan (6) menyisihkan waktu untuk menangani
raksi anak tidak hanya terbatas dengan guru masalah-masalah moral yang timbul dalam
dan teman sebaya serta orang tua saja, tetapi lingkungan kehidupan sekolah baik yang kecil
mereka juga berinteraksi dengan masyarakat maupun besar.
lain yang lebih luas. Lingkungan kelas yang kondusif untuk
Pentingnya keterlibatan masyakarakat pengembangan karakter disiplin siswa ini pent-
yang dalam hal ini diwakili oleh komite seko- ing diperhatikan terutama untuk tingkat sekolah
lah didasari dengan alasan bahwa masyarakat dasar karena anak-anak usia sekolah dasar akan
baik secara langsung maupun tidak langsung lebih mudah dikembangkan karakternya mela-
akan memberikan pengaruh yang positif terha- lui berbagai kegiatan/aktivitas kelas. Hal ini se-
dap pembentukan karakter peserta didik. Hal nada dengan pendapat Wynne (1991:139) bah-
ini senada dengan pendapat Mulyasa (2011:75) wa untuk di sekolah dasar pengembangan ka-
bahwa terdapat pengaruh yang diberikan oleh rakter lebih banyak didasarkan aktivitas kelas.
lingkungan masyarakat yang positif terhadap Berry (1994:5) juga menjelaskan bahwa
pembentukan karakter peserta didik. pada tingkat sekolah dasar kedisiplinan akan
Komite sekolah dalam mendukung ke- lebih mudah jika “tertangkap” oleh siswa, dari-
berhasilan pendidikan karakter disiplin siswa pada hanya diajarkan secara verbal semata.
dapat berperan sebagai mitra bagi sekolah da- Tertangkap di sini diartikan bahwa berbagai
lam proses pengembangan karakter siswa. Ker- aktivitas kelas sehari-hari diwarnai dengan pe-
jasama ini dapat diwujudkan dalam bentuk ker- rilaku-perilaku disiplin baik itu dari guru, staf
jasama dalam hal merumuskan program, men- sekolah, maupun siswa itu sendiri. Siswa akan
dukung pelaksanaan program secara materiil memperhatikan segala hal yang terjadi dikelas
maun non materiil, memotivasi orang tua siswa dan mereka akan mencontohnya dan mengapli-
untuk terlibat secara aktif, mengevaluasi pelak- kasikannya dalam perilaku sehari-hari. Di sini-
sanaan program dan sebagainya. lah pentingnya role model bagi siswa.
Kebanyakan dari perilaku disiplin da-
Menciptakan Iklim Kelas yang Kondusif lam aktivitas kelas sehari-hari tidak tertulis se-
sebagai Laboratorium bagi Siswa untuk cara jelas dalam rencana pelaksanaan pembela-
Berperilaku Disiplin jaran (RPP) yang dibuat oleh guru. Sebagian
Lingkungan yang kondusif penting untuk besar berbentuk kurikulum tersembunyi yang
mendukung keberhasilan pelaksanaan pendidi- diwujudkan dalam perilaku guru sehari-hari.
kan karakter disiplin di sekolah. Lingkungan Kedisiplinan guru dalam memasuki ruang ke-
yang kondusif ini dapat meliputi lingkungan las, memakai pakaian seragam, mengelola ke-
fisik dan non fisik. Komponen-komponen ling- las, kesemuanya diperhatikan oleh siswa. Hal
kungan yang kondusif untuk mengembangkan ini senada dengan pendapat Hal ini senada de-
disiplin di SD Muhammadiyah Sapen Yogya- ngan penjelasan Nucci & Narvaez (2008:175)
karta meliputi komponen kepa sekolah, kebija- bahwa pendidik moral dan karakter memiliki
kan sekolah, pengelolaan kelas, hubungan yang peran utama dalam perkembangan moral siswa
erat antara guru dan murid, serta pengelolaan melalui kurikulum tersembunyi yang dimani-
kelas yang baik. Hal ini senada dengan penda- festasikan dalam lingkungan interpersonal se-
pat Lickona (1991:325) bahwa ada 6 elemen kolah dan ruang kelas.
yang harus dipenuhi oleh sebuah sekolah untuk Di dalam kelas guru perlu melakukan
dapat membudayakan moral di dalamnya, ya- berbagai hal yang dapat mendukung keberhasil-
itu: (1) kepemimpinan dari kepala sekolah; (2) an program pendidikan karakter disiplin di an-
kebijakan untuk menegakkan disiplin; (3) mem- taranya menjalin hubungan erat dan hangat
bangun rasa kekeluargaan di sekolah; (4) pe- dengan siswa, menjadikan ruang kelas sebagai

Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar


294

laboratorium disiplin bagi siswa, mengontrol Berry, R. S., 1994. 100 Ideas That Work Disci-
perilaku sisa, dan menyediakan waktu untuk pline In The Classroom. Philipines:
mengatasi masalah-maslah perilaku yang tidak ACSI Publications.
sesuai dengan aturan yang seharusnya.
Bloom, B.S., 1979. Taxonomy Of Educational
PENUTUP Objectives Book 1: Cognitive Domain.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di London: Longman Group LTD.
SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta ini da-
pat disimpulkan bahwa untuk mendukung ter- Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Kuali-
capainya keberhasilan internalisasi nilai karak- tatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah
ter disiplin di sekolah ini, dibuat sembilan kebi- Ragam Varian Kontemporer. Jakarta:
jakan sekolah, yaitu program pendidikan karak- Raja Grafindo Persada.
ter, menetapkan aturan sekolah dan aturan ke-
las, melakukan sholat Dhuha dan Sholat Dhu- Chen, W.B., & Gregory. 2011. “Parental In-
hur berjamaah, membuat pos afektif di setiap volvement In The Prereferral Process:
kelas, memantau perilaku kedisiplinan siswa di Iimplications For Schools”. Remedial
rumah melalui buku catatan kegiatan harian, and Special Education, 32 (6), hlm. 447–
memberikan pesan-pesan afektif di berbagai 457.
sudut sekolah, melibatkan orang tua, melibat-
kan komite sekolah, dan menciptakan iklim Chiu, M.M., & Chow, B.W.Y. 2011. “Class-
kelas yang kondusif. room Discipline Across Forty-One Coun-
Dalam pelaksanaan kesembilan kebija- tries: School, Economic, And Cultural
kan tersebut perlu dukungan dari seluruh warga Differences”. Journal Of Cross-Cultural
sekolah baik kepala sekolah, guru, orang tua, Psychology, 42 (3), Hlm. 516– 533.
komite sekolah, karyawan, dan siswa. Di sam-
ping itu, juga perlu perencanaan yang matang Curvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discip-
untuk menyusun program-program sekolah. line With Dignity. USA: Association For
Dalam pelaksanaannya juga perlu konsistensi Supervision And Curriculum Develop-
yang kuat dari seluruh warga sekolah, terutama ment.
dalam hal pelaksanaan program dan penegakan
aturan sekolah maupun aturan kelas. Dahl, A, Campos, J. J., & Witherington, D. C.
2011. “Emotional Action And Commu-
UCAPAN TERIMA KASIH nication In Early Moral Development”.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan Emotion Revie, 3 (2), hlm.147–157.
kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia yang telah memberikan Devine, D. 2002. “Children’s Citizenship and
bantuan beasiswa BPPS untuk menyelesaikan the Structuring of Adult Child Relations
penelitian dan studi program doktor. Artikel ini in the Primary School”. Childhood, 9 (3),
merupakan bagian dari penelitian disertasi un- Hlm. 303–320.
tuk menyelesaikan program doktor Pendidikan
Kewarganegaraan di Sekolah Pascasarjana Uni- Domina, T. 2005. “Levelling the Home advan-
versitas Pendidikan Indonesia. tage: Assessing the Effectiveness of Pa-
rental Involvement in Elementary
DAFTAR PUSTAKA School”. Sociology of Education, 78,
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu hlm. 233-249.
Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta. Johansson, E., dkk. 2011. “Practices For Teach-
ing Moral Values in the Early Years: A

Cakrawala Pendidikan, Juni 2014, Th. XXXIII, No. 2


295

Call for a Pedagogy Of Participation”. Sudrajat, A. & Wibowo, A. 2013. “Pembentu-


Education, Citizenship And Social Jus- kan Karakter Terpuji di Sekolah Dasar
tice, 6 (2), Hlm. 109–124. Muhammadiyah Condongcatur”. Jurnal
Pendidikan Karakter, 1 (2), Hlm. 174-
Kirschenbaum, H. 1995. 100 Ways To Enhance 185
Values And Morality In Schools And
Youth Setting. London: Allyn And Ba- Sugirin. 2010. “Affective Domain Develop-
con. ment: Reality And Expectation”. Cakra-
wala Pendidikan, 3 (XXIX), Hlm. 267-
Lickona, T. 1991. Educating For Character. 279.
New York: Bantam Books.
Suparno, P. 2012. Harapan Untuk Kurikulum
Lickona, T. 2012. Character matters: persoa- Baru. Kompas, 29 September 2012.
lan karakter, bagaimana membantu anak
mengembangkan penilaian yang baik, in- Suryadi, A. 2012. Outlook 2025 Pembangunan
tegritas, dan kebajikan penting lainnya Pendidikan Indonesia: Menuju Kualitas
(Terjemahan). Jakarta: Bumi Aksara. Yang Berdaya Saing Secara Global (The
Indonesian Education Outlook 2025:
Moleong, L. J. 2007. Metode Penelitian Kuali- Toward A Sustainable World Class
tatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Quality Level). Jakarta: Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kementerian Pendi-
Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Ka- dikan Dan Kebudayaan.
rakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Wibowo, A. 2012. Pendidikan Karakter: Stra-
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: tegi Membangun Karakter Bangsa Ber-
Ghalia Indonesia. peradaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nucci, L. P., & Narvaez, D. 2008. Handbook Wynne, E. A. 1991. “Character And Academ-
Of Moral And Character Education. ics In The Elementary School”. Dalam
New York: Routledge. Benninga J.S. (Penyunting). Moral, Cha-
racter, And Civic Education In The Ele-
Ritzer, G. & Goodman, D. J. 2010. Teori Sosi- mentary School. New York: Teachers
ologi Modern. Jakarta: Kencana Perdana College, Columbia University.
Media Group.

Sheldon, S. B & Epstein, J. L. 2002. “Improv-


ing Student Behavior And School Dis-
cipline with Family and Community In-
volvement”. Education And Urban So-
ciety, 35 (1), Hlm. 4-26.

Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar

Anda mungkin juga menyukai